Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS CKD ON HD DI

RUANG HEMODIALISA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN KASUS CKD ON HD
DI RUANG HEMODIALISA-RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TANGGAL 27 DESEMBER 2016

Disusun Oleh :
Ace Ahmad Pirdaus (14001)
Affin Aknatikharin (14002)
Alieffia Nur Afifah (14003)
Asep Gunawan (14004)
Asep Saepul Millah (14005)
Dianatul Azhimah (14008)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


STIKES RAFLESIA DEPOK

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN KASUS CKD ON HD ini dengan baik. Asuhan
keperawatan ini disusun sebagai penugasan dan pelaporan asuhan keperawatan di ruang
Hemodialisa.
Adapun asuhan keperawatan ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku
yang ada kaitannya dengan asuhan keperawatan yang kami buat dan berdasarakan kasus yang
didapat. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan
dari pihak tertentu, oleh karenaitu kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada
orang tua kami, dosen pembimbing kami, dan teman-teman satu tim yang saling mendukung
dan membantu hingga selesainya asuhan keperawatan ini.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini kami menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini. Semoga asuhan
keperawatan ini bermanfaat untuk para pembaca.
Jakarta, Desember2016

Kelompok 1
(DinasPagitanggal 28 Desember 2016)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS CKD
2.1 AnatomiFisiologi.................................................................................................... 4
2.2 Definisi................................................................................................................... 7
2.3 Etiologi................................................................................................................... 7
2.4 Patofisiologi........................................................................................................... 8
2.5 ManifestasiKlinis................................................................................................... 9
2.6 Komplikasi............................................................................................................ 10
2.7 PenatalaksanaanMedis.......................................................................................... 10
2.8 KonsepAsuhanKeperawatan .............................................................................. 11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADAKASUS .............................................................. 18
3.1 Pengkajian .............................................................................................................. 18
3.2 DiagnosaKeperawatan .......................................................................................... 20
3.3 RencanaAsuhanKeperawatan .............................................................................. 20
3.4 Implementasi .......................................................................................................... 22
3.5 Evaluasi .................................................................................................................. 25

BAB IV
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner yang bertugas menyaring dan
membuang cairan, sampat metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah sel-sel
tubuh mengubah makanan menjadi energy, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil
sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni
tubuh.Chronic Kidney Disease ( CKD)merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dankeseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dansampah
nitrogen lain dalam darah). Penyakit inimerupakan sindrom klinis yang terjadi pada stadium
gagal ginjal yang dapatmengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti
padasistem sekresi tubuhnya (DiGiulio, 2014).
Di Indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai angka 20%. Pusat data dan
informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah
penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Berdasarkan
data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari perhimpunan nefrologi
Indonesia, pada tahu 2008 jumlah pasien hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang dari
2146 orang pada tahun 2007 (Pribadi, 2012).
Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah
mengalami penyakit ginjal kronik (gagal ginjal) dimana laju filtrasi glomerulus (15 ml/menit)
ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkan terapi
untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal adalah
tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal.Sedangkan salah satu
penatalaksanaan pada penderita gagal ginjal kronik adalah hemodialisa (DiGiulio, 2014).
Hal ini karena hemodialisa merupakan terapipengganti ginjal yang bertujuan untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolismeprotein atau mengoreksi gangguan keseimbangan air dan
elektrolit. Terapihemodialisa yang dijalani penderita gagal ginjal tidak mampu
mengimbangihilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal
akanberpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi
tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisah metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat,
dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisa
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (DiGiulio, 2014).
Pasien gagal ginjal menjalani proses hemodialisa 1-3 kali seinggu dan sitiap kali nya
memerlukan waktu 2-5 jam, kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang
hidupnya.Pasien gagal ginjal kronik sangat bergantung kepada terapi hemodialisa untuk
menggantikan fungsi ginjalnya. HD dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, namun
tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari, juga tidak
akan memperbaiki seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan
dan komplikasi (Pribadi, 2012).
Secara tidak langsung menjalani terapi hemodialisa juga berarti menggangu pekerjaannya
dan gairah bekerja menurun, karna harus menjalankan peraturan pengobatan yang dirasakan.
Begitu juga prilaku yang dijalankan selama ini harus berubah, seperti perubahan diet yang
tadinya bebas sekarang dibatasi baik dalam asupan protein maupun jumlah cairan yang masuk,
tidak boleh merokok, tidak boleh minum yang beralkohol dan lain sebagainya. Perubahan
perilaku ini sangat sulit sehingga kecenderungan untuk mengikiti peraturan pengobatan yang
telah ditetapkan sangat rendah karna peraturan tersebut sangat mengikat dengan aktifitas
individu(Pribadi, 2012).
Adapun salah satu komplikasi atau dampak dilakukan hemodialisapada pasien gagal ginjal
kronik ( GGK) adalah hipoglikemia. Hal ini karenaterlalu banyak darah yang terbuang saat
sirkulasi hemodialisa, termasukglukosa (gula darah) yang terkandung dalam darah juga
terbuang bersamasisa sisa metabolisme lainnya. Sehingga kadar gula darah dalam
tubuhmengalami penurunan, yang mengakibatkan pasien mengalami kelelahanatau lemas
setelah dilakukan hemodialisa (Pribadi, 2012).
Berdasakan penjelasan diatas, maka kelompok kami memutuskan untuk membahas
tentang Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik on HD karena penyakit ini masih banyak
terjadi pada masyarakat Indonesia namun sebagian besar penderitanya belum cukup
memahami tentang penyakit tersebut dan cara pengobatannya. Selain itu penyakit ini juga
dapat menyebabkan kematian.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah disusunnya makalah Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik,
diharapkan pembaca dapat memahami dan menerapkannya dalam asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit gagal ginjal kronik.
2) Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
3) Untuk memahami cara membatasi asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Fisiologi


a. Anatomi Ginjal
1. Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua
kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas
mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua
ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih
besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks
dan medulla.Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid
tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus
pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini
yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.

2. Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron
adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul.
3. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis
II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan
garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri
interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks.
Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada
glomerulus. Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang
membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular.
Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena
selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis
untuk akhirnya mencapai vena cava inferior.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan
20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada
pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah
otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang
dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan
demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan.
4. Persarafan pada ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

b. Fisiologi Ginjal
Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan
keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh;
mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan
sisa metabolisme hasil akhir sari proteinureum, kreatinin dan amoniak.
Tiga tahap pembentukan urine :
1) Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler
tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma
yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit,
asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow)
adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari
plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini
dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate).
Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari
perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan
hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan
oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah.
Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit
dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi
zat-zat yang sudah difiltrasi.
3)Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui
tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam
tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam
urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam
sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa
natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan
tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau
kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada
konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita
memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita
dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa
pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara
theurapeutik.

2.2.Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap.Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik
) di dalam darah.
Dapat disimpulkan, Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA)
adalah perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasaya
berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). Fungsi ginjal yang tidak dapat pulih
dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan
elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia.

2.3. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik).
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal).
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
7. Nefropati toksik.
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam
2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal.
b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa,
Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM.
2. Penyakit ginjal obstruktif : Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks ureter. Secara
garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang
memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi
yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal.

2.4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai dari nefronnefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal
bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.
Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala
akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
2.5. Manifestasi Klinik
Menurut perjalanan klinisnya:
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapt menurun hingga25% dari
normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliura dan nokturia, GFR 10%
hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairam (volume overload), neuropati perifer, pruritus,
uremik frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang di tandai dengan GFR kurang
dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dn terjadi perubahan
biokimia dan gejala yang kompleks.

2.6.Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet
berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin-
aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolic.
7. Osteodistropi ginjal.
8. Sepsis.
9. Neuropati perifer.
10. Hiperuremia.

2.7 Penatalaksanaan Medik


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin.
b. Observasi balance cairan.
c. Observasi adanya odema.
d. Batasi cairan yang masuk.
2. Dialisis
a. Peritoneal dilisis biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
b. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (
Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
c. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.
Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
d. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri.
e. Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung).
3. Operasi
a. Pengambilan batu.
b. Transplantasi ginjal.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, pendidikan dll
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada GGK biasanya badan terasa lemah, mual, muntah, dan terdapat udema.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya: gangguan pernafasan, anemia, hiperkalemia,
anoreksia, turgor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit dan asidosis metabolic.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pasien dengan GGK, memiliki riwayat hipertensi
c. Pengkajian fisik
1. Aktifitas/istirahat
Gejala :kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnollen)
Tanda :kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan gerak
2. Sirkulasi
Gejala :riwayat hipertensi lama/berat, pada saat dipalpasi terdapat nyeri dada (angina)
Tanda :hipertensi; DPJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan,
distritmia jantung, nada lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukan hipopolemia, yang
jarang pada tahap akhir, pucat, kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan.

3. Integritas ego
Gejala :faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya. Perasaan tak berdaya, tak ada
harapan.
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala: penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine, contoh kuning kat, merah, coklat, berawan. Oliguria, dapat
menjadi anuria.
5. Makanan/cairan
Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrusi).
Anoreksia, nyeri uluhati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
amonia). Pengunaan diuretik.
Tanda : distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit atau
kelembapan. Edem (umum,tergantung). Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot,
prnurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur. Kram otot/kejang; sindrom kaki gelisah ; kebas
rasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer).
Tanda: gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidak mampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.
Kejang, vasikulasi otot, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejalah: nyeri panggul, sakit kepala; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari).
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
8. Pernafasan
Gejalah : napas pendek, dispnea nokturnal paroksimal;batuk dengan/tanpa sputum kental dan
banyak.
Tanda : takipnea, peningkatan prekuensi/kedalaman (pernapasan kussmaul). Batuk produktif
dengan sputum merah mudah-encer (edema paru.
9. Keamanan
Gejalah : kulit gatal. Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritus. Demam (sepsis, dehidrasi). Petekie, area ekimosis pada kulit. Fraktur
tulang; deposit fosfat kalsium (kalsifikasi metastatik) pada kulit. Jaringan lunak, sendi;
perbatasan gerak sendi.
10. Seksualitas
Gejalah : penurunan libido; amenorea; infertilitas.
11. Interaksi sosial
Gejalah : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajang pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan. Penggunaan anti biotik nefrotoksik saat ini/berulang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan volume cairan.
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pengobatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No.Dx Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Setelah diberikan asuhan Mandiri : Mandiri :
keperawatan 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
selama 1x sesi keadaan
HDdiharapkankelebihan volum 2. Kaji adanya edema umum
e 2. Menunjukan
Tujuan adanya
tanda-tanda
cairan teratasi dengan letargi cairan
kriteria hasil: yang
a. Tidak ada edema menambah
b. BB dan TTV stabil keraja dari
c. Elektrolit dalam batas normal jantung dan
menuju
3. Kaji status cairan edema
(balance cairan) pulmoner dan
gagal jantung
4. Monitor BUN,
3. Ketentuan
kreatinin, asam batas cairan
urat(bila ada) jika terjai
oliguria
4. Fungsi ginjal
diketahui dan
5. Batasi pemasukan peningkatan
cairan BUN lebih
dari 25 mg/dl
dan kreatinin
lebih dari
1,5mg/dl
5. Pemasukan
cairan yang
berlebiha
dapat
mengakibat
kan
terjadinya
penumpukan
cairan.
2. Setelah diberikan asuhan Mandiri: Mandiri:
keperawatan selama 1x sesi 1. Kaji anoreksia, nausea 1. Tanda dan
HDdiharapkan nutrisi pasien dan muntah gejala dari
terpenuhidengan kriteria hasil: peningkatan
a. tidak ada mual, muntah. 2. Batasi protein 20-60 azotemia.
b. mukosa mulut lembab. gram perhari, intake 2.
Protein
Tujuan karbohidrat 100 gram ditentukan
perhari 2000 kalori dengan kegag
c. IMT normal. perhari keseluruhanalan ginjal
intake. dan tingkat
BUN:
karbohidrat
untuk
mencegah
3. Hindari minum lemak untuk
berkafein, juice menghancurk
makanan panas/berbau an
4. Berikan intake ayam, katabolisme
ikan sebagai sumber
protein.
jaringan.
3. Iritasi
stomatistik
meningkatka
n nausea
4. Protein
Kolaborasi: komplek
1. Kolaborasi mengandung
pemberian obat anti seluruh asam
emetik (metociropmid) amino

Kolaborasi:
1. Bertugas
untuk
mengurangi
muntah
dengan
menambah
asam gastrin
3. Setelah diberikan asuhan Mandiri: Mandiri:
keperawatan selama 1x sesi 1. Kaji gatal-gatal, pecah
1. Gatal-gatal
HDkerusakan integritaskulit dalam kulit, hasil dari
teratasi dengan kemerahan pada titik kekeringan
kriteria hasil: tekanan kulit
a. Turgor kulit elastis. kristalisasi
b. Tidak ada kemerahan pada urea pada
kulit. kulit, tekanan
c. Pecah dan erosi kulit tidak ada konstan pada
pada kulit akibat garukan kulit
menunjukan
Tujuan 2. Kaji mukosa oral penurunan
adanya stomatitis dan pada jaringan
pernafasan bau amonia dan pecahan
2. Hasil dari
peningkatan
3. Kaji apakah rambut urea dan
mudah rusak dan kuku amonia dari
pucat, serta warna pecahan
pada bakteri dan
Intervensi urea
3. Hasil dari
kulit. retensi urine
4. Ajari klien untuk dan
menekan area yang penurunan
gatal atau
peningkatan
5. Anjurkan klien untuk Rasional
menghindari
pemakaian dari bahan 4. Iritasi kulit
kapas.
Kolaborasi: dapat
1. Pemberian obat anti disebabkan
biotik (ampicilin) karenakuku.
5. Bahan kapas
dapat
meningkatka
n gatal-gatal
Kolaborasi:
1. Untuk
menahan
dingin
sel,membent
uk mikro
organisme
4. Setelah diberikan asuhan Mandiri: Mandiri:
keperawatan selama 1xsesi HD 1. Beri informasi alasan 1. Informasi
diharapkan masalah untuk pembatasan yang logis
ketidakpatuhan teratasi dengan protein dan bagaimana dapat
kriteria hasil: memantang makanan menguranggi
a. Pasien mematuhi perintah tim selama 24 jam. keluhan
kesehatan. pasien
b. Pasien dapat diarahkan tentang
2. Berikan motivasi pada pengobatan
pasien dan
mempercepat
3. Berikan informasi penyembuha
penerimaan tidak n
menyesuaikan/memutu 2. Mengurangi
skan sikap tanpa kecemasan
perasaan kecewa, pada pasien
ketidak sadaran atau 3. Dukungan
marah. emosional
4. Jelaskan pada pasien ketika
dan keluarga tentang mengungkap
pembatasan cairan kan, klien
mengontrol
lingkungan.

4. Pemahaman
meningkatka
n kerjasama
pasien dan
keluarga
dalam
pembatasan
cairan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
PADA TN. F DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA
RS. HAJI JAKARTA

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. F
b. Umur : 47 tahun
c. Agama : Islam
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Pekerjaan : Dosen
f. Suku/Bangsa : Indonesia
g. Status Per\kawinan : Menikah
h. Tanggal Masuk RS : 27 Desember 2016
i. Tanggal Pengkajian : 27 Desember 2016
j. No. RM : 00457082
k. Diagnosa Medis : CKD on HD

