Dosen Pembimbing
OLEH:
Nevi Lia Elvi Andhy
NIM. 2201031043
NIM : 2201031043
Menyetujui,
PJMK Departemen Pembimbing Akademik
Keperawatan Keluarga
FIKES UM Jember
Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep,. M.Kep. Ns. Susi Wahyuning Asih, S.Kep,. M.Kep.
NPK. 19750920010804491 NPK. 19750920010804491
Ketua Prodi
Profesi Ners FIKES UM Jember
LAPORAN PENDAHULUAN
NPK. 19750920010804491
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
2. Tipe Keluarga
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang
tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga
Indonesia terutama di daerah pedesaan
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini.
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,
stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin
secara lebih akrab, dan harga diri.
5. Peran Keluarga
a. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknyaa,
berperan dari oencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta
dari anggotaa masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
c. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik,mental, sosial dan spiritual. (Esti, 2020)
6. Tahapan Keluarga
a. Tahapan Promiskuitas
Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan
binatang berkelompok, perempuan dan wanita berhubungan bebas
sehingga melahirkan keturunan tanpa adanya ikatan, pada tahapan
ini manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup
berkelompok. Pada tahapan ini perempuan dan perempuan bebas
melakukNy Subungan perkawinan dengan yang lain tanpa adanya
ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan
keluarga seperti sekarang.
b. Tahap Matriarkat
Pada tahap ini lambat tahun manusia semakin sadar hubungan ibu
dan anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melainkan hanya
mengenal ibunya saja. Dalam keluarga inti ibu yang mnejadi kepala
keluarga dan mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini perkawinan
ibu dan anak dihindari sehingga muncul adat eksogami
c. Tahap Patriarkat
Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga dan juga mewarisi
garis keturunannya. Perubahan tahap dari matriarkat ke patriarkat
terjadi karena perempuan merasa tidak puas dengan situasi keadaan
sosial yang menjadikan wanita sebagai kapala keluarga. Sehingga
para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang
lain dan dibawanya ke kelompoknya sendiri serta menetap disana.
Sehingga keturunannya tetap menetap bersama mereka.
d. Tahap Parental
Pada tahapan terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok
(eksogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami).
Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan
keluarga ibu maupunayahnya
b. FISIOLOGI
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari
luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta
menghembuskann udara yang banyak mengandung karbondioksida
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
3. KLASIFIKASI
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan
bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan
organ aksesoris saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut
jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu
(Cahyaningrum, 2012):
a. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah
batuk dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh
invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai
adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan
ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012)
sebagai berikut:
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
1) Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang
kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas
cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada
bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi
kurang dari 60 menit.
b. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
1) Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding
dada dan bagian bawah ke dalam.
2) Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas
cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan
dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
3) Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak
umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5
tahun.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit.
7. PATOFISIOLOGI
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit
ISPA dibagi 4 tahap yaitu:
a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala
penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia
luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem
pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan
tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat
yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag
alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu,
hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di
alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi
setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak
ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak.
Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini
seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen,
limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
8. WOC
9. PENATALAKSANAAN
a. Upaya pencegahan
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
b. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi bakteri stertococcus)
Tujuan : pengaturan suhu tubuh pasien membaik (L.14134)
Kriteria hasil :
1) Takikardia menurun
2) Hipoksia menurun
3) Suhu tubuh membaik
4) Suhu kulit membaik
Intervesi :
1) Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator dll)
b) Monitor suhu tubuh
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
b) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
10. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Sebelum
mengimplementasikan intervensi keperawatan, gunakan pemikiran
kritis untuk menentukan ketepatan intervensi terhadap situasi klinis.
Persiapan proses implementasi akan memastikan asuhan keperawatan
yang efisien, aman, dan efektif. Lima kegiatan persiapan tersebut
adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi rencana asuhan
keperawatan yang ada, mengorganisasikan sumber daya dan
pemberian asuhan, mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta
mengimplementasikan intervensi keperawatan. (Potter & Perry,
2010)
11. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien.
Selama evaluasi, melakukan berfikir kritis dalam membuat keputusan
dan mengarahkan asuhan keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan klien. Pencapaian tujuan keperawatan dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dengan hasil yang diharapkan
(potter & perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningrum, P. F. (2012). hubungan kondisi faktor lingkungan dan angka
kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ispa) pada balita di wilayah
kerja puskesmas cangkringan kabupaten sleman daerah istimewa
yogyakarta pasca erupsi gunung merapi tahun 2010. universitas negeri
yogyakarta, yogyakarta.