Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

PASANGAN BARU DI PEDUKUHAN GUNUNGAN RT 03 PLERET BANTUL DIY

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Keluarga Ners Angkatan XXVIII

DI SUSUN OLEH
ISMAIL YUNUS
NIM: 24211565

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA
GLOBAL YOGYAKARTA
2023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA
GLOBAL YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI
NERS ANGKATAN XXVIII

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Pada Tahap Perkembangan Keluarga Pasangan Baru
Di Pedukuhan Kauman Dusun Gerjen Rt 06 Pleret Bantul DIY”

Keperawatan Keluarga STIKes Surya Global Yogyakarta 2023

Yogyakarta, Januari 2023

Diajukan oleh : Ismail Yunus

24211565

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(Dr. Hj. Arita Murwani, S.Kep., Ns., M.Kes)


LAPORAN PENDAHULUAN
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA PASANGAN BARU

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan
derajat kesehatan komunitas. Apabila keluarga sehat maka akan tercipta komunitas
yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Sudiharto, 2012).
Departemen Kesehatan Republik indonesia (1988) seperti dikutip Setiadi
(2010), mengemukakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan ketergantungan. Keluarga merupakan
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau
perkawinan (Setiadi, 2010).
2. Tipe - Tipe Keluarga
Menurut Sudiharto (2012), beberapa bentuk keluarga yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak, baik
karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin)
Keluarga asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended family)
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(karena hubungan darah) misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, sert keluarga
pasangan sejenis (guy / lesbian families).
d. Keluarga berantai (social family)
Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda
Keluarga duda atau janda adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan
kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami
atau perkawinan poliandri dan hidup bersama.
g. Keluarga kobilitasi (cohabitation)
Keluarga kobilitasi (cohabitation) adalah dua orang menjadi satu keluarga tanpa
pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya orang timur. Namun, lambat laun keluarga
kohabilitasi ini mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family)
Keluarga inses (incest family) adalah bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya
anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak
kandung laki-laki paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan
adik dari satu ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional
tidak diikat oleh perkawinan.
3. Fungsi Keluarga
Menurut Padila (2012), keluarga memiliki 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.
Anggota keluarga yang mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan
support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan
sumber daya manusia, dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini
sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan
atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahir keluarga baru dengan satu orang tua
(single parent).
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan
rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi
oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (gaskin atau pra keluarga sejahtera).
Perawat berkontribusi untuk mencari sumber - sumber di masyarakat yang dapat
digunakan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga
menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan
asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan
maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini mempengaruhi status kesehatan
individu dan keluarga.
4. Sruktur Keluarga
Struktur keluarga manyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara-cara
yang digunakan untuk menata unit-unit, dan bagaimana unit-unit tersebut salig
berkaitan satu sama lainnya. Prespektif atruktural fungsional adalah kerangka kerja
yang amat erguna untuk mengkaji kehidupan keluarga karena pendekatan ini
membuat system keluarga bisa diuji secara menyeluruh (sebagai unit), sebagaian
(sebagai subsistem atau dimensi), dan interaksi (sebagai system yang berinteraksi
dengan intitusi lain). Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut (Friedman: 1998) dalam
(Murwani : 2015) ada empat elemen struktur keluarga yaitu :
a. Struktur Peran Keluarga
Peran adalah perilaku-perilaku yang berkenan dengan siapa yang memegang
suatu posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam
suatu system sosial. Setiap berada pada posisi tertentu seseorang akan
mempunyai sejumlah peran, yang masing-masing terdiri dari suatu bentuk dari
perilaku yag bersifat homogen dan diartikan menurut budaya yang diharapkan
dalam posisi dan status tersebut. Sebuah peran dalam keluarga akan ditanggung
bersama-sama oleh anggota keluarga atau kelompok tersebut. Peran dalam
struktur keluarga akan ditanggung bersama-sama oleh anggota keluarga atau
kelompok tersebut. Peran dalam struktur keluarga dapat dibedakan menjadi peran
formal dan informal. Jadi struktur peran keluarga menggambarkan peran masing-
masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan
masyarakat atau peran formal dan peran informal.
Peran formal keluarga adalah peran yang umum ada dalam keluarga, dan
peran-peran ini akan dibagi sesuai dengan kemampuan individu anggota keluarga
secara menyeluruh, misal peran sebagai suami-ayah, istri-ibu, anak-sanak saudara
dst. Keluarga yang sehat apabila terjadi perubahan peran dalam keluarga akan
dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut dan tidak menjadi stressor dalam
keluarga. Sedangkan peran informal keluarga merupakan tambahan peran dalam
keluarga selain peran formal yang ada. peran ini tidak selalu ada dalam keluarga
dan akan muncul jika keluarga memerlukan suatu peran tersebut. Peran informal
ini dapat dipelajari melalui permodelan peran dalam keluarga, pengisian peran
kosong dala keluarga, penguatan selektivitas anak dalam berperilaku dalam
berkeluarga. Termasuk disini dalam peran sebagai pendorong, pengharmonis,
inisiator, kolntributor, pendamai dst.
b. Struktur Nilai Keluarga
Nilai adalah suatu keyakinan abadi yang berupa perilaku khusus. Nilai-nilai
merupakan ciri sentral dari system kepercayaan seorang individu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi tindakan. Nilai keluarga merupakan suatu system ide,
sikapdan kepercayaan tentang suatu keseluruhan atau kosep yang secara sadar
maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga kedalam
suau budaya yang lazim. Keluarga biasanya mempunyai nilai-nilai yang tidak
disadari untuk dilaksanakan dalam keluarga. Norma keluarga merupakan perilaku
yang dianggap menjadi hak masyarakat tertentu, pola perilaku tersebut didasarkan
pada system nilai yang ada dalam keluarga. Nilai-nilai yang spesifik dari kelarga
ini disebut dengan aturan keluarga. Aturan keluarga ini akan membentuk suatu
budaya yang spesifik bagi keluarga tersebut. Jadi nilai atau norma keluarga
menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Struktur Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik transaksional untuk
menciptakan dan menungkapkan pengertian dalam keluarga, sehingga setiap
keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi tersendiri. Pola komunikasi
dalam keluarga menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orang tua), orang tua dengan anaknya, anak dengan anak, dan anggota keluarga
lainnya. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi ada yang tidak, dalam
hal ini bisa disebabkan oleh beberaa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti : sender, channel-media, massage, environment dan reciver.
d. Struktur Kekuatan Keluarga
Komponen-komponen utama dari kekuasaan keluarga adalah pengaruh
(tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang anggota
keluarga terhadap orang lain dan berasil dalam memaksakan pandangan orang
tersebut) dalam pengambilan keputusan. Otoritas atau wewenang merupakan
keyakinan yang dianut bersama anggota keluarga, yang didasarkan pada kultur
dan normative dan yang menyatakan seorang anggota keluarga sebagai orang
berhak mengambil keputusan dan menerima kepemimpinan. Dasar-dasar
kekuatan keluarga adalah seperti dibawah ini:
1) Legitimate Power/Autority atau Kekuasaan Wewenang Yang Sah (Hak Untuk
Mengontrol).
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama dan
persesi dari anggota keluarga bahwa stu orang mempunyai hak unyuk
mengontrol tingkah laku anggota keluarga ang lain. Kekuasaan ini didukung
oleh peran, posisi, hak-hak secara budaya atau tradisi seperti orang tua
terhadap anak.
2) Helpless or Powerless Power atau Kekuasaan yang Tidak Berdaya atau Putus
Asa
Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari suatu
kekuasaan yang sah yang didasarkan pada hak yang diterma secara umum dari
mereka yang membutuhkan atau dari mereka yang tidak berdaya yang
mengharapkan dari mereka yang mempunyai posisi untuk memberikan
bantuan. Seperti kekuasaan orang yang sedang sakit, cacat atau lanjut usia.
3) Referent Power (Seseorang yang ditiru)
Kekuasaan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identfikasi positif seoran
anak terhadap orang tua (sebagai role model).
4) Resorce or Expert Power atau Kekuaaan Sumber atau Pendapat Ahli
Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari
sumber-sumber berharga dalam jumlah yan lebih banyak dalam suatu
hubungan seperti penggunaan teknik antar pribadi. Kekuasaan ahli adalah
sumber kekuasaan yang ada dalam suatu hubungan jika seseorang yang sedang
dipengaruhi merasa bahwa orang lain (ahli) memiliki pengetahuan khusus,
keterampilan/keahlian, atau pengalaman.
5) Reward Power atau Kekuasaan Penghargaan
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh
seseorang dari seorang yang mempunyai pengarh karena kepatuhan seseorang.
Seperti ketaatan anak kepada orang tua.
6) Coercive Power atau Kekuasaan Paksaan atau Dominasi
Sumber kekuaaan mempunyai kemampan untuk menghukum dengan
paksaan, ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
7) Informational Power atau Kekuasaan Informasional
Dasar kekuasaan ini adalah melalui persuasi. Tipe kekuasaan ini sama
dengan tipe kekuasaan ahli tetapi lingkungann ya lebih sempit.
8) Affective Power atau Kekuasaan Efektif
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan
atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan
seksual pasangan suami istri.
9) Tension Management Power atau Kekuasaan Manajemen Keteganggan
Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari kontrol yang dicapai oleh
suatu pasangan dengan mengatasi keteganan dan konflik yang ada dalam
keluarga melalui perdebatan, ketidaksepakatan dalam memasukkan anggota
keluarga untuk mengalah.
5. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga tugas perkembangan keluarga menurut Duval
yang didasari oleh teori “Perkembangan Psiososial” menurut Erikson dalam
(Murwani : 2015) terdiri dari :
a. Keluarga Baru Menikah
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Membina hubungan dengan kleluarga lain, teman dan kelompokl social.
3) Mendiskusikan rencana miliki anak.
b. Keluarga dengan Anak Baru Lahir (Anak Tertua: Bayi Sampai Umur 30 Bulan)
1) Mempersiapkan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan dengan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah (Anak Tertua Umur 2-6 Tahun)
1) Memenuh kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anakl yang baru lahir, sementara kebutuhan anakl yang
lain (tua) juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik diluar maupun didalam keluarga
(kelarga lain dengan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasagan dan anak (biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk mengstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Anak Tertua Umur 6-13 Tahun)
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan yang lebih luas (yang tidak / kurang diperoleh disekolah atau di
masyarakat).
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan Anak Remaja (Anak Tertua Umur 13-20 Tahun)
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan tanggung jawab mengingatkan
remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi.
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
adanya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga
untuk memen uhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga Mulai Melepas Anak Sebagai Dewasa (Anak-Anak Mulai
Meninggalklan Rumah)
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
g. Keluarga yang Hanya Terdiri dari Orag Tua Saja/ Keluarga Usia Pertengahan
(Semua Anak Meninggalkan Rumah)
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan an ak-
anaknya dan sebaya.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Keluarga Lansia
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenagkan
pasangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan
fisik, dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu.
B. Konsep Dasar Tahap Perkembangan Keluarga Pasangan Baru
1. Definisi Tahan Perkembangan Keluarga Pasangan Baru
Keluarga baru adalah saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing (Setiadi, 2008). Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru
yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk
keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing
belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya (Leny,
2010). Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga istri hamil.
Fase ini merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka
perceraian tinggi pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan.
Pasangan juga harus melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory
adjustment) sejak awal perkawinan Keadaan akan makin sulit jika pasangan
juga harus melakukan penyesuaian di luar hubungan dengan suami/isterinya,
misal : melanjutkan sekolah, tugas luar kota, mobilitas tinggi, tergantung
kepada orangtua (tempat tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan,
ada hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing—masing,
ada pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota keluarg, interaksi, dan
tinggal dalam suatu rumah. Ciri-ciri struktur keluarga :
a. Terorganisasi, bergantung satu sama lain
b. Ada keterbatasan,
c. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing.
2. Tugas Tahap Perkembangan Keluarga Pasangan Baru
Menurut Doengoes (2010) pembentukan pasangan menandakan permulaan
suatu keluarga barudengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke
hubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Pasangan yang
baru menikah saat ini membuat porsi rumah tangga menjadi lebih kecil daripada
beberapa dekade sebelumnya.Tugas perkembangan keluarga pasangan baru :
a. Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain.
b. Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan.
c. Perhatian kesehatan.
d. Membina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial.
e. Merencanakan penambahan anggota baru (mempersiapkan menjadi orangtua),
mendiskusikan rencana punya anak.
Sedangkan tugas yang harus segera diputuskan oleh keluarga pemula adalah:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan. Akan menyiapkan kehidupan
bersama yang baru, Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan. Peran
berubah. Fungsi baru diterima. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan
kepribadian yang mendasar. Saling menyesuaikan diri terhadap hal yang kecil
yang bersifat rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi
apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan
dan minat pasangan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. Pasangan menghadapi
tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan
orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah
untuk kepentingan perkawinannya
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB. Masalah kesehatan yaitu
penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat Perawat dalam Keluarga
berencana
3. Masalah-Masalah Yang Terjadi Pada Tahap Perkembangan Keluarga Pasangan
Baru
Masalah-masalah yang Terjadi Pada Keluarga Pasangan Baru Menikah
Masalah yang timbul antara lain masalah-masalah seksual dan emosional, kecemasan,
kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun
sesudah perkawinan. Untuk mengatasinya perlu ada penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal, dan komunikasi. Dan
biasanya juga terjadi perselisihan/keributan dalam keluarga karena kedua pasangan
baru menikah belum bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru,
dengan peran dan fungsi yang berbeda.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan Keluarga adalah keperawatan kesehatan yang ditunjukkan atau
dipasarkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat
sebagai tujuannya yang dilakukan oleh perawat profesional dengan proses keperawatan
yang berpedoman pada standart praktek keperawatan dengan berlandaskan etik atau etika
keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Setiadi,
2010).
1. Pengkajian
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi yang terus
menerus dan keputusan profesional yang mengandung arti terhadap informasi yang
dikumpulkan. Dengan kata lain data dikumpulkan secara sistematik menggunakan alat
pengkajian keluarga, kemudian diklasifikasikan dan dianalisis untuk
menginterprestasikan artinya (Doengoes, 2010). Menurut Setiadi (2010), pengkajian
keperawatan keluarga meliputi :
a) Pengkajian keluarga meliputi : Pengkajian data umum :
• Nama KK
• Umur
• Alamat
• Pekerjaan KK
• Pendidikan KK
• Komposisi keluarga
• Genogram
• Tipe keluarga
• Suku bangsa
• Agama
• Status sosial ekonomi keluarga
• Aktivitas rekreasi keluarga
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap keluarga saat ini
Tahapan perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh usia anak tertua dari
keluarga inti
2) Tugas tahapan perkembangan yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang
dialami keluarga.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan tentang riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan
anggota keluarga, upaya dalam pencegahan suatu penyakit.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan generasi keluarga dari penyakit menular dan
keturunan.
5) Data Lingkungan
 Karakteristik rumah
- Ukuran rumah.
- Kondisi dalam rumah dan luar rumah.
- Kebersihan rumah.
- Ventilasi rumah.
- Saluran pembuangan air limbah.
- Pengolahan sampah.
- Kepemilikan rumah.
- Kamar mandi.
- Denah rumah.
 Karakteristik tetangga dan komunitas
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
dan meliputi kebiasaan, nilai dan norma serta budaya penduduk setempat.
 Mobilisasi geografi keluarga
Menjelaskan mobilisasi keluarga dan anggota keluarga.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
dan berinteraksi dengan masyarakat.
 Sistem pendukung keluarga
Menjelaskan jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga
yang mendukung kesehatan.
6) Struktur komunikasi
keluarga
 Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana komunikasi dalam keluarga dan bagaimana
anggota keluarga menciptakan komunikasi.
 Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.
 Struktur Peran
Menjelaskan tentang peran anggota keluarga secara formal maupun
informal baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
 Nilai dan norma budaya
Menjelaskan mengenai sistem norma yang dianut keluarga dan
berhubungan dengan kesehatan.
7) Fungsi keluarga
Secara umum fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu :
 Fungsi afektif
Yaitu fungsi mempertahankan kepribadian memfasilitasi stabilisasi
kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota
keluarga.
 Fungsi Sosialisasi dan status sosial
Yaitu fungsi memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif, serta
memberikan status pada anggota keluarga.
 Fungsi Reproduksi
Yaitu fungsi untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
 Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
 Fungsi perawatan kesehatan
Yaitu menyediakan kebutuhan fisik: makanan, pakaian, tempat tinggal
dan perawatan kesehatan.
8) Stress dan koping keluarga
 Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga dan
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan. Sedangkan
stressor jangka panjang adalah stressor yang memerlukan penyelesaian
lebih dari 6 bulan.
 Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dan situasi mengkaji
sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor dan situasi.
 Strategi koping yang digunakan
Menjelaskan strategi seperti apa yang digunakan keluarga bila ada
permasalahan.
 Harapan keluarga
Menjelaskan harapan keluarga terhadap kesehatan.
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik anggota keluarga meliputi: pengkajian mental,
pengkajian fisik, pengkajian emosi, pengkajian sosial dan pengkajian
spritual.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari
seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015).
Menurut Sudiharto (2012), ada tiga komponen penting dalam suatu diagnosis
keperawatan yaitu :
a. Problem
Dapat didefinisikan sebagai respons manusia terhadap masalah - masalah
kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data - data yang didapat dari
pengkajian yang dilakukan.
b. Etiologi
Dapat didefinisikan sebagai petunjuk pengalaman - pengalaman individu yang
telah lalu, pengaruh genetika, faktor - faktor lingkungan yang ada saat ini, atau
perubahan - perubahan patofisiologis.
c. Sign and symptom
Menggambarkan sesuatu yang dikatakan oleh sesuatu yang dikatakan oleh klien
dan sesuatu yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikasikan adanya
masalah tertentu. Diagnosa keperawatan keluarga yang bisa diambil berdasarkan
masalah menurut Herdman (2015), yaitu :
- Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anggota keluarga (D. 0120)
- Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik
pengambilan keputusan (D.0115)
- Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
- Disfungsi seksual berhubungan dengan kesalahan informasi (D.0069)
- Ansietas berhubungan dengan disfungsi keluarga (D.0080)
- Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengatasi masalah (D. 0117)
d. Skoring diagnosa keperawatan
Berdasarkan Bailon & Maglaya tabel skala untuk menentukan prioritas asuhan
keperawatan keluarga (Andarmoyo, 2012).
Tabel 1.1 Skoring Diagnosa Keperawatan
(Andarmoyo, 2012)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah :
Skala :

Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1
2 Skala : 1
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah yang harus


dicegah
Skala : 3 1
Tinggi 2
Cukup
1
Rendah
4 Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
1
ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani
0
masalah tidak dirasakan

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai setiap tujuan
khusus. Intervensi keperawatan meliputi : perumusan tujuan, tindakan dan penilaian
rangkaian asuhan keperawatan (Sudiharto, 2012).
Menurut Bulechek (2013), intervensi yang dapat disusun berdasarkan masalah
keperawatan pada tahap perkembangan pasangan baru dengan keluarga berencana
yaitu:
Standar Diagnosa
Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan
No. Keperawatan Keperawatan
Indonesia
Indonesia Indonesia
(SDKI)
(SLKI) (SIKI)
1. Gangguan proses Setelah dilakukan tindakan Dukungan Koping
keluarga keperawatan selama 3x.... Keluarga 1.09260
jam, kemampuan untuk
berhubungan Observasi :
berubah dalam hubungan atau
dengan perubahan fungsi keluarga membaik. □Identifikasi respons
status kesehatan emosional terhadap
Proses Keluarga (L.13124)
kondisi saat ini
anggota keluarga.
□Identifikasi beban
(D. 0120) Indikator SA ST prognosis secara
psikologis
Adaptasi □Identifikasi pemahaman
keluarga tentang keputusan
2 5
terhadap perawatan setelah pulang
situasi □Identifikasi kesesuaian
antara harapan pasien,
Kemampaun keluarga, dan tenaga
keluarga kesehatan
Terapeutik :
berkomunikasi
secara terbuka 3 5 □Fasilitasi istirahat dan
diantara tidur Terapeutik
anggota □Dengarkan masalah,
keluarga perasaan, dan pertanyaan
keluarga
Adaptasi □Terima nilai-nilai
keluarga keluarga dengan cara
2 5 yang tidak menghakimi
terhadap
perubahan □Diskusikan rencana
medis dan perawatan
Keterangan : □Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien
1 : Menurun dan keluarga atau antar
anggota keluarga
2 : Cukup □Fasilitasi pengambilan
Menurun 3 : keputusan dalam
merencanakan perawatan
Sedang jangka Panjang, jika
perlu
4 : Cukup □Fasilitasi anggota
keluarga dalam
Meningkat 5 :
mengidentifikasi dan
Meningkat menyelesaikan konflik
nilai
□Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar
keluarga (mis: tempat
tinggal, makanan,
pakaian)
□Fasilitasi anggota
keluarga melalui proses
kematian dan berduka,
jika perlu
□Fasilitasi memperoleh
pengetahuan,
keterampilan, dan
peralatan yang
diperlukan untuk
mempertahankan
keputusan perawatan
pasien
□Bersikap sebagai
pengganti keluarga untuk
menenangkan pasien
dan/atau jika keluarga
tidak dapat memberikan
perawatan
□Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan
□Berikan kesempatan
berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi :

□Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
□Informasikan fasilitas
perawatan Kesehatan
yang tersedia
Kolaborasi :

□Rujuk untuk terapi


keluarga, jika perlu
2. Manajemen Setelah dilakukan tindakan Dukungan Koping
kesehatan keperawatan selama 3x.... Keluarga 1.09260
jam, diharapkan manajemen
keluarga tidak Observasi :
kesehatan keluarga
efektif meningkat. □ Identifikasi respons
berhubungan emosional terhadap
Manajemen Kesehatan kondisi saat ini
dengan konflik Keluarga (L.121005)
□ Identifikasi beban
pengambilan prognosis secara
Indikator SA ST psikologis
keputusan.
□ Identifikasi pemahaman
(D.0115) Kemampuan tentang keputusan
menjelaskan perawatan setelah pulang
masalah 2 5 □ Identifikasi kesesuaian
yang antara harapan pasien,
dialami keluarga, dan tenaga
kesehatan
Aktivitas Terapeutik :
keluarga
3 5 □ Fasilitasi
mengatasi
istirahat dan tidur
masalah Terapeutik
kesehatan □ Dengark
an masalah,
perasaan, dan pertanyaan
tepat keluarga
□ Terima
Keterangan : nilai-nilai keluarga
dengan cara yang tidak
1 : Menurun menghakimi
2 : Cukup □ Diskusikan rencana
medis dan perawatan
Menurun 3 : □ Fasilitasi
pengungkapan perasaan
Sedang antara pasien dan
keluarga atau antar
4 : Cukup Meningkat anggota keluarga
5 : Meningkat □ Fasili
tasi pengambilan
keputusan dalam
merencanakan perawatan
jangka Panjang, jika
perlu
□ Fasilitas
i anggota
keluarga dalam
mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik
nilai
□ Fasilitasi
pemenuhan kebutuhan
dasar
keluarga (mis: tempat
tinggal, makanan,
pakaian)
□ Fasilita
si anggota
keluarga melalui proses
kematian dan berduka,
jika perlu
□ Fasilitasi
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan, dan
peralatan yang
diperlukan untuk
mempertahankan
keputusan perawatan
pasien
□ Bersik
ap sebagai
pengganti keluarga untuk
menenangkan pasien
dan/atau jika keluarga
tidak dapat memberikan
perawatan
□ Hargai
dan dukung mekanisme
koping adaptif yang
digunakan
□ Berikan kesempatan
berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi :

□ Informasikan
kemajuan pasien secara
berkala
□ Informasikan
fasilitas perawatan
Kesehatan yang tersedia
Kolaborasi :

