Anda di halaman 1dari 39

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010), keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling bergantung.
Ali (2010) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.

2. Ciri-ciri keluarga
1. Suami sebagai pengambil keputusan
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5. Pengambil keputusan
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7. Ikatan kekeluargaan sangat erat
8. Mempunyai semangat gotong-royong

3. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

4. Tipe Keluarga
a. Keluarga Inti (The nuclear family)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau
angkat).
b. Keluarga luas/besar (The extended family)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
c. Single parent
Suatu rumah tangga yang terdiri satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini disebabkan oleh perceraian.
d. Single adult
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : seorang yang telah dewasa tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah.
e. Keluarga asal (The family of origin)
Merupakan suatu unit keluarga yang tempat asal seseorang tersebut dilahirkan.
f. Keluarga berantai (The social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 1x dan
merupakan suatu keluarga inti.
g. Composite family
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
h. Cohabitation family
Dua orang yang menjadi 1 keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau
tidak.
i. Incest family
Sering dengan masuknya nila-nilai global dan pegaruh informasi yang sangat
dahyat , dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya nak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan
tirinya. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup satu
rumah tangga.
j. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).

5. Peran Keluarga
a. Peran dasar yang membentuk posisi social sebagai suami-ayah dan istri-ibu
antara lain sebagai berikut :
1. Peran sebagai provider atau penyedia.
2. Sebagai pengatur rumah tangga.
3. Perawatan anak baik yang sehat maupun yang sakit.
4. Sosialisasi anak.
5. Rekreasi.
6. Persaudaraan (lainship), memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal.
7. Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
8. Peran seksual.

b. Peran informal keluarga


1. Pendorong
2. Pengaharmonis
3. Inisiator-kontributor
4. Pendamai
5. Pencari nafkah
6. Perawatan keluarga
7. Penghubung keluarga
8. Pionir keluarga
9. Sahabat, penghibur, dan coordinator.

6. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Reproduksi (The Reproduction of Function)
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Sosialisasi (The Socialization of Function)
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
3. Fungsi Ekonomi (The Economic of Function)
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
4. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan (The Health Care Function)
Merupakan pertimbanagan vital dalam pengkajian keluarga yang memerlukan
penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti : makanan, pakaian, tempat
tinggal dan perawatan kesehatan. Jika dilihat dari perspektif masyarakat,
keluaraga merupakan sistem dasar , dimana perilaku sehat dan perawatan
kesehatan diatur, dilaksanakan dan diamankan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :


a. Keluarga mampu mengenali masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan .
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan
d. Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana
rumah yang sehat.
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasiitas pelayanan kesehatan yang tepat.

7. Peran perawat dalam perawatan kesehatan keluarga


a. Educator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga.
b. Coordinator
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan
keluarga. Misalnya klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan
yang kelanjutan dirumah, maka perlu koordinasi lanjutan asuhan keperawatan
dirumah.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah , klinik maupun
di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung atau
mengawasi keluarga memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit.
d. Pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur ubtuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan dan penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lainnya untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal.
g. Advokasi
Perawat sebagai advokat klien harus dapat melindungi hak dan kewajiban klien.
h. Fasilitator
Peran perawat disini adalah membantu keluarga didalam menghadapi kendala
untuk meningkatkan deraj kesehatannya.
i. Penemu kasus
Perawat berperan mengdentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga
tidak terjadi penyakit yang mewabah.
j. Modifikasi lingkungan
Perawat juga harus berperan dalam memodifikasi lingkungan, baik lingkungan
rumah maupun lingkunga masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang
sehat.

8. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap 1 Keluarga Baru (Pasangan Baru)
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga yang lain, teman, kelompok social.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap 2 Keluarga Anak Pertama (Child-Bearing)
1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan.
c. Tahap 3 Keluarga dengan Anak Prasekolah
1. Memnuhi kebutuhan anggota keluarag seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dan baik didalam mupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingungan sekitar).
5. Pembagian waktu untuk iindividu, pasangan dan anak (yang paling repot).
6. Pembagian tanggung jawab anggot keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk timuasi tumbuh dan kembang anak.
d. Tahap 4 Keluarga dengan Anak Sekolah
1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kebutuhan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Tahap 5 Keluarga dengan Anak Remaja
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mngingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f. Tahap 6 Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
1. Memperluas keluarga inti menjadi kelaurga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua suami/istri yangsedng sakit dan memasuki masa tua.
4. Membantu untuk mandiri dimasyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap 7 Keluarga dengan Usia Pertengahan
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Tahap 8 Keluarga dengan Usia Lanjut
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
5. Melakukan life review.

2.2. Konsep Ibu Hamil


a. Pengertian
Ibu hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan. Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan
sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu
rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah
pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika peristiwa ini berlangsung baik,
maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2005, p. 74).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan
diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis,
akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Cunningham,
2006).

b. Tanda Kehamilan
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah
dikenali dan merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan
kehamilan. Ada tiga tanda yang menunjukkan telah terjadinya suatu kehamilan,
yang pertama tanda persumtif adalah tanda dugaan seorang wanita mengalami
kehamilan, yang termasuk tanda persumtif ini antara lain adanya mual dengan atau
tanpa muntah, terjadi gangguan berkemih, fatigue (rasa mudah lelah) dan persepsi
adanya gerakan janin. Kedua adalah tanda kemungkinan hamil yang ditandai
dengan terhentinya menstruasi, perubahan pada payudara, adanya perubahan pada
mukosa vagina, selain itu terjadinya peningkatan pigmentasi kulit dan timbulnya
striae abdomen. Ketiga adalah tanda positif hamil yaitu terjadi pembesaran
abdomen, perubahan ukuran, bentuk dan konsistensi uterus, terjadi perubahan pada
serviks, serta adanya kontraksi braxtonhiks dan terakhir tanda pasti kehamilan yang
mana akan dapat diidentifikasi kerja jantung janin, adanyagerakan janin aktif, dan
deteksi kehamilan secara ultrasonografi (Cunningham, 2006).

c. Perkembangan / perubahan fisik kehamilan


a. Perubahan Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah,
pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
(topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan puting
susu, daerah yang bewarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar
areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini di sebut
areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan mrmbesar sehingga lebih
menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari
atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya ,
muncul garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut,
selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada
kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru)
dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lubus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis.
b. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok
untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai
berikut :
1) Payudara membesar, tegang dan sakit
2) Vena dibawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
3) Hiperpigmentasi mamae dan puting susu serta mucul areola mamae
4) Kelenjar montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan
agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat
berkembang baik bakteri
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang
sangat encer. Dari kelahiran 32 minggu sampai anak lahir, cairn yang
dikeluarkan lebih kental, berkawan kuning, dan banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut konlostrum.
d. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin membesar. Biasanya
hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah
kehamilan 5 bulan perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut
menjadi tegang dan pusat menonjol keluar. Timbul stria gravidarum dan
hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
e. Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang
menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
f. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis sebelah kanan dan kiri.
g. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar
h. Perkembangan/perubahan psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada :
1) Trimestri I meliputi : ambilvalen , takut,fantasi,dan khawatir.
2) Trimestri II meliputi : perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin mengingkat. Kadang tmpak
egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimestri III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert,
dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
i. Masalah yang sering terjadi
1) Respon terhadap perbuhanan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dannyata. Selama trimestri I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubunya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seirong bertambahnya usia kehamilan. Secra bertahap terjadi
kehilangan batasan-batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan
diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. Sikap wanita terhadap
tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakininya dan sifat
pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap
positif terhadap tubuh Biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring
kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada
kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka
dalam keadmaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan
persepsi yang permanen tentang diri mereka.
2) Ambivalensi selama kehamilan
Ambivalensi di spdefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivelensi
adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk
suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen
selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu
ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.
Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil
atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki
seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa
ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaantersebut. Perasaan
ambivalen berat yang menetap sampai trimestri III dapatmengindikasikan
bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah
kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaab ambivalen ini
biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemunhkinan
akat mengingat kembali saat-saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan
merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia
dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkab anak
cacat.

3) Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa
pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan
yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda-beda ini
dipengaruhi oleh faktor-faktir fisik, emosi dan interaksi, termasuk takhayul
tentang seks wanita. Dengan berlanjutan kehamilan, perubahan bentuk tubuh,
citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah
pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali
keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual,letih, dan
mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan
sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan
keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III
peningkatan keluah somatik (tubuh) dan ukuran tubuhdapat menyebabkan
kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun.
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan
seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap
yang laindan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan
seksual mereka. Kombinasi antara pasangan merupakan hal yang penting.
Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi
dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat
perikaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan-perubahan yang
mereka amali, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan
menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar
kominikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang
perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa
hamil.
4) Kekhawatiran tenang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda-beda selama
masa hamil. Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja
tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode
ini berlaku. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya
gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan
rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusha untuk memperoleh
kepastianbahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut
kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah.

j. Tugas perkembangan
a. Menerima kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialahmenerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita
tersebut. Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapam wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan
b. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencarakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan. Wanita lai memandang kehamilan sebagai suatu hasil
alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan,
bergantung pada keadaan. Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan
dipicu gejala-gejala awal untuk mencari validasu medis tentang
kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perawsaan kuat, seperti
“tidak sekarang,” bukan saya,” dan ”tidak yakin,” mungkin menunda
mencari pengawasan dan perawatan. Namun, beberapa wanita menunda
validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan
budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandangi sebagai suatu peristiwa
alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi
yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon“ suatu hari nanti, tetapi tidak
sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai
kehendak alam. Banyak wanita mula-mula terkejut ketika mendapatkan diri
mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran
seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima
kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita
mungkin tidak menyukai kenyataa dirinya hamil, tetapi agar anak itu
dilahirkan.
c. Respon emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilan sering memandang
hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana
hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya
diri akan hasil akhir untik dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota
keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaab mereka baik, namun
kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk
dijumpai pada wanita hamil. Perubahan mood yang cepat dan peningkatan
sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calonibu dan orang-
orang disekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan
kemerahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa
muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi sama sekali. Perubahan
hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat
menjadi penyebab berubahan mood, hampir sama seperti saat akan
menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau
rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan
timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan,
wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia
bersedia membicarakan hal-hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas
hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran-pikiran dan gejala-
gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggap
protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan
kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan
kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik
untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diinginkan, sara tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan
untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasany membawa keberhasilan. Rasa
senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan
dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tudak nyaman
ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak
nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan
tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan
kemampuan koping perlu dilakukan.
d. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan
seorang wanita, yakini melalui memori-memori ketika ia,sebagai seorang
anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran
fiminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita
karir, menikah atau tidakmenikah, dan mandiri dari pada interdependen.
Peran-peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi,
dan merawat adik-adik, dapat meningkatkan pmahaman tentang arti menjadi
seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai
anak-anak dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi
untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap
kehamilan dan akhirnya terdapat adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi
orang tua. Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti
menjadu seoranf ibu bagi mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti
tidak menginginkan kehamilan dan keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan karir dan anak harus diselesaikan.
e. Hubungan ibu dan anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dengan melamunkan dirinya menjadi
ibu. Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya adalah seoranf ibu dan
membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang
sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat,
penuh cinta,dan dekat dengananaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
kehidupannya akibat kehadiransang anak dan membayangkan apaka mereka
bisa bertahan terhadap kebisingan, ke,acauan, kurangnya kebebasan, dan
bentuk perawatan yang harus mereka berikan mereka mempertanyakan
kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum
dilahirkan ini. Menemukan bahwa wanita “menerapkan “ dan menguji
perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita
lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan
sebagai sumber informasi dn pengalaman. Hubungan ibu-anak terus
berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan.
f. Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
dari sang anak, karena semakin banyaj bukti menunjukkan bahwa wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi
persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ada
2 kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil :
1. Kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai.
2. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya
terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kedalam keluarga.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu bertambahnya
seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama-lamanya.
g. Kesiapan kelahiran
Menjelang akhir trimestri III, wanita akan menglmi kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga menggaanggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan
timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa
canggung mengganggu kemampuannyamelakukan pekerjaan rumag tangga
rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjanani
persakinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campur keduang.
Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikan membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

2.3. Konsep Anemia pada Ibu Hamil


1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin darah kurang dari
normal, yang berbeda untuk kelompok umur dan jens kelamin. Secara klinis,
anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah persentil 10.
Anemia merupakan suatu kondisi pada ibu hamil dimana kadar hemoglobin
(Hb) yang lebih rendah dari 11g/dL pada trisemester pertama dan ketiga, dan
kurang dari 10,5 g/dL pada trisemester kedua (Cunningham, 2009). Berdasarkan
WHO batas normal hemoglobin untuk ibu hamil adalah 11gr%. Anemia adalah
konsentrasi hemoglobin kurang dari 12gr/dL pada wanita yang tidak hamil dan
kurang dari 10gr/dL pada wanita hamil dan nifas.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) di bawah normal (Brunner & Suddart, 2002 : 22).

2. Etiologi
a. Sementara itu menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya
adalah :
1. Pendarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12 dan asam folat
3. Penyakit kronik seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema,
dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggguapan sum-sum tulang belakang membentuk sel-sel darah.
6. Malabsorpsi
b. Penyebab anemia pada kehamilan
1. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil.
2. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
3. Pada wanita terjadi kehilangan besi yang berlebihan karena pendarahan
akibat persalinan sebelumnya atau mestruasi.
4. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan.

3. Manifestasi Klinis
Gejala anemia pada kehamilan diantaranya yaitu :
1. Ibu mengeluh cepat lelah.
2. Sering pusing
3. Mata berkunang-kunang,
4. Malaise,
5. Lidah dan bibir pucat,
6. Nafsu makan turun (anoreksia),
7. Konsentrasi hilang,
8. Keluhan mual muntah pada hamil muda,
9. Palpitasi.

4. Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang maikn meningkat terhadap plasenta dari pertumbuuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trisemster ke 2
kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000
ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus.
Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang
menyebabkan peningkatan ekresi aldesteron.

5. Klasifikasi
Pemeriksaan hemoglobin pada ibu hamil secara rutin harus dilakukan minimal 2
kali yaitu pada trisemester I dan trisemseter III (Dep. Kes RI, 2003).
Klasifikasi anemia menurut DepKes RI :
a) Normal : kadar Hb dalam darah >11gr%
b) Anemia Ringan : kadar Hb dalam darah 8-<8gr%
c) Anemia Berat : kadar Hb dalam darah <8gr%.
Klasifikasi menurut WHO :
a) Normal : kadar Hb >11gr%
b) Anemia ringan : kadar Hb 8gr%
c) Anemia berat : kadar Hb <8gr%

Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :


a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur zat besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya
perdarahan. Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama
dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam
kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, lebih-lebih pada
kehamilan kembar. Pemberian suplemen zat besi selama kehamilan sangat
dianjurkan untuk menstransfer zat besi dari ibu ke janin yang diatur oleh
plasenta. Zat besi ditransfer ke janin setelah 30 minggu usia kehamilan dimana
puncak efisiensi zat besi ibu. Ketika status zat besi ibu menurun, jumlah reseptor
transferin plasenta meningkat sehingga lebih banyak zat besi diambil oleh
plasenta (Allen, L. H. 2000).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan asam
folik (Pteroylglutamic acid), jarang sekali karena kekurangan vitamin B12
(cyanocobalamin).
Pengobatannya :
a. Asam folik 15-30 mg/hari
b. Vitamin B12 3x1 tablet/hari
c. Sulfas ferosus 3x1 tablet/hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfuse darah.
e. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan karena gangguan sum-sum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
f. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Gejalan utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,
kelelahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

6. Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.
a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan :
abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ
rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun
sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat
menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamilmuda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachi dilakukan 2
kali selama kehamilan yaitu trisemsester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb denga
sachli dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hb 11 gr% : tidak anemia
b. Hb 9-10gr% : anemia ringan
c. Hb 7-8 gr5 : anemia sedang
d. Hb < 7gr% : anemia berat

8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan dan penanggulangan anemia antara lain :
1. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti hati,
ikan, daging dan usmber nabati seperti : sayuran hijau, tempe, tahu dan buah
buahan yang berwarna.
2. Hindarkan pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan
kesehatan ibu seperti ikan , telur, buah buahan tertentu.
3. Bila nafsu makan ibu berkurang , makanlah makanan yang segar seperti
buah, sayur bening, sayur segar lainnya.
4. Selama hamil makanlah beraneka ragam setiap harinya dalam jumlah cukup
dan makanan yang aman bagi kesehatan.
5. Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak dari pada saat tidak hamil.
6. Selsma hamil sebaiknyya tidak melakukan pekerjaan yang berat.
b. Pemberiaan tablet Fe.
1. Ketentuan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil yaitu :
a) Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
b) Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
c) Diberikn tanpa Hb.
d) Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum mencukupi 90
tablet, maka harus diteruskan sampai selesai.
2. Efek samping
Menimbulkan gejala antara lain : mual muntah kadang diare /sulit BAB.
Tinja akan berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
3. Cara makan obat :
a) Minum tablet tambah darah setelah makan malam / menghindari gejala
efek samping.
b) Dianjurkan untuk tidak minum bersama dengan susu, the, kopi dan tablet
kalk.
c. Memodifikasi lingkungan untuk perbaikan gizi.
d. Mendapat perhatian dari lingkungan.

ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. R (30 tahun) mempunyai istri Ny. S (28 tahun), mereka menikah pada tahun 2010
lalu. Dan saat ini Ny. S sedang mengandung anak pertama. Kehamilan Ny. S sekarang
mulai masuk trisemester II. Ny. S tampak kelihatan pucat. Menurut pengakuan Ny. S
baru 1x memeriksakan kehamilannya di puskesmas, dan menurut hasil pemeriksaan
Ny. S mennderita anemia. Ny. S jarang makan makanan yang bergizi yang berguna
untuk perkembangan janinnya. Ny. S juga mngeluhkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya, seperti berat badannya yang mulai meningkat dan sering merasa
lelah. Ny. S mengatakan susah tidur karena kondisi kamar yang sempit dan pengap,
ditambah lagi kebisingan di sekitar lingkungan rumah.
Hasi pemeriksaan :
TTV : TD = 100/80 mmHg
Nadi = 70x/menit
RR = 24x/menit
S = 36,5°C

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA

a. Identitas Kepala Keluarga :

Nama : Tn. R Pendidikan : SMA

Umur : 28 tahun Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Alamat : Jl. Ketintang No. 69 Surabaya

Suku : Jawa No.Telp :…

b. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan Status
kes
1. Tn. R L 28 Suami Wiraswasta SMA Sehat

2. Ny. S P 22 Istri IRT SMA Sakit

c. Genogram

28 2
2
Keterangan :

= Laki-laki = Wanita = Meninggal = ibu hamil

= Menikah = Anak kandung = tinggal satu


rumah

d. Type Keluarga
Keluarga Tn. R merupakan tipe keluarga inti yang anggota keluarganya terdiri dari
suami dan istri.
e. Suku Bangsa
1) Tn. C mengatakan keluarganya adalah asli suku Jawa yang berkebangsaan Indonesia
serta tidak ada kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.
2) Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Jika berbicara
dengan istri atau suami keluarga menggunakan bahasa jawa, namun jika berbicara
dengan tetangga keluar menggunakan bahasa Indonesia.
3) Kondisi sekitar rumah sangat berdekatan dengan tetangganya. Tidak ada warga
Negara asing yang berdomisili di sekitar rumah.
4) Keluarga Tn. R cukup familiar dengan keluarga-keluarga yang lain.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Tn. R mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan keyakinan semua
beragama Islam. Tn. R mengatakan agama sangat penting karena agama merupakan
bekal kita untuk kehidupan di akhirat nanti.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Sering keluarga tampak bersosialisasi dengan keluarga lain disekitar. Keluarga
tergolong ramah dengan orang-orang sekitar. Menurut Tn. R sumber penghasilan
keluarga berasal dari Tn. R bekerja sebagai karyawan pabrik, penghasilan berkisar
antara ± Rp. 500.000,-/bulan. Dan penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebiasaan Diet :
• Sarapan (08.00) : roti/kue, susu/teh.
• Makan siang (14.00) : nasi, ikan, kadang-kadang sayur.
• Makan malam (19.30) : nasi, ikan, dan sayur.
h. Rekreasi keluarga
Keluarga Tn. R jarang melakukan rekreasi, dan keluarga tidak pernah pergi ke
tempat hiburan atau ke tempat rekreasi. Tn. R mengatakan sesekali jika ada waktu luang
keluarga pergi berkumpul dirumah orang tua Tn. R yang kebetulan jaraknya yang tidak
begitu jauh dari rumah Tn. R. Dan terkadang biasanya jalan-jalan sore sekitar rumah
sudah dianggap seperti rekreasi.

II. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Riwayat Kesehatan Keluarga 6 bulan terakhir


Ny. S mengatakan usianya saat ini 22 tahun dan sedang hamil 5 bulan. Ny. S
mengatakan baru 1 kali memeriksakan kehamilannya ke pukesmas terdekat. Ny. S
mengatakan saat pemeriksaan kehamilannya dianjurkan untuk makan makanan sayur-
sayuran serta luk-pauk selama kehamilanya namun tidak semua anjuran itu bisa
dipenuhi oleh Ny. S karena persoalan ekonomi keluarga yang cukup sulit. Padahal
menurut anjuran bidan, Ny. S harus banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi karena Ny. S menderita anemia. Ny. S mengkonsumsi vitamin penambah darah
yang di dapatnya dari puskesmas namun setelah vitamin itu habis Ny. S sudah tidak
mengkonsumsinya lagi.

III. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga Tn. R berada pada tahap perkembangan keluarga deengan ibu hamil, ini
ditandai oleh Ny. S yang sedang hamil 5 bulan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Keluarga Tn. R saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. R mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keurunan ataupun penyakit menular
seperti kencing manis, TBC, jantung, hepatitis, hipertensi. Apabila anggota keluarga
sakit, keluarga biasanya hanya membeli obat di apotik terdekat.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. R mengatakan, keluarga Tn. R ataupun keluarga Ny. S tidak mempunyai riwayat
pennyakit yang berbahaya seperti kencing manis, TBC, jantung, hipertensi, hepatitis.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

a. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati Tn. R dan istrinya adalah milik pribadi. Kondisi rumah
permanen dengan lantai yang disemen, luas rumah ± 6x5 m2 dan terdiri dari lima
ruangan yaitu, teras, ruang tamu, 1 kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Dinding rumah
terbuat dari papan. Rumah tidak mempunyai ventilasi yang cukup sehingga cahaya
tidak bebas masuk ke dalam rumah, penempatan barang – barang kurang teratur,
sumber air minum keluarga berasal dari ledeng. Rumah Tn. R cukup rapat dengan
rumah tetangga, dengan kondisi yang cukup bising suara music dari rumah tetangga
sangat jelas terdengar di rumah Tn. R. Menurut Ny. S karena kondisi rumah yang
demikian dia susah untuk beristirahat dirambah lagi kondisi kamar yang panas dan
pengap.

Denah rumah Tn. R :

5
1
2

Keterangan :

1. Teras
2. Ruang tamu
3. Kamar tidur
4. Kamar mandi
5. Dapur

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Tn. R mengatakan bahwa hubungan keluarganya dengan masyarakat lainnya cukup
hrmonis, dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan dengan gotong royong, jarak
rumah dengan tetangga cukup dekat, disini tidak ada budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. R mengatakan keluarganya sudah tinggal dirumahnya yang sekarang sejak setahun
yang lalu.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. R mengatakan keluarganya sering berkumpul dan berinteraksi dengan sitrinya pada
malam hari setelah makan malam sambil menonton TV. Karena pada siang hari TN. R
menggunakan waktunya untuk bekerja. Tn. R juga mengatakan dalam keluarga tidak
ada masalah serta konflik dalam berinteraksi.

IV. STRUKTUR KELUARGA

a. Pola/cara Komunikasi Keluarga


Tn. R mengatakan bahwa ia dan istrinya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga menyelesaikan masalah
dengan membicarakan terlebih dahulu.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn. R sebagai kepala keluarga adalah pembuat keputusan namun apabila ada masalah
tetap selalu membahasnya terlebih dahulu dengan sang istri.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
Tn. R mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah dan istrinya Ny.
S sebagai ibu rumah tangga.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
1. Respon kebutuhan keluarga : Ny. S mempunyai kebutuhan sendiri dan sedapat
mungkin KK memenuhinya meskipun hanya di batasi pada kebutuhan primer saja
karena keterbatasan penghasilan Tn. R.
2. Saling memperhatikan : Tn. R cukup memperhatikan istrinya meskipun Tn. R lebih
sering berada diluar rumah.
3. Keterpisahan dan keterikatan : keluarga jarang terpisah, hanya pada saat Tn. R
bekerja diluar.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. R mengatakan bahwa hubungannya dengan keluarga baik,norma budaya dan
perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di keluarga dan yang berlaku di
masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Masalah-masalah kesehatan yang ada didalam keluarga Tn. R yaitu bumil dengan
anemia. Ny. S mengatakan tidak begitu mengetahui mengapa oang hamil harus
memperbanyak makan makanan yang mengandung zat besi seperti sayura, dia juga
tidak tahu bahaya untuk diri dan kandungannya jika anemianya tidak segera di
atasi.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Keluaraga mengatakan dengan adanya masalah-masalah kesehatan tersebut, yaitu
bumil dengan disertai anemia tidak begitu dipirkan karena keluarga menganggap
masalah tersebut bukanlah masalah yang serius selain itu apabila harus berobat ke
dokterpun keluarga tidak mampu. Ny. S tidak terlalu mengkahawatirkan
kondisinya saat ini karena menurutnya hal demikian dialami oleh semua ibu
hamil.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. R mengatakan tidak menganggap kondisi istrinya serius namun jika telah
memiliki uang Tn. R ingin segera membawa istrinya ke dokter.
4) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tidak mengetahui pentingnya ventilasi dan penyinaran
matahari bagi kesehatan lingkungan rumahnya. Keluarga mengatakan setiap
harinya membersihkan rumah tetapi tetap kotor dan udaranya tetap pengap.
Keluarga mengatakan kondisi rumah tidak terlalu dipikirkan karena memang
kondisinya seperti itu
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Keluarga mengatakan jarang menggunakan fasilitas kesehatan, keluarga lebih
sering memilih membeli obat di warung atau apotik jika ada anggota keluarga yang
sakit. Fasilitas kesehatan yang ada dapat terjangkau oleh keluarga bila keluarga
memiliki uang.
d. Fungsi Reproduksi
Ny. S mengatakan belum pernah menggunakan KB karena keluarga juga tidak
berencana menunda punya anak. Setelah menikah selama setahun Ny. S barulah
mengandung anak pertama.
e. Fungsi Ekonomi
Tn. R mengatakan penghasilan yang didapat hanya mencukupi kebutuhan makan
sehari-hari setiap bulannya keluagra harus membayar iuran listrik , PAM dan
kebuutuhan-kebutuhan yang lain. Setiap harinya hanya mampu menyajikan makanan
seadanya seperti : nasi putih, tahu, tempe , ikan, kadang-kadang pakai sayur. Namun
meskipun demikian tidak mengurangi kebahagiaan dalam keluarga Tn. R. Menurut
keluarga masalah ekonomi tidak menjadikan masalah dalam keluarga mereka
f. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan
Ny. S mengatakan jarang kepuskesmas untuk mengkontrol kandungannya saja dia baru
mlakukan kunjungan 1x. Menurut Ny. S kendalanya karena ia tidak memiliki
JAMKESMAS. Biasanya kalau keluarga sakit mereka lebih memilih membeli obat di
warung atau apotik

VI. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK


a. Ibu hamil
Riwayat kehamilan Ny. S G1 PO AO, (kehamilan pertama, partus belum pernah dan
abortus tidak pernah). Usia kehamilan saat ini 5 bulan,Ny. S mulai hamil setelah 1 tahun
usia perkawinan mereka. Ny. S mengatakan baru 1 kali memeriksakan kehamilannya
ke bidan dan sudah mendapat imunisasi TT sekali, penambahan BB ± 4 kg dan pada
waktu memeriksakan kehamilannya ke bidan pernah mendapat vitamin penambah
darah yang menurut anjuran bidan harus sehari sekali namun sekarang obatnya telah
habis.
Ny. S mengatakan tidak mengetahhui tentang bagaimana perawatan kehamilannya, ia
mengatakan kadang-kadang perutnya terasa sakit namun diobati sakitnya dapat hilang
sendiri dan kadang-kadang Ny. S mengeluh pusing.
1) Inspeksi muka :
- Tidak ditemukan chloasma gravidarum, konjungtiva anemis, tidak ada oedema
pada muka.
- Dada (buah dada tegangan dan membesar) terlihat pigmentasi pada puting susu,
keadaan puting susu tenggelam dan colostrum belum keluar.
- Pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedema.
2) Palpasi Abdomen :
- Leopold I : TFU setinggi pusat usia janin 20 minggu (lima bulan), pada fundus
teraba keras, bulat dan lunak bokong).
- Leopold II : pungggung janin terletak di bagian perut kanan dan bagian kecil-
kecil (ekstremitas), teraba pada perut sebelah kiri.
- Leopold III : teraba bulat, melenting dan keras (kepala) dan bagian terbawah
masih dapat digoyang-goyangkan.
- Leopold IV : kepala janin belum masuk PAP.

VII. STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang


Tn. R mengatakan masalah dalam keluarganya yang sampai saat ini masih dirasakan
adalah masalah ekonomi. Ny. S mengatakan penghasilan di keluarganya hanya pas-
pasan bahkan kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk biaya
persalinan nantinya keluarga tidak begitu memikirkan karena orang tua dari Ny. S.
Sudah bersedia membantu mereka Ny. S mengatakan agak merasa terbebani dengan
perubahan yang dialaminya, perutnya yang mulai membesar membatasi hamper semua
aktivitasnya, pengalaman hamil pertama dan akan mnjadi ibu kadang-kadang menjadi
beban pikirannya.
2. Koping
Ny. S mengatakan hanya bisa bersabar dan tetap berusaha dengan adanya masalah-
masalah yang ada di dalam keluarganya.
VIII. KEADAAN GIZI KELUARGA

1. Pemenuhan gizi :
Makanan yang biasa dikonsumsi nasi putih, tahu, tempe, ikan, kadang-kadang pakai
sayur.
2. Upaya lain :
Tidak ada

IX. PEMERIKSAAN FISIK (masing klg)

a. Identitas

No. Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan Status


kes
1. Tn. R L 28 Suami Wiraswasta SMA Sehat

2. Ny. S P 22 Istri Wiraswasta SMA Sakit

Tn. R Ny. S
• Kepala (Rambut) : bersih, tidak • Kepala (Rambut) : bersih, tidak
ada ketombe, tidak rontok. ada ketombe, mudah rontok.
• Mata : konjungtiva anemis, sclera • Mata : konjungtiva anemis, ikterik.
an anikterik. • Hidung : tidak ada secret.
• Hidung : tidak ada secret • Telinga : tidak ada serumen dan
• Telinga : tidak ada serumen dan polip.
polip • Mulut dan gigi : bersih, tidak ada
• Mulut dan gigi : bersih, tidak ada stomatitis, gigi lengkap.
stomatitis dan gigi lengkap. • Leher : tidak ada pembesaran
• Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
kelenjar thyroid. • Tonsil : tidak ada pembengkakan.
• Tonsil : tidak ada pembengkakan. • Dada :
• Dada : • Jantung : SI dan SII
• Jantung : SI dan S II • Paru : suara nafas vesikuler
• Paru : suara nafas vesikuler • Bentuk : simetris kanan dan kiri.
• Bentuk : simetris kanan dan kiri.
• Abdomen : • Abdomen :
• Peristaltic usus : 12x/menit. • Peristaltic usus : 12x/menit.
• Acites : tidak ada acites. • Acites : tidak ada acites.
• Turgor : elastic, tidak ada nyeri • Turgor : elastic, tidak ada nyeri
tekan dan lepas. tekan dan lepas.
• Ekstremitas : dapat digerakkan • Ekstremitas : dapat digerakkan atas
atas dan bawah. dan bawah.
• CRT : < 3 detik • CRT : > 3 detik.
• Edema : tidak ada edema • Edema : tidak ada edema.
• TTV : • TTV :
- TD : 120/80 mmHg - TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 82x/menit - Nadi : 70x/menit
- Suhu : 37°C - Suhu : 36,5°C
- Pernafasan : 25x/menit - Pernafasan : 24x/menit
- BB : 65 kg - BB : 49 kg
• Genital : - • Genital : -

X. HARAPAN KELUARGA

Tn. R berharap semoga keadaan istri dan calon bayinya baik-baik saja. Keluarga Tn. R
juga berharap terhadap petugas kesehatan agar dapat membantu keluarga yang tidak
mampu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan (pengobatan).

ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DS : Ibu hamil dengan anemia Anemia Ny. S pada keluarga
Tn. A berhubungan dengan
 Ns. S mengatakan ketidakmampuan keluarga
sering pusing dalam mengenal masalah
 Ns. S mengatakan kebutuhan untuk ibu hamil.
jarang
mengkonsumsi
makanan bergizi
seperti ssayur-
sayuran.
 Ns. S mengatakan
pernah diberi obat
penambah darah
oleh bidan saat
konjungannya di
puskesmas namun
sekarang obat
tersebut telah habis.

DO :

 Konjungtiva anemis
 TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 70x/menit
R : 24x/menit
S : 36,5°C

2 DS : Gangguan pemenuhan Gangguan pemenuhan


istrahat tidur. istrahat tidur Ny. S pada
 Ny.S mengatakan keluarga Tn.
susah tidur karena A berhubungan dengan
kondisi kamarnya ketidakmampuan keluarga
yang sempit dan
pengap ditambah memodifikasi lingkungan
lagi adanya
kebisingan di sekitar
lingkungan.
 Ny. S mengatakan
tetangga rumahnya
sering sekali
karaokean.

DO :

 Ny.S tampak lemas


dan lesu
 Kantung mata Ny.S
tampak cekung

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1 Anemia Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kubutuhan untuk ibu hamil.
2 Gangguan pemenuhan istrahat tidur Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.

PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No
Dx Kriteria Skor Bobot Nilai Total Pembenaran
Kep
1. Sifat masalah : Terlihat Ny.S dalam
kondisi lemas dan tampak
Skala : Tidak/kurang sehat 3 1
pucat.
Ancaman kesehatan 2 3/3 x 1

Keadaan sejahtera 1 =1
Kemungkinan masalah dapat Untuk pemenuhan nutrisi
diubah :
BUMIL tidak selalu
2 2 2/2 x 2
Skala : Mudah membutuhkan biaya
1 =2
mahal.
Sebagian
0
Tidak dapat
Potensial masalah untuk BUMIL bisa
dicegah :
mendapatkan makanan
3 1 2/3 x 1
Skala : Tinggi yang mengandung zat
2 = 2/3
besi dengan
Cukup
1 mengkonsumsi sayur –
Rendah
sayuran hijau.
Menonjolnya masalah : Keluarga merasakan ada
masalah tetapi tidak
Skala :
membutuhkan
Masalah berat, harus segera 2 1 1/2 x 1
penanganan segera.
ditangani
1 =1
Ada masalah, tetapi tidak
perlu ditangani 0

Masalah tidak dirasakan


TOTAL SKOR 4 2/3

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Dx. Total
Kep
2. Sifat masalah : 2/3 x 1 Membuat kondisi BUMIL
semakin lemah.
3 1 = 2/3
Skala : Tidak/ kurang sehat
2
Ancaman kesehatan
1
Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat Gangguan tidur pada
diubah : BUMIL bukan hanya karena
2 2 2/2 x 2
kebisingan lingkungan
Skala : Mudah 1 =2
sekitar tapi juga karena
0 kondisi kamar yang panas
Sebagian
dan pengap.
Tidak dapat
Potensial masalah untuk Bisa dengan menambahkan
dicegah : ventilasi kamar
3 1 2/3 x 1

Skala : Tinggi 2 = 2/3

1
Cukup

Rendah
Menonjolnya masalah : Bisa dengan menambahkan
ventilasi kamar
Skala :
2 1 1/2 x 1
Masalah berat, harus segera
1 =1
ditangani
0
Ada masalah, tetapi tidak
perlu ditangani

Masalah tidak dirasakan


TOTAL SKOR 3 4/3

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


Anemia Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan

1 dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal 4 2/3


masalah kubutuhan untuk BUMIL.
Gangguan pemenuhan istrahat tidur Ny.S pada

2 keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan 3 4/3


keluarga memodifikasi lingkungan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

NO Tujuan Kriteria Hasil/ Standart Intervensi Rasional


DX.
Kep
1 Tujuan Umum : Verbal  Menjelaskan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
secara keluarga tentang seberapa besar
Setelah di
sederhana anemia. pengetahuan
lakukan intervensi
tentang anemia 2. Jelaskan pada keluarga tentang
masalah anemia
 Menyebutkan keluarga tentang anemia.
pada Ny S bisa
bahaya yang bahaya anemia 2. Untuk member
teratasi
mungkin timbul pada BUMIL. pemahama n pada

Tujuan Khusus : pada BUMIL 3. Jelaskan pada keluarga tentang


akibat anemia keluarga contoh – bahaya anemia
Setelah di lakukan yang tidak contoh makanan pada BUMIL.
pertemuan untuk teratasi. yang 3. Keluarga dapat
melakukan  Menjelaskan mengandung zat mengetahui contoh
intervensi pentingnya besi dengan harga – contoh makanan
keluarga di makanan terjangkau. yang mengandung
harapkan mampu : bergizi untuk 4. Anjurkan pada zat besi dengan
BUMIL. keluarga harga yang bisa
1) Mengenal
 Menyebutkan khususnya dijangkaunya.
masalah
contoh- contoh BUMIL untuk 4. Untuk tetap
bahaya
makanan yang terus memenuhi zat besi
anemia.
mengandung mengkonsumsi pada BUMIL.
2) Mengetahui
zat besi. makanan yang 5. Vitamin penambah
makanan –
 Menyebutkan mengandung zat darah sangat
makanan yang
contoh sayur- besi. penting untuk
mengandung sayuran yang 5. Anjurkan ibu BUMIL
zat besi mengandung untuk meminta
3) Mengambil zat besi yang vitamin
keputusan bisa didapatkan penambah darah
yang tepat dengan harga di puskesmas.
untuk terjangkau.
mengatasi
masalah
anemia.

2 Tujuan Umum : Verbal  Menjelaskan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengukur


secara keluarga tentang pengetahuan
Setelah dilakukan
sederhana pemenuhan keluarga tentang
intervensi
penyebab istrahat tidur. istrahat tidur.
keperawatan
gangguan tidur. 2. Jelaskan 2. Keluarga dapat
gangguan istrahat
 Menyebutkan pentingnya mengetahui
tidur bisa teratasi
akibat jika istrahat yang pentingnya istrahat
BUMIL kuran cukup pada bagi BUMIL.
g istirahat. BUMIL. 3. Member
Tujuan Khusus :
 Menyebutkan 3. Jelaskann akibat pemahaman pada
Setelah dilakukan tindakan yang yang bisa timbul keluarga akibat
pertemuan, tepat untuk dari istrahat yang yang timbul dari
keluarga mampu : mengatasi kurang. kurang istrahat.
masalah. 4. Anjurkan pada 4. Kondisi kamar
1) Mengenal
keluarga untuk yang baik n tidak
masalah yang
memodifikasi pengap dapat
menjadi
ulang kamar membantu
penyebab
tidur. pemenuhan
gangguan tidur
5. Anjurkan pada kebutuhan istraht
pada BUMIL.
BUMIL untuk tidur pada
2) Mengetahui
istrahat yang BUMIL.
masalah jika
cukup. 5. Istrahat yang
BUMIL
cukup baik untuk
kurang ibu dan bayinya.
istrahat.
3) Mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
untuk
mengatasi
masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai