Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

POST OP LAPARATOMY

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas Kelompok pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Santalia Banne Tondok, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Adjie Saleh Sirun (PO.71.20.120002)


Dwi Citra Merdekawati (PO.71.20.120012)
Jhordane Turu Sangpali (PO.71.20.120030)
Feronika Datuan (PO.71.20.120021)
Rosina Refwalu (PO.71.20.1.20.042)
Pransina Karebea (PO.71.20.1.17.039)

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jayapura


Program Pendidikan Profesi NERS
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas makalah dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA POST LAPARATOMI”
bisa selesai pada waktunya. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jayapura, 31 Juli 2022

Kelompok 4

DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................................................4
Tujuan................................................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
Definisi..............................................................................................................................................5
Etiologi..............................................................................................................................................6
Patofisiologi.......................................................................................................................................6
PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................................................7
KOMPLIKASI..................................................................................................................................7
Manifestasi klnik...............................................................................................................................8
Pemeriksaan Diagnosis......................................................................................................................8
Penatalaksanaan.................................................................................................................................8
Evaluasi.............................................................................................................................................8
BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................................................................9
BAB 4 PENUTUP...............................................................................................................................22
KESIMPULAN...............................................................................................................................22
SARAN...........................................................................................................................................22
Daftar Pustaka.................................................................................................................................23

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Laparotomi adalah prosedur yang membuat irisan vertikal besar pada dinding perut ke dalam
rongga perut. Menurut referensi lain Laparatomi adalah salah operasi yang di lakukan pada
daerah abdomen. Prosedur ini memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam
dalam membuat diagnosis apa yang salah.Dengan adanya teknik diagnosis yang tidak
invansif, laparotomi semakin kurang digunakan dibandingkan masa lalu. Prosedur ini hanya
dilakukan jika semua prosedur lainnya yang tidak membutuhkan operasi, seperti pemeriksaan
sinar X atau tes darah atau urine atau tes darahh, gagal mengungkap penyakit
penderita.Teknik laparoskopi yang seminimal mungkin tingkat invansifnya juga membuat
laparotomi tidak sesering pada masa lalu Bila laparotomi dilakukan, begitu organ-organ
dalam dapat dilihat dalam masalah teridentifikasi, pengobatan bedah yang diperlukan harus
segera dilakukan. Ini biasanya menyelamatkan penderita dari operasi kedua. Pengobatan ini
biasanya hanya memperbaiki atau membuang petumbuhan kanker.

Laparotomi dibutuhkan ketika ada kedaruratan perut.Operasi laparatomi di lakukan apabila


terjadi masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma
abdomen.Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Nyeri perut yang terus
menerus atau berulang membuat laparotomi perlu dilakukan. Alasan lain antara lain, muntah
yang berulang, mual, gangguan usus atau pembengkaan perut yang tidak bisa dijelaskan yang
bisa disebabkan oleh kanker.Bila perut ceder parah, mungkin karena benturan hebat dalam
kecelakaan lalu lintas, kemungkinan terjadi adalah pendarahan dalam atau cedera serius pada
organ dalam.Pada situasi seperti ini, laparotomi sering dilakukan untuk menaksir tingkat
cedera, menutup pembuluh darah yang robek, dan membuang jaringan yang rusak dan tidak
bisa diperbaiki lagi. Bila penderita merasakan nyeri perut hebat dan gejala-gejala lain dari
masalah internal yang serius dan kemungkinan penyebabnya tidak terlihat-usus buntu, tukak
peptik yang berlubang atau kondisi ginekologi, perlu dilakukan operasi untuk menemukan
dan mengoreksinya sebelu terjadi kerusakan lebih lanjut. Sejumlah operasi yang membuang
usus buntu berawal dari laparotomi. Beberapa kasus, laparotomi mungkin hanyalah prosedur
kecil.Pada kasus lain, laparotomi bisa berkembang menjadi pembedahan besar, diikuti oleh
transfusi darah dan masa perawatan intensif.

2. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui Defenisi Post OP Laparatomy
2. Mengetahui Etiologi Post OP Laparatomy
3. Menjelaskan Tanda & Gejala Post OP Laparatomy
4. Mengetahui Pemerikasaan diagnostik/penunjang Post OP Laparatomy
5. Mengetahui Komplikasi Post OP Laparatomy.
6. Mengetahui Penatalaksaan Post OP Laparatomy.
7. Menjelaskan Asuhan keperawatan Post OP Laparatomy.