□ Rujuk untuk terapi


keluarga, jika perlu
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 3x.... (I.12383)
jam, diharapkan tingkat
berhubungan Observasi :
pengetahuan membaik
dengan kurang □ Identifikasi kesiapan dan
Tingkat Pengetahuan
terpapar informasi kemampuan menerima
(L.12111) informasi
(D.0111) □ Identifikasi faktor-faktor
Indikator SA ST yang dapat
meningkatkan dan
Kemampuan
menurunkan motivasi
menjelaskan perilaku hidup bersih
pengetahuan 2 5 dan sehat
tentang Terapeutik :
suatu topik
□ Sediakan materi dan
Perilaku media Pendidikan
Kesehatan
sesuai
dengan 3 5 □ Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai
pengetahuan
kesepakatan
Pertanyaan □ Berikan kesempatan
untuk bertanya
tentang
Edukasi :
masalah 2 5
yang □ Jelaskan faktor risiko
dihadapi yang dapat
mempengaruhi
Keterangan : Kesehatan
□ Ajarkan perilaku hidup
1 : Menurun bersih dan sehat
□ Ajarkan strategi yang
2 : Cukup dapat digunakan untuk
Menurun 3 : meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Sedang
4 : Cukup Meningkat
5 : Meningkat
4. Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Edukasi Seksualitas
berhubungan keperawatan selama 3x....jam, 1.12447
diharapkan fungsi seksual
dengan kesalahan Observasi :
membaik
informasi
□ Identifikasi kesiapan dan
Fungsi Seksual
(D.0069) kemampuan menerima
(L.07055) Indikator SA informasi
Terapeutik :
ST
□ Sediakan materi dan
Kepuasan media Pendidikan
Kesehatan
hubungan 2 5
□ Jadwalkan Pendidikan
seksual Kesehatan sesuai
kesepakatan
Verbalisasi
□ Berikan kesempatan
aktivitas untuk bertanya
seksual 3 5
□ Fasilitasi kesadaran
berubah keluarga terhadap anak
dan remaja serta
Orientasi pengaruh media
seksual 2 5
Edukasi :
Keterangan : □ Jelaskan anatomi dan
fisiologi sistem
1 : Menurun reproduksi laki-laki dan
2 : Cukup perempuan
□ Jelaskan perkembangan
Menurun 3 : seksualitas sepanjang
siklus kehidupan
Sedang □ Jelaskan perkembangan
emosi masa anak dan
4 : Cukup Meningkat
remaja
5 : Meningkat □ Jelaskan pengaruh
tekanan kelompok dan
sosial terhadap aktivitas
seksual
□ Jelaskan konsekuensi
negatif mengasuh anak
pada usia dini (mis:
kemiskinan, kehilangan
karir dan Pendidikan)
□ Jelaskan risiko tertular
penyakit menular
seksual dan AIDS akibat
seks bebas
□ Anjurkan orang tua
menjadi educator
seksualitas bagi anak-
anaknya
□ Anjurkan anak/remaja
tidak melakukan
aktivitas seksual di luar
nikah
□ Ajarkan keterampilan
komunikasi asertif untuk
menolak tekanan teman
sebaya dan sosial dalam
aktivitas seksual
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas 1.09314
berhubungan keperawatan selama 3x....jam,
dengan disfungsi diharapkan tingkat ansietas Observasi :
keluarga menurun. □ Identifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis:
(D.0080) Tingkat Ansietas (L.09093) kondisi, waktu, stresor)
□ Identifikasi kemampuan
Indikator SA ST
mengambil keputusan
Verbalisasi □ Monitor tanda-tanda
2 5 ansietas (verbal dan
kebingungan
nonverbal)
Verbalisasi Terapeutik :
khawatir
□ Ciptakan suasana
akibat 3 5 terapeutik untuk
kondisi yang menumbuhkan
dialami kepercayaan
□ Temani pasien untuk
gelisah 2 5 mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
Keterangan : □ Pahami situasi yang
membuat ansietas
1 : Meningkat □ Dengarkan dengan
2 : Cukup penuh perhatian
□ Gunakan pendekatan
Meningkat 3 : yang tenang dan
meyakinkan
Sedang □ Tempatkan barang
pribadi yang
4 : Cukup Menurun
memberikan
5 : Menurun kenyamanan
□ Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
□ Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang
Edukasi :

□ Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
□ Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
□ Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama pasien,
jika perlu
□ Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
□ Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
□ Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
□ Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
□ Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi :
□ Kolaborasi pemberian
obat antiansietas,
jika
perlu
6. Pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan Kontrak Perilaku Positif
kesehatan tidak keperawatan selama 3x....jam, 1.09282
diharapkan pemeliharaan
efektif Observasi :
kesehatan meningkat.
berhubungan
Pemeliharaan Kesehatan Identifikasi kemampuan
dengan mental dan kognitif
(L.12106)
ketidakmampuan untuk membuat kontrak
Indikator SA ST Identifikasi cara dan
mengatasi masalah
Menunjukan sumber daya terbaik
(D. 0117) untuk mencapai tujuan
perilaku 2 5
adaptif Identifikasi hambatan
dalam menerapkan
Menujukan perilaku positif
pemahaman Monitor pelaksanaan
3 5
perilaku perilaku ketidaksesuaian
sehat dan kurang komitmen
Kemampuan untuk memenuhi kontrak
menjalankan Terapeutik :
2 5
perilaku
sehat □ Ciptak
an lingkungan yang
Keterangan : terbuka untuk membuat
kontrak perilaku
1 : Menurun
□ Fasilitasi pembuatan
2 : Cukup kontrak tertulis
□ Diskusikan perilaku
Menurun 3 :
Kesehatan yang ingin
Sedang diubah
□ Diskusikan tujuan
4 : Cukup Meningkat
positif jangka pendek
5 : Meningkat dan jangka Panjang yang
realistis dan dapat
dicapai
□ Diskusi
kan pengembangan
rencana perilaku positif
□ Disk
usikan cara
mengamati perilaku
(mis: tabel kemajuan
perilaku)
□ Diskusikan
penghargaan yang
diinginkan Ketika tujuan
tercapai, jika perlu
□ Diskusikan
konsekuensi atau sanksi
tidak memenuhi kontrak
□ Tetapkan batas
waktu yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan
Tindakan yang realistis
□ Fasilitasi meninjau
ulang kontrak dan
tujuan, jika perlu
□ Pastika
n kontrak
ditandatangani oleh
semua pihak yang
terlibat, jika perlu
□ Libatkan keluarga
dalam
proses kontrak, jika perlu
Edukasi :

□ Anjurkan menuliskan
tujuan sendiri, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien atau keluarga. perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya untuk pelaksanaan
yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan. Topik yang
didiskusikan, siapa yang melaksanakan, sasaran implementasi dan peralatan yang
dibutuhkan.
a. Partisipasi Aktif Keluarga
Partisipasi aktif dari keluarga adalah suatu pendekatan esensial yang
dimasukkan dalam setiap srategi intervensi keperawatan keluarga, keterlibatan
keluarga dalam implementasi untuk melibatkan keluarga dalam memecahkan
masalah mutual, mendiskusikan masalah, dan pendekatan yang paling mugkin
digunakan agar tercapai tujuan yang telah disetujui bersama.
b. Penyuluhan
Penyuluhan adalah untuk memeberikan dukungan terhadap perilaku sehat atau
mengubah perilaku yang tidak sehat, meskipn perubahan perilaku tidak bisa
langsung terjadi atau terobservasi. Proses Health Eduation atau penyuluhan adalah
pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi rencana penyuluhan,
dokumentasi dan evaluasi
Tujuan Pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku keluarga dari kebiasaan
yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat. Dalam merubah perilaku kesehatan
tidak mudah ada beberapa tahapan yaitu:
1) Fase Kesadaran (Awarness)
2) Fase Perhatian (Interest)
3) Fase Evaluasi (Evaluation)
4) Fase Coba-Coba (Trial)
5) Fase Adopsi (Adoption)
c. Konseling
Konseling atau membimbing adalah proses pemberian dukungan untuk
membantu keluarga mengatasi masalah, memberikan bantuan interaktif antara
konselor dan klien.
d. Kontrak
Kontrak adalah persetujuan kerja yang dibuat oleh perawat dan keluarga terdiri
dari:
1) Maksud dan tujuan
2) Implementasi aktivitas yag dilakukan untuk mencapai tujuan dan oleh siapa
3) Priorities in terms of goals or activities
4) Penghargaan yang diberikan ketika tujuan tercapai
5) Parameter waktu
6) Waktu evaluasi ulang
7) Penandatangan dan tanggal anggota keluarga dan perawat.
e. Manajemen Kasus
Strategi dan proses pengambilan keputusan melalui langkah-langkah
pengkajian, perencanaan, imlenentasi (rujukan, koordinasi, dan advokasi)
f. Kolaborasi
Perawatan kesehatan kolaboratif mengacu pada perawatan yang diberikan oleh
sejumlah professional dalam bidang perawatan kesehatan yang berkerja bersama-
sama secara erat untuk memberikan perawatan komperhensif dan terintegrasi.
g. Konsultasi
Kegiatan memberikan nasehat pelayanan kesehatan dengan cara perudinga
bersama kasus atau tentang klien dan keluarga, memberikan usulan informasi
tentang klien dengan masalah kesehatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka
kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah
digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai
kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga. Ponorogo: Graha Ilmu.


Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and
protecting the public’s health. 6 th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Anderson, E. T., & Mc. Farlane, J. M. (2000). Community health and nursing, concept and
practice. Lippincott: California.
Bakri, Maria H. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Mahardika.
Duvall, E & Miller, C. M. (1985). Marriage and family development. 6th Ed. New York:
Harper & Row Publisher.
Effendy, (2000). Dinamika komunikasi remaja. Edisi ke-4. Bandung: Rosdakarya.
Effendy. (2002). Komunikasi teori dan praktek. Jakarta: Grasindo Rosdakarya.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. J. (2003). Family nursing: research theory and
practice. 5 th Ed. New Jersey: Prentice Hall.
Hurlock, E. B (1998). Development psychology: a life span approach. 5th Ed. London:
McGraw Hill Inc.
Murwani, A 2015, Asuhan Keperawatan Keluarga, Mitra Cendika,. Yogyakarta.

Padilla . (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.


Setiadi. (2010). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha
Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan. Keperawatan
Transkultural. Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai