Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Tn. Y dengan Diagnosa Medis Cronik Kidhey Disease


Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit William Booth Surabaya

Disusun oleh

1. Benhur
2. Dedi
3. Edhi Kurniawan

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2011
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. Y dengan Diagnosa Medis Cronik Kidhey Disease
Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit William Booth Surabaya

Surabaya, Mei 2011


Dengan ini diserahkan sebagai laporan praktik belajar blapangan
Tahun ajaran 2011

Pembimbing akademik pembimbing ruangan


STIKES Eka Harap Palangka Raya CI ruang Hemodialisa

(Mariaty A. Sangkai Spd ) (Riyani.P.L.Amd, kep)

Mengetahui,
Kepala Bidang Keperawatan
Rumah Sakit William Booth Surabaya

(Tabitha Endang D.M, Skep, Ns)

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna berkat
dan rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada wakyunya.
Penyusun telah berusaha agar makalah ini dapat selesai dengan sempurna, namun
karena keterbatasan kemampuan penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Maka dengan segala koreksi, kritik, dan saran yang diberikan untuk
perbaikan makalah kami ini yang berjudul CRONIK KIDNEY DISEASE.
Pada akhir kesempatan ini pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu serta memberi motivasi sehingga dapat terselesainya makalah ini,
semoga makalah ini berguna bagi mahasiswa/i untuk menambah pengetahuan dalam
melakukan pengkajian dan menginfletasikan kepada pasien dengan gagal ginjal cronik.

Surabaya, Mei 2011

penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit hemodialisa atau HD adalah suatu unit kesehatan yang melakukan proses cuci darah
bagi penderita disfungsi ginjal. Penyakit gagal ginjal adalah suatau penyakit dimana fungsi
organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuanagan elektrolit tubuh, menjaga keseimbanagan cairan dan zat
kimia tubuh seperti stadium kalium didalam darah atau produksi urine. CKD adalah
gangguan fungsi renal yang progersif dan irrevesible dimana kemampuan ginjal untuk
mempertahankan metabolisme dan elektrolit, menyebabkan uremia (retebsi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab terjadinya
kegagaglan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk
mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi dan perlambatan perkembanagan penyakit.
Seorang penderita gagal ginjal perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium,
protein dan cairan.
Seseorang yang mengalami kegagalan ginjal perlu memonitor pemasukan (intake) dan
pengeluaran (autput) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat
dilakukan dengan baik. Dalam beberapa kasus serius, pasien akan disarankan atau diberi
tindakan pencucian darah. Kemungkinan lain adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal
atau transplantasi ginjal
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam makalah
kelompok ini yaitu : Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami gagal ginjal dan proses pencucian darah atau analisis di Ruang Hemodialisa
Rumah Sakit William Booth Surabaya dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
C. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal
dan proses pencucian darah di ruang HD rumah sakit wiliam booth surabaya dari pengkajian
sampai dengan evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui bagaimana pengkajian pada klien yang mengalami gagal ginjal.
2) Mengetahui bagaimana proses dialysis pada klien yang mengalami gagal ginjal.
3) Melakukan analisis data pada klien yang mengalami gagal ginjal.
4) Menyusun diagnosa keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
5) Menyususn rencana keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
6) Melaksanankan tindakan keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
7) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien yang melakukan dialysis.
8) Mendokumentasikan hasil dari tindakan keperawatan yangtelah diberikanbagi klien yang
melakukan dialysis.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah kelompok ini adalah:
1) Bagi peningkatan kualitas asuhan keperawatan
Analisis yang adekuat terhadap berbagai faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan diruangan dapat menjadi dasar bagi peningkatan kualitas
asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.
2) Bagi perkembanagan IPTEK
Segala sesuatu yang terkait dengan study yang dilaksanakan tidak terlepas dari konsep-
konsep ilmiah dan tentu saja akan menyumbang terhadap ide-ide baru dalam pengembanagan
ilmu pengetahun dan membuka jalan untuk pemikiran baru dalam pengembanagan teknologi
untuk penanganan masalah yang terkait.
3) Bagi perkembanagan propesi keperawatan
Merupakan arena pembuktian terhadap konsep dari teori yang didapat dipendidikan sehingga
dapat dipastikan semua konsep yang ada merupakan langka yang efektif dalam penanganan
klien khususnnya dengan penyakit ginjal, sehingga profesionalisme keperawatan akan
berjalan seiring dengan perkembangan pengetahuan yang ada.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian hemodelisa
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan
jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan
buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan
(www.medicastore.com)
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit
akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006).
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang
selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki
terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan
(Christin Brooker, 2001).
B. Dasar-dasar Hemodialisis
Setiap 1 juta penduduk terdapat 25-50 orang mengalami gagal ginjal terminal
(GGT)/tahun.
Bila tidak diobati : meninggal dunia
Bila diobati dengan terapi pengganti (TP) : masih dapat hidup bertahun-tahun.
Terapi Pengganti (TP) : 1. Hemodialisa
2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis)
3. Transplantasi ginjal
Hemodialisa merupakan salah satu bentuk terapi pada pasien dengan kegagalan
fungsi ginjal, baik yang sifatnya akut maupun kronik sampai pada stadium gagal ginjal
terminal, dengan bantuan mesin hemodialisa. Ada 3 unsur penting yang saling terkait pada
proses hemodialisa yaitu : sirkuit darah (saluran ekstrakorporeal), ginjal buatan (dializer), dan
sirkuit dialisat.
Prinsip pada hemodialisis, mesin memompa darah dari tubuh pasien ke dalam
dializer, dan dari sisi lain cairan dialisat dialirkan kedalam dializer. Didalam dializer inilah
proses dialysis terjadi. Darah yang sudah didialisis atau sudah dibersihkan dipompa kembali
kedalam tubuh. Untuk kelancaran dan keberhasilan proses hemodialisis dengan mesin
hemodialisis diperlukan suatu prosedur tentang tindakan hemodialisis.
C. Tujuan Hemodilisa
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.
D. Indikasi Hemodialisa
1. Indikasi segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi
maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi dini
Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.
Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100
120 mg %, TKK : 5 ml/menit.
3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
Penderita kembali menjalani hidup normal
Penderita kembali menjalani diet yang normal
Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
Tekanan darah normal
Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.
E. Peralatan Haemodialisa
1. Arterial Venouse Blood Line (AVBL)
AVBL terdiri dari :
a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses
vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing
akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming
volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan
pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung
runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing
infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung
tumpul.
2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang
/kompartemen,yaitu:
Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping
untuk keluar masuk dialisat.
3. Air water treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air
ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan
dulu dengan cara water treatment sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu.
Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat
asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low
calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu
dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair
(siap pakai).
5. Mesin hemodialisis
Ada bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya
sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri
dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya
kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control
ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.
6. Perlengkapan hemodilaisis lainnya
Jarum punksi, adalah jarum yang dipakai pada saat melakukan punksi akses vaskuler,
macamnya :
Single needle
Jarum yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua cabang, yang satu untuk
darah masuk dan yang satu untuk darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali.
AV Fistula
Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi ukurannya besar. Jika
menggunakan AV Fistula ini, dilakukan dua kali penusukan.

F. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi Penyebab
Demam Bakteri atau zat penyebab demam
(pirogen) di dalam darah
Dialisat terlalu panas

Reaksi anafilaksis yg berakibat Alergi terhadap zat di dalam mesin


fatal Tekanan darah rendah
(anafilaksis)

Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yg dibuang


Gangguan irama jantung Kadar kalium & zat lainnya yg abnormal
dalam darah
Emboli udara
Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata atau
Penggunaan heparin di dalam mesin
perut
untuk mencegah pembekuan
Gambar pasien yang menjalani hemodialisa
(dikutip dari www.medicastore.com)

CRONIK KIDNEY DISEASE (CKD)


Cronik Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irreversible (Mansjoer, 2000).
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandasi dengan
penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian.
Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik meliputi glomerulonefritis, pielonefritis,
hipoplasia, congenital, penyakit ginjal polisiklik, diabetes, hipertensi, system lupus, sindrom
al port dan aminoblosis (Tucher, 1999).
Gagal ginjaLl kronik adalah gangguan fungsional uang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta sampah nitrogen lain
dalam darah. (Smeltzer, 2002).

Penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis, kencing manis, penyakit


pembuluh darah, ginjal kistik (adanya gelembung berisi cairan pada ginjal), penyakit jaringan
ikat, karena obat, hipertensi dan lain-lain.
III. Tanda dan gejala
A. Uremia
B. Proteinuria
C. Edema
D. Menurunnya output urine
E. Meningkatnya bun dan creatinine
F. Tidak mau makan (anoreksia)
G. Fatique (keletihan dan kelemahan)

IV. Skema Patofisiologi

Glomerulonefritis kronik, obstruksi dan infeksi

Fungsi ginjal menurun

Produksi fungsi glomerulus serum p fungsi


eritropoetin serum Ca tubulus

anemia retensi bersihan osteodistropi retensi asam


air &Na kreatinin
kelemahan nyeri/ngilu asidosis metabolik
otot azotemia
(BUN&kreatinin) pernafasan kusmaul

uremia

hipertensi dlm darahedema kardiomiopati lama hidup uremik anemia jaringan SDM
beban jantung koagulasi pruritus
edema Fe GI perifer gatal
CHF perdarahan metabolisme
Ggn integritas bakteri
Edema kulit risiko thp cedera
paru
Mual,muntah
anoreksia
nyeri dada risiko perdarahan
sesak saluran cerna

perubahan anemia
pola nafas
kelemahan otot

intoleransi aktifitas

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium, yang menunjukkan gangguan fungsi sinjal (hiperkalemia, hiponatremia,
asidosis metabolik, hipokalsemia, anemia dan azotemia)
B. Pemeriksaan BUN dan kreatinine
C. Sean renal
D. Biopsi ginjal
E. Osmolalitas serum
F. Pielogram ginjal
G. Arteriogram ginjal
H. Sistouretrogram berkemih
I. Ultrasonografi ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit infeksi
b) Riwayat penykit batu/obstruksi
c) Riwayat pemakaian obat-obatan
d) Riwayat penyakit endokrin
e) Riwayat penyakit vaskuler
f) Riwayat penyakit jantung
3. Data interdialisis (klien hemodialisis rutin)
Data interdialisis meliputi :
a) Berat badan kering klien atau Dry Weight, yaitu : berat badan di mana klien merasa enak,
tidak ada udema ekstrimitas, tidak merasa melayang dan tidak merasa sesak ataupun berat,
nafsu makan baik, tidak anemis.
b) Berat badan interdialisis : Berat badan hemodialisis sekarang Berat badan post
hemodialisis yang lalu (Kg).
c) Kapan terakhir hemodialisis.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien
Data subjektif : lemah badan, cepat lelah, melayang.
Data objektif : nampak sakit, pucat keabu-abuan, kurus, kadang kadang disertai edema
ekstremitas, napas terengah-engah.
b) Kepala
Retinopati
Konjunktiva anemis
Sclera ikteric dan kadang kadang disertai mata merah (red eye syndrome).
Rambut ronok
Muka tampak sembab
Bau mulut amoniak
c) Leher
Vena jugularis meningkat/tidak
Pembesaran kelenjar/tidak
d) Dada
Gerakkan napas kanan/kiri seimbang/simetris
Ronckhi basah/kering
Edema paru
e) Abdomen
Ketegangan
Ascites (perhatikan penambahan lingkar perut pada kunjungan berikutnya).
Kram perut
Mual/munta
f) Kulit
Gatal-gatal
Mudah sekali berdarah (easy bruishing)
Kulit kering dan bersisik
keringat dingin, lembab
perubahan turgor kulit
g) Ekstremitas
Kelemahan gerak
Kram
Edema (ekstremitas atas/bawah)
Ekstremitas atas : sudahkah operasi untuk akses vaskuler
5. Pemeriksaan persistem
a) System kardiovaskuler
Data subjektif : sesak napas, sembab, batuk dengan dahak/riak, berdarah/tidak.
Data objektif : hipertensi, kardiomegali, nampak sembab dan susah bernapas.
b) System pernapasan
Data subjektif : merasa susah bernapas, mudah terengah-engah saat beraktifitas.
Data objektif : edema paru, dispnea, ortopnea, kusmaul.
c) Sistem pencernaan
Data subjektif napsu makan turun, mual/muntah, lidah hilang rasa, cegukan, diare (lender
darah, encer) beberapa kali sehari.
Data objektif : cegukan, melena/tidak.
d) Sistem Neuromuskuler
Data subjektif : tungkai lemah, parestesi, kram otot, daya konsentrasi turun, insomnia dan
gelisah, nyeri/sakit kepala.
Data objektif : neuropati perifer, asteriksis dan mioklonus, nampak menahan nyeri.
e) Sistem genito urinaria
Data subjektif : libido menurun, noktoria, oliguria/anuria, infertilitas (pada wanita).
Data objektif : edema pada system genital.
f) System psikososial
Integritas ego
Stressor : financial, hubungan dan komunikasi
Merasa tidak mampu dan lemah
Denial, cemas, takut, marah, mudah tersinggung
Perubahan body image
Mekanisme koping klien/keluarga kurang efektif
Pemahaman klien dan keluarga terhadap diagnosis, penyakit dan perawatannya, kadang masih
kurang.
Interaksi social
Denial, menarik diri dari lingkungan
Perubahan fungsi peran dikeluarga dan masyarakat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Marilynn E.Doenges, 1999 adalah sebagai berikut:
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan anoreksia, hilangnya
protein selama dialisis, pembatasan diet.
2) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terapi pembatasan, penurunan
kekuatan/tahanan, gangguan persepsi/kognitif.
3) Kurang perawatan diri sehubungan dengan intoleransi aktivitas.
4) Risiko tinggi terhadap konstipasi sehubungan dengan penurunan masukkan cairan,
perubahan pola diet, penurunan motilitas usus.
5) Perubahan proses piker sehubungan dengan perubahan fisiologis.
6) Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.
7) Gangguan citra tubuh sehubungan dengan krisis situasional, penyakit kronis.
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan sehubungan
dengan kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.
C. Intervensi dan Implementasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan anoreksia,
hilangnya protein selama dialisis, pembatasan diet.
Intervensi / Implementasi
Kaji masukkan dan haluaran pasien setiap hari.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan kalori setiap hari.
Anjurkan pasien mempertahankan masukkan makanan harian sesuai anjuran diet yang
ditentukan.
Rasional : Membantu pasien menyadari kebutuhan dietnya.
Ukur massa otot melalui lipatan trisep atau tonus otot.
Rasional : Mengkaji keadekuatan nutrisi melalui pengukuran perubahan deposit lemak yang
menentukan ada/tidaknya katabolisme jaringan.
Perhatikan adanya mual/muntah.
Rasional : Mengidentifikasi gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen, mempengaruhi pilihan
intervensi.
Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam perencanaan menu.
Rasional : Dapat meningkatkan pemasukan oral dan meningkatakan perasaan control/tanggung jawab.
Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
Rasional : Meningkatkan pemasukan nutrisi.
Berikan perawatan mulut sering.
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak enak dimulut.
Kolaborasi, kebutuhan diet dengan ahli gizi.
Rasional : Berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi, pemberian multivitamin.
Rasional : Menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia atau selama dialysis.
Kolaborasi, pengawasan kadar protein/albumin serum.
Rasional : Merupakan indikator kebutuhan protein.
Kolaborasi, pemberian antiemetik.
Rasional : Menurunkan stimulasi pada pusat muntah.
Kolaborasi, sarankan penggunaan selang nasogastrik jika diindikasikan.
Rasional : Diperlukan jika terjadi muntah menetap atau bila makan enteral diinginkan.
2. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terapi pembatasan, penurunan
kekuatan/tahanan, gangguan persepsi/kognitif.
Intervensi / Implementasi
Kaji keterbatasan aktivitas.
Rasional : Mempengaruhi intervensi.
Ubah posisi secara sering bila tirah baring; dukung bagian tubuh yang sakit/sendi dengan
bantal.
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan, mempertahankan kekuatan otot,/mobilitas sendi, meningkatkan
sirkulasi, dan mencegah kerusakan kulit.
Pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit, pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
Rasional : Mencegah iritasi kulit.
Dorong napas dalam dan batuk.
Rasional : Memobilisasi sekresi, memperbaiki ekspansi paru.
Berikan pengalihan dengan tepat pada kondisi pasien (pengunjung, radio/TV, buku).
Rasional : Menurunkan kebosanan, meningkatkan relaksasi.
Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional : Mempertahankan kelenturan sendi, mencegah kontraktur dan membantu dalam menurunkan
tegangan otot.
Buat dalam rencana program aktivitas dengan masukkan dari pasien.
Rasional : Meningkatkan energi pasien dan mengontrol perasaan sejahtera.
3. Kurang perawatan diri sehubungan dengan intoleransi aktivitas.
Intervensi / Implementasi
Tentukan skala kemampuan pasien untuk berpartisispasi dalam aktivitas perawatan diri (skala
0-4).
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan penggunaan alat
2 = memerlukan bantuan bantuan orang llain untuk pertolongan, pengawasan, pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/alat bantu.
4 = ketergantungan penuh/tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas.
Rasional : Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan/kebutuhan.
Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan yang diperlukan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian pasien.
Anjurkan untuk menggunakan teknik menghemat energi, melakukan aktivitas secara bertahap
sesuai toleransi.
Rasional : Menghemat energi, menurunkan kelelahan, danmeningkatkan kemapuan pasien untuk
melakukan tugas.
Jadwalkan aktivitas yang memungkinkan pasien cukup waktu untuk menyelesaikan tugas pada
kemampuan optimal.
Rasional : Pendekatan yang tenang menurunkan frustasi, meningkatkan partisipasi pasien,
meningkatkan harga diri.
4. Risiko tinggi terhadap konstipasi sehubungan dengan penurunan masukkan cairan,
perubahan pola diet, penurunan motilitas usus.
Intervensi / Implementasi
Kaji kemampuan defekasi , frekuensi, warna, konsistensi dan flatus.
Rasional : Menilai seberapa berat gangguan defekasi, memudahkan intervensi.
Observasi ada/tidak bising usus dan distensi abdomen.
Rasional : Bising usus mungkin hipoaktif atau hiperaktif, menandakan adanya gangguan peristaltic usus,
mempengaruhi intervensi.
Instruksikan pasien dalam bantuan eleminasi, defekasi.
Rasional : Upaya meningkatkan pola defekasi normal yang optimal.
Berikan kepada pasien tentang efek diet (cairan dan serat) pada eleminasi.
Rasional : Cairan dan serat baik untuk pencernaan, feses menjadi lunak dan mudah untuk defekasi.
Instruksikan pasien menghindari mengejan selama selama defekasi.
Rasional : Mengejan mengeluarkan banyak energi, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan, pusing dan
pingsan.
Konsultasikan/kolaborasi dokter pemberian : pelembut feses, enema, laksatif.
Rasional : Membantu pasien dalam kemudahan eleminasi defekasi, feses lembut dan mudah
dikeluarkan.
Kolaborasi ahli gizi untuk kebutuhan diet.
Rasional : Pengaturan makanan yang baik mencegah/mengurangi feses keras/kering, memudahkan
defekasi.
5. Perubahan proses pikir sehubungan dengan perubahan fisiologis.
Intervensi / Implementasi
Kaji perubahan perilaku / perubahan dalam tingkat kesadaran (orientasi waktu, tempat, orang).
Rasional : Mengindikasikan tingkat toksisitas uremik, respons terhadap terjadinya komplikasi dialysis.
Berikan penjelasan sederhana tentang kondisi, orientasikan kembali dengan sering.
Rasional : Memperbaiki orientasi realita.
Berikan lingkungan aman, bila perlu pasang pagar tempat tidur.
Rasional : Mencegah trauma dan/ atau penglepasan aliran dialisis/kateter tidak hati hati.
Selidiki keluhan sakit kepala, sehubungan dengan timbulnya mual/muntah, kacau/agitasi,
hipertensi, tremor, atau kejang.
Rasional : Dapat menunjukkan terjadinya sindrom ketidakseimbangan yang dapat terjadi mendekati
selesainya/menyertai hemodialisa.
Awasi perubahan dalam pola bicara, terjadinya dimensia, aktivitas mioklunos selama
heaemodialisa.
Rasional : Kadang kadang akumulasi aluminium dapat menyebabkan demensia dialisis, berlanjut ke
kematian bila tidak diatasi.
Kolaborasi pengawasan BUN/kreatinin, glukosa serum, ubah/ganti konsentrasi dialisat atau
tambahkan insulin sesuai indikasi.
Rasional : Mengikuti kemajuan/perbaikan azotemia.
Kolaborasi, ambil kadar aluminium sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan dapat memperingatkan ancaman keterlibatan serebral/demensia dialisis.
Kolaborasi, berikan obat-obatan sesuai indikasi.
Rasional : Bila terjadi sindrom disekuilibrium selama dialisis, obat obatan mungkin diperlukan untuk
mengontrol kejang selama perubahan pada program dialisis atau kesinambungan terapi.
6. Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.
Intervensi / Implementasi
Kaji dan catat tingkat kecemasan pasien setiap pergantian shift.
Rasional : Tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat, panik) mungkin mengalami perubahan setiap kali
pergantian shift sehingga mempengaruhi intervensi.
Kaji koping individu dalam mengatasi ansietas sebelumnya.
Rasional : Mekanisme koping yang sama mungkin diperlukan untuk mengatasi kecemasan saat ini.
Kaji kemampuan pasien dalam pengambilan keputusan.
Rasional : Pasien dengan ansietas bersikap tampak ragu ragu, ini akan mempengaruhi intervensi.
Sediakan informasi factual menyakngkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : Meningkatkan pemahaman, mengurangi kecemasan.
Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi.
Rasional : Mengurangi ketegangan, meningkatkan perasaan nyaman.
Berikan dukungan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya akan
memberikan perasaan lega dan mengurangi ansietas.
Konsultasikan/kolaborasi dengan dokter, pengobatan untuk mengurangi ansietas.
Rasional : Ansietas berlebihan baik dari segi kualitas maupun kuaantitas memerlukan penanganan lebih
lanjut seperti pemberian obat-obatan untuk memberikan perasaan tenang.
7. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan krisis situasional, penyakit kronis.
Intervensi / Implementasi
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas sehubungan
dengan situasi saat ini.
Rasional : Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
Diskusikan arti kehilangan/perubahan pada pasien.
Rasional : Beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerimanya.
Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang
yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
Rasional : Indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.
Kaji penggunaan substansi adiktif (contoh, alkohol), pengrusakkan diri/perilaku bunuh diri.
Rasional : Menunjukkan disfungsi koping dan upaya untuk menangani masalah dalam tindakan tidak
efektif.
Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat/lama.
Rasional : Indentifikasi tahap yang sedang pasien alami memberikan pedoman untuk mengenal dan
menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukkan perlunya intervensi lanjut.
Akui kenormalan perasaan.
Rasional : Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasi
secara efektif.
Dorong pasien untuk menyatakan konflik kerja dan pribadi yang mungkin timbul, dan dengar
dengan aktif.
Rasional : Membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah.
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi,
keterbatasan kognitif.

Intervensi / Implementasi
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang kondisi, prognosis dan pengobatan saat
ini.
Rasional : Mengidentifikasi seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang keadaan saat ini.
Rasional : Mengurangi kecemasan, meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan penerimaan dan
kerjasama yang baik dalam proses terapi.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk memperhatikan anjuran dietnya.
Rasional : Diet yang tepat dan benar membantu dalam proses penyembuhan.
Dorong dan berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
Rasional : Meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menurunkan ansietas
sehubungan dengan ketidaktahuan.
Minta pasien dan keluarga untuk mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman pasien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
1. Menunjukkan berat badan stabil atau meningkat dengan nilai laboratorium normal.
2. Mempertahankan mobillitas atau fungsi optimal yang dapat dilakukan.
3. Berpartisispasi pada aktivitas sehari hari dalam tingkat kemampuan diri/keterbatasan
penyakit.
4. Mempertahankan pola fungsi usus normal.
5. Mengenal perubahan dalam berpikir/perilaku dan menunjukkan perilaku untuk
mencegah/meminimalkan perubahan.
6. Menyatakan perasaan cemas berkurang/terkontrol, menunjukkan ketrampilan pemecahan
masalah dan penggunaan sumber secara efektif, tampak rileks/dapat tidur dan istirahat secara
tepat.
7. Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negative pada diri sendiri,
menyatakan penerimaan terhadap situasi diri, menunjukkan adaptasi terhadap
perubahan/kejadian yang telah terjadi.
8. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan ; melakukan tindakan
secara benar dan dapat menjelaskan alasan tindakan.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S2
Alamat : Jln. Jambu 3 E 48-49 PJI
Tgl. Masuk RS : 19-05-2011
Diagnosa : CKD stadium V

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama :
pasien mengatakan sesak nafas dan mual-mual.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluarga pasien mengatakan pada tahun 1991, pasien mempunyai riwayat Hipertensi
sampai sekarang dan jarang control kedokter. Pada tahun 2005 pasien di bawa ke RS. WB
karena tidak sadar, dan di RS pasien di diagnosa Diabetes Melitus. Pada tahun 2005 sampai
sekarang pasien rawat jalan, pada desember 2010 pasien dinyatakan gagal Ginjal Cronik dan
harus melakukan HD dalam5 hari sekali sampai sekarang. Pada tangal 15-05-2010 pasien
sesak nafas dan mual-mual, kurang nafsu makan dirumah pasien hanya menghabiskan 4
sendok makan tiap kali makan dan daya ingat pasien berkurang. Pada tangal 19-05-2011
pasien menjalani HD.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi) :
Pada tahun 2010 pasien melakukan operasi AVSHUNT.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Dalam keluarga pasien: ibu memiliki riwayat Diabete Melitus dan bapak memiliki riwayat
Hipertensi

C. GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

meninggal dunia
laki-laki

perempuan

pasien
tinggal serumah

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KEADAAN UMUM :
Pasien compos menthis, pasien sering menutup mata, acites, lemah, turgor kulit tidak baik,
bibir kering,mata cekung.

2. STATUS MENTAL :
a. Tingkat Kesadaran : compos menthis
b. Ekspresi wajah : gelisah
c. Bentuk Badan : gemuk/tinggi
d. Cara Berbaring/bergerak : telentang
e. Berbicara : kurang jelas
f. Suasana hati : tenang
g. Penampilan : cukup rapi
h. Fungsi kognitif
Orientasi Waktu : pasien tidak sadar sekarang siang hari
Orang : pasien tidak dapat membedakan antara perawat dan keluarga
Orientasi Tempat : pasien tidak tahu sekarang berada di rumah sakit

3. TANDA-TANDA VITAL
O
a. Suhu/T : 37 C
b. Nadi/HR : 98 x/mnt
c. Pernapasan/RR : 24 x/mnt
d. Tekanan Darah : 170/94 mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING) :
a. Bentuk Dada : simetris
b. Type Pernapasan : Dada
c. Irama Pernapasan : Teratur
d. Suara Nafas : ronchi +/+
e. Keluhan lainnya : pasien mengungkapkan sesak napas

5. CARDIOVASCULLER (BLEEDING) :
a. Capillary refill : < 2 detik
b. Suara jantung Normal,
S1 : lup pada ICS Iv-v clavikula kiri
S2 : dup pada ICs II-IIImid clavikula kiri
6. PERSYARAFAN (BRAIN) :
Nilai GCS : E : 4 membuka mata
V : 3 berorientasi
M : 5 dengan perintah
Total GCS : 12
Kesadaran : Compos Menthis
Pupil : Isokor
Refleks cahaya : Positif (Kanan dan kiri)

7. ELEMINASI URI (BLADDER) :


Produksi urine : 250 cc /hr dirumah
Minum : 1000 cc/hr dirumah
Warna : kuning tua
Bau : khas pesing
8. ELEMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan faring
Bibir : kering
Gigi : tidak lengkap
Gusi : tidak ada sariawan
Lidah : bersih
Mukosa : lembab
Tonsil : tidak ada peradangan
Rectum : tidak ada masalah/gangguan
Haemoroid : tidak ada

9. TULANG-OTOT-INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan Pergerakan sendi : ekstrenitas atas bebas, eksternitas bawah bebas

Uji kekuatan otot : Ekstremitas atas 5 5 Ektremitas bawah 5 5


55 55
E. POLA FUNGSI SOSIAL
1. Kemampuan Berkomunikasi
Tidak terarah Bahasa sehari-hari : jawa/ Indonesia
2. Hubungan dengan keluarga : baik, tidak ada masalah
3. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : baik, tidak ada masalah
4. Orang berarti/terdekat : istri
5. Kebiasaan menggunakan waktu luang : pasien beristirahat di tempat tidur
6. Kegiatan beribadah : Pasien menggunkan waktu luangnya dengan beristirahat
F. Intra HD
. Suhu/T : 37c
. Nadi/HR : 98 x/mt
. Pernapasan/RR : 24 x/mt
. Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
. Nutrisi : tinggi kalori rendah protein
. Jenis makanan snack selama di HD pasien menghabiskan kue
. Jenis minuman selama HD air Teh sebanyak 150 cc
. Catatan lain:
HD dimulai 08.21 wib selesai 13.21 wib selama 5 jam. Priming : 220 M1. Sisa priming
180 M1. Heparin dalam P. Z 1500 U. Dosis awal 1500 U. Contius 400 U/jam pasien terpsang
HD. Hb : 9,6. Ureum : 176,2. Kreatin : 20,2. Natrium : 134,3. Kalium : 6,37. RR :24 x/mnt

G. Post HD
1. Keadaan umum :
Kesadaran compos menthis, pasien tampak tenang, acites berkurang.
2. Tanda-tanda vital :
a. Suhu/T : 37c
b. Nadi/HR : 98 x/mt
c. Pernapasan/RR : 24 x/mt
d. Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
e. BB Post HD : 71 kg
f. Jumlah cairan yang dikeluarkan 3000 cc

H. perencanaan pulang (disharge panning)


1) Obat-obatanyang disarankan/ dibawa pulang:
3x1 Allopurinol 100 mg
1-0-0 Irvebal 300 mg
1-0-1 Adalat oros 30 mg
0-0-1 Interpril 10
Simuastatin 10 mg
2-0-0 Lasix
Partozol 2x1

2) Makanan/minuman yang diajurkan (jumlah):


Diit tinggi kalori rendah protein. Minuman :totalcairan yang masuk sesuai dengan
produksi urine dalam 24 jam + IWL 500 cc. Buah-buahan dibatasi.
3) Rencana HD/kontrol selanjutnya: HD dilakukan 5 hari sekali dan rencana kontrol HD
selanjutnya dilakukan pada tanggal 24-05-2011.
4) Catatan lain : Intek 190 cc. Out-put 3000 cc. Total Balance - 2810 cc
5) Lab tanggal 15-05-2011
HB:9,6
Ureum:176,2
ANALISA DATA
No Data obyek dan data subyktif Kemungkinan penyebab Masalah
1 Ds: pasien mengatakan merasakan sesak napas. Ketidakmampuan ginjal Kelebihan volume cairan
mengekresi air dan
Do: natrium
pasien acites
minum 1000cc
urin yang dikeluarkan 250 cc
kaki odem
ronchi +/+
RR 24x/menit

Lab tanggal 15-05-2011


Hb : 9,6
ureum :176,2
kreatinn: 20,2
natrium: 134,3
kalium: 6,37
posisi tidur semi fowler

Ds : pasien mengatakan mual-mual


2 Perubahan nutrisi kurang
Do : Toksik uremik dari kebutuhan tubuh
pasien lemah
bibir kering
nafsu makan berkurang
mata cekung
turgor kuli tidak baik
HD 1x dalam 5 hari
BB sebelum HD: 71 kg, BB sesudah HD : 71
kg
Halil Lab tanggal 15-05-2011:
Ureum: 176,2
Kreatin:20,2
Natrium:132,3
Kalium:6,37

Ds:-

Do:
3 pasien tidak bisa berorientasi dengan ruangan, Pola pikir
tempat dan orang Perubahan mental
pasien tidak dapat membedakan antra perawat
dan keluarga
pasien tidak mengetahui sedang berada di HD

PRIORITAS MASALAH
1) Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mengekresi air dan
natrium yang ditandai dengan pasien mengatakan merasakan sesak napas, pasien acites
minum 1000cc, urin yang dikeluarkan 250 cc, kaki odem, ronchi +/+, Hb : 9,6, ureum
:176,2, kreatinn: 20,2. natrium: 134,3. kalium: 6,37.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d toksik uremik ditandai dengan pasien
mengatakan mual-mual, pasien lemah, bibir kering, nafsu makan berkurang, mata cekung,
turgor kuli tidak baik, HD 1x dalam 5 hari, BB sebelum HD: 71 kg, BB sesudah HD : 71
kg.

3) Perubahan mental b/d pola pikir ditandai dengan pasien tidak bisa berorientasi dengan
ruangan, tempat dan orang. Pasien tidak dapat membedakan antra perawat dan keluarga.
Pasien tidak mengetahui sedang berada di HD.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah kelompok ini yang dilaksanakan selama 3 hari diruangan
hemodialisa di rumah sakit william booth surabaya pada Tn.Y dengan diagnosa medis kronik
kidney disease dengan masalah keperawatan kelebihan polume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan Ketidak mampuan ginjal mengekresikan air dan natrium,bersihan pola
napas tidak efektif berhubungan dengan sekret,bersihan pola napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sekret,resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan uremia yaitu
setelah merencanakan tindakan asuhan keperawatan dari 3 diagnosa, diagnosa 1 masalah
teratasi sebagian, diagnosa 2 masalah belum teratasi, diagnosa 3 masalah belum teratasi.
B. SARAN
Untuk pasien yang mengalami gangguan ginjal perlu dimonitor pemasukan (intake)
dan pengeluaran (output) cairan, sehingga tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat
dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus serius, pasien akan disarankan atau diberikann
tindakan pencuci darah (hemodialisa/dialysis). Kemungkinan lainya adalah dengan tindakan
pencakokan ginjal atau transplantasi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Burnama, Erawati F. 2007, Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Silvanus. Palangka Raya.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed.3. Jakarta : EGC.
DR. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2006. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
www.medicastore.com

Perencanaan keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan (criteria hasil) Intervensi
1 Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d Setelah dilakukan1. jelaskan penyebab sesak 1) Sesa
ketidak mampuan ginjal mengekresi air dan tindakan keperawatan2. atur posisi pasien penu
natrium. jangka pendek selama 5 semifowler. yang
Ds: pasien mengatakan merasakan sesak nafas. jam diharapkan3. ttv tiap 1 jam sekali acite
Do: sesak berkurang 4. anjurkan pasien untuk2) untu
pasien acites dengan criteria hasil: timbang BB tiap hari jum
minum 1000cc pasien mengerti dan5. batasi pemasukan cairan tubu
urin yang dikeluarkan 250 cc mampu menjeleskan 6.ukur dan catat intek dan dan
kaki odem kembali tentang output yang
ronchi +/+ penyebab sesak. 7.kolaborsi dengan3) untu
RR 24 x/mt Pasien mengatakan sudah dokter/tim medis untuk perk
tidak ada sesak pemberian obat. dan
Lab tanggal 15-05-2011 RR : 20 x/mnt akan
Sesak berkurang sela
Hb : 9,6
Pasien tampaknyaman 4) Pem
ureum :176,2
pasien tidak acites akan
kreatinn: 20,2 idea
natrium: 134,3 5) Pem
kalium: 6,37 pent
peny

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN (SOAP)


Hari/ tgl jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Kamis,19 mei
2011
Jam 08:21 wib Berkolaborasi dengan Dr. untuk S: pasien mengatakansesak berkurang
memprogram HD:
UF:3000 O:-acites berkurang
QB:200 -tidak ada sesak
QD:500 -pasien tenang
HD selama 5 jam heparin 400 u/jam -RR 20 x/mnt
-BB setelh HD 71 Kg
Jam 08. 22 wib Mengatur posisi pasien semi fawler -UF: 3000
agar mengurangin sesak dan A: masalah teratasi sebagian
membuat pasien nyaman.
P: lanjutkan intervensi no 4,5 dirumah
Jam 08.32 wib menjelaskan penyebab sesak: Sesak I: 4: Anjurkan pasien untuk timbanh BB tiap hari.
diakibatkan penumpukan cairan 5: Batasi pemasukan cairan
yang mengakibatkan acites

Jam 08.40 wib mengukur dan catat intek 190cc

Jam 09.21 wib Tanda-tanda vital :


Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg

Tanda-tanda vital :
Jam 10.21 wib Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg

Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Jam 11.21 wib Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg

Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Jam 12.21 wib Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Tanda-tanda vital :
Suhu/T : 37c
Nadi/HR : 98 x/mt
Pernapasan/RR : 24 x/mt
Tekanan Darah/BP :170/94 mmHg
Jam 13.21 wib

Perencanaan keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan (criteria hasil) Intervensi
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan 1.Berikan penjelasan pada1.penje
tubuh b/d toksik uremik tindakan keperawatan pasien tentang penyebab adek
Ds: pasien mengatakan mual-mual di ruang HD selama 5 nutrisi kurang dari mem
Do:-pasien lemah jam diharapkan kebutuhan tubuh pasie
-bibir kering kebutuhan nutris 2.berikan makanan dalam beke
-pasien malas makan terpenuhi dengan porsi kecil tapi sering 2.mak
-mata cekung criteria hasil: 3.timbang berat badan kecil
-turgor kulit tidak -pasien dapat mengerti sebelum dan setelah HD lamb
-HD 1x dalam 5 hari ttg nutrisi dan 4.Anjurkan passien makan- deng
menyebutkan sebab makanan dalam keadaan masu
Hasil Lab Tanggal 15-05-2011: kurang gizi hangat sedikit tapi sering 3.untu
-pre HD -pasien tidak mual 5.hindari makan sambil perb
HB:9,6 muntah minum sebe
Ureum:176,2 Pasien dapat 6.kalaborasi dengan tim dilak
Kreatinin:20,2 menghabiskan porsi gizi 4.Me
-mata cekung makanan yang7.kalaborasi dengan dokter mak
-HD 1x dalam5 hari disediakan untuk HD selanjutnya 5.me
-BB tidak turun dan mak
turgor kulit kembali 6.ber
normal indiv
7.un

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN (SOAP)


Hari/ tgl jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Kamis,19 mei
2011
1.08:10 wib 1. menimbang berat S: pasien mengatakan masih tidak ada nafsu makan
badan sebelum BB pre HD:76 O:-pasien masih lemas
2.08:15 wib Kg -bibir masih kering
2. memberikan -HB:9,6
penjelasan pada pasen tentang -ureum:176,2
3.08:30 wib penyebab tidak adanya nafsu -kreatinin:20,2
makan -natrium134,3
4.08:35 wib -kalium:6,37
3. .memberikan makanan
A: masalah belum teratasi
dalam porsi kecil tapi sering
P: lanjutkan tindakan dirumah no 2,4,5,6,7
4. menganjurkan pasien I: 2.berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
5.12:35 wib makan-makanan dalam 4.Anjurkan passien makan-makanan dalam keadaan
keadaan hangat dan bergizi hangat sedikit tapi sering
dengan porsi sedikit tapi 5.hindari makan sambil minum
sering. 6.kalaborasi dengan tim gizi
6.13:21 wib 5. melalukan kolaborasi 7.kalaborasi dengan dokter untuk HD selanjutnya
dengan tim gizi dan dokter
untuk HD selanjutnya pada
tanggal 25 mei 2011.
6. menimbang berat
badan BB post HD:71 Kg

Perencanaan keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan (criteria hasil) Intervensi
3 Perubahan mental b/d ketidak seimbangan Setelah dilakukan 1.kaji kesadaran pasien 1.untu
elektrolit tindakan keperawatan Contoh: orientasi waktu, ting
Ds:- selama 3x24 jamjam tempat dan orang pasi
Do:-pasien tidak bisa berorientasi dengan diharapkan tingkat 2.pertahankan penjelasan 2.untu
ruangan,tempat,orang fungsi mental pasien sederhana, orientasikan perk
-gangguan lapangan perhatian baik dengan criteria kembali dengan sering pasi
-pasien tidak mengetahui sedang berada di hasil: 3.berikan lingkungan aman, 3.aga
HD - meninggkat fungsi berikan pembatas tempat istir
mental tidur pada akhir periode tena
- pasien dapat keseimbanagan tertentu. 4.aga
mengidentifikasikan 4. anjurkan keluarga untuk tidak
cara untuk mendampingi pasien
mengkonpensasikan
ganguan
koknitif/deposit memori

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN (SOAP)


Hari/ tgl jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Kamis,19 mei
2011
1.08:35 wib 1.mengkaji kesadaran pasien S: pasien masih belum sepenuhnya berkomunikasi
Contoh: orientasi waktu, tempat dan dengan baik
orang O: pasien masih tidak dapat membedakan waktu,tempat dan
2.09:05 wib 2.mempertahankan penjelasan orang
sederhana, orientasikan kembali A: masalah belum teratasi
dengan sering P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4
3.09:20 wib I: 1.kaji kesadaran pasien
3.memberikan lingkungan aman, Contoh: orientasi waktu, tempat dan orang
berikan pembatas tempat tidur pada 2.pertahankan penjelasan sederhana, orientasikan
4.09:32 wib akhir periode keseimbanagan kembali dengan sering
tertentu. 3.berikan lingkungan aman, berikan pembatas tempat
4.anjurkan keluarga untuk tidur pada akhir periode keseimbanagan tertentu.
mendampingi pasien 4. anjurkan keluarga untuk mendampingi pasien.

Anda mungkin juga menyukai