Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN

HEMODIALISA
MARCH 11, 2014CAHYAAGNESTI ALL ABOUT ME LEAVE A COMMENT

A. DEFINISI
Hemodialisa adalah Menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat membran semi permiabel yang mempunyai
pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan asam dan
basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. : 381).

Hemodialise adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semi permeable ( alat dialysis) ke dalam
dialisat. ( Tisher, C. C, dkk .1997)Hemodialisa adalah difusi pertikel larut dari satu kempartemen cairan ke kompatemen lain
melewatai membran semi permeabel ( Hudak, M. C. 1996 : 39).

Dialisa adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membran semipermiabel, berdasarkan
prinsip difusi osmosis dan aultrafiltrasi( engram, B. 1998 : 164).

Hemodialisa adalah lintasan darah melalui sel;ang dari luar tubuh ke ginjal buatandimana pembuangan kelebihan zat terlarut
can cairan terjadi ( Engram. B. 1998 : 164)

B. ETIOLOGI
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibatdari : azotemia, simtomatis berupa
enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang
tidak bisadiatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.

C. PATOFISIOLOGI
Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melaui
hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.Waktu untuk terapi
ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala. Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun
dibawah 10 ml/mnt,yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih
penting dari nilai labolatorium absolute adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.
D. TERAPI DIALISIS
1. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan pgendealianoleh model kinetik urea.
2. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam urat.
3. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan bending antara darah dan bagian cairan, biasanya
terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif ( penghisap ) dalam kompartemen dialisat (
ultrafiltrasi ).
4. Mempertahankan / mengembalikan sytem buffer tubuh.
E. PROSEDUR DIALISA
Alat-alat dialisis dibuat serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel. Kompsisinya terdiri 10.000 serabut berdiameter kecil
dimana darah bersirkulasi melaui serabutserabut tersebut.Piringan paralel terdiri dari lempengan-lempengan membran,
disusun secara paralelyang membentuk kompartemen untuk darah dan dialisat.Bahanyang digunakan : Kuprotan, selulosa
asetat, dan beberapa kopolimer sintesis berlubang-lubang kecil ( poliakrilonitril), polimetil-mettakrilat dan polisulfon, Piranti
keras yang digunakan pada kebanyakan system sialysis meliputi :
Pompa darah
Pompa infus untuk pemberian heparin
Alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh, bila terjadi ketdakamanan,konsentrasi dialisa,
perubahan tekanan , udara, dan bocoran darah.- System dialisis terbaru terdiri aras unit tunggal yang mencagkup
alat pelepasandialisat dan komponen untuk memonitor darah.
F. PROSEDUR PEMASANGAN
Tingkat kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien, yang meliputi
tahap penyakit, masalah-masalah lain, keseimbangan cairan dan elektrolit, nilai-nilai laboratorium, remuan klinis lain,respon
terhadap tindakan dialysis sebelumnya, status emosional dan observasi.

Prosedur
Setelah pengkajian pra dialysis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan perlatan, perawat sudah siap untuk
memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasidi capai melalui satu beberapa pilihan-pilihan fitsula atau tandur
arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar ( diameter 15/16 ) dibutuhkan untuk
mengkanulasi fitsula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang di pasang baik pada vena subklavia, jugularis interna atau
femoralis, harus di buka dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.Jika akses vesculae telah di tetapkan, darah
mulai mengalir di bantu oleh pompa darah
Bagian sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran arterial keduanya untuk membedakan darah yang
masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum arterialdi letakan
paling dekat dengan anastomis AV pada fitsula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin
yang diklep selalu dihubungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dan
pasien dapat di klem sementara cairan normal salin yang diklem di buka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk
memperbaiki tekanan darah.

Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat di sambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan di biarkan untuk menetes,
dibantu dengan pompa darah tergantung perlalatan yang digunakan.

1. Di liser adalah komponen paling penting selanjutnya dari sirkuti. Darah mengalir kedalam kempartemen darah
dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dansisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detektor
udara dan foam yangmengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara padakondisi
seperti ini setiap obat-obat yang akan di berikan pada dialysis diberikanmelaui port obat-obatan. Penting untuk
di ingat bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialsys selesai kecuali
memang di perintahkan lain.
2. Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui venosa atau selang posdialiser. Setelah waktu
tindakan yang di resepkan, dialysis diakhiridengan mengklem darah dari pasien, membuka selang cairan
normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuangkedalam
perangkat akut, meskipun program dialysis kronik sering membeli perlatan untuk membersihkan dan
menggunakan ulang dialiser.Tindakan kewaspadaan umum harus dikuti teliti sepanjang tindakan dialisis karena
pemanjanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat
yang melakukan hemodialisis.
G. KOMPOSISI DIALISAT
Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Komsentrasi natrium dan kalsium diresepkan pada situasi klinis
tertentu. Irigasi rendah kalsium dapat digunakan pada terapi hiperkalasemia akut dan kronik. Dapar basa dialisat dapat
berupa asetat ataupun bikarbonat. Pada keadaan tidak bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol menjadi bikarbonat. asetat
dapat menyebabkan hipotensi, depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialisis bikarbonat walaupun lebih
mahal biasanya dapat mencegah gejala gejala tersebut. Tindakan ini merupakan terapi pilihan pada pasien dengan
gangguan pernafasan, ketidakstabilan hemodinamika, penyakit hati dan asidosis metabolic berat,dan pada pasien yang
menjalani dialisis aliran cepat.hemodialisa mencakup shunting / penglihatan arus darah dari tubuh pasien kedialisator dimana
terjadi difusi dan ultrafiltrasi dan kembali ke sirkulasi pasien.Sekarang ada 4 cara utama agar masuk ke aliran darah pasien
ini terdiri dari:

1. Fistula aeteriola vena


2. Eksternal arteriovenus shunt arus arteriovena eksternal.
3. Kateterisasi vena femoral
4. Kateterisasi vena subklavia
H. PROSEDUR DIALISIS PERITONEAL
1. Siapkan pasien untuk pemasangan kateter dan prosedur dialisis dengan memberikan penjelasan tentang
prosedur secara menyeluruh, formulir ijin tindakan di tandatangani sesuai kebijakan rumah sakit.
2. Kandung kemih harus dikosongkan tepat sebelum prosedur untuk menghindari kecelakaan tusukan trokar.
3. Pasien dapat menerima obat pra operasi untuk meningkatkan relaksasi selama tidur.
4. Cairan pendialisis dihangatkan sampai suhu tubuh atau sedikit hangat,menggunakan alat yang dibuat khusus
umtuk tujuan ini tidak dianjur kanmenghangatkan dilisis peritonial dalam oven gelombang mikro karena
penghangatan cairan ridak sama dan inkonsistensi dari satu oven gelombang.
5. TTV dasar seperti suhu, nadi, pernafasan dan berat badan dicatat. Sebuah tempat tidur berskala sangat ideal
untuk mementau berat badan pesien dengan sering dan karenanya haus digunakan bila memungkinkan.
Memindahkan pasien letargiatau disorientasi pada temapt tidur berskala akan menimbulakan masalah seperti
perubahan lrtak kateter.
6. Dilakukan pengkajian fisik abdomen atau trauma sebelum pemasangan kateter.
7. Instruksi khusus tentang pembuangan cairan, penggantian dan pemberian obat harus ditulis dokter sebelum
prosedur.
I. TEKNIK
1. Dengan kondisi steril, insisi kecil garis median dibuat dibawah umbilikus.
2. Trokar dimasukkan melalui insisi kedalam rongga peritonial, obturator dilepaskan kateter dilepaskan.
3. Cairan dialisis mengalir kedalam rongga abdomen melalui gaya gravitasi secepat mungkin ( 5 10 menit ) bila
mengalirnya terlalu lambat mungkin perlu dikateterisasi.
4. Saat larutan di infuskan selang diklem, dan larutan dibiarkan dalam rongga abdomen selama 30 45 menit
5. Botol larutan / kantong diletakkan dibawah rongga abdomen, dan dialirkan keluar rongga abdomen oleh gaya
gravitasi.
6. Bila sistemnya paten dan letak kateternya baik larutan akan mengalir keluar dengan baik dan mengalir kuat,
drainase harus berlangsung lebih daei 20 menit.
7. Siklus ini diulang secara kontinyu selama waktu yang telah ditentukan yang bervariasi dari 12 36, tergantung
pada tujuan pengobatan kondisi pasien dan ketetapan fungsi sistem.
8. Harus digunakan sarung tangan selama menanganinya.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi teknis

1. Pemulihan cairan tidak sempurna.


Cairan yang keluar harus berbanding /lebih banyak dari gairan yang dimasukkan kemasan preparat dialysis komersial berisi
1000 2000 lm cairan bila setelah beberapa kali pertukaran volume yang dikeluarkan kurang ( sampai 500 ml lebih )dari
jumlah yang dimasukkan,harus evaluasi tanda tanda retensi cairan meliputi distensi abdomen / keluhan begah. Indikasi
yang paling akurat tentang jumlah cairan yang terkumpul kembali adalah berat badan,bila cairan keluar dengan lambat,ujung
kateter mungkin terbenam dalam omentum / tersumbat fibrin.

1. Kebocoran disekitar kateter.


Kebocoran superficial setelah operasi dapat dikontrol dengan penjahitan ekstradan mengurangi jumlah dialisat yang
dimasukkan dalam peritoneal.Peningkatan tekanan intra abdomen juga menyebabkan kebocoran dialisat,oleh karena ituharus
dihindari terjadinya muntah kontinyu, batuk, dan gerakan selama periodeawal pasca operasi.

1. Cairan peritoneal bersemu darah.

Warna ini ditemukan pada awal aliran keluar tetapi harus bersih setelah beberapa waktu.Perdarahan banyak setiap waktu
merupakan indikasi masalah yang serius dan harus diselidiki dengan cepat.

Komplikasi fisiologis

1. Hipotensi
2. Kram otot
3. Sindrom ketidak seimbangan dialysis
4. Hipoksemia
5. Aritmia
6. Perdarahan
7. Nyeri
K. Pengkajian

1. Sebelum dialisa.
a) Tinjau kembali catatan medis untuk menentukan alasan perawatan dirumah sakit.

Ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan.


Fistula tersumbat bekuan.
Pembuatan fistula.
b) Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah,jumlah cairan yang diijinkan, obat obatan yang saat ini digunakan,
jadwal hemodialisa, jumlahhaluaran urin.

c) Kaji kepatenan fistula bila ada. Bilapaten, getaran ( pulsasi ) akan terasa desiran akan terdengar dengan stetoskop di
atas sisi. Tak adanya pulsasi dan bunyi desiran menandakan fistula tersumbat.d.Kaji terhadap manifestasi klinis dan
laboratorium tentang kebutuhan tentang dialisa :

Peningkatan berat badan 3 pon / lebih diatas berat badan pada tindakan dialisa terakhir.
Rales, pernafasan cepat pada saat istirahat,peningkatan sesak nafas dengan kerja fisik maksimal.
Kelelahan dan kelemahan menetap.
Hipertensi berat
Peningkatan kreatinin, BUN, dan elektrolit khususnya kalium.
Kemungkinan perubahan EKG pada adanya hiperkalemia.

1. Sesudah dialisa
Kaji terhadap hipotensi dan perdarahan. Volume besar dari pembuangan cairan selama dialisa dapat mengakibatkan
hipotensi ortostatik dengan menggunakan anti koagulan selama tindakan menempatkan pasien pada resiko perdarahan dari
sisi akses dan terhadap perdarahan internal.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1) Kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama dialysis :

a) Kaji TTV : BB, masukan dan haluaran pradialisis.

b) Kaji derajat penumbunan cairan dalam jaringan pradialisis.

c) Tentukan ketepatan derajat dan ketepatan ultrafiltrasi untuk tindakan.

d) Berikan cairan pengganti sesuai instruksi dan indikasi.

e) Periksa kadar kalsium, natrium, kalium, CO2 pradialisis.

2) Kurang pengetahuan b.d penyakit dan kebutuhan untuk dialysis :

a) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang fungsi ginjal dan alasan dialysis.

b) Kaji kesiapan untuk belajar.

c) Berikan informasi yang sesuai untuk kesiapan dan kemampuan belajar termasuk alasan pasien kehilangan fungsi
ginjal: tanda dan gejala yang b.d kehilangan fungsi ginjal.

d) Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan takut dan ansietas.

3) Ketidakberdayaan b.d perasaan kurang kontrol,ketergantungan pada dialysis, sifat kronis penyakit.

a) Mendiskusikan perasaan pasien,meyakinkan bahwa perasaan tersebutnormal.

b) Beri dukungan pasien dan keluarga.

c) Bantu pasien untuk tetap terorientasi terhadap realitas,untuk tetap optimis bahwa fungsi ginjal akan pulih normal bila
keadaannya memungkinkan.
4) Resiko tinggi untuk cidera b,d akses vascular dan komplikasi sekunder terhadap penusukan dan pemeliharaan akses
vascular, emboli udara,ketidaktepatan konsentarsi / suhu dialisat.

a) Mempertahankan lingkungan steril selama pemasukan kateter.

b) Melakukan radiografi dada setelah pemasukan kateter kevena subklavia.

c) Amati tanda pneumothorak, ketidakteraturan jantung, perdarahan hebat,dan periksa bunyi nafas bilateral.

d) Ganti balutan kateter secara rutin sesuai kebijakan unit.

e) Pastikan bahwa detektor udara telah terpasang dan berfungsi baik selama dialisis.

Anda mungkin juga menyukai