Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS BINAWAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN ANOREKSIA

MATA KULIAH KKN

NAMA : AHMAD YASIN HAFIDHUDDIN

NPM : 011711003

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JL.RAYA KALIBATA NO.25-30, RT.9/RW.5, CAWANG, KEC.KRAMAT JATI,


KOTA JAKARTA TIMUR, DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA 13630

2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan sentral bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, sehingga
keluarga menjadi salah satu aspek terpenting dari keperawatan, melalui pendekatan asuhan
keperawatan keluarga, perawat keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga,
memfasilitasi pencapaian tugas perkembangan keluarga, mempertahankan struktur dan fungsi
keluarga, serta menadaptasikan keluarga terhadap stresor di keluarga sehingga keluarga dapat
mengatasi permasalahan kesehatan secara mandiri. Pendekatan asuhan keperawatan keluarga
melalui pelaksanaan 5 (lima) tugas kesehatan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan perilaku perawatan diri. Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan
memegang peranan penting dalam merubah perilaku penderita dan keluarga sehingga terjadi
keseimbangan dan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri (Muhtar, 2016)
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyleseikan masalah
kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes
RI,1998) Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga (Mubarok,dkk,2006).
Dikalangan remaja, status gizi lebih merupakan permasalahan yang merisaukan
karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan dapat menyebabkan gangguan
psikologis yang serius. Gangguan makan dapat mengakibatkan kinerja seseorang dalam
beraktifitas tidak optimal dan bahkan dapat menimbulkan penyakit yang akan mengganggu
rutinitas sehari-hari. Diperkirakan bahwa lebih dari 1% wanita yang berusia antara 15-30
tahun menderita anoreksia nervosa, kemudian 2% diantaranya bulimia nervosa dan 15% lagi
mengalami gangguan makan secara berlebihan (Sri Wahyuni, 2017)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan perawatan promotif preventif serta asuhan
keperawatan yang tepat pada keluarga sesuai dengan konsep keperawatan keluarga
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu keluarga diwilayah kerja
KKN
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
c. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga
binaan asuhan keperawatan keluarga
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Keperawatan Keluarga


2.1.1 Definisi
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga,untuk membantu menyleseikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan (Depkes RI,1998) Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses
yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama
dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga (Mubarok,dkk,2006).
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatu pendekatan
yang sistemik yaitu dengan keperawatan kesehatan keluarga. Pendekatan ini
digunakan dalam rangka mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi keluarga dimulai dari pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan
keluarga,perencanaan, pelaksanaan dan teknik evaluasi (Jhonson & Leny, 2017)

2.1.2 Tipe keluarga


Menurut (Setyowati, 2007) tipe keluarga terbagi menjadi:
a. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja
atau kuliah).
2.1.3 Tipe keluarga
Dalam (Setiadi, 2008) tipe keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri
2.1.4 Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi, 2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut:

A Fungsi biologi a Untuk meneruskan keturunan b


Memelihara dan membesarkan c Memenuhi kebutuhan
gizi keluarga d Memelihara dan merawat anggota
keluarga
B Fungsi psikologis a Memberikan kasih sayang dan rasa
aman b Memberikan perhatian diantara anggota
keluarga. c Membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga d Memberikan identitas keluarga
C Fungsi sosialisasi a Membina sosial pada anak.
b Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
c Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
D Fungsi ekonomi a Mencari sumber – sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.
b Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
E Fungsi pendidikan a Menyekolahkan anak untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki b Mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa. c Mendidik anak sesuai dengan
tingkat-tingkat perkembangannya

