OLEH :
KELOMPOK 19
KALIMANTAN TIMUR
2019
A. Lavement Colostomy
1. Pengertian
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA. Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dengan
cairan NaCl dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
2. Tujuan
a) Menjaga kebersihan pasien
b) Mencegah terjadinya infeksi
c) Mencegah iritasi kulit skitar stoma
d) Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
3. Indikasi
a) Klien yang memiliki diversi usus sementara atau permanen.
b) Atresia ani
c) Mega colone
d) Ca Rekti
e) Ca Colon
f) Hisprung
4. Kontraindikasi
1) Irritable bowel syndrome
2) Stoma dengan kolon asenden dan transversum
3) Stoma prolaps dan hernia peristoma
4) Pasien dengan urostomi, ileostomi
5) Baru menjalani pembedahan kolostomi dimana jahitan belum pulih
6) Penyakit menetap di dalam kolon
7) Fasilitas kebersihan tidak adekuat
5. Standar Operasional Prosedur Lavement Colostomy
Persiapan Lingkungan :
Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan :
1. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup
gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P)
2. Mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika
diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien.
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produksi stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri
menekan kulit pasien
7. Meletakkan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimate / kapas
hangan (air hangat) / NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong colostomy dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan
pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomi bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
Evaluasi :
1. Evaluasi respon pasien :
a. Waktu pelaksanaan
b. Jumlah dan karakter stoma
c. Keadaan abdomen
d. Nama perawat yang melaksanakan tindakan disertai tanda tangan.
Evaluasi subjektif
Evaluasi Objektif.
2. Tindak lanjut pasien.
3. kontrak : topik / waktu / tempat
Sikap :
1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapih.
8. Menjaga privacy.
Dokumentasi :
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2. Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah tindakan prosedur.
3. Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.
Referensi :
https://www.scribd.com/document/363123278/SOP-PERAWATAN-KOLOSTOMI-docx-docx -
Achmad Faisal
B. Lavement Colostomy
1. Pengertian
Lavement adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus atau
stoma coloctomy yang bertujuan untuk merangsang peristaltik kolon agar pasien
dapat buang air besar, membersihkan sisa -sisa pencernaan, dan membersihkan
kolon, serta persiapan sebelum melakukan tindakan diagnostik atau pembedahan.
Ada dua jenis pemberian enema berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu
penggunaan Gliserin dan Larutan NaCl 0,9%
2. Tujuan
a) Merangsang peristaltik usus
b) Membersihkan usus (persiapan operasi)
c) Membersihkan sisa-sisa pencernaan
d) Untuk pengobatan
3. Indikasi
a) Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama
terletak pada cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral sedangkan
lavement/enema diberikan langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh
dosis enema hingga ambang batas daya tampung rongga kolon diberikan, pasien
akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau
di toilet. Larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon,
mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrolit
dari tubuh seperti jika menggunakan air biasa dan larutan ini tidak masuk ke
membran kolon seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini
bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti
melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
b) Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi
seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan
kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan
konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau
sodium bikarbonat.
c) Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per
oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa
mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran
pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah
mengalami penurunan fungsi organ pencernaan, menghilangkan iritable bowel
syndrome menggunakan cayenne pepper untuk squelch iritasi pada kolon dan
rectum dan untuk tujuan hidrasi.
d) Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan
untuk mengobati peradangan usus besar.
e) Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi barium
sulphat , pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai dengan
tujuan untuk mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi berupa
konstipasi akibat pemberian barium sulphat.Hal-hal yang perlu
diperhatikanPenggunaan enema yang tidak benar dapat menyebabkan
tergangguanya keseimbangan elektrolit tubuh (pemberian enema berulang) atau
perlukaan pada jaringan kolon atau rektum hingga terjadinya perdarahan bagian
dalam. Perlukaan ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi, perdarahan dalam
kolon terkadang tidak nampak secara nyata tetapi dapat diketahui melalui
perubahan warna feces menjadi merah atau kehitaman. Jika terdapat tanda ini
maka diperlukan tindakan medis dengan segera.
f) Pasien Morbus Hirschprung
g) Pasien yang akan dioperasi ; PSA, Pultrough
h) Persiapan diagnostik → colon in loop , Barium fullthrough, Intra venous
Pyelografi (IVP)
4. Kontraindikasi
a) Hemoroid
b) Neoplasma colon atau rectum
POLITEKNIK Standar Oprasional Prosedur (SOP)
KESEHATAN Lavement Colostomy
KEMENKES
Definisi :
KALTIM
Merupakan salah satu prosedur dengan cara memasukan cairan kedalam
colon atau colostomy untuk mengeluarkan feses atau membersihkan
colon.
Tujuan :
a. Merangsang peristaltik usus
b. Membersihkan usus
c. Untuk pengobatan
Persiapan Lingkungan
Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan :
Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden
jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P)
Prosedur :
1. Siapkan alat dan dekatkan kepada klien
2. Pakai celemek / barakshort
3. Pasang perlak dan kain pengalas
4. Atur posisi pasien ( terlentang jika pasien dipasang kolostomi, infant dan anak kecil posisi
dorsal recumbent atau supine dengan lutut fleksi. Pada anak yang cukup besar posisi sim
dengan lutut kanan fleksi.
5. Pasang selimut, kemudian buka celana pasien
6. Pasang pispot
7. Pakai sarung tangan
8. Tuang NaCl 0,9 % hangat ke dalam kom
9. Ambil cairan dengan menggunakan spuit
10. Siapkan kanul dan lumasi ujungnya dengan vaseline atau jelly
11. Tangan kiri membuka anus, tangan kanan memasukkan kanul. (anak dengan kolostomy, kanul
dimasukkan ke dalam lubang colostomy).
12. Anak disuruh unuk nafas dalam
13. Tahan kanul 5-10 menit
14. Biarkan cairan keluar kembali dan ditampung .
15. Masukkan cairan berulang-ulang hingga bersih atau sesuai dengan kebutuhan pasien.
16. Cabut kanul rectie dari anus atau kolostomi dan anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam.
17. Pispot atau penampung feces diangkat, kemudian diganti dengan yang bersih untuk cebok.
18. Anak kembali dirapikan, dan bereskan alat-alat.
19. Cuci tangan
Evaluasi :
1. Evaluasi respon pasien :
a. Waktu pelaksanaan
b. Jumlah dan karakter feces
c. Keadaan abdomen
d. Nama perawat yang melaksanakan tindakan disertai tanda tangan.
Evaluasi subjektif
Evaluasi Objektif.
2. Tindak lanjut pasien.
3. Kontrak : topik / waktu / tempat
Sikap :
1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapih.
8. Menjaga privacy.
Dokumentasi :
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2. Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah tindakan prosedur.
3. Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.
Referensi :
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2010. Instruksi Kerja Pelaksanaan Wash Out.
Wong, D.L. 1996. Clinical Manual For Pediatric Nursing. Fourth Edition. St Louis; The Mosby
Company.
C. Lavement
POLITEKNIK Standar Oprasional Prosedur (SOP)
KESEHATAN Lavement
KEMENKES
KALTIM Definisi :
Suatu tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui
anus.
Tujuan :
1. Mengurangi rasa tidak nyaman akibat distensi abdomen.
2. Merangsang peristaltik usus untuk kembali normal.
3. Mengembalikan pola eliminasi yang normal.
4. Membersihkan dan mengosongkan isi kolon untuk pemeriksaan
Persiapan Lingkungan
Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan :
Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden
jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P)
Prosedur :
1. Mencuci tangan.
2. Memakai skort.
3. Memakai handscoen bersih.
4. Mempersiapkan cairan huknah / enema
Jumlah cairan (300 – 500 ml untuk anak , 750 – 1000 untuk usia dewasa).
5. Memasang perlak / alas dibawah bokong klien.
6. Menyiapkan pot pada posisi yang mudah dijangkau oleh perawat.
7. Mengatur posisi tidur klien yang tepat :
Huknah Rendah : Posisi tidur miring ke kiri.
Huknah Tinggi : miring ke kanan
8. Menyambungkan kanul rektal dengan selang irigator (selang masih terklem).
9. Mengolesi ujung kanul dengan vaseline / jelly
10. Mengeluarkan udara yang terdapat dalam selang irigator dengan cara mengeluarkan cairan
sampai selang irigator bebas udara kemudian selang irigator di klem kembali.
11. Membuka bokong klien sampai lubang anus terlihat jelas, sambil menganjurkan klien untuk
rileks dengan menarik nafas dalam.
12. Memasukkan kanul ke dalam rektum melalui anus mengarah ke umbilikus secara hati-hati
sepanjang : infant = 2,5 – 4 cm, anak-anak = 5 – 6,5 cm, dewasa = 7,5 – 10 cm.
13. Mengatur ketinggian irigator :
Huknah Rendah : 30 cm dari anus.
Huknah Tinggi : 30 – 45 cm dari anus.
14. Membuka klem dan mengalirkan cairan huknah / enema kedalam kolon dengan kecepatan 75
– 100 ml/menit, smabil menganjurkan klien untuk menahan hingga keseluruhan cairan masuk.
15. Mengklem selang irigator setelah semua cairan masuk kedalam kolon.
16. Meletakkan kertas tissue pada kanul kemudian cabut secara perlahan-lahan dan masukkan
kedalam plastik sampah.
17. Menganjurkan klien untuk menahan cairan tetap didalam kolon selama 5 – 10 menit dengan
posisi tetap berbaring di tempat tidur..
18. Bila klien merasa ada keinginan untuk defekasi, menganjurkan klien untuk buang air besar di
kamar mandi, bila tidak memungkinkan bantu klien buang air besar di tempat tidur dengan
menggunakan pot.
19. Mengobservasi karakteristik cairan yang keluar (jumlah, warna dan konsistensi feses).
20. Membersihkan daerah anus, bokong dan kulit disekitarnya dengan menggunakan tissue dan
washlap dan sabun, kemudian mengeringkannya dengan handuk.
21. Mengembalikan kembali pakaian klien.
22. Membereskan alat-alat.
23. Mencuci tangan.
Evaluasi :
1. Evaluasi respon pasien :
a. Waktu pelaksanaan
b. Jumlah dan karakter feces
c. Keadaan abdomen
d. Nama perawat yang melaksanakan tindakan disertai tanda tangan.
Evaluasi subjektif
Evaluasi Objektif.
2. Tindak lanjut pasien.
3. Kontrak : topik / waktu / tempat
Sikap :
1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapih.
8. Menjaga privacy.
Dokumentasi :
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2. Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah tindakan prosedur.
3. Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.
Referensi :
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2010. Instruksi Kerja Pelaksanaan Wash Out.
Wong, D.L. 1996. Clinical Manual For Pediatric Nursing. Fourth Edition. St Louis; The Mosby
Company.
D. Persiapan Tindakan Colon In Loop
1. Pengertian
Colon in loop adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar
dengan menggunakan media kontras secara retrograde. Media kontras positif
adalah suatu zat yang dapat memberikan gambaran radio opak atau putih pada
radiograf. Dan unsur dasar terbuat dari unsur yang bernomor atom tinggi. Barium
Sulfat (BaSO4) adalah jenis media kontras positif yang tersusun dari unsur Barium
dan sulfat, digunakan untuk pemeriksaan sistem pencernaan makanan karena dapat
melapisi dinding saluran makanan secara merata sehingga bayangan tegas tidak
mudah rusak/ tahan lama dan tidak mudah mengendap.
2. Tujuan
Tujuan pemeriksaan colon in loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis
dari kolon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau
kelainan-kelainan pada kolon (Bruce,2016).
3. Indikasi
4. Kontraindikasi
a) Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan
tekanan tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang berlebihan
b) Obstruksi akut atau penyumbatan
c) Diare berat
Kanula Rektal
Persiapan Pasien :
Persiapan pasien yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan adalah:
1. 48 jam (2 hari) sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak
rendah serat.
2. 18 jam sebelum pemeriksaan pasien minum tablet
dulcolax/pencahar
3. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi dulcolax capsul per anus
selanjutnya dilavement
4. Kemudian pasien puasa sampai dilakukan pemeriksaan
5. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25-1
mg/oral untuk mengurangi pembentukan lender. 15 menit sebelum
pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi
peristaltic usus.
6. Kemudian dilakukan foto pendahuluan (plain foto)
Evaluasi :
1. Evaluasi respon pasien :
a. Waktu pelaksanaan
b. Keadaan abdomen
c. Nama perawat yang melaksanakan tindakan disertai tanda tangan.
Evaluasi subjektif : perasaan klien, tingkat kenyamanan dan nyeri
Evaluasi Objektif.: keadaan umum, vital sign
2. Tindak lanjut pasien.
3. kontrak : topik / waktu / tempat
Sikap :
1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggap terhadap respon klien.
7. Rapi
8. Menjaga privacy.
Dokumentasi :
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2. Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah tindakan prosedur.
3. Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.
Referensi :
John P. Lampignano. 2018. Radiographic Positioning and Related Anatomy. Edisi 8. Mosby. USA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMHT0022855/ . diakses pada tanggal 17 juli 2019.
Pukul 10:13.