LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh:
Hipkabi Angkatan 17
Tahun 2022
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Ny”.Laporan
Kasus ini disusun untuk memenuhi Tugas Pelatihan ketrampilan dasar bagi perawat kamar
bedah berbasis kompetensi yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Himpunan Perawat
Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan sebesar ‐ besarnya kepada :
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5
A. Definisi............................................................................................................................6
B. Klasifikasi.......................................................................................................................6
C. Aanatomi Fisiologi..........................................................................................................7
D. Tanda Gejala.................................................................................................................11
E. Patofisiologi..................................................................................................................12
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................13
G. Terapi............................................................................................................................13
A. Latar Belakang
Sectio Caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk membantu
persalinan dengan indikasi tertentu, baik akibat masalah kesehatan ibu atau kondisi
janin. Persalinan Sectio Caesarea dilakukan ketika persalinan normal tidak bisa
dilakukan lagi. Tindakan Sectio Caesarea saat ini dilakukan tidak lagi dengan
pertimbangan medis, tetapi juga dengan permintaan pasien sendiri atau saran dokter
yang menangani. Hal tersebut yang menjadi faktor penyebab meningkatnya angka
kejadian Sectio Caesarea (Ayuningtyas et al., 2018).
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan
dengan Sectio Caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000
kelahiran di dunia (Sihombing et al.,2017) .Kejadian ibu yang mengalami Sectio
Caesarea di dunia terus meningkat pada tahun 2015, terutama pada negara-negara
berpenghasilan berkembang dan menengah. Pada tahun 2015 selama hampir 30 tahun
tingkat persalinan dengan sectio caesarea menjadi 10% sampai 15% dari semua proses
persalinan di negara-negara berkembang (Puspitaningrum, 2017). Di China ibu Post
Operasi Sectio Caesarea yang mengalami nyeri mencapai 36,4 hingga 39,3 persen dari
jumlah 2 penduduk setiap tahunnya, bahkan data WHO Global Survey on Maternal
and Perinatal Health menunjukkan ibu Post Operasi Sectio Caesarea yang mengalami
nyeri mencapai 46,2 persen (Sihombing et al., 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses keperawatan
perioperatif mulai dari pengkajian sampai evaluasi di kamar operasi sampai
pasien dipindah ke ruangan, serta mengetahui persiapan sampai proses tindakan
Sectio Caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
evaluasi di kamar operasi pada klien Sectio Caesarea.
b. Untuk mengetahui persiapan alat dan bahan habis pakai serta instrument
yang akan digunakan pada tindakan Sectio Caesarea.
c. Untuk mengetahui langkah-langkah tindakan Sectio Caesarea.
d. Mampu menerapkan sign in, time out, dan sign out sebelum dan sesudah
operasi.
e. Mampu menemukan masalah keperawatan perioperatif pada klien Sectio
Caesarea.
f. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan perioperatif pada klien
Sectio Caesarea.
g. Mampu mengevaluasi tindakan perioperatif yang sudah dilakukan pada klien
dengan Sectio Caesarea.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada pembahasan makalah ini adalah pengelolaan pasien selama
preoperasi, intraoperasi dan post operasi.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan, meningkatkan pengetahuan serta menambah pengalaman
bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pelatihan sehingga
dapat menjadi bekal dalam bekerja di Kamar Operasi.
2. Bagi HIPKABI
Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan agar menguasai teknik dan prosedur
operasi sehingga peserta Pelatihan Scrub Nurse HIPKABI dapat menjadi SDM
yang bermutu dan bersertifikat yang diakui di dunia kerja khususnya untuk bekerja
di Kamar Operasi.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada dirumah sakit
dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan
pelayanan keperawatan pada klien dengan sectio caesarea.
E. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sectio Caesareaadalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Anjarsari, 2019).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea
adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).
B. Klasifikasi
C. Aanatomi Fisiologi
Menurut Winkjosastro (2007) anatomi fisiologi bagian eksterna pada wanita antara
lain:
1. Mons Pubis Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantalan pada waktu melakukan
hubungan seks.
2. Labia Mayora (bibir besar) Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang
melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons
pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
3. Labia Minora (bibir kecil) Labia minora, terletak di antara dua labia mayora,
merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan
basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemurahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus
emosional atau stimulus fisik.
4. Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak
tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris di namai glans dan
lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar.
5. Vulva Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang
dibatasi perineum.
6. Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu ata lonjong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
utetra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar
paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholini). Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia
(deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana
jins yang ketat).
7. Fourchette Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah
dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen
8. Perineum Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.
Perineum terdiri dari otot-otot yang dilapisi, dengan kulit dan menjadi penting
karena perineum dapat robek selama melahirkan
1. Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan pelepasan
ovum, serta sintesis dari sekresi hormone steroid. Ukuran ovarium, panjang
2,5 – 5 cm, lebar 1,5 –3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak
pada bagian atas rongga panggul dan menempel pada lakukan dinding lateral
pelvis di antara muka eksternal yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik
Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi
hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal.
2. Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di
vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks (portio). Vagina
merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna.
Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran
9,5 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari
uterus dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi sebagai organ kopulasi dan
sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang
menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior. Mukosa
vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron.
Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa
hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus
genitalia atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus
vagina dan Padaglikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas
lima, insiden infeksi vagina meningkat.
3. Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum /
serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita
nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram.
Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.
Uterus terdiri dari:
a. Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi
berinsensi ke uterus.
b. Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri
dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama
sebagai janin berkembang.
c. Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah
isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas
jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah.
d. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
4. Tuba Falopii Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba falopii
oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi
terdiri atas: pars interstialis: bagian tuba yang terdapat di dinding uterus, pars
ismika: bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis: bagian
yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi, pars infudibulum: bagian
ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut
fimbria.
5. Serviks Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian
supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang
serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada wanita
tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah
kecil serabut otot dan jaringan elastic.
D. Tanda Gejala
Sedangkan menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa
faktor Sectio Caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai
berikut:
1. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau
oleh janin ketikaakan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
4. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
dasar panggul.
2) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada 14 penempatan
dagu, biasnya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau
letak belakang kepala.
b. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu Sectio
Caesarea adalah sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap.
2. Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
3. Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4. Pelvimetri : menentukan CPD.
5. Kultur: mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6. Ultrasonografi: melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan, dan
presentasi janin.
7. Amniosintess: Mengkaji maturitas paaru janin. 8) Tes stres kontraksi atau non-
stres :mengkaji respons janin
8. Terhadap gerakan/stres dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
9. Penetuan elektronik selanjutnya:memastikan status janin/aktivitas uterus.
G. Terapi
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat pengetauan membaik
dengan kriteria hasil:
(a) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
(b) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
(c) Perilaku membaik
Intervensi :
(a) Edukasi Kesehatan
(b) Edukasi perioperative
d. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat.
Saat implementasi intervensi akan dilakukan tindakan observasi, teraupetik,
edukasi dan kolaborasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketikan melakukan
implementasi intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi
harus dilakukan dengan cermat dan efisien paa situasi yang tepat, keamanan
fisik dan fisiologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan.
e. Evaluasi Praoperatif
Kriteria yang diharapkan pada pembedahan meliputi: kelancaran persiapan
( identitas , status rekam medik, data penunjang, informed consent) pembedahan
optimal dilaksanakan, terdapat penurunan tingkat nyeri, terpenuhinya dukungan pra
bedah dan pemenuhan informasi, serta kelengkapan alat dan sarana ( seperti
benang, cairan intravena).
DO :
(1)Tampak meringis
(2)Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
(3)Gelisah
(4)Frekuensi nadi meningkat
(5)Sulit tidur
(6)Tekanan darah meningkat
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil:
Intervensi :
d. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketikan melakukan implementasi intervensi
dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan efisien paa situasi yang tepat, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan
didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
A. Pengkajian