2.1.5 Tugas kesehatan


Tugas Kesehatan Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2007), yaitu : a
Mengenal masalah kesehatan
b Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c Memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit d Mempertahankan /
menciptakan suasana rumah sehat e Mempertahankan hubungan dengan
menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
2.1.6 Peran keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga. c peran anak :
d anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
2.1.7 Peran perawat kesehatan keluarga
Dalam (Setiadi, 2008)memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain : a. Pemberian
Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan untuk
merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan petunjuk tentang
Asuhan Keperawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat
dalam mengatasi masalah-masalah perawatan keluarga.
2.1.8 Tahapan perkembangan keluarga
Tahapan perkembangan keluarga menurut (Setiadi, 2008) yaitu:
A. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaoti suami dan istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara
psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-
masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-
masing. Masing-masing belajar hidup Bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja
dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat
untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: a.
Membina hubungan intim dan kepuasan Bersama
b. Menetapkan tujuan Bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial
d. Merencanakan KB
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjnadi
orang tua.
B. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui
beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan
kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua
pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sbeliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain: a.
Persiapan menjadi orang tua
b. Membagi peran dan tanggung jawab
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan susasan rumah yang
menyenangkan
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
C. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadapt kebutuhan-
kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga
kebuthan anak, suami dan istri, juga pekerjaan dapat terpenuhi. Orang tua menjadi
arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar
kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja
sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkambangan individual anak, khsususnya kemandirian anak agar tugas
perkambangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tingga,
privasi, dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
D. Tahap ke empat keluarga dengan anak usia sekolah (families with vhildren)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di
sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula
orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga
perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga
(orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, Pendidikan dan semangat
belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya itelektual
d. Menyediakan aktfitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak
E. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab meningat
remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
F. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center
families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal Bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap
ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas
anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih
mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasnagan perlu menata ulang dan
membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dan merawat anak dan merasa kosong karena anak-anaknya
sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu
melakukan aktfitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap
memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan sebagai sumai istri, kakek dan nenek
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya
G. Tahap ketujuah keluarga usia pertenagahn (moddle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pension atau salah satu pasangan meinggal. Pada tahap ini semua anak
meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan
dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: a.
Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dnegan generasi tua
d. Keakraban dnegan pasangan
e. Memelihara hubungan /kontak dengan anak dan keluarga
f. Persiapan masa tua atau pension dengan meningkatkan keakraban pasangan
H. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pension, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pension
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stressor dan
kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap
ini. Usia lanjut umunnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri daripada
tinggal Bersama anaknya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami sitri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review
f. Menerima kematian pasnagan, kawan, dan mempersiapkan kematian

2.1.9 Sistem keluarga


Menurut (Setiadi, 2008) keluarga sebagai sistem diantaranya:
A. Pola komunikasi keluarga
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem terbuka dan
sistem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan secara langsung, jelas,
spesifik, tulus, jujur, dan tanpa hambatan. Sedangkan pola komunikasi sistem
tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling
menyalahkan, kacau, dan membingungkan.
B. Aturan keluarga
a. Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah sesuai
kebutuhan keluagra dan bebas mengeluarkan pendapat.
b. Sistem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan
zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan pendapat terbatas.
C. Perilaku anggota keluarga
a. Sistem terbuka: sesuai dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,
mampu berkembangan sesuai kondisi. Harga diri, percaya diri, mengikat, dan
mampu mengembangankan dirinya.
b. Sistem tertutup: sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu bergantung), tidak
berkembang. Harga diri: kurang percaya diri, ragu-ragu, dan kurang dapat
dukungan untuk mengembangkan.
2.2 Anoreksia
2.2.1 Definisi
Anorekia Nervosa adalah penyakit psikologis berupa kelaparan yang disengaja
akibat gangguan citra tubuh, ketakutan yang berlebihan dan irasional terhadap
peningkatan berat badan (Kimberly, 2011). Menurut (Muttaqin, 2010) Anorekia
Nervosa adalah sebuah gangguan makanan yang ditandai dengan kelaparan secara
sukarela dan stres dari melakukan latihan yang melibatkan psikologikal, sosiologikal,
fisiologikal. Anoreksia nervosa merupakan salah satu gangguan makan (eating
disorder) yang banyak diderita wanita, khususnya model. Orang yang mengidap
anoreksia memiliki ketakutan yang berlebih jika berat badannya naik
2.2.2 Etiolgi A
Faktor biologi
Terdapat penelitian fungsi dari hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis
pada pasien anoreksia nervosa secara prinsip ditemukan hiperkortisolisme di mana
HPA berperan dalam melepaskan hormon kortikotropin yang mempengaruhi
pasien menjadi anoreksia (Muttaqin, 2010)
B Faktor sosiokultural pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga yang
depresi,
ketergantungan alkohol atau gangguan makan
C Faktor psikologis
Takut gemuk, tekanan untuk berprestasi, perilaku sosial yang menyetarakan
kerampingan dengan kecantikan
2.2.3 Manifestasi klinis
Menurut National Eating Disorders Association (NEDA, 2012), anorexia nervosa
memiliki empat gejala utama sebagai berikut:
a. Perlawanan mempertahankan berat badan pada atau di atas berat badan minimal
yang normal untuk usia dan tinggi
b. Takut menjadi gemuk, meskipun berat badan dibawah normal
c. Ketidakpuasan terhadap aspek tertentu pada penampilan fisik atau penolakan diri
yag serius terhadap berat badan rendah
d. Kehilangan periode menstruasi pada anak perempuan dan wanita pasca-pubertas

