Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Tn ‘H”DENGAN PEROKOK


AKTIF YANG BERPENGARUH PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KAMAL

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Komunitas
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2020 - 2021
HALAMANPERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHANKEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA PADA
Tn”H” PEROKOK AKTIF YANG BERPENGARUH KEPADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KAMAL

Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas : A

TanggalPemberianAsuhan 2 Agustus 2021.


Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 2 Agustus 2021
Di: Puskesmas Kamal
( Siti Khatijah,S.Keb.,Bd)
NIP 198207122006042028

Pembimbing Institusi
Tanggal: 2 Agustus 2021
Di: Puskesmas Kamal
(Dian Eka Januriwasti,S.SiT.,M.Kes)
NIDN.0711018701

Pembimbing Kasus
Tanggal: 2 Agustus 2021
Di: Puskesmas Kamal
( Siti Khatijah, S.Keb.,Bd )
NIP 198207122006042028
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
Wanita dan Ibu adalah dua sosok yang tidak pernah lepas dari kehidupan
kita. Tanpa sosok Ibu kita tidak akan pernah ada di dunia ini. Bahkan banyak
orang-orang hebat yang tidak akan pernah bisa menjadi hebat didukung dengan
sosok wanita hebat di belakangnya. Ada begitu banyak definisi dan arti dari
wanita namun semua arti dan definisi itu bersumber pada satu kesimpulan, bahwa
wanita adalah sosok yang sangat hebat terlepas dari segala kekurangan yang
dimilikinya.
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas
dimana pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan bidan
untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan lansia di dalam keluarga dan
masyarakat supaya keluarga dan masyarakat selalu dalam kondisi kesehatan yang
optimal. Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas termasuk di dalamnya adalah
penyuluhan dan nasihat tentang kesehatan, pemeliharaan kesehatan lansia,
pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi keluarga, imunisasi ibu
dan anak, pertolongan persalinan serta pelayanan KB.
Yang menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu (prahamil, hamil,
bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra sekolah, remaja), keluarga
(wanita dengan gangguan sistem reproduksi), masyarakat. Yang menjadi sasaran
utama adalah Ibu dan anak dalam keluarga.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik kebidanan komunitas mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian kepada keluarga
2. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluarga.
3. Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada keluarga binaan.
4. Menentukan antisipasi masalah.
5. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi.
6. Melaksanakan perencanaan yang telah dibuat.
7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Keluarga
Diharapkan dapat mengurangi kecemasan keluarga tentang keluhan yang
dialami selama masalah terjadi.
1.3.2 Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan antara teori yang
diperoleh di akademik dengan praktik-praktik yang dihadapkan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


Keluarga (bahasa Sanskerta: “kuluwarga”; “ras” dan “warga” yang berarti
“anggota”) adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah (Wikipedia, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Sedangkan menurut Salvicion dan Ara Celis (2005), keluarga adalah dua
atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

2.1.1 Struktur Keluarga


Struktur keluarga ada beberapa macam, diantaranya :
1. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
dipihak ayah.
2. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
dipihak.
3. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga Kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.2 Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga menurut Anderson Carter :
1. Terorganisasi
Adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Adalah setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalm menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.

2.1.3 Bentuk-bentuk Keluarga


1. Nuclear Family (keluarga inti)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
2. Extendet Family (Keluarga Besar)
Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek,
keponakan , saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3. Serial Family (Keluarga Berantai)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 2x
dan merupakan satu keluarga inti.
4. Single Family (Keluarga Duda atau Janda)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Composite Family (Keluarga Berkomposisi)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami atau hidup bersama.
6. Cahibitation Family (Keluarga Habitas)
Adalah dua orang yang menjadi satu keluarga.

2.1.4 Peran Keluarga


Menurut Hartan dan Hunt peran keluarga terdiri dari sebagai berikut:
1. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya berperan
mencari nafkah, pendidikan, perlindungan dan memberi rasa aman sebagai
kepala keluarga, sebagai kelompok masyarakat.
2. Peran Ibu
Sebagai Istri dan suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga pengasuh anak-anaknya dan sebagai satu kelompok
dari peran sentral dari anggota masyarakat dan pencari nafkah.
3. Peran Anak
Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan
baik, fisik, mental, social, dan spiritual.

2.1.5 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga sehari-hari menurut Horton dan Hunt yaitu :
1. Fungsi Pengaturan Sexual
Yaitu keluarga merupakan wadah sah baik ditinjau dari agama maupun
masyarakat dalam pengetahuan dan pemuasan keinginan sexual.
2. Fungsi Reproduksi
Yaitu keluarga berfungsi menghasilkan anggota baru sebagai penerus
keturunan.
3. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan
Yaitu memberikan perlindungan dan pemeliharaan terhadap stress.
4. Fungsi Pendidikan
Yaitu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama karena anak-anak mengenal pendidikan sejak lahir.
5. Fungsi Sosialisasi
Yaitu individu atau anggota keluarga mempelajari kebiasaan ide-ide nilai
dan tingkah laku dalam masyarakat. Melalui lingkungan keluarga.
6. Fungsi Toleran dan Efektif
Yaitu apabila rasa cinta kasih sayang dalam keluarga dapat dirasakan
oleh semua anggota maka anggota akan merasakan kesenangan kegembiraan
dan ketentraman sehingga mereka akan kerasan tinggal dirumah maka keluarga
merupakan tempat rekreasi bagi anggota keluarga.
7. Fungsi Ekonomi
Yaitu anggota keluarga sebagai penghasil ekonomi terutama orang tua
sedangkan anggota keluarga yang lain atau anak berfungsi sebagai konsumen.
8. Fungsi Status Sosial
Yaitu suatu dasar yang menunjukkan kedudukan atau status bagi
anggotanya.

2.1.6 Tugas Keluarga


Pada dasarnya ada 8 tugas pokok dalam keluarga, yaitu :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada pada keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.1.7 Tahap-tahap Kehidupan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pembentukan Keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga.
2. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan
saat-saat yang dinantikan.
3. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang
kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung pada
kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat lemah.
4. Tahap menghadapi anak pra sekolah
Pada tahap ini, anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai
bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
Dalam fase ini anak sangat stress terhadap pengaruh lingkungan dan tugas
keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma
agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
5. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untuk mempersiapkan masa depannya. Membiasakan anak belajar secara
teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
6. Tahap menghadapi anak Remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri
tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
7. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah menyelesaikan pendidikannya,
maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai
kehidupan berumah tangga.
8. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempu kehidupannya sendiri-sendiri, tinggallah
suami istri berdua saja dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila
tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
9. Tahap masa Tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua memperisapkan diri
untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

2.1.8 Gambaran Keluarga Sehat


Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan keluarga
yang sehat dan sejahtera. Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian upaya
kesehatan keluarga. Keluarga sehat adalah kondisi yang mendorong terwujudnya
keluarga sejahtera (Syahlan, 1996).
Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mentl, maupun sosial.
2. Cepat meminta bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan
bila timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga.
3. Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.
4. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.
5. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Seorang Bidan yang bekerja di komunitas harus mengetahui data wilayah


kerjanya, data tersebut mencakup komposisi keluarga, keadaan sosial, ekonomi,
adat kebiasaan, kehidupan beragama, status kesehatan, serta masalah ibu dan anak
balita. Keberhasilan bidan yang bekerja di bidang komunitas tergantung pada
peningkatan kesehatan ibu dan anak balita di wilayah kerjanya.
Sasaran umum pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak dalam
keluarga. Menurut Undang-Undang No. 12 tentang Kesehatan, yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Didalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup kesehatan masa pra
kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa diluar masa kehamilan (masa
interval) serta persalinan. Upaya kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui
peningkatan kesehatan anak di kandungan, masa bayi, masa balita, dan masa pra
sekolah (Syahlan, J.H., 1996).

2.2 Manajemen / Asuhan Kebidanan pada Keluarga


Manajemen asahan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang
E.J., 2012, hal. 7).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab
bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau
masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga
berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat).
Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan (Varney, 2010). Proses
manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan kebidanan dimulai
dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.
Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai
dalam segala situasi. Langkah tersebut sebagai berikut :
1. Langkah I Identifikasi Data Dasar
Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan,
langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi
masalah klien, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka identifikasi data dasar
meliputi pengumpulan data dan pengolahan.
a. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/ fakta atau
informasi baik dari klien, keluarganya maupun tim kesehatan lainnya atau
data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik,
hal yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1) Wawancara
Wawancara/ Anamnesa adalah tanya jawab yang dilakukan antara Bidan
dan klien, keluarga maupun tim medis lain dan data yang dikumpulkan
mencakup semua keluhan klien tentang masalah yang dimiliki.
2) Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Pada saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki (head
to toe).
b. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka selanjutnya
dikelompokkan dalan :
1) Data Subjektif
Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat
menstruasi, riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi yang lalu,
riawayat ginekologi, dan KB, latar belakang budaya, pengetahuan dan
dukungan keluarga serta keadaan psikososial.
2) Data Obyektif
Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital
dan keadaan fisik obstetri.
3) Data Penunjang
Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.
2. Langkah II Merumuskan Diagnosa/ Masalah Actual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan
berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam
menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional sebagai data
dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus
berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien.
3. Langkah III Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial
Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi
pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang dilakukan
melalui pengamatan, observasi dan persiapan untuk segala sesuatu yang
mungkin terjadi bila tidak segera ditangani dapat membawa dampak yang lebih
berbahaya sehingga mengancam kehidupan klien.
4. Langkah IV Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh Bidan atau
Dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang
membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang lebih
ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan tindakan
emergency sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun konsultasi untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Pada bagian ini pula, bidan mengevaluasi setiap
keadaan klien untuk menentukan tindakan selanjutnya yang diperoleh dari hasil
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. Bila klien dalam keadaan normal tidak
perlu dilakukan apapun sampai tahap kelima.
5. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan kemprehensif yang ditentukan pada tahap
sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara
komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui
kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi yang
seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh Bidan.
6. Langkah VI Implementasi
Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh Bidan bekerja sama
dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan
langsung. Konsultasi maupun kolaborasi, implementasi yang efisien akan
mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan
pada klien.
7. Langkah VII Evaluasi
Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah ini,
bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien.

2.3 Teori yang Bersangkutan dengan Masalah


2.3.1 Kehamilan Berisiko
Kehamilan adalah masa dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin.
Lama hamil normal adalah 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan/ trimester, yaitu
trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari
bulan keempat sampai bulan keenam, dan trimester ketiga dari bulan ketujuh
sampai bulan kesembilan (Depkes RI, 2007). Kehamilan dengan risiko adalah
kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan
ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nofas normal
(Sarwono, 2008).
Menurut Poedji Rochjati risiko kehamilan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Ada Potensi Gawat Obstetri
a. Usia pertama hamil terlalu muda (≤ 16 tahun)
Wanita berumur terlalu muda meningkatkan risiko bayi premature,
perdarahan antepartum, dan perdarahan postpartum. Pada usia ini juga
berisiko mengalami penyulit pada saat hamil dan melahirkan. Karena
kurangnya pengalaman dan informasi serta alat reproduksi yang belum
matang angka morbiditas dan mortalitas ibu hamil remaja 2-4 kali lebih
tinggi daripada ibu hamil berusia 20-35 tahun. Bahaya yang terjadi pada ibu
hamil berusia terlalu muda antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan,
premature, fetal distress, asfiksia neonatorum, berat badan bayi lahir rendah,
abortus spontan, tindakan ekstraksi vakum, dan plasenta previa.
b. Kehamilan pertama terlalu tua
Pada beberapa penelitian menemukan primigravida berusia ≥35 tahun
jumlah komplikasi keluaran maternal meningkat bila dibandingkan
primigravida berusia 20-35 tahun yaitu pada kejadian perdarahan
postpartum, persalinan dan bedah caesar. (WHO, 2002) Bahaya yang terjadi
pada primi tua dapat menimbulkan masalah selama hamil misalnya pre
eklampsi, dan masalah persalinan tidak lancar yang memerlukan intervensi
atau tindakan dalam persalinan.
c. Usia hamil terlalu tua (≥ 35 tahun)
Ada beberapa teori tentang kehamilan usia tua antara lain :
● Wanita umumnya mengalami penurunan kesuburan mulai umur 30 tahun.
● Muncul masalah kesehatan kronis (hipertensi, tumor, degenerative tulang
belakang dan panggul).
● Diabetes mellitus gestasional pada ibu usia tua, karena kerusakan endotel
vaskuler progresif yang berhubungan dengan proses penuaan.
● Pre eklampsia, peningkatan angka kejadian pada kelompok usia > 40
tahun dibandingkan kelompok usia < 35 tahun.
● Kelainan kromosom anak.
● Risiko keguguran.
● Profil obstetric pada saat persalinan seperti : cenderung melalui operasi
caesar, partus lama, perdarahan postpartum, berat badan bayi lahir
rendah, asfiksia neonatorum, dan kematian perinatal.
d. Jarak kehamilan terlalu dekat (≤ 2 tahun)
Menurut BKKBN, jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2 tahun
atau lebih. Jarak kehamilan yang pendek akan mengakibatkan belum
pulihnya kondisi tubuh ibu setelah melahirkan. Sehingga meningkatkan
risiko kelemahan dan kematian ibu.
e. Jarak kehamilan terlalu jauh (≥ 10 tahun)
Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi antara lain
persalinan dapat berjalan tidak lancar, perdarahan pasca persalinan, penyakit
ibu seperti hipertensi, diabetes, dan lain-lain.
f. Jumlah anak terlalu banyak (≥ 4 anak)
Bila jumlah anak ibu telah empat atau lebih perlu diwaspadai karena
semakin lama uterus semakin lemah sehingga memungkinkan untuk
terjadinya persalinan lama, sebagai indikasi untuk persalinan dengan forcep
dan vakum.
g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang
Tinggi badan ibu mencerminkan ukuran pelvis yang berhubungan
dengan distosia. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang meningkatkan
risiko untuk mengalami penyulit dalam persalinan.
h. Riwayat obstetri buruk
1) Persalinan dengan tindakan
● Induksi Persalinan
Usaha untuk mempercepat proses persalinan dengan dimulainya
kontraksi sebelum awitan spontan. Indikasi tindakan ini adalah adanya
hipertensi kehamilan, riwayat diabetes mellitus, pertumbuhan janin
terhambat.
● Sectio Caesaria
Kelahiran janin melalui tindakan insisi trans abdomen pada uterus.
Tujuannya untuk memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janin.
Indikasinya adalah distosia, caesaria ulang, presentasi bokong, dan
gawat janin.
● Ekstraksi forcep dan vakum
Tindakan dengan cunam/ forcep/ vacum dapat menimbulkan robekan
jalan lahir, perdarahan pasca persalinan, radang, dan perforasi.
2) Abortus
Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum usia 20 minggu atau
janin tidak dapat hidup di luar kandungan. Komplikasi abortus adalah
perdarahan atau infeksi. Perdarahan dapat menyebabkan anemia dan
infeksi dapat menyebabkan sepsis.
3) Uri manual
Uri manual yaitu tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim
dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan bila plasenta tidak
lahir sendiri setelah ditunggu setelah ditunggu setengah jam atau setelah
bayi lahir plasenta belum lahir dan telah terjadi perdarahan > 500 cc.
4) Bekas operasi caesar
Wanita yang memiliki riwayat operasi caesar pasti memiliki jaringan
parut. Jaringan parut merupakan kontraindikasi untuk melahirkan karena
akan terjadi rupture uteri. Wanita yang memiliki riwayat operasi caesar
sebelumnya meningkatkan risiko terjadinya rupture uteri, plasenta previa,
pre eklampsia dan persalinan preterm. Sehingga cenderung akan
mengalami persalinan dengan operasi caesar ulang pada persalinan
selanjutnya.
2. Ada gawat obstetri
a.Penyakit pada Ibu Hamil
● Anemia
Anemia pada Ibu hamil dengan gejala lemah, pucat, lesu. Ibu hamil
dengan anemia memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah, kematian saat persalinan, perdarahan pasca
persalinan, kondisi lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan.
● Malaria
Malaria dapat dijumpai pada kehamilan trimester I dan III dibandingkan
pada wanita yang tidak hamil. Komplikasi pada kehamilan karena infeksi
malaria adalah abortus, penyulit partus, bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia, gangguan fungsi ginjal, oedema paru, hipoglikemia, dan
malaria kongenital. (WHO, 2002).
● TB Paru
TB merupakan infeksi kronik yang menular melalui udara. Penderita
dengan proses aktif sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi
untuk mencegah penularan. Penderita membutuhkan istirahat yang cukup
serta pengobatan lebih intensif dan teratur. (WHO, 2002).
● Penyakit Jantung
Pasien dengan penyakit jantung termasuk risiko tinggi yang tidak
dianjurkan untuk hamil. Tetapi bila kehamilan telah terjadi, dianjurkan
untuk melakukan terminasi. Namun terminasi juga memiliki risiko
mortalitas pada ibu, karena vasodilatasi pembuluh darah. Pasien dengan
risiko tinggi sebaiknya dilakukan operasi caesar yang terencana, agar
keadaan hemodinamik dapat terjaga dengan baik.
● Diabetes mellitus
Diabetes gestasional, atau diabetes yang terjadi pada saat kehamilan
dapat menyebabkan presentasi abnormal, plasenta previa,
olygohydramnion, dan persalinan dengan cara caesar. Penelitian
menunjukkan bahwa wanita berusia lebih dari 35 tahun, memiliki risiko
dua kali lebih besar dari pada wanita berusia 20-35 tahun. Ibu hamil
dengan diabetes gestasional akan menghasilkan janin yang lebih besar,
sehingga risiko bedah caesar meningkat dan mempengaruhi kesehatan
janin maupun ibunya.
● Infeksi menular sexual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakterim jamur, atau parasit yang
penularannya terutama melalui hubungan sexual, dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra sexualnya. Infeksi pada ibu hamil dapat
mengganggu kehamilan karena berisiko menyebabkan sepsis.
● HIV/AIDS
Bahaya yang dapat terjadi :
- Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah
terkena infeksi.
- Kehamilan memperburuk progresifitas infeksi HIV, HIV pada
kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir
rendah, serta peningkatan risiko prematur.
- Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI.
Sehingga agar anak tidak tertular sebaiknya persalinan dilakukan
melalui perabdominal.
● Toxoplasmosis
Toksoplasmosis dapat menular melalui makanan mentah atau kurang
masak yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi :
- Infeksi pada kehamilam muda menyebabkan abortus
- Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital,
hydrosefalus.
b. Hamil Kembar
Kehamilan kembar dianggap memiliki risiko tinggi karena :
● Kejadian komplikasi pada kehamilan ganda lebih tinggi yaitu, emesis
gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hidramnion,
persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine Growth Retardation),
pertumbuhan tidak sama, terjadi transfusi antara janin.
● Dikaitkan dengan kelainan kongenital.
● Memerlukan tindakan operasi persalinan.
● Menimbulkan trauma persalinan.
● Komplikasi postpartum seperti perdarahan postpartum akibat atonia uteri,
infeksi puerpureum, subinvolusi uteri.
● Saat hamil dikaitkan dengan kejadian anemia tinggi karena nutrisi dan
vitamin atau Fe masih kurang.
c. Hamil kembar air
Batasan hidroamnion (polihidramnion) adalah jika air ketuban melebihi
2000 cc. Komplikasi maternal hidramnion adalah :
● Morbiditas makin tinggi karena kelainan kongenital janin.
● Terjadi persalinan prematuritas.
● Lebih sering solusio plasenta.
● Gangguan sirkulasi retroplasenta menyebabkan, hipoksia janin fetal distress
dan asidemia- gangguan metabolisme.
d. Janin mati dalam rahim
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur
kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim yaitu
gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan jaringan-jaringan mati yang
masuk ke dalam darah ibu.
e. Kehamilan lebih bulan
Kehamilan lebih bulan adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu
atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegl
dengan haid rata-rata 28 hari. Persalinan yang dianjurkan adalah persalinan
induksi. Bila keadaan janin baik maka tunda pengakhiran kehamilan selama
1 minggu dan lakukan tes tanpa tekanan selama 3 hari. Bila hasilnya positif
maka segera lakukan oprasi caesar.
f. Kehamilan dengan kelainan letak
Kelainan letak lintang merupakan keadaan sumbu panjang janinyang
tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Pada letak lintang bahu ada di
atas pintu panggul sedangkan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan
bokong berada pada fossa iliaka yang lain. Penyebab utama letak lintang
adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang
tinggi, janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan amnion
berlebih, panggul sempit. Letak sungsang merupakan janin terletak
memanjang dengan posisi kepala di fundus uteri dengan presentasi bokong.
Penyebabny adalah prematuritas, multiparitas, plasenta previa, gamelli dan
lain-lain. Letak lintang dan letak sungsang merupakan indikasi sectio
caesaria, untuk keselamatan ibu maupun janin.
3. Ada gawat darurat obstetri
a. Perdarahan pada kehamilan
Perdarahan pada kehamilan dapat disebabkan oleh plasenta previa
atau solusio plasenta. Plasenta previa merupakan keadaan plasenta yang
letaknya pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, dan janin
dapat hidup diluar uterus. Komplikasi plasenta previa adalah cacat lahir,
kelahiran prematur, kehilangan darah, infeksi pada ibu, pertumbuhan janin
yang terhambat. Sementara solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta
yang letaknya normal pada corpus uteri, terjadi pada trimester ketiga dan ini
terjadi sebelum lahirnya janin. Ditandai denga perdarahan dengan rasa sakit,
perut terasa tegang, dan gerak janin berkurang. Sebaiknya dilakukan
penanganan pada rumah sakit.
b. Pre eklampsia berat/ eklamsia
Pre eklampsia berat ditandai dengan tekanan darah > 110 mmHg, dan
tanda dari laboratorium dengan proteinuria 2+, oliguria, hiperfleksia,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium dan kejang. Eklamsia adalah kasus
akut pada penderita pre eklampsia yang disertai kejang menyeluruh dan
koma. Perawatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit diisolasi pada kamar
gelap, dan beri obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). Pre eklampsia
dan eklampsia merupakan indikasi dari persalinan tindakan sectio caesaria,
karena sangat berisiko untuk ibu bila harus mengejan, baik persalinan
normal ataupun tindakan pervaginam.

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang


mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau
periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu. (Sarwono, 2008). Tanda-tanda bahaya
kehamilan antara lain:
1. Perdarahan pervaginam
Pada awal trimester pertama, perdarahan yang tidak normal adalah
perdarahan yang berwarna merah, perdarahan yang banyak, atau
perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan
mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang
tidak normal adalah merah, jumlahnya banyak, kadang tidak disertai
nyeri. Perdarahan semacam ini dapat berarti plasenta previa atau solutio
plasenta (Varney, 2007).
2. Sakit Kepala Hebat
Sakit kepala yang terjadi dalam 12 minggu terakhir sebelum kelahiran
berpusat di sekitar kening dan atas mata. Keadaan ini bisa menjadi
komplikasi serius karena dapat menjadi eklampsi (Varney, 2007). Sakit
kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala yang
menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, sakit kepala bertahan lebih
dari 2-3 jam. Kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut.
3. Masalah Penglihatan
Dikatakan masalah bila penglihatan tiba-tiba kabur dan berbayang,
gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda, seperti melihat titik-titik
atau cahay, hal ini merupakan gejala dari pre eklampsia atau toksemia
yang harus segera dilaporkan pada petugas kesehatan. Jenis keluhan yang
paling umum adalah pandangan yang kabur disertai sakit kepala.
Perubahan patologi pada organ mata dapat dijumpai adanya oedema
retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut maka
harus dicurigai pre eklampsi berat.
4. Bengkak pada wajah dan tangan
Bengkak dapat menunjukkan masalah serius jika muncul pada wajah dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik
yang lain dan bertahan lebih dari 2 jam. Bila dibiarkan keadaan ini dapat
membahayakan ibu dan janin. Oedema yang terjadi merupakan
akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan
terutama pada tangan dan wajah merupakan gejala dari pre eklampsia.
5. Nyeri abdomen hebat
Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah ditandai dengan nyeri perut
yang hebat, terus menerus dan menetap. Nyeri perut yang hebat dapat
terjadi berupa kekejangan atau nyeri tajam dan menusuk. Gejala ini
merupakan gejala dari pre eklampsia yang sewaktu waktu dapat menjadi
eklampsia dan dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
Kondisinya lain yang bisa menyebabkan nyeri abdomen adalah nyeri
yang disebabkan oleh kehamilan ektopik, appendiksitis, aborsi, penyakit
kantung empedu, radang pelvic, persalinan preterm, iritasi uterus,
absorpsi plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya.
6. Gerakan janin tidak seperti biasa
Ibu mulai merasakan gerakan janin pada minggu ke-18 sampai ke-20
pada kehamilan pertama atau 2 minggu lebih cepat pada kehamilan ke
dua. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Jika
ibu tidak merasakan gerakan janin selama 12 jam atau ruptur uteri, gawat
janin dan kematian janin (Varney, 2007).
7. Demam
Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu
maupun janin, oleh karena itu harus segera mendapat pertolongan dari
bidan atu dokter.
8. Muntah-muntah hebat
Rasa mual dan muntah biasanya dialami oleh ibu hamil antara periode
pertama dan kedua terlambat haid. Tetapi jika keadaan tersebut
berlebihan disebut hiperemesis, hal ini akan menghambat asupan gizi
pada ibu hamil berkurang sehingga kondisi ibu menjadi lemah, dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin oleh karena itu perlu
segera ditangani.
9. Keluar cairan banyak pervaginam secara tiba-tiba
Cairan ini adalah cairan ketuban, ketuban seharusnya pecah menjelang
persalinan, tetapi jika ketuban keluar sebelum ibu mengalami tanda-tanda
persalinan maka janin dan ibu akan mudah terinfeksi. Hal ini akan
berbahaya baik bagi ibu maupun janin. (Depkes RI, 2007).

2.3.2 Frekuensi Kehamilan Berisiko


Frekuensi kehamilan risiko tinggi berbeda-beda dari yang dilaporkan
peneliti, tergantung dari cara penilaian faktor-faktor yang dimasukkan ke dalam
kehamilan risiko tinggi. Rochjati (1977) mengemukakan frekuensi kehamilan
risiko tinggi dengan jumlah antenatal sebagai penyebut adalah 30,8% dengan
menggunakan kriteria dan 29,4% dengan menggunakan skor. Daely (1979)
mengemukakan frekuensi dengan sejumlah intrapartal sebagai penyebut
kehamilan risiko tinggi 68,7% dengan menggunakan kriteria. Peneliti lain Rogers
(1964) dengan frekuensi 26,0% dengan menggunakan skor. Nesbit Aubry (1969)
29,0% dengan menggunakan skor, Hobel (1969-1971) 32,0% dengan
menggunakan skor.

2.3.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Berisiko


Kehamilan berisiko dapat dipengaruhi oleh faktor antenatal, intrapartum,
faktor obstetri dan neonatal serta dapat dipengaruhi oleh faktor umum dan
pendidikan. Kehamilan berisiko juga dipengaruhi oleh faktor menjelang
kehamilan yang meliputi genetika (keturunan) dan lingkungan (pendidikan dan
sosial ekonomi) dan faktor risiko tinggi bagi yang bekerja, baik selama hamil,
persalinan dan neonatus, (Manuaba, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan dengan resiko dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor non-medis dan
faktor medis. Faktor non medis tersebut antara lain: kemiskinan, ketidaktahuan,
adat, tradisi, kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi rendah, kebersihan
lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan
sarana kesehatan yang kurang (Mochtar, 1998).
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam
pendidikan perlu dipertimbangkan umur dan hubungan dengan seseorang untuk
lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan memiliki peran
penting dalam menentukan kualitas manusia. Semakin tinggi pendidikan, hidup
manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan tinggi akan membuahkan
pengetahuan yang baik dan persepsi yang baik.
2. Pekerjaan
Selama kehamilan tidak ada larangan bagi seseorang ibu hamil untuk
bekerja di luar rumah. Namun dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan ibu
harus memperhatikan jenis beban pekerjaan yang dilakukan. Seorang ibu yang
bekerja dari pagi sampai sore tanpa istirahat dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada tubuh yang akan memicu terjadinya kehamilan
berisiko. Selain itu perkerjaan akan mempengaruhi status sosial ekonomi
seseorang (Maidelwita, 2010).
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah penginderaan terhadap suatu objek. Karena melalui
panca indera manusia, mungkin dapat diaplikasikan dalam perbuatan atau
tindakan seseorang pada situasi dan kondisi yang nyata. (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan dan risiko pada kehamilan
dapat mempengaruhi sikap dan persepsinya terhadap kehamilan berisiko. Ibu
hamil akan cenderung menghindari keadaan risiko tinggi dan meningkatkan
kesadaran untuk deteksi dini risiko pada kehamilan. (Mahardani, 2011).
Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat meliputi
jenis makanan bergizi, menjaga kebersihan diri, serta pentingnya istirahat
cukup sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi dan tetap
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada. (Rikadewi, 2010).