2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Penampilan umum : Baik
Kesadaran GCS : M: 6 , V:5, E:4
b. Tanda tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36 C
Respiration : 25x/menit
BB : 100 kg
TB : 167 cm
c. Sistem integument
Warna kulit coklat sawo matang, kebersihan bersih, tekstur kulit baik, turgor elastic, tidak
ada lesi, vaskularisasi tidak ada, kondisi rambut rapih, kuku tidak sianosis, tidak ada
achymosis, tidak ada massa, tidak ada petechiae, tidak ada pruritus.
d. Sistem penginderaan
Ketajaman penglihatan baik, gerakan bola mata cukup baik, lapang pandang cukup baik,
reflek mata cukup baik, ketajaman pendengaran baik, penciuman cukup baik, pengecapan
baik, perabaan baik.
e. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, kebersihan hidung cukup baik, tidak ada pernapasan cuping hidung,
kesemetrisan deformitas cukup baik, ekspansi paru, pola pernafasan vesikuler, irama
pernafasan regular, kedalaman dangkal, tidak menggunakan O2.
f. Sistem pencernaan
Inpeksi : bentuk mulut simetris, kebersihan mulut dan gigi, mukosanya lembab,
jumlah gigi lengkap, tidak ada karies, kebersihan lidah baik, kemampuan mengigit
dan menguyah cukup baik, kemampuan menelan baik, tidak ada hemoroid, frekuensi BAB
1x tiap pagi hari.
Palpasi :tidak ada distensi abdomen, batas hepar normal
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 5-12x /menit
g. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80x/menit, CRT dibawah 2, tidak ada pembesaran JVP.
h. Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 1-2x/hari, pasien tidak merasakan ingin berkemih, tidak ada distensi
abdomen,
i. Sistem persarafan
Fungsi serebral cukup baik, respon pasien dalam menerima instruksi perawat baik, fungsi
cranial NI cukup baik ditandai pasien dapat menyebutkan wangi aroma terapi yang diberikan,
NII cukup baikditandai pasien dapat membaca atau menyebutkan angka jarak 30cm 1m,
NIII, IV, VI cukup baik ditandai pasien mampu mengikuti kesegala arah pada pergerakan
bola mata, pupil isokor, reflek cahaya dan reflek akomodasi cukup baik. NV sensori cukup
baik ditandai pasien dapat mampu merasakan rangsangan goresan tissue diwajah, motorik
cukup baik ditandai dengan pasien mampu mengigit dengan baik. NVII cukup baik ditandai
dengan pasien mampu tersenyum, meringis (memperlihatkan gigi depan). NVIII baik ditandai
dengan pasien dapat mendengar detik arlogi. NIX cukup baik ditandai dengan pasien mampu
mengecap dengan baik. NX baik ditandai pasien mampu menelan dengan baik. NXI dapat
mengangkat bahu. NXII baik pasien mampu menjulurkan lidah pada posisi lurus, reflek
babinski normal.
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran tiroid, kelenjar getah bening normal, tidak mengalami akromegali.
k. Sistem musculoskeletal

444444 444444
33333 33333

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai
dengan pasien HD sudah 1 tahun, oliguria, RR 26x/menit, BB pre HD mengalami kenaikan
dari sebelumnya 95 kg menjadi 100 kg.
2. Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (kursi roda ditandai dengan pasien
mengatakan lemas, klien kesulitan bangun dari kursi dan tempat tidur.

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1) Kelebihan Setelah dilakukan
1. Ukur BB pre dan
1. Pengukuran BB dapat
volume cairan tindakan post HD menentukan program
berhubungan keperawatan HD dan untuk
dengan gangguan selama 1x sesi mengevaluasi
mekanisme HD diharapkan pengeluaran cairan.
masalah
regulasi ditandai kelebihan volume
dengan pasien cairan dapat 2. Dialisis UFG sebagai
HD sudah 1 teratasi dengan penentuan penarikan
tahun, oliguria, kriteria hasil : 2. Lakukan dialisis cairan berlebih dalam
RR 26x/menit,a. RR normal (12- UFG tubuh.
BB pre HD 20x/menit) 3. Hipertensi atau
mengalami b. BB sesuai BB takikardia antara
kenaikan dari kering hemodialisis dapat
sebelumnya 95 kg c. Balance cairan 3. Observasi TTV dan diakibatkan oleh
menjadi 100 kg. seimbang. mesin HD. kelebihan cairan dan
atau gagal jantung.
4. Membantu ekspansi
dada atau paru.
5. Membantu
mengevaluasi status
4. Atur posisi semi cairan klien.
fowler. 6. Neurobion untuk
memperbaiki
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
5. Monitor intake dan metabolisme tubuh
output cairan dan memenuhi
kebutuhan vit B
6. Kolaborasi kompleks. Lapibal
pemberian obat untuk memperbaiki
Neurobion dan pengaruh negatif asam
Lapibal sesuai nukleat.
indikasi.
2) Resiko jatuh Setelah dilakukan1. Bantu aktivitas klien 1. Dengan dibantu
berhubungan tindakan selama proses aktivitas, klien dapat
dengan keperawatan HD. mudah beraktivitas
penggunaan alat selama 1x sesi dan tehindar dari
bantu (kursi roda) HD diharapkan resiko jatuh.
ditandai masalah resiko 2. Restain
dengan pasien jatuh dapat 2. Pasang restrain sebagaipenyanggah
mengatakan dihindari dengan pada tempat tidur pasien saat istirahat di
lemas, klien kriteria hasil : selama proses HD. bed selama HD
kesulitan bangun a. Pasien tidak berlangsung.
dari kursi dan lemas 3. Kursi roda adalah
tempat tidur. Hb b. Hb normal (13 3. Anjurkan klien salah alat bantu yang
7.8 g/dl, Ht 25 % 16 g/dl ) berjalan digunakan untuk
c. Ht normal (40- menggunakan kursi berjalan.
48 %) roda saat selesai dari
HD.

3.4Implementasi
Hari/Tanggal Waktu No. DP Tindakan/Respon Paraf dan
Nama
Selasa, 06.30 Dx. 1 1. Mengkur BB pre dan post Asep Gunawan
27-12-2016 HD.
DS: Pasien mengatakan BB
lalu 96 kg.
DO: BB pre HD= 100 kg, BB
kering= 95 kg.

06.40 Dx. 1 Mengobservasi TTV, Asep Gunawan


melakukan dialisis UFG dan
mengobservasi mesin.
DS: pasien mengeluh sesak.

DO: TD= 130/90 mmHg, N=


80x/menit irama regular, RR=
26x/menit irama regular, S=36
derajat
Celcius, QB= 250 ml/mnt,
QD= 500ml/mnt, UFGoal=
5000ml, T= 37 derajat
Celcius.
Hari/Tanggal Waktu No. DP Tindakan/Respon Paraf dan
Nama
Alieffia Nur
3. Atur posisi semi fowler. Afifah
06.45 Dx. 1 DS: pasien megatakan posisi
nyaman.
DO: RR=25x/menit.
Ace Ahmad
4. Mengukur kembali TTV dan Pirdaus
07.00 Dx. 1 mesin HD.
DS: -
DO: QB= 150, UFG= 5000,
UFR= 1112, UF= 143, Cum.
BV= 1,4, TD= 140/100
mmHg, N= 82x/mnt, RR=
25x/mnt.
Dianatul
5. Mengobservasi TTV dan Azhimah
09.00 Dx. 1 mesin HD.
DS: -
DO: QB= 270, UFG= 5000,
UFR= 1180, UF= 2766, Cum.
BV= 31, 7, ost. Tidur.

6. Mengobservasi TTV dan Affin


mesin. Aknatikharin
11.00 Dx. 1 DS: -
DO: QB= 270, UFG= 5000,
UFR= 980, UF= 3907, Cum.
BV= 47,7, TD= 120/80
mmHg, N=
80x/mnt, S= 37 derajat
Celcius, RR= 24 x/mnt.

7. Mengobservasi TTV dan Asep Saepul


mesin. Millah
11.30 Dx. 1 DS: -
DO: QB= 270, UFG= 5000,
UFR= 1319, UF= 5073, Cum.
BV= 62,0, TD= 140/90
mmHg, N= 80x/mnt, S= 36
derajat Celcius, RR= 23
x/mnt.