Pasien anoreksia nervosa dapat diobati dengan baik secara rawat jalan
(outpatient). Akan tetapi, bila pasien menunjukkan setiap tanda berikut, pasien wajib
dirawat di rumah sakit;

a. Penurunan berat badan dengan cepat setara dengan 15% atau lebih dari massa
tubuh normal.
b. Bradikardia persisten (50 kali/meit atau kurang)
c. Bradikardia persisten (50 kali/meit atau kurang)
d. Hipotensi dengan sistolik kurang dari atau sama dengan 90 mmHg
e. Hipotermia (suhu tubuh inti kurang dari atau sama dengan 36,1ºC)
f. Ditemukan komplikasi medis, pikiran untuk bunuh diri
g. Sabotase persisten atau hambatan untuk terapi rawat jalan akibat penolakan
kondisi dan perlunya mendapat terapi
h. Insidens

2.2.4 Komplikasi
a. Amenore
b. Erosi gigi dan gusi serta karies gigi
c. Gagal jantung, denyut jantung abnormal dan tekanan darah yang sangat rendah
mengakibatkan otot jantung sehingga beresiko untuk megalami gagal jantung
d. Pengurangan kepadatan tulang (osteoporosis), komposisi tulang menjadi kering,
rapuh akibat densitas mineral tulang mengalami penurunan.
e. Gagal ginjal, yang diakibatkan dehidrasi berat
f. Kematian
2.2.5 Penatalaksanaan
A Terapi umum
a Modifikasi perilaku b Aktivitas dikurangi bila aritmia
jantung c Psikoterapi kelompok, keluarga, atau individu d
Diet seimbang dengan pola makan normal e parenteral bila
perlu f Peningkatan aktivitas fisik secara bertahap
ketika terjadi g peningkatan dan stabilisasi berat badan.
B Pengobatan a Suplemen vitamin dan mineral b Penggantian elektrolit c Serotonin
reuptake inhibitors seperti sitalopram, fluoksetin, dan sertalin setelah terjadi
peningkatan berat badan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada BAB ini, penulis memaparkan hasil pengkajian dan asuhan keperawatan pada
keluarga Tn.M dengan kasus anorexia pada remaja di RT 04 RW 01 Kelurahan Pinang Ranti
Kecamatan Makassar. Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik. Langkah-langkah yang digunakan penulis untuk lakukan asuhan
keperawatan sebagai berikut:

a Pengkajian b Analisa Data c


Rumasan Masalah d Skoring
Masalah e Rencana Tindakan
Keperawatan f Pelaksanaan g
Evaluasi
3.1 Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 09 Desember 2020

RT/RW : 004/001

Kelurahan : Pinang Ranti

I. DATA UMUM
1. NAMA KEPALA KELUARGA : Tn. Maulana
2. ALAMAT DAN NO TELFON : Jalan kapulaga III Blok E.2 No.1 Rt.5 Rw.9
Kel.pinang ranti Kec.Makassar
3. KOMPOSISI KELUARGA :

NO NAMA JENIS HUBUNGAN PEKERJAAN TEMPAT PENDIDIKAN


KELAMIN KELUARGA TANGGAL TERAKHIR
LAHIR
1. Maulana Laki-laki Suami PNS Jakarta D3
Muhammad
Zuchron

2. Siti Sunarti Perempuan Istri Ibu rumah Jakarta D3


tangga

3 Ahmad Yasin Laki-laki Anak Mahasiswa Jakarta SMA


Hafidhuddin
4. Salim Segaf Laki-laki Anak Mahasiswa/ IT Jakarta SMA
Alqosam konsultan

5. Khansa Perempuan Anak Pelajar Jakarta SD


Hanifa
Hanum
4. Tipe keluarga : Keluarga Inti (Nuclear Family)
5. Suku budaya : Sunda / Jawa, bahasa sehari-hari Indonesia
6. Agama : Islam
7. Status social ekonomi keluarga : Pendapatan Keluarga >Rp. 5 000 000
8. Aktivitas rekreasi keluarga : menonton TV
II. RIWAYATAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
9. Tahapan Perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak dewasa,
mempersiapkan anakna untuk hidup mandiri, menciptakan lingkungan rumah yang
dapat dicontoh bagi anaknya yg akan berkeluarga.

10. Tahapan Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi : keluarga dengan anak
dewasa (anak meninggalkan rumah). Anak belum menikah.

11. Riwayat keluarga inti:


a Tn.M sebagai kepala keluarga, merokok setiap hari, minum kopi setiap hari,
pernah dilakukan chest tube dengan diagnosa efusi pleura. Riwayat lakalantas
b NY.S sebagai istri dari Tn.M c An. A sebagai anak pertama dari Tn.M dan
Ny.S. memiliki varises di lengan atas karena rutin angkat beban. Gigi
berlubang
d An.S sebagai anak kedua dari Tn.M dan Ny.S e An.K sebagai anak ketiga dari
Tn.M dan Ny.S. memiliki fostur tubuh yang gemuk. An.K sering lakukan diet
sampai 1 hari tidak makan nasi. An.K mudah insecure jika ada orang yang
mengatakan fostur tubuhnya gemuk.

12. Riwayat keluarga sebelumnya: -

III. DATA LINGKUNGAN

13. Karakteristik Rumah: luas rumah >60Meter. Memiliki jendela yg dibuka


setiap hari. Memiliki kandang peliharaan diluar rumah dan tidak terurus. Menampung
jentik nyamuk untuk pakan ikan.
Tangga lantai atas

Kamar tidur
Gudang
Kamar
mandi
Dapur
Kamar
Garasi
mandi
motor
Kamar
Ruang keluarga
tidur
Garasi
mobil Teras rumah

Penampungan pakan ikan


14. Karakteristik tetangga dan komunitas sekitarnya: tetangga disekitar ramah,
saling menolong jika keluarga butuh pertolongan,

15. Mobilitas geografi keluarga: keluarga tinggal perumahan cipto rt6 sejak tahun
2000, namun pada tahun 2006, keluarga pindah ke Rt5 yang masih berada di 1
perumahan.

16. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat: keluarga berinteraksi


dengan baik dengan keluarga dan masyarakat. Tn.M An.A dan An.S mengikutin kajian
setiap hari minggu pagi. Ny.S mengikuti kajian setiap kamis sore, namun break
semenjak pandemi.

17. Sistem pendukung keluarga: keluarga saling tolong menolong, ibu mempunyai
usaha makanan siap saji, dan anak memiliki usaha peternakan ikan hias. Semuanya
saling suport baik dari segi waktu maupun materi.
IV. STRUKTUR KELUARGA

18. Pola komunikasi keluarga: keluarga berkomunikasi secara langsung dengan baik,
keluarga berdiskusi untuk tentukan sebuah keputusan. Kelurga menggunakan bahasa
indonesia sebagai bahasa sehari-hari

19. Struktur kekuatan keluarga: Tn.M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dan
mengambil keputusan didalam keluarga

20. Struktur peran

Tn.M: Sebagai kepala keluarga, mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga

Ny.S: Sebagai istri dari Tn.M, menyiapkan kebutuhan dapur dan mengatur kebutuhan
anak sekolah

An.A: Sebagai anak ke-1

An.S: Sebagai anak ke-2, sudah bekerja dan membantu memberikan tambahan nafkah
untuk keluarga

An.K: Sebagai anak ke-3

21. Nilai dan norma keluarga: agama. Didalam agama anak harus patuh terhadap orang
tua, istri patuh terhadap suami.

V. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
22. Fungsi Afektif: orang tua mendukung anak untuk berhubungan dengan orang
lain, orang tua mengajarkan pentingnya memiliki relasi dengan banyak teman.
Keluarga memfasilitasi anak untuk dapat berkomunikasi dengan temannya

23. Fungsi Sosialisasi: keluarga bersosialisasi dengan baik dilingkungannya,


keluarga tidak dijauhi oleh tatangganya. Keluarga lebih memilih untuk menyapa
terlebih dahulu, dibanding menunggu untuk disapa

24. Fungsi Perawatan Kesehatan: kepala keluarga merupakan seorang perawat,


sehingga keluarga sudah pasti memiliki persentase kesehatan yg tinggi.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

25. Sumber stress dan kekuatan keluarga: keluarga sedang menyekolahkan 2


anaknya ambil program S1, dan 1 anaknya yg SMP. Financial keluarga didukung oleh
keluarga besar dari istri
26. Kekuatan keluarga berespon terhadap stressor: Tn.M yg paling utama
menghadapi dan berusaha menyelesaikan stressor tersebut, namun jika tn.M tidak
mampu selesaikan, maka anak laki-laki nya yang akan selesaikan.

27. Strategi koping yang digunakan: jika ada masalah selesaikan jangan di
abaikan, segera aasi sebelum semakin parah

28. Strategi adaptasi disfungsional keluarga: orang tua berdiskusi dan berusaha
untuk mengembalikan fungsi keluarga yang seutuhnya

VII. PEMERIKSAAN FISIK : (Semua anggota keluarga)


NO PEMERIKSAAN Tn. M Ny. S Anak A Anak S Anak K
FISIK

1 KEPALA Luka (-), Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada luka. Tidak ada luka,
rambut hitam luka, rambut rambut hitam
luka, rambut Rambut hitam,
mulai beruban, bersih hitam. bersih.
rambut bersih, rapuh, mulai ketombe (+)
rambuat bersih rontok,

2 MATA Tidak anemis, Tidak anemis, Tidak anemis, Tidak anemis, Tidak anemis,
tidak ikterik, simetris, tidak
tidak ikterik, tidak ikterik, tidakikterik,
simetris, pakai ikterik, tidak
kacamata + simetris, simetris, memakai simetris, mata
kacamata silinder, tidak
menggunakan riwayat gunakan
kacamata - kacamata
gunakan
kacamata –
0,25

3 HIDUNG Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, simetris, Bersih, simetris,


indra pencium indra pencium
simetris, indra simetris, indra simetris, indra
berfungsi dengan berfungsi dengan
pencium pencium pencium baik, tidak ada baik, tidak ada
luka luka
berfungsi berfungsi berfungsi
dengan baik, dengan baik, dengan baik,
tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka
4 MULUT Mulut bau Bersih, Bersih, Bersih, gigi Bersih, gigi
gigi berlubang, gigi lengkap, tidak ada lengkap, tidak ada
rokok, gigi
tidak lengkap, lengkap, tidak luka luka
lengkap, berlubang, ada luka
bersih, tidak tidak ada luka
ada luka

5 LEHER Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
tidak ada kaku tidak ada kaku
tidak ada kaku tidak ada kaku tidak ada kaku kuduk kuduk
kuduk kuduk kuduk

6 DADA Tidak ada Tidak ada Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka,
luka, simetris, simetris, tidak ada
luka, simetris, simetris, tidak simetris, tidak ada
tidak ada retraksi dada, ada
retraksi dada, tidak ada ada retraksi retraksi dada, bekas luka
ada bekas luka operasi efusi
retraksi dada, dada, Bunyi Bunyi jantung
operasi efusi pleura. Bunyi
pleura. Bunyi Bunyi jantung jantung lupdup lupdup 82x/ jantung lupdup
jantung lupdup lupdup 90x/ 86x/ menit. menit. Suara 80x/ menit. Suara
94x/ menit. nafas vesikuler
Suara menit. Suara Suara nafas nafas vesikuler
nafas vesikuler 19x/menit. Tidak
18x/menit. ada masa, tidak
vesikuler
17x/menit.

nafas vesikuler Tidak ada Tidak ada ada pembesaran, 17x/menit. Tidak
18x/menit. masa, tidak ada masa, tidak ada tidak ada ada masa, tidak
Tidak ada pembesaran, pembesaran, penumpukan ada pembesaran,
masa, tidak ada tidak ada tidak ada cairan tidak ada
pembesaran, penumpukan penumpukan penumpukan
tidak ada cairan cairan cairan
penumpukan
cairan

7 ABDOMEN Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


nyeri tekan, tidak
nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
ada pembesaran,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada bekas
luka, bersih
pembesaran, pembesaran, pembesaran,
tidak ada bekas tidak ada bekas tidak ada bekas
luka, bersih luka, bersih luka, bersih.
8 TANGAN Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka,
lengkap, lengkap, lengkap, lengkap, simetris, lengkap, simetris,
simetris, simetris, simetris, jari lengkap, kuku jari lengkap, kuku
jari jari jari bersih, kulit bersih, kulit
lengkap, kuku lengkap, kuku lengkap, kuku elastis, kulit tidak elastis, kulit tidak
bersih, kulit bersih, kulit bersih, kulit kering kering
elastis, elastis, elastis,
kulit kulit kulit
tidak kering tidak kering tidak kering,
terdapat varises
pada lengan
atas daerah
axila.

9 TTV TD : 120/80 TD : 110/70 TD : 115/80 TD : TD :


mmHg mmHg mmHg 100/70 105/72
mmHg mmHg
S : 36,5 S : 37 S : 36,5
S : 36,5 S : 36,5
N : 94 N : 90 N : 86
N : 82 N : 80
RR : 18 RR : 1 RR : 18
RR : 19 RR : 17
10 TB/BB TB : 158 TB : 148 TB : 169 TB : 168 TB : 165
BB : 55
BB : 45 BB : 59 BB : 52 BB : 50

11 KAKI Tidak ada Tidak ada ada varises, Tidak ada varises, Tidak ada varises,
varises, varises, simetris, tidak simetris, tidak ada simetris, tidak ada
simetris, tidak simetris, tidak ada luka, kulit luka, kulit tidak luka, kulit tidak
ada luka, kulit ada luka, kulit tidak kering, kering, bersih, kering, bersih,
tidak kering, tidak kering, bersih,
bersih, bersih,

12 ELIMINASI BAB setiap BAB setiap BAB setiap BAB setiap hari. BAB setiap hari.
hari. BAK 5- hari. BAK 5- hari. BAK 5- BAK 5-7x/ hari BAK 5-7x/ hari
7x/ hari 7x/ hari 7x/ hari

13 KESADARAN Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis
VIII. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
Setelah keluarga dibina oleh mahasiswa / petugas kesehatan, masalah
kesehatan yang ada dikeluarga dapat teratasi, dan keluarga dapat lebih menjaga
kesehatannya secara mandiri.
3.2 Rumusan masalah
No Analisa Data Masalah Penyebab
1. - An.K sering merasa insecure ketika ada Gangguan konsep Ketidaktahuan keluarga
diri tentang penyebab
yang mengatakan fostur tubuhnya
anoreksia
gemuk
- An.K sering tidak makan nasi dengan
alasan hawatir semakin gemuk
- An.A sering mengajak An.K untuk
olahraga, namun An.K tidak mau
- Keluarga tdak mengetahui bahwa An.K
mengalami tanda anoreksia

2. - Penurunan berat badan yang signifikan Resiko Dehidrasi Ketidaktahuan keluarga


dari 65 menjadi 50kg dalam waktu 2 tentang resiko terjadinya
bulan

- An.K melakukan diet ketat untuk mal nutrisi akibat


mengurangi BB
anoreksia
3. - Keluarga mengatakan tidak mengerti apa Ketidakmampuan Ketidaktahuan keluarga
cara mengataasi anoreksia
penyebab anak.K diet ketat keluarga mengambil
- Keluarga tidak tahu caranya mencegah keputusan untuk
anak.K agar tidak lakukan diet ketat mengatasi anoreksia
terus-menerus

Diagnosa Keperawatan Keluarga:


1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang
penyebab anoreksia
2. Resiko dehidrasi berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang resiko
terjadinya mal nutrisi akibat anoreksia
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anoreksia
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga cara mengataasi anoreksia
3.3 Skoring masalah

1. Gangguan konsep diri pada anggota keluarga Tn.M berhubungan dengan


ketidaktahuan keluarga tentang penyebab anoreksia
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 a.Sifat masalah: 3 1 3/3x1=1 Anggota keluarga mengalami tanda


dan gejala Anoreksia
Aktual : 3

Risiko : 2

Potensial : 1

b.Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Anggota keluarga memiliki


financial yang mencukupi untuk
masalah
menunjang kebutuhan remaja untuk
dapat meningkatkan gambaran konsep
diri. Namun keluarga tidak
diubah:

Mudah : 2

Sebagian : 1
Tidak dapat : 0 mengetahui bahwa remaja
mengalami gangguan konsep diri

c..Potensial 2 1 2/3x1=0,7 Keluarga dapat bekerja sama


masalah dengan baik, namun anak
sangattertarik untuk memiliki
untuk badan yg ideal / ramping
dicegah:

Tinggi : 3

Cukup : 2

Rendah : 1
d.Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 Bila tidak segera ditangani
masalah: memungkinkan terjadinya
komplikasi dehidrasi/ mal nutrisi
Masalah berat dan
harus segera
ditangani :2

Ada masalah tapi


tidak perlu
ditangani : 1

Masalah tidak
dirasakan : 0

Total 3,7

2. Resiko dehidrasi berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang komplikasi


akibat anoreksia
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

2 a. Sifat masalah: 2 1 2/3x1=0,7 Remaja beresiko dehidrasi karena


lakukan diet ketat untuk
Aktual : 3
mendapatkan fostur tubuh yang
Risiko : 2
ideal/ ramping
Potensial : 1

b.Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Keluarga dapat diajak


masalah dapat bekerjasama untuk mengatasi
mencegah terjadinya dehidrasi.
diubah: Namun anak sulit untuk dibujuk
minum/ makan
Mudah : 2

Sebagian : 1

Tidak dapat : 0

c.Potensial masalah 2 1 2/3x1=0,7 Keluarga siap untuk memenuhi


untuk dicegah: intake cairan dan makanan,
namun remaja sulit dibujuk untuk
Tinggi : 3
makan
Cukup : 2 minum
Rendah : 1
d.Menonjolnya 1 1 1/2x1=1 Bila tidak segera ditangani
masalah: memungkinkan terjadinya
komplikasi dehidrasi/ mal nutrisi
Masalah berat dan
harus segera
ditangani :2

Ada masalah tapi


tidak perlu ditangani
:1

Masalah tidak
dirasakan : 0

Total 3,4

3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anoreksia


berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga cara mengataasi anoreksia
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

3 a. Sifat masalah: 3 1 3/3x1=1 Keluarga tidak mengerti harus


mengambil tindakan apa untuk
Aktual : 3 mengatasi anoreksia pada remaja

Risiko : 2

Potensial : 1

b.Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 keluarga sangat menginginkan


remaja dapat sembuh dari penyakit
masalah
anoreksianya. Keluarga juga
dapat sangat antusias untuk mencari
informasi cara mencegah dan
diubah:
mengobati anoreksia
Mudah : 2

Sebagian : 1

Tidak dapat : 0
c.Potensial masalah 1 1 1/3x1=0,3 Keluarga tidak mengetahui sama
untuk dicegah: sekali langkah apa yg harus
diambil untuk mengobat/
Tinggi : 3
mencegah
Cukup : 2 anoreksia
Rendah : 1

d.Menonjolnya 1 1 2/2x1=1 Bila tidak segera ditangani,


keluarga tidak akan pernah mampu
masalah:
untuk mengambil keputusan yang
tepat dalam pengobatan remaja
Masalah berat dan
anoreksia
harus segera
ditangani :2

Ada masalah tapi


tidak perlu
ditangani : 1

Masalah tidak
dirasakan : 0

Total 3,3

Berdasarkan hasil skoring masalah diatas, didapatkan prioritas masalah sebagai berikut:

1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang penyebab


anoreksia
2. Resiko dehidrasi berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang resiko terjadinya
mal nutrisi akibat anoreksia
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anoreksia
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga cara mengataasi anoreksia
3.4 Rencana tindakan keperawatan

N0 DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Gangguan konsep diri Setelah dilakukan 1. Jelaskan pengertian
berhubungan dengan kunjungan rumah sebanyak penyakit anoreksia
ketidaktahuan keluarga 2x diharapkan keluarga 2. Jelaskan penyebab
tentang penyebab mampu meningkatkan anoreksia
anoreksia konsep diri pada An.K 3. Jelaskan tanda dan
dengan kriteria hasil: gejala terjadinya
Keluarga dapat menjelaskan anoreksia
secara lisan tentang 4. Jelaskan cara
penyakit Anoreksia. pengobatan
Keluarga dapat mengetahui anoreksia
penyebab remaja 5. kaji ulang tingkat
mengalami pengetahuan
keluarga tentang
gangguan konsep diri anoreksia

2 Resiko dehidrasi Setelah dilakukan 1. Diskusikan tentang


berhubungan dengan kunjungan rumah sebanyak
akibat penyakit
ketidaktahuan keluarga 2x diharapkan Keluarga
tentang resiko dapat merawat anggota anoreksia
terjadinya mal nutrisi keluarga dengan anoreksia 2. Diskusikan cara
akibat anoreksia dengan kriteria hasil:
Keluarga dapat menjelaskan mencegah
secara lisan komplikasi dari komplikasi resiko
anoreksia dan dapat
meningkatkan asupan dehidrasi
makan minum pada remaja. 3. Susun jadwal makan
Tidak terjadi tanda
dehidrasi pada remaja minum
untuk remaja
3 Ketidakmampuan Setelah dilakukan 1. jelaskan treatment/
kunjungan rumah sebanyak
keluarga mengambil pengobatan untuk
2x diharapkan keluarga
keputusan untuk dapat mengambil keputusan mengatasi anoreksia
yang tepat terhadap anggota
mengatasi anoreksia 2. diskusikan dengan
keluarga yang menderita
berhubungan dengan anoreksia dengan kriteria keluarga apa saja
ketidaktahuan keluarga hasil: keluarga dapat keputusan yang
menentukan treatment yang
cara mengataasi tepat kepada remaja dengan harus diambil untuk
anoreksia anoreksia, keluarga dapat meningkatkan
meningkatkan percaya diri
remaja kepercayaan diri
remaja
3. bantu keluarga
untuk ambil
keputusan yang
tepat tentang

treatment remaja
anoreksia
4. buatkan
jadwal
aktivitas pada
remaja untuk
bersosialisasi

dengan kelompok

3.5 Pelaksanaan
No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
1 16/12/2020 Gangguan konsep diri 1. Menjelaskan pengertian 1. Struktur
berhubungan dengan penyakit anoreksia Ny.S bersama An.K
ketidaktahuan keluarga 2. Menjelaskan penyebab mengikuti pendidikan
tentang penyebab penyakit anoreksia kesehatan tentang
anoreksia 3. Menjelaskan tanda dan anoreksia pada
gejala terjadinya pertemuan ke-1
anoreksia 2. Proses
4. Menjelaskan cara Ny.S sangat
pengobatan anoreksia memperhatikan

5. Mengkaji ulang tingkat pemateri, dan sangat


pengetahuan keluarga antusias untuk bisa
tentang anoreksia
melakukan
peningkatan konsep
diri remaja. Ny.S
aktif tanya jawab.
Awalnya
Ny.s tidak
mengetahui
pengertian anoreksia,
setelah diberi PenKes
Ny.S jadi mengerti
tentang anoreksia.
Pertemuan melalui
Gmeet
3. Hasil
Ny.S dapat menjawab
pertanyaan post test

tentang anoreksia
dengan benar. Ny.S
sudah mengerti
tentang pengertian,
pengobatan, tanda
gejala, penyebab dari
anoreksia
2 17/12/2020 Resiko dehidrasi 1. Mendiskusikan tentang 1. Struktur
berhubungan dengan Tn.M menghadiri
akibat (komplikasi)
ketidaktahuan keluarga
tentang resiko penyakit anoreksia pertemuan ke-2 dan
terjadinya mal nutrisi 2. Mendiskusikan cara dapat bekerja sama
akibat anoreksia
mencegah komplikasi 2. Proses
resiko dehidrasi Tn.M aktif
3. Menyusun jadwal makan dalam
minum untuk remaja
mendiskusikan
treatment untuk
mencegah terjadinya
resiko dehidrasi pada
remaja. Pertemuan
melalui Gmeet
3. Hasil
Tn.M dapat
menyusun jadwal
makan dan minum
remaja, Tn.M
mengerti pentingnya
mencegah dehidrasi.
Tn.M mengupayakan
agar intake cairan
remaja terpenuhi

3 18/12/2020 Ketidakmampuan 1. Menjelaskan treatment/ 1. Struktur


keluarga mengambil Tn.M dan Ny.S
pengobatan untuk
keputusan untuk mengikuti pertemuan
mengatasi anoreksia mengatasi anoreksia
2. Mendiskusikan
dengan
berhubungan dengan keluarga apa saja ke-3 dan dapat
ketidaktahuan keluarga keputusan yang harus bekerja sama
cara mengataasi diambil untuk 2. Proses
anoreksia meningkatkan Tn.M dan Ny.S aktif
kepercayaan diri remaja dalam diskusi untuk
3. Membantu keluarga menentukan
untuk ambil keputusan treatment yang tepat
yang tepat tentang untuk remaja.
treatment remaja Keluarga
anoreksia mendiskusikan
4. Membuatkan jadwal jadwal aktivitas
aktivitas pada remaja untuk remaja agar
untuk bersosialisasi
dengan kelompok bisa meningkatkan
konsep dirinya
3. Hasil
Keluarga telah
menentukan jadwal
kegiatan pada remaja
yaitu mencarikan
remaja pengajian
remaja untuk
menambah teman dan
meningkatkan konsep
dirinya

References
Jhonson & Leny. (2017). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga. Yogyakarta:
Nuha Media.

Kimberly, B. A. (2011). kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan. jakarta:


EGC.

Muhtar, A. H. (2016). PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DALAM


MENINGKATKAN SELF CARE BEHAVIOR PENDERITA TUBERKULOSIS
PARU DI KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT. Jurnal Kesehatan Prima,
1579-1582.

Murwani, A. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta:
Mitra Cendikia Press.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik. . jakarta:
salemba medika.

Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyowati, S. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta:
Mitra Cendekia.

Sri Wahyuni, N. A. (2017). SISTEM PAKAR DIAGNOSA ANOREKSIA


NERVOSAMENERAPKAN METODE CASE BASED REASONING. KOMIK
(Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer), 52-55.

Anda mungkin juga menyukai