2.3.4 Menentukan Kehamilan Berisiko

Berdasarkan jumlah skor yang di dapat, ibu hamil dengan resiko kemudian
dikelompokkan menjadi
● Skor 2 : Ibu hamil dengan resiko rendah, boleh melakukan perawatan di Bidan,
melakukan persalinan di Polindes, dan ditolong persalinan oleh Bidan.
● Skor 6-10 : ibu hamil dengan resiko tinggi, boleh melakukan perawatan di
bidan atau dokter, melakukan persalinan di polindes, puskesmas, atau rumah sakit,
dengan ditolong oleh bidan dan pendamping dokter.
● Skor ≥ 12 : ibu hamil dengan risiko sangat tinggi, harus melakukan perawatan
di dokter, melakukan persalinan di rumah sakit, dan ditolong oleh dokter spesialis
kebidanan.

2.3.5 Cara Kriteria


Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti dari berbagai institut berbeda-beda
namun dengan tujuan yang sama yaitu mencoba mengelompokkan kasus risiko
tinggi.
Daely (1979) mengemukakan kriteria sebagai berikut :
● Komplikasi obstetri
a) Umur (≤ 19 tahun atau ≥ 35 tahun)
b) Paritas (primigravida)
c) Riwayat persalinan dahulu : aborsi, partus prematurus, kematian janin,
perdarahan postpartum, pre eklampsi, eklampsi, hamil mola, persalinan
operatif, operasi ginekologi, insersia uteri.
d) Disproporsi sefalo-pelvik
e) Perdarahan antepartum
f) Pre eklampsi dan eklampsi
g) Kehamilan ganda
h) Hidramnion
i) Kelainan letak pada hamil tua
j) Dismaturitas
k) Kehamilan pada infertilitas
l) Persalinan terakhir 5 tahun atau lebih
m) Inkompetensi serviks
n) Postmaturitas
o) Hamil dengan tumor
p) Uji serologik lues positif
● Komplikasi medis
a) Anemia
b) Hipertensi
c) Penyakit jantung
d) Diabetes Mellitus
e) Obesitas
f) Penyakit saluran kencing
g) Penyakit hati, paru dan penyakit lain selama kehamilan

2.3.6 Primigravida Tua Sekunder


a. Definisi
Primigravida tua (older primigravida) adalah seorang wanita dimana
mengalami kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun. Seorang
primigravida tua memiliki resiko pre eklampsia lebih tinggi oleh karena adanya
perbedaan elastisitas dan kemunduran sistem kardiovaskuler, selain itu seorang
primigravida tua memiliki kecenderungan masalah obesitas lebih tinggi
dibanding primigravida muda. Selain karena faktor biologis, juga terdapat
faktor sosial, kini wanita karir dan terdidik banyak yang ingin hidup mandiri
untuk mengejar karir sehingga akan terlambat menikah dan hamil di atas usia
35 tahun. Pengawasan perlu diperhatikan karena dapat terjadi hipertensi karena
stress pekerjaan yang kemudian hipertensi ini dapat menjadi pemicu pre
eklampsia, diabetes mellitus, perdarahan antepartum, abortus, persalinan
prematur, kelainan kongenital, dan gangguan tumbuh kembang janin dalam
rahim. Menurut penelitian yang dilakukan eke dan eleje (2009) menunjukkan
bahwa primigravida tua secara signifikan berhubungan dengan resiko tinggi
anemia, diabetes mellitus, malpresentasi, hiperemesis gravidarum dan IUGR
serta resiko tinggi terhadap disproporsi sefalopelvik, fetal distress, kala II lama
dan perdarahan post partum. (Cunningham, 2006).
b. Komplikasi
Baik primigravida muda maupun primigravida tua memiliki Kehamilan
Risiko Tinggi (KRT), yaitu keadaan di mana jiwa ibu dan janin yang
dikandungnya dapat terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Namun
pada primigravida muda memiliki risiko lebih rendah, karena dianggap
memiliki ketahanan tubuh lebih baik daripada primigravida tua. Hal ini
diperkuat oleh suatu penelitian yang membandingkan antara primigravida
muda dan primigravida tua, didapatkan pada kehamilan primigravida tua
memiliki risiko komplikasi lebih berat, seperti hipertensi kronis, superimposed
hypertension, tingkat persalinan dengan operasicaesar yang lebih tinggi,
persalinan dengan bantuan bila dibandingkan primigravida muda. Juga
ditemukan adanya kelainan pertumbuhan intrauterin dan malformasi kongenital
dikemukakan juga oleh penelitian Al-Turki et al. (2003) dan Heija A (2000)
bahwa pada primigravida tua memiliki risiko komplikasi seperti Diabetes
Mellitus, Pre eklampsia, plasenta previa dan besar kemungkinan menyebabkan
persalinan secara sectio caesaria bila dibandingkan dengan penyebab lain
seperti umur kehamilan lewat bulan dan berat lahir bayi (Cunningham, 2006).

2.3.7 Pengertian IUD Copper T Cu-380 A


IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74).
IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 .
Kawat Cu dari bahan vertikal, dua selubung Cu seluas masing-masing 33 mm2
pada masing-masing lengan horizontal. Daya kerjanya delapan tahun. (Hanafi,
2004; h. 213).
IUD CuT-380 A merupakan jenis IUD generasi ketiga berbentuk kecil,
kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat
halus yang terbuat dari tembaga (CU). Tersedia di Indonesia dan terdapat di
mana-mana (BKKBN, 2009 h. 153).
IUD merupakan alat berukuran kecil jenis IUD Copper T Cu 380 A
berbentuk seperti huruf T yang dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki manfaat
kontraseptif karena menghalangi sperma masuk ke dalam tuba falopii.

2.3.8 Cara Kerja


IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga
endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan
tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan
integritasnya. Reaksi peradangan benda asing lokal mengganggu endometrium
dan miometrium, yang pada akhirnya mempengaruhi oviduk, dan sekaligus
serviks. IUD berisi progesterone sehingga menyebabkan endometrium tidak
cocok untuk implantasi, mempertebal mucus serviks, dan dapat menghambat
ovulasi (Sincali, 2010; h. 687).
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion Copper
yang berasal dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan
endometrium sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur
serta fungsi sperma (Varney, 2007; h. 449-450).
IUD merupakan metode hormonal dengan kontra indikasi, keuntungan, dan
efek samping yang sama dengan alat kontrasepsi hormonal yang hanya berisi
progestin.
Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif. Tetapi
menyebabkan pola perdarahan menstruasi berubah dan tidak teratur, selama tiga
sampai enam bulan pertama, jumlah hari perdarahan dan bercak darah dapat
meningkat, selama enam bulan kedua, jumlah hari perdarahan dan bercak darah
masih tidak teratur, tetapi berkurang. Amenorrhe dapat dialami oleh kurang lebih
20% wanita pada akhir tahun pertama penggunaan alat kontrasepsi IUD. Seorang
wanita dapat kembali subur jika IUD dilepas, tetapi alat ini tidak melindungi
wanita dari penyakit menular seksual atau infeksi HIV (Varney, 2007; h. 458).

2.3.9 Macam-macam IUD


a. IUD Non- Hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke empat, IUD telah
dikembangkan mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan
logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat maupun
tidak.
1) Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi dua :
a) Bentuk terbuka (Open Device)
Misalnya : Lippes loop, CuT, Cu-7, Mergules, Spring Coil,
Multiload, Nova-T.
b) Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten berg ring.
2) Menurut tambahan atau metal
a) Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3
tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja
3 tahun).
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,
misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200 mm2 .
b) Un Medicated IUD
Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
c) IUD yang mengandung hormonal
1) Progestasert-T=Alza T
a) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam.
b) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65 mcg progesterone per hari.
c) Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya
kerja 18 bulan.
d) Tekhnik insersi plunging (modified withdrawl).
2) LNG-20
a) Mengandung 46-60 mg Levonogestrel, dengan pelepasan 20
mcg per hari.
b) Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang dari
0,5 per 100 wanitab per tahun.
c) Penghentian pemakaian oleh karena persolan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,
karena 25% mengalami amenorrhea atau perdarahan haid yang
sangat sedikit (Handayani, 2010; h. 140-141).
2.3.10 Keuntungan dan Kerugian KB IUD
a. Keuntungan :
1) Efektifitasnya tinggi
2) IUD sangat efektif segera setelah pemasangan
3) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus ber KB.
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5) Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut hamil.
6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
7) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
8) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
9) Mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin, 2003; h. MK-75).
b. Kerugian :
1) Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah
tiga bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.
5) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti-ganti pasangan (Saifuddin, 2003; h. MK-75).

2.3.11 Kontraindikasi, Indikasi, dan Efek Samping


a. Kontraindikasi :
1) Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita melakukan
senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak
periode menstruasi normal yang terakhir.
2) Penyakit inflamasi pelvik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat
PID akut atau subakut, riwayat PID dalam 3 bulan terakhir, termasuk
endometriosis pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi.
3) Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
ektopik.
4) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang
telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6 sampai 9 cm.
5) IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Varney Helen, 2007;
h. 450-451).
b. Indikasi :
1) Usia reproduksi.
2) Keadaan nullipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Wanita yang sedang menyusui.
5) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
6) Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal (Handayani, 2010; h.
145).
c. Efek samping
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab terjadinya anemia.
3) Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika
memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya
infertilitas.
4) Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD, biasanya menghilang dalm 1-2 hari (Saifuddin, 2006;
h. MK-75- MK-76).

2.3.12 Cara Pemasangan


a. Konseling pra pemasangan
1) Menjelaskan cara kerja KB IUD.
2) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD.
3) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD.
4) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah
pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan setelah
pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.
5) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
6) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya.
7) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
8) Diketahui menderita TBC pelvic.
9) Kanker alat genital.
10) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (BKKBN, 2009; h. 159).
b. Pemasangan
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
2) Masukkan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung
tangan yang baru.
3) Pasang speculum vagina untuk melihat serviks.
4) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks.
5) Jepit bibir serviks dengan tenakulum.
6) Masukkan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
7) Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
lengan IUD bebas.
8) Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
9) Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hati-hati.
10) Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan.
c. Konseling dan instruksi pasca insersi
1) Buat rekam medik.
2) Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T Cu-380 A.
3) Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan IUD
Copper T Cu-380 A (sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca pemasangan,
perdarahan berat waktu haid atau diantaranya yang mungkin penyebab
anemia, perforasi uterus).
4) Ajakan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.
a. Mencuci tangan.
b. Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke
arah bawah dan ke dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks.
c. Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik benang
tersebut.
d. Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin di
antara bulan-bulan kunjungan ulang.
e. Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.
f. Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu 380 A segera efektif setelah
pemasangan.
g. Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1 minggu pasca
pemasangan, selanjutnya 4-6 minggu, saat menstruasi yang akan
datang, atau jika ada keluhan).
h. Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau
apabila klien menghendaki.
5) Lakukan observasi selama 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
(Prawiroharjo, 2006; h. 493-494).

2.3.13 Cara Melepas IUD


a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
b. Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu dan
membersihkan daerah genetalianya, kemudian dipersilahkan berbaring di
tempat periksa dalam posisi litotomi.
c. Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar, bentuk, dan posisi
rahim.
e. Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisikan sedemikian rupa
sehingga mulut rahim terlihat dengan baik.
f. Bersihkan serviks dengan dengan larutan antiseptik 3 kali secara merata pada
daerah serviks dan vagina.
g. Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forcep, tarik benang
IUD perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari liang senggama. Bila
terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan manuver dengan menarik-
narik secara halus benang tersebut.
h. Apabila benang tidak terlihat, masukkan sonde sesuai dengan posisi rahim
pada pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang sonde secara
perlahan-lahan bentuk lingkaran, benturan sonde dengan IUD akan terasa bila
IUD terdapat di dalam rahim. Tarik IUD keluar dengan memakai IUD removel/
pengait IUD.
i. Lepaskan Spekulum, kemudian lakukan desinfeksi daerah vagina.
j. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan bahan klorin
0,5%.
2.3.14 Komplikasi Pasca Pemasangan IUD
a. Infeksi
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam vagina, tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan dan tekhnik
pemasangan dilakukan secara steril, jika terjadi infeksi hal ini mungkin
disebabkan sudah terdapat infeksi yang subakut pada traktus genetalis sebelum
pemasangan IUD (Prawirohardjo, 2007; h. 559).
b. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan hanya
ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi jika uterus berkontraksi
IUD dapat terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya
sampai ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan
apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak terlihat
(Prawirohardjo, 2007; h. 559).
c. Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih terpasang
perlu diberikan konseling tentang resiko yang akan terjadi jika kehamilan
dilanjutkan dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang dapat terjadi antara lain
infeksi intrauterus, sepsis, aborsi spontan, aborsi sepsis spontan, plasenta
previa, dan persalinan prematur. Apabila benang IUD tidak terlihat pada tulang
serviks atau tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonogafi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih
berada di dalam uterus (Varney, 2007; h. 459).

2.3.15 KONSEP GIZI


a. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme. Pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dan organ-
organ serta menghasilkan energi.
Akibat kebutuhan apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan
zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi
yang baik, tubuh akan segar, dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik.
Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting
untuk pertumbuhan badan juga penting untuk perkembangan otak.

b. Tanda Kurang Gizi


Kurang gizi pada anak terbagi menjadi 3 yaitu:
1) Kurang Energi Protein Ringan
Pada tahap ini belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan
jelas, hanya saja berat badan si anak hanya mencapai 80% dari berat
badan normal.
2) Kurang Energi Protein Sedang
Pada tahap ini berat badan anak hanya mencapai 70% dari berat badan
normal. Selain itu ada tanda yang bisa dilihat adalah wajah menjadi pucat,
warna rambut agak kemerahan.
3) Kurang Energi Protein Berat
Pada tahap ini terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Kwashiorkor/ busung lapar
Ciri-cirinya :
- Berat badan jauh di bawah berat normal

- Edema di seluruh tubuh terutama pada punggung kaki

- Wajah membulat dan sembab

- Pandangan mata sayu

- Perubahan status mental: cengeng, rewel, apatis

- Otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk

- Bercak merah coklat pada kulit, yang dapat diubah hitam dan

mengelupas
- Menolak segala jenis makanan (anoreksia)

- Sering disertai anemia, diare, dan infeksi.

b. Marasmus
Ciri-cirinya :
- Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal

seusianya
- Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur

- Beberapa diantaranya memiliki rambut yang mudah

rontok
- Tulang-tulang terlihat jelas menonjol

- Sering menderita diare dan konstipasi

- Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak

normal, dengan kadar hemoglobin yang juga lebih rendah dan semestinya
- Anak tanpak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus

kulit
- Wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung

dan kulit keriput.


c. Marasmik – kwashiokor
Ciri-cirinya :
- Berat badan hanya berkisar 60% dari berat normal

- Edema, kelainan rambut, kelainan kulit

- Tubuh mengandung lebih banyak cairan karena berkurangnya lemak

dan otot
- Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan

gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas


- Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan.

c. Faktor Penyebab Kurang Gizi


1) Jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengaruhi.
Dengan demikian perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan
keberadaan adinya, sehingga si kakak tidak terurus dan tidak diperhatikan
makanannya.
2) Anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh
penyakit-penyakit lain.
3) Karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan.
4) Kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenal gizi.
5) Kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit.
6) Adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat.

d. Upaya yang Harus Dilakukan untuk Memperbaiki Gizi Kurang


1) Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi.
2) Melakukan pengobatan kepada anak dengan memberikan makanan yang
dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik.
3) Melakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak.
4) Memberi makanan si anak sesuai kebutuhannya.
5) Mengobati penyakit-penyakit penyerta.
6) Meningkatkan pemantauan pertumbuhan melalui revitalisasi posyandu.

e. Komponen Makanan Sehat


Kelompok makanan:
 Protein, diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan dan penggantian
jaringan tubuh. Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk
susu lainnya amat banyak mengandung protein. Dari bahan nabati antara
lain kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, dan lain sebagainya).
 Hidrat arang, untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan
disimpan dalam tubuh sebagai lemak yang banyak mengandung hidrat
arang adalah gula, beras, jagung dan umbi-umbian.
 Lemak, juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih
banyak dari makanan lainnya, makanan yang banyak mengandung lemak
berasa dari kacan-kacangan.
 Serat, adalah bahan yang tidak dapat dicerna sisten pencernaan tidak
mengandung gizi ataupun energi, hanya berguna untuk kelancaran
kegiatan pencernaan.
 Vitamin, adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam
jumlah sedikit. Anak makannya normal tidak punya kecenderungan
kekurangan vitamin.
 Mineral dan garam-garam diperlukan dalam jumlah sedang termasuk did
dalamnya zat besi, potasium, dan sodium (terdapat dalam garam meja),
seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila makanannya
seimbang.
 Kalori adalah satuan untuk mengakui besarnya nilai energi dalam makanan
bila seorang memakan lebih banyak kalori dari yang dipakai sisanya akan
disimpan sebagai lemak.

f. Pemberian Makanan pada Anak Gizi Kurang


1) Secara teratur (selama 24 jam)
2) Bertahap (cair, lembek, padat)
3) Porsi kecil dan sering
4) Melalui fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi
5) Tidak boleh tergesa-gesa menaikkan berat badan selalu dipantau

g. Cara Pembuatan MODISCO


Modisco merupakan pemberian makanan tambahan yang banyak
diberikan kepada bayi (balita), anak yang kurang gizi dan masa penyembuhan
yang disebabkan oleh karena:
1) Kurang Energi Protein (KEP)
a. Masih sering dijumpai pada balita
b. Faktor penyebab dan pemberat dalam masalah KEP sangat sulit untuk
segera diatasi
c. Diit yang adekuat merupakan bagian yang penting dalam pengobatan
KEP

2) Pada Pemberian Diet (makan) Sering Dijumpai


a. Kebutuhan zat gizi meningkat/ tinggi, terutama protein vitamin dan
mineral
b. Nafsu makan menurun
c. Gangguan pencernaan
d. Daya beli kurang
e. Kebersihan dan kesehatan lingkungan yang rendah
f. Tidak suka susu
g. Tidak mau masuk rumah sakit atau pulang paksa dari RS sebelum ada
kemajuan yang memuaskan
3) Diet (makan) untuk Penderita KEP
a. Tinggi kalori tinggi protein (diet TKTP)
b. Mudah dicerna
c. Harganya murah
d. Mudah dibuat oleh ibu rumah tangga
e. Dalam bentuk cair (tidak keras)
f. Terbuat dari bahan makanan setempat
g. Dapat dibuat dalam bentuk minuman atau makanan yang disukai.
4) Macam-macam MODISCO
a. Modisco ½ : untuk toleransi lemak
b. Modisco I : untuk kwashioskor dan KPP ringan
c. Modisco II : apabila anak tidak suka minyak
d. Modisco III : untuk kekurangan kalori berat (marasmus,
marasmus kwashiorkor)
Cara pembuatan MODISCO I
Bahan : Susu bubuk (susu full cream/ SKIM) : 10 gr
Gula pasir : 5 gr
Minyak biji kapas, kelapa, jatung/ margarin : 4,6 gr
Kalori : 100gr
Cara membuat:
Susu SKIM, gula dan minyak/ margarin diaduk sampai rata lalu
ditambahkan dengan air sedikit sambil terus diaduk hingga cairan larut,
disaring dan dimasukkan dalam gelas kemudian diminum dalam keadaan
hangat.
Cara pemberian MODISCO
a. Bahan minuman untuk gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna)
b. Campuran bahan makanan lain seperti:
- Minuman yang dicampur dengan coklat sirup atau buah

- Es krim Modisco

- Dicampur pada bubur kacang hijau atau kotak pisang

- Campuran puding agar-agar/ roh

- Dan sebagainya

2.3.16 KONSEP TUMBUH KEMBANG


a. Pengertian
1) Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, kg, pound) ukuran panjang, umum
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalium dan nitrogen dalam
tubuh. (Suciningsih, hal:1)
2) Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan skill dalam struktur dan
fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil dan proses pematangan. (Suciningsih, hal:1)
b. Ciri-ciri Perkembangan
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
2) Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya
3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
6) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
c. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Tahap dalam kandungan (prenatal)
2) Masa neonatal (0 – 28 hari)
3) Masa bayi (< 1 tahun)
4) Masa balita (< 5 tahun)
5) Masa prasekolah (5 – 6 tahun)
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
1) Faktor Dalam (Internal)
a. Perbedaan ras/ etnik/ bangsa
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Kelamin genetik dan kromosom
2) Faktor Luar (Eksternal)
a. Faktor pranatal
- Gizi

- Mekanis
- Toksin/ zat kimia

- Endokrin

- Radiasi

- Infeksi

- Anoksia embrio

- Psikologis ibu

- imunisasi

b. Faktor persalinan
c. Faktor pasca natal
- Gizi

- Penyakit kronis/ kelainan kongenital

- Fisik dan kimia

- Psikologis

- Endokrin

- Sosial ekonomi

- Lingkaran pengasuhan

- Stimulasi

- Obat-obatan

e. Penilaian Tumbuh Kembang


1) Berat Badan

Umur Berat Badan

TM I TH I 700 – 1000 gr/ bulan

5 bulan 2 x berat badan lahir

1 tahun 3 x berat badan lahir

2 tahun 4 x berat badan lahir

2) Tinggi Badan
Umur Berat Badan

1 tahun 1,5 x tinggi badan lahir

4 tahun 2 x tinggi badan lahir

6 tahun 1,5 x tinggi badan setahun

12 tahun 3 x tinggi badan lahir

Dewasa 3,5 x tinggi badan lahir

3) Lingkar Kepala (FO, MO, SOB)

BBL  34 cm

GBL  44 cm

Dewasa  54 cm

Pertumbuhan otak tercepat TM III (HMI) – TM II (LHR)


Berat otak bayi ¼ dari dewasa
Sel otak bayi 2/3 dari dewasa
4) LILA
- Gunanya : menilai keadaan gizi

- Batas : BBL > 9,5 cm

- Berlaku : untuk usia 1 – 5 tahun

Rentangan penilaian untuk balita


> 13,5 cm : normal
12,5 – 13,3 cm : malnutrisi ringan
< 12,5 cm : malnutrisi

f. Perkembangan Anak Berdasarkan Pada Usia


Berdasarkan skala yaumil mimi (perkembangan mental, gerakan-gerakan
kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku dan bicara)
1) Lahir sampai usia 3 bulan
 Belajar mengangkat kepala
 Belajar mengikuti objek dengan matanya
 Melihat ke muka orang dengan tersenyum
 Bereaksi terhadap suara dan bunyi
 Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dengan
kontak
 Menahan barang yang dipegangnya
 Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

2) Usia 3 bulan – 6 bulan


 Mengangkat kepala dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
 Mulai meraih benda-benda yang ada di dalam atau diluar jangkauannya
 Menaruh benda-benda di mulutnya
 Berusaha memperluas lapang pandang
 Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
 Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
3) Usia 6 bulan – 9 bulan
 Dapat duduk tanpa dibantu
 Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
 Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain
 Memegang benda kecil dengan ibu cari dan jari telunjuk
 Bergembira dengan melempar benda-benda
 Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
 Mengenal wajah anggota keluarga dan takut pada orang lain
 Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian.
4) Usia 9 bulan – 12 bulan
 Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
 Dapat berjalan dengan dituntun
 Menirukan suara
 Mengulang bunyi yang didengarnya
 Belajar menyatakan satu/ dua patah kata
 Mengerti perintah sederhana dan larangan
 Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya
 Berpartisipasi dalam permainan

5) Usia 12 bulan – 18 bulan


 Berjalan dan mengeksplorasi rumah dan sekeliling rumah
 Menyusun dua sampai dengan 3 kotak
 Dapat mengatakan 5 – 10 kata
 Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
6) Usia 18 bulan – 24 bulan
 Naik turun tangga
 Menyusun enam kotak
 Menunjuk mata dan hidungnya
 Menyusun dua kata
 Belajar makan sendiri
 Menggambar garis di atas kertas dan pasir
 Mulai belajar mengontrol BAB dan BAK
 Menaruh minta kepada anak lain atau bermain-main dengan mereka
7) Usia 3 tahun – 4 tahun
 Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangganya
 Berjalan pada jari kaki
 Mulai berpakaian dan membuka pakaian sendiri
 Menggambar garis silang
 Menggambar orang hanya kepada dan badan
 Mengenal dua atau tiga warna
 Bicara dengan baik
 Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
 Banyak bertanya
8) Usia 4 tahun – 5 tahun
 Melompat dan menari
 Menggambar orang terdiri dari 3 bagian yakni kepala, lengan dan badan
 Menggambar segitiga dan kotak
 Pandai bicara
 Dapat menyebut hari-hari dalam satu minggu
 Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
 Minat kepada kata baru dan artinya
 Mengenal 4 warna
 Memperkirakan bentuk dan besarnya benda
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEK KELUARGA
PADA Tn “H’ PEROKOK AKTIF YANG BERPENGARUH KEPADA IBU
HAMIL
Di PUSKESMAS KAMAL

A. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

PENGKAJIAN DATA KELUARGA


Tanggal Pengkajian : 10 Juni 2021
Tempat : Rumah Tn. H
Desa : Petaonan Kec Socah
Kabupaten : Bangkalan
Nama Mahasiswa : Susi Setyawati
NIM : 20159010030

1. Identitas Keluarga [Struktur dan sifat]


a. Nama Kepala Keluarga : Tn. H
b. Umur : 37 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMP
f. Pekerjaaan : Swasta
g. Pendapatan :± Rp 1.500.000,.
h. Alamat : Dusun Petaonan Tengah. Ds Petaonan
i. Suku / bangsa : Madura/Indonesia
j. Riwayat Pernikahan :
1] Status Pernikahan : Sah
2] Usia Pertama kali menikah : Suami 33 thn;Istri 29 thn
3] Jumlah Pernikahan : Suami 1 kali; Istri 1 kali

k. Daftar Anggota Keluarga


no nama Hub. L/P Usia Pendd Agama Pekerjaa Ket Riwayat Imunisasi
Kel. n

Ada Tdk dasar Lanjt.


ada

1 Ny.M Istri P 33 SMP Islam IRT


2 An.B Anak P 4 - Islam - Ya Ya

l. Tipe Keluarga: Keluarga inti

m. Hubungan Antar Keluarga (denah)

IBU
AYAH

ANAK
2. Sifat Keluarga
Pengambilan Keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga
3. Kebiasaan hidup sehari-hari
a. Pola Nutrisi : makan 3x,hari dengan lauk tahu, tempe, ikan tambak
terkadang ayam dan juga sayur serta kadang buah buahan
b. Hygien : mandi, ganti baju 2x/hari. Keramas 2-3x, seminggu.
c. Aktivitas : Sebagai kepala keluarga sehari- hari bekerja di dok kapal
dari jam 07,00-16,00. Istri sebagai ibu rumah tangga, mengerjakan
pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan
merawat anak serta beternak sapi( mengambil rumput tiap pagi/sore), jika
musim sawah/ padi pergi kesawah
d. Istirahat : jarang tidur siang, terkadang hanya tertidur sebentar
sekitar ½ jam waktu jam istirahat di tempatnya kerja . Tidur malam sekitar
jam 24.00-04.00 WIB krn sering nonton tv sambil larut malam
e. Sarana Hiburan Keluarga: sarana hiburan hanya menonton TV.
4. Pemanfaatan waktu senggang berkumpul bersama keluarga dan kadang main
ketetangga
5. Kebiasaan Keluarga yang merugikan kesehatan: perokok aktif yg bangun tidur
langsung merokok didalam rumah serta pulang kerja selalu merokok didalam
rumah sambil nonton tv, biasanya sehari menghabiskan 2 kotak rokok
6. Faktor social budaya yang berpengaruh pada keluarga : masih percaya dengan
beberapa mitos bahwa kalau laki2 tidak merokok tdk gentle
7. Faktor rumah dan lingkungan
a. Tempat Tinggal : rumah tembok lantai rumah keramik terdapat 3 kamar
tidur, ruang tamu , dapur luas dan bersih
b. Perabotan rumah, transportasi : Kursi tamu dari plastik ,tempat tidur 2
buah terdapat TV dan kendaraan berupa 1 sepeda motor dan 1 sepeda kayuh
c. Pengelolaan limbah, sampah dibakar disamping rumah/ dalam kandang sapi
d. Sumber air keluarga menggunakan air sumur, digunakan untuk memasak ,
mencuci.dll.
e. Kepemilikan ternak dan keberadaan kandang, memiliki 2 ekor sapi dan
kandang sapi yg ditempatkan di samping rumah
f. Halaman Rumah : terdapat halaman dengan luas sekitar 3 x 8 m
g. Kamar mandi &irigasinya : memiliki 1 kamar. mandi dan sumur , serta wc
masih menggunakan jamban yg berada jauh dari rumah. Jamban ditutup
pakai kayu
8. Riwayat kesehatan material, psikososial spiritual
a. Pemenuhan status social : dalam keluarga kebutuhan skunder terpenuhi
seperti baju gadget/ HP dan tranportasi.
b. Gangguan material pada keluarga : pendapatan keluarga cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari dan masih memiliki simpanan
keuangan kerena beras tdk pernah beli sbb selalu bertani padi jika musim
sawah
c. Keberadaan penampilan tingkah laku keluarga yang menonjol :penampilan
keluarga sederhana tapi tampak bersih
d. Riwayat spiritual anggota keluarga : ibu dan kelurga menjalankan kewajiban
sebagai umat islam dan terkadang mengikuti pengajian bersama warga
e. Kesadaran keluarga tentang kesehatan keluarga : jika ada anggota keluarga
yang sakit mereka membawa anggota keluarga berobat pada tenaga
kesehatan, yaitu bidan, riwayat pemberian imunisasi lengkap ,perikasa
kehamilan juga ke bidan.
f. Respon keluarga terhadap petugas kesehatan : menerima dan menyambut
tenaga kesehatan dengan baik dan mampu memberikan informasi yang
diperlukan.
g. Kepemilikan dana sehat/JKN dalam keluarga
Suami,istri dan anak memiliki kartu JKN
9. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (dalam 1/5 tahun)
1. Riwayat kesehatan anggota keluarga

no Nama Usia L/P Penyakit yg Kondisi saat Pengobatan yang


sdg/pernah ini dilakukan
diderita,
kapan
Tidak ada
anggota
keluarga
yang sakit
dalam
kurun
waktu 1-5
tahun

2. Kebiasaan memeriksakan diri, bila ada anggota keluarga yang


sakit,selalu diperiksakan ke Bidan apalagi rumahnya dekat dengan bidan
3. Kesehatan Ibu dan Anak

a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Melahirkan secara SC di RS Syamrabu karena CPD dan bayi besar,
tidak ada keluhan selama hamil dan perawatan luka opersi setelah
selesai melahirkan.
b. Keberadaan ibu hamil

1) Nama : Ny “M”
2) Umur : 33 tahun
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
Hami Persalinan Nifas
l ke-
Tgl U Jenis Pe Komplikas J BB Perdara Lakta Ko
Lahi K Persalina no i K Lahir han si mpli
r n lo kasi
ng Ib Bayi
u
1 4- 9 SC D - - P 3800 - ASI -
11- ok gram/ Eklus
2017 te 47 cm if
2. r
Ham
il ini

4) Riwayat Kehamilan Sekarang


GIIP1001
HPHT :20-1-2021 HPL :27-10-2021
TD : 120/80 mmhg Suhu : 36,4 ° C
Nadi : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt
Lila : 25 cm BB lalu: 50 kg
BB sekarang:55 kg TB: 144 cm
IMT : 26,57
Observasi/konfirmasi Anemia : konjungtiva merah muda
TFU : 22 cm
Edema : Tidak ada
Keluhan saat ini: tidak ada

5) Pemeriksaan Kehamilan
 Dilakukan di BPM, oleh Bidan sebanyak 4 kali, terakhir memeriksakan diri
1 minggu yang lalu, dan mendapatkan terapi Gestiamin-plus 1x 1/ hari
6) Konsumsi Obat – obatan, Jamu dll
Hanya mengkonsumsi obat dari bidan diminum 1x sehari dengan air putih.
Tidak mengkonsumsi jamu ataupun obat –obatan
lainnya.
7) Pantangan/anjuran/kepercayaan/kebiasaan yang dilakukan selama kehamilan:
pasien mempercayai mitos bahwa jika sedang hamil tidak diperbolehkan
melilitkan handuk di leher sbb takut nanti anaknya lilitan tali pusat
8) Pernahkah mendapatkan informasi seputar kehamilan
 Pernah, sumber info dari bidan
Antara lain mengenai info harus control rutin dan bila melahirkan harus SC di
RS sbb panggul sempit
9) Apakah ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan, dan adakah
keluhan?
 Perdarahan pervaginam [√ ]
 Pusing berkepanjangan [ - ]
 Nyeri ulu hati [- ]
 Gerakan janin kurang dari 10/24 jam [ - ]
 Pandangan kabur [- ]
 Bengkak pada muka atau tangan [ - ]
 Ibu tau jika mampu menyebutkan >4 tanda
 Kurang tau jika hanya mampu menyebutkan <4 tanda
 Tidak mengetahui ini
10) Apakah kehamilan direncanakan, kehamilan ini direncanakan
11) Perencanaan Persalinan
 Rencana pertolongan persalinan : di RS
 Persiapan tehnis (dana, transportasi, dll)
Sudah dilakukan menggunakan JKN KIS
Persiapannya sudah dilakukan, seperti baju bayi dan tempat tidur bayi
 Golongan darah ibu
Golongan darah B
12) Kepemilikan buku KIA
 Sudah memiliki buku KIA dan terisi lengkap hasil pemeriksaan.
c. Keberadaan Balita

1) Nama Balita : An” B “


Umur Balita : .44 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/PB saat Ini: 12 kg / 88 cm
2) Kunjungan Keposyandu
 Ya, diposyandu Jasmin , 1 kali dalam sebulan, Kunjungan terakhir : tgl 15
juni 2021
 Belum pernah, alasan -
3) Kepemilikan KMS/Buku KIA
 YA, terisi Lengkap +
Terisi Tidak Lengkap -
Tidak Terisi, Alasan -
 Tidak Memiliki -
Hilang, tetapi memiliki cadangan -
Hilang, tetapi tidak memiliki cadangan -
Merasa Tidak perlu -
Tidak diberi petugas -
 Penyimpanan
Disimpan sendiri oleh ibu +
Disimpan Petugas……………Oleh siapa…………………………Dimana --
menyimpan…………………………..
4) PEmberian Vitamin A
 YA, Pada usia…9 bulan ………….Berapa Kali : 6 kali
 Tidak, Alasannya -
5) Keadaan Gizi menurut KMS
Balita status gizi sehat
.
6) Status Imunisasi Saat Ini
No Jenis Imunisasi Sudah/Belum Tanggal Tempat Keterangan KMS/Pengakuan Orang
Tua
DASAR
Hepatitis 0
BCG
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT 1
DPT 2
DPT 3
CAmpak
Hepatitis 1
Hepatitis 2
Hepatitis 3
LANJUTAN
MR
Penta

7) Riwayat Pemberian ASI Eksklusif


 Diberikan sampai usia 6 bulan
 Tidak, Alasannya -
8) Usia Pemberian MP ASI
 < 6 Bulan -
 > 6 Bulan +
9) Jenis makanan yang paling sering diberikan
 Makanan Instan Buatan Pabrik, sebutkan mie goreng / mie kuah, sosis,dll
 Makanan Buatan Rumah, sebutkan nasi,ikan,sayur . kue kucur, kue lapis, tahu
isi, pentol,dll
10) Penangan Balita Sakit
 Diatasi oleh Tenaga Kesehatan, Biasanya dibawa berobat ke bidan dan
kebetulan rumah bidannya berada di samping rumahnya
 Non NAkes -

4. Persepsi dan tanggapan keluarga terhadap suatu masalah


Bagi keluarga suatu masalah merupakan hal yang biasa dalam kehidupan
dan bila ada masalah ibu selalu merundingkan dengan suami.
5. Kematian anggota keluarga dalam 1 tahun/ 5 tahun terakhir
No Nama Usia L/P Penyebab kematian Bulan/tahun
Tidak ada

6. Peran Serta Masyarakat


a. Nama Desa : Petaonan Kec socah
b. Apakah mengetahui tentang bentuk peran serta masyarakat diwilayah
tersebut?
 YA, Sebutkan jenisnya :
 Pelayanan kesehatan : Bidan, Poskesdes/ polindes
 Keamanan : Poskamling
 Kebersihan lingkungan : Tidak ada
 Pembangunan wilayah : Tidak mengetahui
c. Apakah mengetahui bentuk pelayanan kesehatan wilayah tersebut
 Ya, sebutkan : Poskesdes/Polindes, Bidan
d. Apakah mengetahui tentang desa siaga
 Ya, sebutkan : Posyandu,suami siaga,
 Apakah mengikuti : Ya
e. Golongan mana yang lebih berperan serta dalam kegiatan tersebut : Golongan
Dewasa, lansia dan remaja
f. Apakah pendapat KK terhadap desa siaga tersebut
 Perlu, krn sangat bermanfaat terhadap kesejahteraan masyarakat desa
 Tidak perlu, -
g. Adakah kendala dalam pelaksanaan desa siaga tersebut: tidak ada
h. Apakah perlu dibentuk program desa siaga diwilayah ini
 Ya, alasan
 Tidak, Alasannya
 Tidak tahu

B. ASSESMENT/DIAGNOSA MASALAH
1. Suami perokok aktif yang bisa berpengaruh kepada bumil
2. Identifikasi penyebab masalah kesehatan
 Kurangnya pengetahuan tentang merokok di dalam rumah yg bisa
berpengaruh kepada ibu hamil serta kesehatan keluarga lainnya
3. Penentuan skala prioritas masalah kesehatan
Tn “H”perokok aktif yang sering merokok di dalam rumah yang berpengaruh
kepada kesehatan ibu serta janin yg dikandungnya

C. PERENCANAAN
1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan dan kondisi pasien
2. Jelaskan kerugian dan dampak merokok di dalam rumah bagi ibu serta janin
yg dikandung
3. Jelaskan kepada bapak ttg solusi merokok yg baik
4. Jelaskan ttg tanda2 kehamilan resiko tinggi
5. Jelaskan tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil.
6. Jelaskan ttg proses persalinan yg harus dilakukan ( SC ), dan di RS
7. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC terpadu di polindes/ poskesdes
8. Anjurkan pasien untuk control rutin setiap bulan atau sewaktu-waktu bila ada
keluhan
D. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan , bahwa kondisi saat ini
dalam keadaan normal serta menjelaskan bahwa kehamilan ini merupakan
resiko tinggi, pasien mengerti.
2. Menjelaskan bahwa merokok yg terlalu banyak dan merokok didalam rumah
itu tdk baik bagi kesehatannya maupun keluarga lainnya khususnya ibu hamil
sbb bisa menyebabkan penyakit gangguan pernafasan/ISPA,TBC, serta utk
bumil bisa menyebabkan bayi kecil, persalinan premature,IUFD / bayi
meninggal didalam rahim,dll. Bapak dan ibu mengerti
3. Menjelaskan kepada pasien utk mengurangi rokok secara bertahap dan tdk
boleh merokok didalam rumah sbb bisa mengganggu kesehatan anggota
keluarga lainnya dan kalau bisa berhenti merokok secara pelan2, bapak
bersedia utk mengurangi rokok dan tdk merokok didalam rumah dan utk
berhenti merokok insyaAllah akan diusahakan secara bertahap
4. Menjelaskan ttg tanda2 kehamilan resiko tinggi, yaitu:
 Perdarahan pervaginam
 Sakit kepala hebat
 Masalah penglihatan
 Bengkak pada wajah dan tangan
 Nyeri abdomen hebat
 Gerakan janin tidak seperti biasa
 Demam
 Muntah muntah hebat
 Keluar cairan banyak
Ibu mengerti
5. Menjelaskan tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil, ibu hamil perlu banyak
mengkonsumsi makanan yg tinggi protein dan gizi seimbang seperti makan
nasi,ikan, sayur dan buah, ibu mengerti
6. Menjelaskan ttg proses persalinan yang harus dilakukan nanti yaitu operasi/
SC sbb ibu punya riwayat SC pada persalinan yg lalu serta panggul sempit.
Jadi kalau punya anak harus dilakukan Sc pada proses persalinannya. Ibu dan
keluarga memahami dan bersedia melakukan Sc pada proses persalinannya
nanti dan ibu minta utk memakai IUD setelah operasi seperti persalinan yg
lalu
7. Menganjurkan pasien untuk melakukan ANC terpadu dipolindes/ poskesdes,
Ibu bersedia
8. Menganjurkan pasien untuk control rutin setiap bulan atau sewaktu-waktu
bila ada keluhan. Ibu bersedia

E. EVALUASI
S : Keluhan tidak ada
O : T/S : 110/70 mmhg N : 80 x/mnt
RR : 20 x/ mnt S : 36,8 C
A : Perokok aktif yg merokok di dalam rumah
P : *Menganjurkan bapak utk mengurangi rokok dan tdk merokok didalam
rumah.Bapak bersedia utk mengurangi rokok dan tdk merokok didalam
rumah
*Menganjurkan ibu utk control ulang 1 bulan lagi. Ibu bersedia untuk
control ulang 1 bulan lagi atau bila ada keluhan
LEMBAR BIMBINGAN

NAMA : SUSI SETYAWATI


NIM : 20159010030
RUANGAN : PUSKESMAS KAMAL

HARI/
NO NAMA PEMBIMBING MASUKAN TTD PEMBIMBING
TANGGAL
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS
Nama Mahasiswa : Susi Setyawati
Tempat Praktek : Puskesmas Kamal
Periode : ..........................................
Pembimbing Prodi : ..........................................

A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik


Kenapa saya mempelajari materi ini ?

Dengan mempelajari materi ini, saya sebagai seorang bidan mendapatkan bekal/ memiliki
kompetensi tentang keluarga, perilaku, social budaya, pendidikan, pekerjaan, lingkungan ,dll
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga sehingga dapat digunakan dan diterapkan
dalam kehidupan sehari hari

Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?

Menyiapkan berbagai sumber pustaka, ilmu,buku,jurnal,lembar balik,dll yang berhubungan


dengan keluarga/komunitas sehingga bisa digunakan sebagai dasar keilmuan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada keluarga/komunitas

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?

Dengan mempelajari topic ini, saya sebagai seorang bidan yang bercimpung dalam pelayanan
diharapkan bisa menambah pengetahuan saya didalam meberikan asuhan kebidanan pada
keluarga/komunitas
Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana perencanaannya ?

-Dengan mempelajari topik ini, saya sebagai seorang bidan harus memperhatikan teknik
pendekatan/pengkajian/permasalahan dalam keluarga/karakteristik keluarga sebelum diberikan
asuhan kebidanan pada keluarga/komunitas, misalkan mengkaji dulu permasalahan yg terjadi
dalam keluarga tersebut khususnya yg berdampak pada kesehatan, memproritaskan yg sangat
utama diantara permasyalahan lainnya yg bisa mengganggu kesehatan anggota keluarga
lainnya sebelum dilakukan asuhan kebidanan

-Saya sebagai seorang bidan merencanakan ttg pemberian :

 Melakukan pengkajian /pendataan terlebih dahulu dengan keluarga


 Mengumpulkan data dan memproritaskan / meringking permasalahan yg sangat
berpengaruh/berdampak pada kesehatan keluarga
 Merencanakan dan melakukan asuhan kebidanan yg sesuai dengan urutan prioritas
masalah dengan memperhatikan kondisi keluarga yg dikaji

B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan:

Upaya memberikan pengetahuan kepada keluarga/komunitas ttg hal2 yang bisa


berpengaruh terhadap permasalahan didalam suatu keluarga khususnya yg berhubungan
dengan faktor kesehatan

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan diharapkan bisa bermanfaat dan menjadi
masukan bagi saya dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga/komunitas
Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini adalah:

Jurnal tentang pemberdayaan keluarga melalui asuhan kebidanan keluarga dalam


komunitas sebagai upaya meningkatkan status kesehatan keluarga
Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :

Memberikan edukasi pada keluarga/komunitas untuk menambah pengetahuan keluarga


tentang hal2 yg bisa berpengaruh terhadap kesehatan keluarga, misalnya prilaku
merokok didalam rumah yg bisa mengganggu kesehatan anggota keluarga lainnya.
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

 KIE secara langsung kepada individu/keluarga yg berkunjung ke tempat


pelayanan
 KIE yang dilakukan disetiap kegiatan dimasyarakat, seperti posyandu
balita,posyandu lansia, kelas balita, ANC terpadu,MMD, dll

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses pembelajaran


saya adalah:

Karena keterbatasan dalam mencari kasus sebagai akibat dari pandemi


Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik ini
adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:

 Masalahnya adalah kesulitan dalam mencari jurnal yang sesuai dengan kasus
yang ada
 Melalui bimbingan dalam upaya mendapatkan jurnal yang sesuai dengan kasus
yang ada

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian dirandomisasi? Ya


Apakah cara melakukan randomisasi dirahasiakan? Ya
Apakah follow-up kepada pasien cukup panjang dan Ya
lengkap?
Apakah pasien dianalisis di dalam grup di mana Ya
mereka dirandomisasi?
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti blind terhadap Ya
terapi?
Apakah grup pasien diperlakukan sama, selain dari Ya
terapi yang diberikan?
Apakah karakteristik grup pasien sama pada awal Ya
penelitian, selain dari terapi yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Sangat penting


Seberapa tepat estimasi dari efek terapi?

Ada efek Tidak ada efek


Terekspos a b
Tidak terekspos c d
Control event rate (CER) = c/ c+d
Experimental event rate (EER) = a/ a+b
Relative Risk Reduction Absolute Risk Reduction Number Needed to Treat (NNT)
(RRR) (ARR)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR

95% CI

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?


Apakah karakteristik pasien kita sangat
berbeda dibandingkan pasien pada
penelitian sehingga hasilnya tidak dapat
diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan di
tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk desimal:


_____

NNT/f = _____/_____ = _____


(NNT bagi pasien kita)
Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada penelitian
tersebut = _____

1/ (PEERxRRR) = 1/_____ = _____

(NNT bagi pasien kita)


Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita mempunyai
penilaian yang jelas dan tepat akan value
dan preferensi pasien kita?
Apakah value dan preferensi pasien kita
dipenuhi dengan terapi yang akan kita
berikan?

f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya risiko
kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada penelitian,
maka besar f adalah 2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil
dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.

D. Evaluasi Pembelajaran
Topik:

Pemberdayaan keluarga melalui asuhan kebidanan keluarga dalam komunitas sebagai upaya
meningkatkan status kesehatan keluarga

Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan :

Pengkajian data( subyektif dan obyektif), menganalisa data, memberikan konseling ttg Pengaruh
merokok didalam rumah terhadap kesehatan anggota keluarga lainnya khususnya utk bumil dan balita

Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya :

Lebih mendalami lagi pengaruh merokok di dalam rumah terhadap kesehatan

Bagaimana hal ini bisa berguna ?

Saya dapat mengetahui adanya penelitian ttg pemberdayaan keluarga melalui asuhan kebidanan
keluarga dalam komunitas sebagai upaya meningkatkan status kesehatan keluarga
Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:

Upaya lebih mempelajari lebih banyak jurnal dalam mencari kebenaran yg terjadi diberbagai kasus yg
sdh dilakukan penelitian serta dalam penanganan di berbagai kasus

Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:

 Sy akan memberikan KIE kepada keluarga ttg pentingnya pemberdayaan keluarga sebagai
upaya meningkatkan status kesehatan keluarga
 Lebih menerapkan upaya preventif dan promotif sehingga penanganan secara kuratif dapat
ditekan.

Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi?

Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut

Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah:

Meningkatkan status kesehatan keluarga dengan pemberdayaan keluarga melalui asuhan kebidanan
keluarga dalam komunitas

Anda mungkin juga menyukai