Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LAPARATOMI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar


Keperawatan Anestesiologi
Dosen Pengampu:
Amin Susanto, S.Kep., Ns., MSN.

Disusun Oleh:
Betha 1
Luthfi Maulidiansyah (230106105)
Mac Jave Renville (230106111)
Marwah Mawaddah (230106113)
Muhamad Ali Tohiri (230106120)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Konsep Dasar Keperawatan Anestesiologi
yang berjudul “Laparatomi”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan Anestesiologi semester I dengan dosen pengampu
Bapak Amin Susanto, S.Kep., Ns., MSN. Tidak lupa kami sampaikan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Anestesiologi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini dan orang tua kami yang selalu mendukung kelancaran tugas kami.
Akhirnya, kami selaku penulis menyampaikan terima kasih atas
perhatiannya terhadap makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca khususnya dengan segala kerendahan hati, saran dan
kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Purwokerto, 14 Desember 2023

Kelompok Betha 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
A. Pengertian Laparatomi ..................................................................................2
B. Tujuan dan Manfaat Laparatomi .................................................................2
D. Indikasi ............................................................................................................3
E. Komplikasi ......................................................................................................4
F. Waktu untuk melakukan Laparatomi ..........................................................5
G. Tindakan Pre Operatif ...................................................................................5
H. Post Op Laparatomi .......................................................................................7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................9
I. Saran ................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................10

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laparotomi merupakan suatu tindakan pembedahan pada daerah
abdomen dengan cara membuka dinding abdomen untuk mencapai isi dari
rongga abdomen yang mengalami masalah seperti perdarahan, perforasi, kanker,
dan obstruksi (Jitowiyono, 2010). Menurut WHO (2015), pasien laparotomi tiap
tahunnya meningkat 15%, di Inggris menurut National Emergency Laparatomy
Audit (NELA) (2019) terjadi sekitar 30.000 tindakan laparotomi setiap tahun.
Sedangkan menurut Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2016, tindakan bedah laparotomi mencapai 32% dengan
menempati urutan ke 11 dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit se
Indonesia. Laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES
RI) mengenai kejadian laparotomi meningkat dari 162 pada tahun 2013 menjadi
983 kasus pada tahun 2015 dan 1.281 kasus pada tahun 2017, tindakan bedah
menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-indonesia
dengan persentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan
tindakan bedah laparotomi (Kemenkes RI, 2017).
B. Rumusan Masalah
Makalah ini dibatasi dengan beberapa adanya rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Laparatomi?
2. Apa Tujuan dan manfaat Laparatomi?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan beberapa adanya tujuan dari penulisan sebagai
berikut:
3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami apa yang
dimaksud Laparatomi
4. Hasil penulisan ini dapat menjadi dasar penelitian yang akan
dilakukan kedepannya.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Laparatomi
Laparotomi adalah prosedur bedah untuk membuka rongga perut
manusia. Prosedur ini melibatkan sayatan pada dinding perut untuk mengakses
organ-organ di dalamnya. Laparotomi bertujuan untuk mendiagnosis,
memperbaiki, atau mengangkat organ-organ yang sakit atau cedera. Selain itu
juga mengangkat tumor dan memberikan perawatan pada gangguan tertentu.
Selama laparotomi, dokter bedah akan membuat sayatan pada dinding perut.
Selanjutnya, memisahkan lapisan-lapisan jaringan dan otot untuk mencapai
organ yang akan dokter operasi. Laparotomi adalah tindakan bedah serius yang
memerlukan anestesi umum dan membutuhkan waktu pemulihan yang cukup
lama. Prosedur ini efektif dalam berbagai situasi medis, tergantung pada
kebutuhan.
Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka
cavum abdomen dengan tujuan eksplorasi. Perawatan post laparatomi adalah
bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah
menjalani operasi pembedahan perut.

B. Tujuan dan Manfaat Laparatomi


Manfaat laparotomi adalah mendapatkan akses ke organ dan jaringan
internal untuk tujuan diagnostik. Tujuan untuk mencari tanda-tanda penyakit
yang menyerang organ perut. Berbagai penyakit tersebut terdapat pada berbagai
organ. Contohnya organ usus buntu, kandung kemih, usus, kandung empedu,
hati, pankreas, ginjal, ureter, limpa, lambung, rahim, saluran tuba, dan ovarium.
Laparotomi juga dapat mengambil sampel jaringan untuk diagnosis lebih lanjut
(biopsi). Dalam kasus darurat, prosedur dapat menyelamatkan nyawa pasien
dengan masalah perut serius Sebagai prosedur transplantasi usus, yaitu
pergantian sebagian atau seluruh usus pasien dengan usus dari seorang pendonor.
Dapat mengangkat kanker pankreas, yaitu sel abnormal yang tumbuh dan
berkembang pada organ yang terletak di belakang perut.

2
C. Klasifikasi
Terdapat 4 cara pembedahan laparotomi menurut (Oktaviani dkk, 2017):
 Mid-line incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat sedikit lebih luas, cepat dibuka dan ditutup,
serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis
insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis, indikasinyapada eksplorasi
gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah umbilikus untuk
eksplorasi ginekologis, restosigmoid dan organ dalam pelvis.
 Paramedian
Yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm),
terbagi menjadi dua yaitu paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi
jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian
bawah serta splenoktomi.
 Transverse upper abdomen incision
Yaitu; insisi bagian atas misalnya pembedahan colesistotomy dam
splenectomy.
 Transverse lower abdomen incision
Yaitu; insisi melintang dibagian bawah4cm diatas anterior spinailiaka,
misalnya pada operasi apendictomy. Latihan-latihan fisik seperti latihan
napas dalam, batuk efektif, menggerakan otot kaki, menggerakan otot
bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. semuanya
dilakukan hari ke-2 post operasi.
D. Indikasi
Laparatomi dilakukan pada semua kelainan intraabdomen yang memerlukan
operasi baik darurat maupun elektif, seperti hernia diafragmatika, aneurisma
aorta torakolis dan aorta abdominalis, kelainan oesofagus, kelainan liver.
Indikasi Laparatomi sebagai berikut:
a. Trauma abdomen
b. Peritonitis
c. Pendarahan saluran pencernaan

3
d. Sumbatan pada usus besar
e. Masa pada abdomen

E. Komplikasi
1) Stitch abscess
Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya,
sebelum jahitan insisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun
lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan
terasa nyeri jika di raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan
sendirinya, walaupun untuk yang superficial dapat kita lakukan insisi pada abses
tersebut. Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini.
2) Infeksi luka operasi
Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan
proses inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus,
E. Colli, Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan
mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi
dengan membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan penggunaan
antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi
yang extensiv hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat
dilakukan.
3) Gas Gangrene
Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72
jam setelah operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-
140/m), shock yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan
debridement luka di ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan
utamanya adalah, penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8
jam.
4) Hematoma
Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya
hilang dengan sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat
dilakukan aspirasi.
5) Keloid Scars

4
Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang
sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari
orang lain. Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi
triamcinolone kedalam keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu
kemudian jika belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya
tumbuh besar, maka operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat
dilakukan.
6) Abdominal wound Disruption and Evisceration
Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara
0-3 %. Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang
lebih muda. Laki-laki dibanding wanita 4:1.

F. Waktu untuk melakukan Laparatomi


Dokter akan merekomendasikan laparotomi bila seseorang mengalami
perdarahan internal atau sakit perut yang tidak diketahui penyebabnya. Prosedur
juga diperuntukkan bagi orang yang mengalami luka traumatis atau trauma benda
tumpul pada perut.Dokter juga akan merekomendasikan laparotomi eksplorasi
untuk pasien yang diduga memiliki kondisi perut tertentu. Misalnya, kehamilan
ektopik, endometriosis, radang usus buntu, perforasi usus, kanker usus besar, hati,
dan lain-lain. Wanita mungkin perlu menjalani laparotomi untuk histerektomi. Ini
adalah prosedur pengangkatan rahim yang bertujuan untuk mengangkat ovarium
atau saluran tuba.

G. Tindakan Pre Operatif


Penatalaksanaan Perawatan
➢ Pengkajian meliputi obyektif dan subyektif.
1) Data subyektif meliputi;
a) Nyeri yang sangat pada daerah perut.
2) Data obyektif meliputi :
a) Napas dangkal
b) Tensi turun
c) Nadi lebih cepat

5
d) Abdomen tegang
e) Defense muskuler positif
f) Berkeringat
g) Bunyi usus hilang
h) Pekak hati hilang

➢ Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa
nyeri di abdomen.
2) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka
operasi laparatomi.
3) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam,
pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

➢ Hasil yang diharapkan


1) Pasien akan tetap merasa nyaman.
2) Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya.
3) Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

➢ Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :


1) Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah
ditegakkan.
2) Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk
tidak makan dan minum.
3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
4) Mencatat intake dan output.
5) Posisi pasien seenak mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8) Monitoring tanda-tanda vital.

➢ Diagnosis

6
1) Foto polos abdomen
2) CT scan abdomen
3) USG abdomen

H. Post Op Laparatomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayaran perawatan yang diberikan
kepada pasien- pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Tujuan :
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2. Mempercepat penyembuhan
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi
4. Mempertahankan konsep diri pasien
5. Mempersiapkan pasien pulang

➢ Tindakan keperawatan post operasi:


a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan
sampai drain tercabut.
d. Perawatan luka operasi secara steril.

➢ Evaluasi post operasi :


a. Evaluasi tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
1) Suhu tubuh normal
2) Nada normal
3) Perut tidak kembung\
4) Peristaltik usus normal
5) Flatus positif
6) Bowel movement positif
b. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
c. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.

7
d. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
e. Luka operasi baik.

8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan
melakukan penyayatan pada lapisan – lapisan dinding abdomen, untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforasi,
kanker dan obstruksi. Tindakan laparatomi merupakan teknik oprasi yang dapat
dilakukan pada gangguan sistem digestif maupun perkemihan.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik
laparatomi adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan
fistuloktomi. Sedangkan teknik bedah perkemihan dengan teknik laparatomi
adalah nefrektomi dan ureterostomi.
Tindakan pembedahan laparatomi dapat menimbulkan beberapa masalah
diantaranya adalah nyeri akut paska pembedahan, rusaknya integritas kulit,
imobilisasi, pendarahan dan resiko infeksi. Nyeri merupakan keluhan yang
paling sering diungkapkan pasien dengan tindakan pembedahan laparatomi.
Nyeri tersebut biasa disebut dengan nyeri pasca operasi. Nyeri pasca operasi
laparatomi diakibatkan karena diskontinuitas jaringan atau luka operasi akibat
insisi pembedahan, sehingga sel saraf kulit rusak.

I. Saran
Diharapkan dapat memberikan informasi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien post laparatomi , ileostomi atas indikasi hernia
inkarserata dan ganggren caecum ileum di Ruang Rawatan Intensif (ICU),
sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adha, L. R. A. (2020). Asuhan keperawatan klien post op laparatomi eksplorasi atas


indikasi appendisitis perforasi dengan nyeri akut Obat Sakit, 17-23. [Pubmed]
[Google Cendekia]

Berkanis, A. T. (2020). Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien
Post Operasi Scientific Journal, 3(1), 6-13. [Google Cendekia] [Pubmed]

Andri, J., Febriawati, H., Padila, Harsismanto, & Susmita, R. (2020). Nyeri Pada Pasien
Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dan
Ambulansi Dini. Journal of Telenursing, 2, 61–70. [Pubmed] [sciencedirect]

Das, B. et al. 2021, ‘Effect Of Graded Early Mobilization On Psychomotor Status and
Length Of Intensive Care Unit Stay In Mechanically Ventilated Patients’, Indian
Journal of Critical Care Medicine, 25(4), pp. 416–420. [sciencedirect]

10

Anda mungkin juga menyukai