8. Monitor intake dan output Asep Gunawan


cairan.
11.45 Dx. 1 DS: pasien mengatakan
minum 2 gelas selama HD.
DO: minum= 400cc, priming=
95, washout= 135,
Hari/Tanggal Waktu No. DP Tindakan/Respon Paraf dan
Nama
ultrafiltrasi= 5000. Jumlah:
intake= 530, output= 5000,
Total Jumlah Balance Cairan:
-4470 cc.

Asep Gunawan
9. Kolaborasi pemberian obat
injeksi Neurobion dan Lapibal
12.10 Dx. 2 sesuai indikasi.
DS: -
DO: obat injeksi sudah
diberikan. Affin
Aknatikharin
10. Membantu pasien berjalan
menggunakan kursi roda saat
12.15 Dx. 1 selesai dari HD.
DS: Pasien mengatakan lemas,
minta tolong dibantu naik ke
kursi roda.
DO: ROM
55555 55555
33333 33333 Affin
Aknatikharin
11. Mengukur kembali BB post
HD.
DS: -
DO: BB= 97 kg.

3.5 Evaluasi
Hari/Tanggal Waktu No. DP Evaluasi (SOAP) Paraf dan
Nama
Selasa, 12.15 Dx. 1 S: Pasien mengatakan minum 2 Asep
27-12-2016 gelas selama HD, BB kering= Gunawan,
95 kg. Ace Ahmad
O: Balance cairan= -4470 cc. BB Pirdaus, Asep
post HD= 97 kg. saepul Millah
A: masalah kelebihan volume
cairan teratasi sebagian.
P: Intervensi dihentikan. DP:
anjurkan batasi minum, minum
hanya boleh 3 gelas per hari
(kurang lebih 597ml).

12.10 Dx. 2 S: Pasien mengatakan lemas, Affin


minta tolong dibantu naik ke Aknatikharin,
kursi roda. Alieffia Nur
O: Aktivitas dibantu, ROM Afifah,
Hari/Tanggal Waktu No. DP Evaluasi (SOAP) Paraf dan
Nama
55555 55555 Dianatul
33333 33333 Azhimah
A: masalah resiko jatuh belum
dapat dihindari.
P: intervensi dihentikan. Pasien
pulang, DP: anjurkan kepada
keluarga untuk membantu
aktivitas pasien selama di
rumah.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah perkembangan
gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasaya berlangsung beberapa
tahun dan tidak reversible). Fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami
kegagalan, yang mengakibatkan uremia.Salah satu komplikasi atau dampak dilakukan
hemodialisapada pasien gagal ginjal kronik (GGK) adalah hipoglikemia.
Hal ini karenaterlalu banyak darah yang terbuang saat sirkulasi hemodialisa,
termasukglukosa (gula darah) yang terkandung dalam darah juga terbuang bersamasisasisa
metabolisme lainnya. Sehingga kadar gula darah dalam tubuhmengalami penurunan, yang
mengakibatkan pasien mengalami kelelahanatau lemas setelah dilakukan hemodialisa.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia.Yogyakarta: MocoMedia.
DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Herdman, T. Heather dan S. Kamitsuru. 2015. NANDA International Inc.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Julianti, Erythrina. 2014 LAPORAN PENDAHULUAN RUANG PERAWATAN UMUM GATOT
SOEBROTO PADA KASUS CKD. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah,
dalam http://www.academia.edu/6418985/LAPORAN_PENDAHULUAN_CKD (diakses
tanggal 27 Desember 2016)
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomess Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia.Yogyakarta: MocoMedia.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. APLIKASI KEPERAWATAN BERDASARKAN
DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Pribadi, Totok. 2012. LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG HEMODIALISA (HD) RSUD
SIDOARJO. Jombang: STIKes Bahrul Ulum, dalamhttp://dokumen.tips/documents/lp-dan-
askep-ckd.html (diakses tanggal 27 Desember 2016)
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi edsi 4. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. Dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai