PERIONTAL DIALISA
Untuk Menenuhi Tugas Matakuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Dosen Pengampu :
Oleh Kelompok 12 :
JURUSAN KEPERAWATAN
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul SOP
PERSIAPAN DAN EDUKASI PASIEN DENGAN TINDAKAN PERIONTAL DIALISA.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Kebijakan Kesehatan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Konsep Keperawatan Medikal Bedah dalam Praktek Keperawatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nurul Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kep.
selaku dosen kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah membimbing kelompok kami
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................................6
1.4 Manfaat..........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................7
2.1 Definisi Peritoneal Dialisa................................................................................................7
2.2 Cara Kerja Peritoneal Dialisa...........................................................................................7
2.3 Kelebihan atau Keunggulan Peritoneal Dialisa................................................................8
2.4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)..........................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ketika ginjal mengalami kerusakan maka ginjal tidak dapat membersihkan tubuh dari
sisa-sisa metabolisme. Sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air menumpuk dan lama
kelamaan menjadi banyak di dalam darah yang disebut uremia.Gagal ginjal kronik berarti
kehilangan fungsi ginjal yang bisa terjadi secara cepat atau lambat dalam beberapa tahun.
End Stage Renal Disease (ESRD) terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir,
dimana ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga keseimbangan zat-zat kimia
tubuh yang diperlukan untuk hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai terapi
pengganti.
1. Hemodialisis (HD)
2. Peritoneal Dialisis (PD) :Acute Peritoneal Dialisis (PD Acute), Kronis Peritoneal
Dialisis (CAPD)
Dialisis peritonium merupakan suatu alternatif dialisis yang menarik cairan dan
substrat dari dalam sirkulasi dengan menggunakan membran peritonium sebagai membran
dialisis endogen. Dialisis peritoneal yang disebut dialisis peritoneum ambulator berlanjut
(continuin ambulatory peritoneal dialis, CAPD) dapat dilakukan dirumah dengan bantuan
kateter permanen yang dipasang menembus dinding perut. Kateter dialisis ini dipasang
dengan laparatomi terbuka maupun pembedahan endoskopik. Biasanya dipakai kateter
Tenckhoff yang merupakan kateter silikon yang lurus atau bengkok dengan dua mainset
untuk fiksasi di dinding perut dan melingkar pada ujungnya. Dapat dilakukannya
dialisis peritoneal mandiri dirumah dengan melakukan pembilasan menggunakan larutan
elektrolit khusus steril melalui kateter dialisis, merupakan keuntungan dialisis peritoneum
dibandingakan dengan hemodialisis. Kadar ureum, kreatinin, natrium dan kalium
dalamserum relatif stabil karena prosedur ini dapat dilakuka setiap hari di rumah oleh
pasien sendiri.
Komplikasi utama prosedur ini adalah peritonistis bakterial. Penyulit yang juga dapat
ditemukan ialah malposisi kateter ke kavum douglas pelvis sehingga keluar masuknya cairan
terganggu, terjadi kebocoran dari rongga perut melalui samping kateter, terjadi obstruksi
karena fibrin, terjadinya hernia yang terus membesar karena dialisis terus dilakukan
sehingga memerlukan pembedahan, serta menimbulkan infeksi pintu di dinding perut
yang dapat meluas menjadi peritonitis eksogen. Biasanya peritonitis eksogen merupakan
peritonitis kronik yang dapat diatasi dengan antibiotik. Kadang kateter harus dikeluarkan
agar peritonitis bisa sembuh ; sementara itu pasien menjalani hemodialisis. Peritonitis
endogen yang berasal dari dalam perut misalnya dari apendiks atau divertikulum memerlukan
laparatomi segera untuk apendiktomi atau divertikulektomi.
Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang membungkus organ-organ, seperti
lambung, ginjal, usus, dll. Di dalam rongga perut ini terdapat banyak sel-sel darah kecil
(kapiler) yang berada pada satu sisi dari membran peritoneum dan cairan dialysis pada sisi
yang lain. Rongga peritoneum berisi + 100ml cairan yang berfungsi untuk lubrikasi / pelicin
dari membran peritoneum. Pada orang dewasa normal, rongga peritoneum dapan
mentoleransi cairan > 2 liter tanpa menimbulkan gangguan.
1.2 Rumusan masalah
1.Bagaimanadefinsi dari peritoneal dialisa ?
1.4 Manfaat
1. Teoritis
2. Manfaat Praktik
Memberikan tambahan informasi dan wawasan ilmiah mengenai dialisis peritonial bagi
tenaga kesehatan khususnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Peritoneal Dialisa
Peritoneal dialisis merupakan terapi pengganti ginjal dengan menggunakan
peritoneum pasien sebagai membran semi permeabel antara lain Continous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD) dan Ambulatory Peritoneal Dyalisis (APD) (Soelistyoningsih et
al., 2019).APD merupakan bentuk terapi dialisis peritoneal yang dapat dilakukan dirumah
yang dapat dilakukan pada waktu malam hari sebelum pasien tidur dan menggunakan mesin
khusus yang sudah di program terlebih dahulu (Perl et al., 2016).CAPD adalah salah satu dari
bentuk dialisis peritoneal yang menggunakan membran peritoneum yang bersifat semi
permeabel sebagai membran dialisis dan prinsip kerja peritoneal dialisis adalah proses
ultrafiltrasi antara cairan dialisis yang masuk kedalam rongga peritoneum dengan plasma
dalam darah (Jamila & Herlina, 2019).
Terdapat pula dua jenis cuci darah peritoneal: continuous ambulatory peritoneal
dialysis (CAPD) dan automated peritoneal dialysis (APD). CAPD memungkinkan pasien
bergerak dan berfungsi secara normal. Tindakan dapat dilakukan dilakukan sementara pasien
berada di tempat kerja, di rumah, atau dimanapun. Kateter yang dimasukkan ke dalam rongga
perut dilekatkan pada suatu kantung di sisi lain. Ketika dibutuhkan, pasien menempatkan
dialisat ke dalam kantung, yang kemudian dialihkan ke rongga perut melalui kateter. Setelah
sekitar empat sampai lima jam, dialisat akan ditarik kembali ke dalam kantung untuk
kemudian dibuang.
Di sisi lain, prosedur APD membutuhkan penggunaan mesin yang disebut cycler.
Konsepnya sama dengan CAPD, dengan pengecualian, mesin cycler lah yang memasukkan
dan mengeluarkan dialisat secara otomatis selama beberapa putaran, di mana setiap putaran
berlangsung selama sekitar 1.5 jam. APD biasanya dilakukan pada malam hari ketika pasien
sedang tidur. Sementara itu, tindakan hemodialisis membutuhkan penggunaan mesin cuci
darah, berfungsi sebagai selaput cuci darah. Darah pasien diarahkan ke dalam mesin yang
berfungsi untuk menyaring dan mengembalikan darah yang telah dibersihkan kembali ke
dalam tubuh pasien.
Pasien yang membutuhkan cuci darah harus memiliki akses yang mudah terhadap
tindakan ini. Mereka yang melakukan hemodialisis akan melakukan tindakan ini sebanyak
tiga kali seminggu selama 3 sampai 5 jam per sesi. Mereka yang melakukan CAPD atau APD
tidak harus terus-menerus melapor ke rumah sakit atau pusat cuci darah karena tindakan
tersebut dapat dilakukan kapan saja.
Lebih leluasa dan mandiri. Cuci darah dengan mesin umumnya dilakukan di rumah
sakit atau pusat hemodialisis, sedangkan CAPD bisa dilakukan di mana pun asalkan
bersih. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk pertukaran cairan tidak lama, jadi
Anda masih bisa beraktivitas seperti biasa, bekerja, maupun berpergian. Sebelum
berangkat ke tempat tujuan, pastikan peralatan yang diperlukan untuk pertukaran
cairan sudah siap.