BAB 2
PEMBAHASAN
1. Definisi
Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor,dengan melakukan penyayatan pada area
abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi,perforasi,
kanker, dan obstruksi).laparatomi juga dilakukan pada kasus-kasus digestif dan kandungan seperti
apendiksitis, perforasi, hemia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus,
inflamasi usus kronis, kolestisitis dan periotinitis (rahmnayatiu, hardyansah dan nurhayati 2018).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen
yang 23 dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering
dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan
tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis
operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik
histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral. Laparotomi adalah suatu
operasi bedah mayor yang dilakukan didaerah abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (Ditya, Zahari dan Afrawadi, 2016). Pembedahan laparatomi yang lansung
melibatkan intestinal dapat menyebabkan perhentian dari pergerakan intensial sementara, kondisi ini
disebut paralytic ileus, keadaan ini biasanya berakhir 24-48 jam post laparatomi (kurnia dan yohanes,
2016).
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun
demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada
eksplorasi gaster, pankreas, hepar, 24 dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu,
paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion
memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak
memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada
operasi appendectomy.

Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahan pada
area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan post
operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah
fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan
post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepada klien yang telah
menjalani operasi pembedahan abdomen.

2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal (Smeltzer,
2012) yaitu:
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2) Peritonitis.
3) Perdarahan saluran cernas.
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5) Massa pada abdomen.

3. Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2011).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosionalyang hebat (Brooker, 2010).Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun.Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalahcedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).Trauma abdomen
merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpatembusnya dinding perut
dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratandapat pula dilakukan
tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan,deselerasi, kompresi atau
sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan terjadinya traumaabdomen sehingga harus di
lakukan laparatomy.(Arif Muttaqin, 2013).Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan
individu dapat kehilangan darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri,
iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembusabdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stressimpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi
bakteri, kematian sel. Hilangnyaseluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf
simpatis akan menyebabkanterjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan
pertukaran gas, resikotinggi terhadap infeksi, nyeri akut.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan rektum : Adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar,kuldosentesi,
kemungkinan adanya darah dalam lambung 29 dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan
adanya lesi pada saluran kencing.
b) Laboratorium : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit dan Analisis urine.
c) Radiologik : Bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d) IVP/sistogram : Hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
e) Parasentesis perut : Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya
kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala
yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan
melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.

5. KOMPLIKASI
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis post operasi
biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah
tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah 26 sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post
operasi.
2) Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram positif. Stapilococus
mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah
perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3) Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
4) Ventilasi paru tidak adekuat.
5) Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

6. Manifestasi klnik
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
 Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
 Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
 Kelemahan
 Mual, muntah, anoreksia
 Konstipasi

7. Pemeriksaan Diagnosis
Praktik standar pada pembedahan mengharuskan agar beberapa tes laboratorium(jumlah darah
lengkap, analisa air kemih, serologi, analisa darah), elektrokardiogram, dan penyinaran sinar X
pada dada dilakukan pada semua penderita dewasa sebelum pembedahan dilakukan :
1) Penyinaran dengan sinar X
Penyinaran dengan sinar X pada dada hanya dilakukan kalau pada anamnesa dan
gambaran klinik yang ditemukan mencurigakan.
2) Pemeriksaan lainnya
Elektrokardiogram (EKG), tidak dibutuhkan secara rutin pada orang muda yang harus
menjalani prosedur pembedahan yang tidak berat

8. Penatalaksanaan
 Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
 Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
 Inspeksi luka bedah
 Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
 Transfusi darah atau produk darah lainnya
 Observasi Vital Signs.

9. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon
rangsangan nyeri diantaranya :
1) Hilangnya perasaan nyeri
2) Menurunnya intensitas nyeri
3) Adanya respon fisiologis yang baik
4) Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyer
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. “I” DENGAN


DIAGNOSA MEDIS POST OP LAPARATOMY DI RUANGAN
PERAWATAN MAWAR RSUD ABEPURA

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 01 Juli 2022
Tanggal pengkajian : 02 Juli 2022
Ruang : Perawat Mawar
Diagnosa medis : Post OP Laparatomy

1. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama Klien : Tn. I
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 27 Tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Tanah Hitam

Identitas Penanggung Jawab


Nama Klien : Ny. J
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 55 Tahun
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Hub. Dengan klien : Ibu kandung
Alamat : Jln. Tanah Hitam

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas
2) Riwayat Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan atas sejak tiga hari yang lalu , mengeras satu hari terakhir
Demam, mual-muntah , batuk berlendir , Tidak biasa makan satu minggu yang lalu,
tidak pernah BAB , terpasang kateter tetap .
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Pernah di rawat di puskesmas Abepantai karna
nyeri perut, mual-muntah tiga bulan yang lalu
b. Riwayat penyakit (PQRST) : P : Adanya luka post OP, Q : Seperti ditusuk, R : Perut
kanan atas, S : 7, T : Saat bergerak.
c. Penyakit Kesehatan Keluarga (Genogram)

? 50 ?
?

57
55

33
44 35 23

30

Keterangan :

: Laki-laki : Klien ? : Umur tidak di ketahui

: Perempuan : Garis Keturunan

: Meninggal : Tinggal serumah


d. Riwayat Psikososial & Spiritual
1) Orang terdekat dengan Klien : Orang tua Klien
2) Interaksi dengan keluarga :
a) Pola Komunikasi : Komunikasi terbuka dengan meminta pendapat dari
keluarga terutama orang tua dan saudara
b) Pembuatan Keputusan : Keputusan diambil oleh orang tua sendiri
c) Kegiatan kemasyarakatan : Tidak mengikuti kegiatan di masyarakat
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga : Keluarga merasa sedih klien sakit.
4) Masalah yang mempengaruhi klien : Klien merasa terbebani dengan sakitnya
5) Mekanisme koping terhadap stress : Ketika stress klien lebih banyak diam.
6) Presepsi Klien terhadap penyakitnya : Semoga dirinya bisa secepatnya sembuh dan
beraktivitas seperti sebelumnya.
7) Sistem nilai kepercayaan : Tidak ada nilai-nilai kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan.

e. Pola kebiasaan.
HAL YANG DIKAJI SEBELUM SAKIT DI RUMAH SAKIT
1. Pola nutrisi dan cairan
a. Makan
1) Frek. Makan 4x dalam sehari Tidak dianjurkan makan
dalam sehari setelah OP
2) Nafsu makan Baik -
3) Porsi makan yang Dihabiskan -
dihabiskan
4) Makanan yang Menyukasi semua -
disukai makanan
5) Makanan yang
membuat alergi Tidak ada -
6) Penggunaan obat-
obatan sebelum Tidak ada -
makan
7) Penggunaan alat
bantu (NGT, dll) Tidak ada -
b. Minum/Cairan
1) Jenis Air Putih Air putih
2) Frekuensi Saat merasa haus ±5 Gelas
3) Jumlah ±2500cc ±1000cc
2. Pola eliminasi
a. BAK Tidak dapat diukur
1) Frekuensi ±8-9 kali sehari menggunakan Kateter
2) Warna Kuning Kuning
3) Keluhan - -
4) Penggunaan alat Tidak ada Terpasang kateter
bantu (kateter)
b. BAB
1) Frekuensi ±1x dalam sehari Belum BAB
2) Waktu Tidak menentu -
3) Warna Kuning -
4) Konsistensi Lembek -
5) Keluhan - -
6) Penggunaan - -
laksatif
3. Pola personal hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi 2x Sehari -
2) Waktu Pagi dan Sore -
b. Oral hygiene
1) Frekuensi 2x Sehari 1x Sehari
2) Waktu Saat mandi Pagi hari
c. Cuci rambut
1) Frekuensi 2x Sehari Tidak pernah saat di RS

4. Pola istirahat dan tidur


a. Lama tidur siang 2 Jam sehari 1 Jam
b. Lama tidur malam 7-8 Jam sehari 5 Jam
5. Pola aktifitas dan
latihan ±8 Jam -
a. Waktu bekerja Ya Tidak
b. Olahraga Bersepeda -
c. Jenis olahraga 2x Seminggu -
d. Frekuensi Olahraga - -
e. Keluhan aktifitass
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi
kesehatan Ya Tidak
a. Merokok 5x Sehari -
1) Frekuensi 6 Batang sehari -
2) Jumlah
b. Minuman -
keras/NAPZA

3. PENGKAJIAN FISIK
a. Tanda – tanda vital
1) Keadaan : Lemah
2) Berat badan : 52 Kg
3) Tinggi badan : 159 cm
4) Tekanan darah : 120/ 80 mmhg
5) Nadi : 80x / menit
6) Frekuensi napas : 20 x / menit
7) Suhu tubuh : 36,0’ C

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Kepala & Leher
1) Kepala : Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, rambut warna hitam, tidak ada
benjolan.
2) Mata : Tidak menggunakan alat bantu penglihatan namun merasa penglihatan agak
berkurang/menurun, sklera putih, refleks cahaya baik, pupil isokor dan konjungtiva
anemis
3) Telinga : Tidak ada nyeri tekan dan nampak simetris, pendengaran baik.
4) Hidung : Tidak ada massa dan nyeri tekan
5) Mulut : Mukosa bibir baik, tidak stomatitis
b. Pemeriksa Integumen kulit & Leher
1) Inspeksi : tidak ada luka, kulit bersih
2) Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit elastis, tidak ada kelainan daerah
kuku, crt <3 detik, akral hangat
c. Pemeriksaan Dada & Thorax
1) Inspeksi Thorax : bentuk dada simetris
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi Paru : Bunyi paru sonor
4) Auskultasi : Vesikuler (tidak ada suara nafas tambahan)
d. Pemeriksaan Jantung
1) Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
2) Palpasi : Ictus cordis terapa di intercostal 5 dan 6
3) Perkusi : Bunyi pekak
4) Auskultasi : S1 dan S2 reguler
e. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi : Adanya luka laparatomy
2) Auskultasi : Bising usus 11x/menit. Bising usus hiperaktif
3) Perkusi : Suara perkusi timpani
f. Pemeriksaan Neurologi
Nilai kesadaran pasien composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya
g. Pemeriksaan Status Mental
pasien mengatakan percaya adanya Tuhan, sumber kekuatan pasien adalah keluarga,
ibadah yang mampu dilakukan secara mandiri adalah sholat, berdoa, pasien
mengatakan dia yakin kalau dia akan segeara sembuh dan menganggap bahwa sakit
adalah sebuah ujian

5. KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan sudah 1. Klien Nampak Luka post op pada
nyeri pada abdomen bagian abdomen
atas 2. Klien nampak meringis
2. Klien mengatakan lemah 3. Klien Nampak tidak bias makan
3. Klien mengatakan sering haus TTV :
4. Klien mengatakan tidak Tekanan darah : 150/ 80 mmhg
pernah BAB Nadi : 112x / menit
5. Klien mengatakan nafsu Frekuensi napas : 20 x / menit
makan berkurang Suhu tubuh : 36,0’ C
6. Klien mengatakan basah pada
bagian perut bekas post op

6. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Insisi bedah Nyeri akut
• Klien mengatakan nyeri pada
perut bagian atas Perlukaan pada abdomen
DO :
• Klien tampak meringis
TTV : Terputusnya
• TD : 150/80 mmHg inkontinuitas jaringan
• Nadi : 112x/menit
• Suhu : 37˚C Merangsang pengeluaran
• Respirasi : 20x/menit histamine dan
prostaglandi
Nyeri
2 DS : Luka Insisi bedah tidak Resiko Infeksi
• Klien mengatakan basah terawat
pada bagian perut bekas post
OP Adanya peningkatan
DO : leukosit
• Klien nampak Meringis
• Luka klien nampak merah
• Pus (+) Resiko tinggi Infeksi
3 DS : Ketidakseimbangan Intake nutrisi tidak
• Klien mengatakan merasa nutrisi kurang dari adekuat
lemas kebutuhan tubuh
• Klien mengatakan sering
haus
• Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
DO :
• Klien nampak tidak bisa
makan
• Klien terlihat lemas
4 DS : Insisi bedah Gangguan mobilitas
• Klien mengatakan sulit fisik
bergerak dan tidak mampu Perlukaan pada abdomen
melakukan aktivitas sendiri
DO :
• Keadaan umum lemah Terputusnya
• Kesadaran Composmentis inkontinuitas jaringan
• Tampak ibu klien membantu
dalam beraktivitas Merangsang pengeluaran
• Pasien tampak gelisah histamine dan
prostaglandi

Nyeri

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N TANGGAL PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1 02 Juli 2022 • Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya
tindakan insisi bedah.
2 02 Juli 2022 • Resiko infeksi berhubungan dengan adanya
sayatan / luka operasi laparatomi.
3 02 Juli 2022 • Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mengabsorbsi nutriet / intake nutrisi
yang tidak adekuat
4 02 Juli 2022 • Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
adanya nyeri

8. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan SLKI : Tingkat Nyeri SIKI : Manajemen
dengan dilakukannya (L.08066) Nyeri (I.08238)
tindakan insisi bedah. Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan 2x24 Jam, • Identifikasi lokasi,
diharapkan Nyeri menurun karakteristik,
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi,
• Keluhan nyeri (3) kualitas, intensitas
• Ekspresi wajah rileks nyeri
• Identifikasi skala
nyeri
• Identifikasi respon
nyeri non verbal
• Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri

Terapeutik :
• Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresure, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres hangat
atau dingin, terapi
bermain)

Edukasi :
• Jelaskan penyebab
periode dan
pemicu nyeri
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
• Kolaborasi
pemberian
analgetic
2 Resiko infeksi SLKI : Tingkat Infeksi
berhubungan dengan (L.14137) SIKI : Perawatan
adanya sayatan / luka Setelah dilakukan tindakan Luka (I.14564)
operasi laparatomi. keperawatan 2x24jam, Observasi :
diharapkan tingkat infeksi • Monitor
menurun dengan kriteria karakteristik luka
hasil : (mis. drainase,
• Kemerahan menurun warna, ukuran,
• Drainase purulen bau)
menurun • Monitor tanda-
tanda infeksi
Terapeutik :
• Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan
• Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan
• Bersihkan
jaringan nekrotik
• Berikan salep
yang sesuai ke
kulit atau Lesi,
jika perlu
• Pasang balutan
sesuai jenis luka
• Pertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
• Ganti balutan
sesuai jumlah
eksudat dan
drainase
• Jadwalkan
perubahan posisi
setiap 2 jam atau
sesuai kondisi
pasien

Edukasi :
• Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
• Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri

Kolaborasi :
• Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
3 Ketidakseimbangan SLKI : Status Nutrisi SIKI : Manajemen
nutrisi : Kurang dari (L.03030) Nutrisi (I.03119)
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 •
ketidak mampuan jam maka diharapkan • Monitor asupan
mengabsorbsi nutriet / Status Nutrisi membaik makanan
intake nutrisi yang tidak dengan kriteria hasil :
adekuat • Nafsu makan membaik • Identifikasi status
• Frekuensi makan nutrisi
membaik
Terapeutik :
• Lakukan oral
hygienis sebelum
makan, jika perlu
• Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
• Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
• Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
• Berikan suplemen
makanan, jika
perlu

Edukasi :
• Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu

Kolaborasi :
• Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
• Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
4 Gangguan mobilitas fisik SLKI : Mobilitas Fisik SIKI : Dukungan
berhubungan dengan (L.05042) Mobilisasi (I.05173)
adanya nyeri Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 2x24 • Identifikasi
maka diharapkan Mobilitas adanya nyeri atau
Fisik meningkat dengan keluhan fisik
kriteria hasil : lainnya
• Kecemasan menurun • Identifikasi
• Kelemahan fisik toleransi fisik
menurun melakukan
pergerakan
• Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
mobilisasi
Terapeutik :
• Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (misal.
pagar tempat
tidur)
• Fasilitasi
melakukan
pergerakan, Jika
perlu
• Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :
• Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
• Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(misal. duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)

9. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL NO.DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
02 Juli 1 08.00 1. Identifikasi lokasi, S:
2022 karakteristik, durasi, • Pasien
frekuensi, kualitas, menyatakan
intensitas nyeri masih nyeri
Hasil : dengan skala
• Pasien nampak merasakan 7, klien
kesakitan dengan adanya menyatakan
luka post OP laparatomy melakukan
pada perut kanan atas, teknik napas
luka terlihat basah dan dalam.
sudah mengalami infeksi
sehingga O:
terdapat pus • Pasien nampak
meringis dan
2. Identifikasi skala nyeri menahan sakit
Hasil :
• Skala nyeri yang pasien A:
rasakan 7-10 • Masalah
belum teratasi
3. Identifikasi respon nyeri
non verbal P:
Hasil : • Intervensi di
• Pasien tampak meringis lanjutkan
dan menahan sakit
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil :
• Pasien merasakan lukanya
semakin sakit jika
bergerak.

5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Distraksi relaksasi)
Hasil :
• Pasien menerima ajaran
tersebut dan mampu
mendemostrasikan teknik
napas dalam dengan benar

6. Kolaborasi pemberian
analgetic
• Pasien mengonsumsi obat
sesuai dengan yang
dianjurkan
2 08.30 1. Monitor karakteristik luka S:
(mis. drainase, warna, • Luka nampak
ukuran, bau) lebih bersih
Hasil : dengan
• Luka terlihat memerah dibersihkannya
dan adanya drainase pus tetapi luka
masih nampak
2. Lepaskan balutan dan kemerahan
plester secara perlahan
3. Bersihkan dengan cairan O:
NaCl atau pembersih • Pasien nampak
nontoksik, sesuai kebutuhan terlihat lebih
4. Bersihkan jaringan nekrotik nyaman karena
5. Berikan salep yang sesuai lukanya telah
ke kulit atau Lesi, jika perlu dibersihkan
6. Pasang balutan sesuai jenis dan dilakukan
luka perawatan
7. Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan A:
luka • Masalah
8. Ganti balutan sesuai jumlah teratasi
eksudat dan drainase sebagian
9. Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai P:
kondisi pasien • Intervensi
Hasil : dilanjutkan
• Luka terlihat telah bersih
setelah dilakukan
tindakan dan telah
terpasang balutan baru
guna mempercepat
penyembuhan dan
mencegah terjadinya
infeksi yang lebih parah

10.Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
Hasil :
• Pasien dan keluarga
nampak menyimak
penjelasan perawat
tetntang keadaan
penyakit.

11.Kolaborasi pemberian
antibiotik
Hasil :
• Klien mengonsumsi obat
sesuai yang dianjurkan
3 11.30 1. Monitor asupan makanan S:
Hasil : • Klien
• Pasien mengatakan tidak mengatakan
nafsu makan belum bisa
makan
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang O:
sesuai • Pasien nampak
3. Berikan makanan tinggi lemas
serat untuk mencegah
konstipasi A:
4. Berikan makanan tinggi • Masalah
kalori dan tinggi protein belum teratasi
Hasil :
• Porsi makan tidak P:
dihabiskan • Intervensi
dilanjutkan
4 13.30 1. Identifikasi adanya nyeri S:
atau keluhan fisik lainnya • Pasien nampak
Hasil : cemas dan
• Klien merasakan nyeri mengatakan
jika bergerak masih nyeri
saat bergerak
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam O:
meningkatkan pergerakan • Pasien nampak
Hasil : menahan sakit
• Keluarga mengatakan
akan selalu membantu A:
pasien dalam bergerak • Masalah
dan nampak ibu klien belum teratasi
dengan aktif membantu
klien bergerak untuk P:
megubah posisi duduk • Intervensi
dilanjutkan
atau berbaring
3. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (misal. pagar tempat
tidur)
Hasil :
• Pasien nampak terbantu
dengan adanya pagar
tempat tidur sebagai alat
tumpuan untuk bergerak

4. Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
Hasil :
• Keluarga dan pasien
nampak menyimak
informasi yang diberikan
oleh perawat.

5. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (misal. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Hasil :
• Pasien nampak mampu
melakukan mobilisasi
sederhana dengan bantuan
keluarga
BAB 4
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara luas,wawancara,
pemeriksaan fisik, riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, manifestasi klinik infeksi luka.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah nyeri akut dan resiko infeksi.
Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien secara
luas saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia menurut
Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnosa dapat teratasi dan tujuan
keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat mendokumentasikan data
dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan
penulishanya mendapatkan data berdasarkan pedoman kasus.

2. SARAN
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data
tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara
luas tetapi rencana tindakan dapat
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal ilmiah kepetrawatan sai betik, volume 14, No.2, oktober


2018 Jurnal akademika baiturahim jambi, vol 9,
No.2,September 2020
Ningrum, Tita Puspita Dan Candra Isabela. 2017. Jurnal Ilmu Keperawatan .
vol.IV No.2
Elizabeth J. Corwin (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:
Aditya Media
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) I ed.). Jakarta:
DPP PPNI PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan II)
I ed.). Jakarta:
DPP PPNI PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan II) I ed.).
Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai