Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP.

S DENGAN CHRONIC KIDNEY


DISEASE DI RUANG HEMODIALISIS RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
1. Elli herlina Agusta (1504014)
2. Galih Irawan (1504020)
3. Meita Kuswaningtias (1504036)

PRODI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
T.A 2015/2016

i
Mengetahui:

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II

Ns. Andreas Budi Kristianto, S. Kep, S. H Agustin Eka K, A. Md. Kep

Pembimbing Akademik

Vivi Retno Intening, S. Kep., NS., MAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Bp. S dengan Chronic Kidney Disease Di Ruang
Hemodialisis Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.”
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
Praktek Profesi Keperawatan pada Program Studi Profesi Ners Keperawatan
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta. Selama proses penyusunan laporan ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Niken W.N. Palupi, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Program Studi
Profesi Ners.
3. Bapak Ns. Andreas Budi Kristianto, S. Kep., S. H., selaku Pembimbing
Klinik I.
4. Ibu Agustin Eka K, A. Md. Kep., selaku Pembimbing Klinik II.
5. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., NS., MAN., selaku Pembimbing
Akademik.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, maka
dari ituPenulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Yogyakarta, Oktober 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………...................................... i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……….………………………………….. 1
B. Tujuan ……….…………………………………………... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis …...…………………………………………. 3
B. Teori Keperawatan ……………….…………………..…. 11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ………………………………….…….……... 16
B. Analisa Data ………………………………….…………. 24
C. Diganosa Keperawatan ………………………………….. 26
D. Rencana Keperawatan…………………………………… 27
E. Catatan Perkembangan ……………………………...…... 31

DAFTAR PUSTAKA …...………………………………………………. 35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi system vaskuler
sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum
pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit
jantung koroner, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer.Gagal
ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit
(toksik uremik) didalam darah. (Muttaqin, 2011).

WHO menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal kronik pada


tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,
kejadian dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat di tahun 2014. Data
menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang di Amerika menjalani
hemodialisis karena gagagl ginjal kronik artinya 1140 orang dalam 1 juta
orang Amerika adalah pasien dialisis (Widyastuti, 2014). Di Indonesia jumlah
penderita gagal ginjal sekitar 150.000 orang, sedangkan yang menjalani
hemodialisis 10.000 orang (Ismail & Bahar, 2014).

Selama ini, pengelolaan penyakit gagal ginjal kronik lebih mengutamakan


diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang meruapakan
penyebab penyakit gagal ginjal kronik serta dialysis atau transplantasi ginjal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui pelaksanaan praktik klinik di RS Bethesda Yogyakarta,
mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan,
ketrampilan, serta sikap yang telah diperoleh.

1
2

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik klinik keperawatan di RS Bethesda
Yogyakarta, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease
b. Membuat Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease
c. Membuat Rencana Keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease
d. Melaksanakan Tindakan Keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease
e. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) didalam darah. (Muttaqin,
2011).
Chronik Kidney Desease adalah: suatu sindrom klinis yang disebabkan
oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut (Suyono, 2001).

2. Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah organ ekskresi
yang berperan penting dalam
mempertahankan keseimbangan
internal dengan jalan menjaga
komposisi cairan
tubuh/ekstraselular. Ginjal
merupakan dua buah organ
berbentuk seperti kacang polong,
berwarna merah kebiruan. Ginjal
terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak
yang tebal di belakang peritoneum atau di luar rongga
peritoneum.Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai
dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena letak hati yang

3
4

menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing-masing ginjal


memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm.

Ginjal ditutupi oleh kapsul tunikafibrosa yang kuat, apabila kapsul di


buka terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua. Ginjal
terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks. Bagian dalam
(interna) medula.Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang
jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal,
sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis. Mengandung bagian
tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta dan duktuskoli gensterminal.
Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna coklat
merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah
tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan
dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara pyramid dinamakan
kolumnarenalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal
yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
a. Renal Capsule (Fibrous Capsule), Tiap ginjal dibungkus oleh suatu
membran transparan yang berserat yang disebutrenal capsule.
b. Cortex merupakan lapisan pembungkus ginjal, merupakan jaringan
yang kuat yang melindungi lapisan dalam ginjal.
5

c. Medulla berada dibawah Cortex. Bagian ini merupakan area yang


berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid,
yang terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran
mikroskopis.
d. Pelvis renalis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat urin
mengalir dari ginjal ke kandung kemih.
e. Vena Renal dan Arteri Renal Dua dari pembuluh darah penting, vena
renal dan arteri renal. Dua pembuluh ini merupakan percabangan
dari aorta abdominal (bagian abdominal dari arteri utama yang
berasal dari jantung) dan masuk kedalam ginjal melalui bagian
cekung ginjal.
f. Nephrons merupakan unit fungsional dari ginjal dalam menjalankan
fungsi ini.
g. Glomerulus adalah filter utama dari nefron dan terletak dalam
Bowman's capsule.
h. Henle's Loop, merupakan bagian dari tubulus renal yang kemudian
menjadi sangat sempit yang menjulur jauh kebawah kapsul Bowman
dan kemudian naik lagi keatas membentuk huruf U.
i. Renal Collecting Tubule (Tubulus Pengumpul) Disebut juga
Pembuluh Bellini, suatu pembuluh kecil sempit yang panjang dalam
ginjal yang mengumpulkan dan mengangkut urin dari nefron.
j. Kapsula bowman Merupakan suatu invaginasi dari tubulus
proksimal, terdapat ruang yang mengandung urine antara rumbai
kapiler dan kapsula bowman, dan ruang yang mengandung ini
dikenal dengan nama ruang bowman atau ruang kapsular.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira
2.400.000 nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu
fungsi dari satu nefron dapat menerangkan fungsi dari ginjal (Luckman,
2002).
6

3. Etiologi
a. Penyakit infeksi seperti pielonefritis kronik atau refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan seperti glomerulonephritis.
c. Penyakit vaskular hipertensif seperti nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung seperti lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, dan sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik
dan asidosis tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, gout,
hiperparatiroidisme, dan amyloidosis.
g. Nefropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati
timbal.
h. Nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian atas seperti batu
ginjal, neoplasma, fibrosis retroperitoneal dan nefropati obstruktif
pada traktus urinarius bagian bawah seperti hipertrofiprostat,
anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.

4. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium:
a. Stadium 1: Penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin
serum normal dan penderita asimptomatik.
b. Stadium 2: Insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan
telah rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin
serum meningkat.
c. Stadium 3: Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari
tingkat penurunan LFG:
a. Stadium 1: Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
7

b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG


antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
c. Stadium 3: Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
d. Stadium 4: Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
e. Stadium 5: Kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau
gagal ginjal terminal.
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala dini: Lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: Anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara lain: Hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin-angiotensin-
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
8

6. Patofisiologi

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urine:
Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau urine tak ada
(anuria)
Warna: Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus
bakteri, lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.
9

Kreatinin:Mungkin agak menurun.stadium satu CCT(40-


70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit) dan stadium
ketiga, CCT(5 ml/menit)
Natrium: Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
Protein: Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga
ada.
b. Darah:Hitung darah lengkap
c. Pielogram retrograd:Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter
d. Arteriogram ginjal: Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravakuler massa.
e. Sistrouretrografi berkemih: Menunjukkan ukuran kandung kemih,
refiuks kedalam ureter, rebonsi.
f. Ultrasonografi ginjal:Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa.
Kista obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
g. Biopsi ginjal: Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan pelvis ginjal : keluar batu hematuria dan pengangkatan
tumor selektif

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24
jam atau dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam
ditamnbah dengan IWL 500ml, maka air yang masuk harus
sesuai dengan penjumlahan tersebut.
2) Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah
protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang
diperlukan.
10

3) Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida


mengandung alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus
diberikan dengan makanan.
4) Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif
dan control volume intravaskuler.
5) Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa
gejala dan tidak memerlukan penanganan, namun demikian
suplemen makanan karbonat atau dialisis mungkin diperlukan
untuk mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi ini
memerlukan gejala.
6) Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis
yang adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang
cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral
maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang –
kadang kayexelate sesuai kebutuhan.
7) Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen
(eritropoetin manusia rekombinan). Epogen diberikan secara
intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
8) Dialisis
9) Transplantasi ginjal
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Hitung intake dan output yaitu cairan: 500 cc ditambah urine
dan hilangnya cairan dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu
24 jam sebelumnya.
2) Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium.
Natrium dapat diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
c. Penatalaksanaan Diet
1) Kalori harus cukup: 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
2) Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya
katabolisme protein
11

3) Diet uremia dengan memberikan vitamin: tiamin, riboflavin,


niasin dan asam folat.
4) Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik,
hasil pemecahan makanan dan protein jaringan akan menumpuk
secara cepat dalam darah jika terdapat gagguan pada klirens
ginjal. Protein yang diberikan harus yang bernilai biologis tinggi
seperti telur, daging sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.

9. Komplikasi
a. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
f. Asidosis metabolik, Osteodistropi ginjal
g. Sepsis, Neuropati perifer, Hiperuremi

B. Teori Keperawatan
1. Pengkajian
Merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada.
12

Data dasar pengkajian:


a. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelelahan ekstrem, kelemahan,malaise. Gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi: nyeri dada
(angina)
Tanda : Hipertensi ; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak, tangan. Disritmia jantung. Nadi lemah
halus, hipertensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang
pada panyakit tahap akhir.Friction rub pericardial(respons terhadap
akumulasi sisa). Pucat;kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
c. Integritas Ego
Gejala: Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut). Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan. Oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/Cairan
Gejala: Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan (malnutrisi) Anoreksia. Nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia). Penggunaan
diuretic
13

Tanda: Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).


Perubahan turgor kulit/kelembaban. Edema (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan
lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, penglihatan kabur.
Tanda: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala;kram otot/nyeri kaki (memburuk
saat malam hari)
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala: Napas pendek; dispneanoktural paroksismal; batuk
dengan/tanpa sputum kental dan banyak
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
(pernapasan kussmaul), Batuk produktif dengan sputum merah muda
encer (edema paru)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat:
mual, muntah
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung
yang meningkat
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji satatus cairan a. Pengkajian merupakan data dasar
berhubungan dengan keperawatan selama ... x 5 jam dan data dasar berkelanjutan
gangguan mekanisme kelebihan volume cairan teratasi untuk memantau perubahan dan
regulasi dengan kriteria hasil: mengevaluasi intervensi
a. Menunjukan perubahan- b. Batasi masukan cairan b. Pembatasan cairan akan
perubahan berat badan yang menentukan berat tubuh ideal,
lambat haluaran urin, dan respons
b. Mempertahankan pembatasan diet terhadap terapi
dan cairan c. Identifikasi sumber c. Sumber kelebihan cairan yang
c. Turgor kulit normal tanpa edema potensial cairan tidak diketahui dapat
d. Menunjukan tanda-tanda vital diidentifikasi
normal d. Jelaskan pada klien dan d. Pemahaman peningkatan
keluarga rasional kerjasama klien dan keluarga
pembatasan cairan dalam pembatasan cairan
e. Bantu klien dalam e. Kenyamanan klien meningkatkan
menghadapi kepatuhan terhadap pembatasan
ketidaknyamanan akibat diet
pembatasan cairan

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji adanya alergi a. Mencegah terjadinya alergi pada
nutrisi kurang dari keperawatan selama ... x 5 jam nutrisi makanan pasien
kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh pasien b. Sediakan informasi b. Membantu pasien memahami
berhubungan dengan teratasi dengan kriteria hasil: mengenai nutrisi dengan pentingnya diet seimbang
berhubungan dengan a. Masa otot adekuat kandungan kalori,
intake yang tidak adekuat b. Nilai laboratorium dalam batas vitamin, protein, dan
: mual, muntah normal mineral tinggi. Bantu
c. HB ( 13,5-17,5 gr/Dl) pasien merencanakan
d. Ht (41,0-53,0%) cara untuk

14
mempertahankan/
menentukan masukan
c. Kolaborasi dengan ahli c. Memberikan bantuan dalam
gizi untuk menentukan merencanakan diet nutrisi untuk
jumlah kalori dan nutrisi memenuhi kebutuhan individu
yang dibutuhkan pasien
3. Resiko terhadap Setelah dilakukan tindakan a. Auskultasi bunyi jantung a. Takikardi, frekwensi jantung tak
penurunan curah jantung keperawatan selama ... x 5 jam dan paru teratur, takipnea, dispnea, mengi
berhubungan dengan penurunan curah jantung tidak terjadi dan edema
beban jantung yang dengan kriteria hasil : b. Kaji adanya derajat b. Hipertensi bermakna dapat terjadi
meningkat Mempertahankan curah jantung hipertensi karena gangguan pada system
dengan bukti TD dan frekuensi aldosteron renin-angiotensin
jantung dalam batas normal nadi c. Observasi keluhan nyeri c. Hipertensi dan GJK dapat
perifer kuat dan sama dengan waktu dada menyebabkan IM, kurang lebih
pengisian kapiler. klien CKD dengan dialysis
mengalami perikarditis
d. Kaji tingkat aktivitas, d. Kelelahan dapat menyertai GJK
respon terhadap aktivitas juga anemia

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2016


Jam : 06. 40 WIB

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Bp. S
Tempat/Tgl lahir (umur) : Gunung Kidul, 30-11-1954 (61 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gunung Kidul
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal HD : 11-10-2016
No. RM : 010057xx
Diagnosa Medis : CKD stage V
CHF
Fraktur Femur Sinistra
2. Riwayat Kesehatan Pre HD
a. Keluhan utama
O: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
P: Pasien mengatakan nyeri akan bertambah jika digerakkan
Q: Pasien mengatakan paha kiri nyeri seperti di tusuk
R: Nyeri terasa pada paha kiri (area yang patah)

16
17

S: Nyeri skala 3
T: Nyeri berkurang bila diberi obat
U: Pasien mengatakan nyeri karena tulang paha patah dan akan
berkurang bila diberikan obat
V: Pasien ingin nyeri hilang dan cepat sembuh
b. Keluhan tambahan
Pasien mengatakan seluruh tubuh terasa gatal, terkadang dada terasa
berdebar-debar dan mudah lelah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan tanggal 7 Oktober 2016 pada pukul 07.00 WIB jatuh
di kamar mandi, lalu dibawa ke IGD RS Bethesda pukul 09.55 WIB
dengan keluhan bengkak dan nyeri pada paha kiri. Di IGD kesadaran
composmentis, GCS 15, E4, V5, M6. Kemudian dilakukan pengukuran
tanda-tanda vital, TD 130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,60C,
respirasi 19 x/menit, skala nyeri 6 dan diberikan terapi oksigen 3 liter/menit,
terpasang infus ditangan kanan RL 28 tetes/menit, diberikan paracetamol 500
mg. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap, rontgent thorax, rontgent femur,
EKG. Pasien kemudian dipindahkan ke ruang C pada pukul 12.15 WIB. Di
ruang C kesadaran pasien apatis, GCS 12, E3, V4, M5 dan diukur tanda-tanda
vital yaitu TD 140/100 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,90C, respirasi 22
x/menit. Pasien juga dilakukan pemeriksaan USG Doppler jantung
(ekokardiogram). Keluarga mengatakan hari ini tanggal 7 Oktober 2016 jadwal
untuk HD rutin, pasien sudah HD sejak 2013.
d. Riwayat penyakit lalu
Pasien mengatakan menderita diabetes mellitus sejak 2005 dan
mengkonsumsi obat metformin.
18

e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium darah
Tanggal: 7-10-2016

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Metoda


Hemoglobin 10.9 gr/dL 13.2-17.3 Hema Auto
Lekosit 12.28 ribu/mmk 4.50-13.50 Hema Auto
Hitung Jenis
Eosinofil 0.7 % 2-4 Hema Auto
Basofil 0.2 % 0.0-1.0 Hema Auto
Segmen Neutrofil 79.7 % 35.0-65.0 Hema Auto
Limfosit 10.8 % 23.0-53.0 Hema Auto
Monosit 8.6 % 2.0-11.0 Hema Auto
Hematokrit 32.7 % 35.0-49.0 Hema Auto
Eritrosit 3.45 Juta/mmk 4.00-5.40 Hema Auto
RDW 13.4 % 11.50-14.50 Hema Auto
MCV 94.8 fL 80.00-94.00 Hema Auto
MCH 31.6 pg 26.00-32.00 Hema Auto
MCHC 33.3 g/dL 32.00-36.00 Hema Auto
Trombosit 144 ribu/mmk 150-450 Hema Auto
MPV 10.7 fL 7.20-11.10 Hema Auto
PDW 11.9 fL 9.0-13.0 Hema Auto
Glukosa sesaat 232.4 mg/dL 70.0-140.0 Rapid

2) EKG
Tanggal: 7-10-2016
HR : 109 bpm
PR Int : 176 ms
QRS dur : 90 ms
QT/QTc : 332/462 ms
P-R-T : 75-12-117
Atrial Fibrilation
19

3) USG Doppler Jantung (Ekokardiogram)


Hasil: LVH konsentrik, LA dilatasi
Global fungsi distolik, LV menurun dengan EF 43%
Gangguan kinetik segmental
Fungsi sistolik RV menurun
AR mild
3. Pengkajian Saat Ini
a. Persepsi tentang penyakit
Pasien mengatakan cuci darah saat ini karena sakit dm yang dialami
sejak lama dan patah tulang karena terjatuh di kamar mandi, pasien
mengatakan ingin cepat sembuh
b. Pola nutrisi
1) Makan
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari, biasa makan sayuran dan
lauk, makanan yang disukai pasien adalah sayuran.
2) Minum
Pasien mengatakan biasa minum 1 hari minum ±400 cc (2 gelas),
pasien sering minum air putih, tidak minum kopi.
c. Pola eliminasi
1) BAB
Pasien mengatakan BAB 2 hari sekali, konsistensi padat, berwarna
kuning kecoklatan.
2) BAK
Pasien mengatakan BAK ±100 cc/hari, berwarna coklat.
d. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan tidur malam biasa jam 9-4 WIB, pasien mengatakan
biasa tidur siang saat HD.
e. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan memiliki anak 2 dan kedua anak sudah berkeluarga.
20

f. Pola peran/hubungan
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, anak dan cucu
sering mengunjungi, hubungan dengan tetangga baik, pasien sering
bersilaturahmi dengan tetangga, dulu sering ikut kegiatan di desa, dan
istri sering mengikuti pengajian.
g. Manajemen koping
Pasien mengatakan jika ada masalah bercerita kepada istri dan berdoa.
h. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan shalat 5 waktu, dan sering mengikuti shalat
berjamaah jika tidak kecapekandan sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan utama: Pasien mengatakan lemas dan agak pusing.
b. Vital sign
TD 130/80 mmHg di tangan kanan, menggunakan manset dewasa, Nadi
102 x/menit, ireguler, dan kuat, respirasi 20x/menit, menggunakan
napas perut, pernapasan dalam, suhu 36,30C diukur di frontalis, nyeri
skala 3 pada kaki kanan yang patah.
c. BB kering 61 Kg, BB datang tidak diukur karena pasien bedrest.
d. Kepala dan wajah
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi pada kepala, konjungtiva anemis,
sclera putih, tidak ada edema, mukosa bibir kering.
e. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid.
f. Thorax
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada lesi,
pola/irama napas reguler, pernapasan dalam. Ukuran (konfigurasi)
dada anterio-posterior di banding lateral 2 :1.
21

2) Palpasi
Tidak ada nyeri dan sakit saat dipalpasi, tidak ada massa,
pernafasan teratur, dangkal, menggunakan pernapasan dada.
3) Perkusi
Saat perkusi suara yang timbul adalah pekak, batas jantung ICS 2-6,
batas kanan linea sternalis dextra, batas kiri linea mid clavicula
sinistra.
4) Auskultasi
Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, tidak terdapat suara
nafas tambahan
g. Abdomen
1) Inspeksi
Warna kulit abdomen sawo matang, tidak ada lesi, bentuknya
simetris.
2) Auskultasi
Suara peristaltik usus 20 x/menit, frekuensi cepat.
3) Perkusi
Terdengar pekak, tidak ada asites.
4) Palpasi
Tidak ada pembesaran organ lain dan tidak terdapat nyeri saat
dipalpasi.
h. Ekstremitas
Ekstremitas atas: Terdapat edema pada kedua tangan, jari tangan
masing-masing 5, kekuatan otot masing-masing tangan 5, terdapat AV
shunt di tangan kiri
Ekstremitas bawah: Terdapat edema pada kaki, jumlah jari kaki 9,
jempol kaki kanan di amputasi pada tahun 2013, kekuatan otot kaki
kanan 5, kaki kiri tidak terkaji dan terpasang traksi.
22

i. Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit tidak elastis, kulit mengkilap,
bersisik, pucat, bengkak
5. Program terapi
a. Infus RL 28 tetes per menit
b. Terpasang kateter no 16 fr
c. Diit rendah protein
d. Obat :
Nama obat Indikasi Kontra indikasi Efek samping Implikasi
keperawatan
Paracetamol Meredakan Alergi Kerusakan hati, Diberikan
500 mg rasa sakit dan parasetamol kadar sel darah secara oral,
demam atau putih dan perhatikan
acetaminophen, trombosit dalam dosis sesuai
gangguan darah berkuran, usia, dan
fungsi hati dan hipotensi, pantau
penyakit hati, munculnya gejala tekanan
gangguan alergi seperti susah darah
fungsi ginjal, bernafas,
shock, pembengkakan
overdosis dan meunculnya
acetaminophen, ruam
gizi buruk
Furosemid Edema yang Riwayat alergi hipokalemia, Diberikan
40 mg disebabkan atau peningkatan kadar secara oral,
oleh penyakit hipersensitif asam urat dan pantau tanda
gagal jantung terhadap kadar gula darah vital dan
kongestif, furosemid, pada saluran pengeluarag
penyakit sirosis anuria atau pencernaan, mual, urin.
hati, dan tidak bisa muntah, nafsu
penyakit ginjal buang air kecil, makan menurun,
serta sindrom hamil karena iritasi pada mulut
nefrotik, dapat dan lambung, dan
sebagai terapi memberikan diare, gangguan
tambahan pada efek buruk pendengaran, sakit
keadaan edema pada janin kepala, pusing dan
serebral atau penglihatan kabur,
edema paru anemia aplastik,
yang anemia hemolitik,
memerlukan trombositopenia,
diuresis cepat leukopenia,
23

termasuk juga agranulositosis,dan


pengobatan eosinofilia.
hiperkalsemia,
sebagai terapi
hipertensi
dapat
digunakan
secara tunggal
maupun
kombinasi
dengan diuretik
lain seperti
spironolakton
Amlodipin 5 Hipertensi, Gagal jantung Merasa lelah atau Diberikan
mg penyakit akut, hipotensi pusing, jantung secara oral,
jantung yang disertai berdegup kencang, pantau
koroner, dan gejala seperti merasa mual dan teknan darah
nyeri dada pingsan, tidak nyaman di
(angina) bengkak pada bagian perut,
kaki yang pergelangan kaki
semakin membengkak
bertambah,
kelainan fungsi
jantung
(kardiomiopati
hipertrofi),
kelainan fungsi
hati
Amitriptylin Depresi, Infark Mulut kering, Diberikan
e 75 mg terutama bila miokardial sedasi, pandangan secara oral,
diperlukan yang baru, kabur, konstipasi, pantau
sedasi, aritmia, mual, sulit buang haluaran
Nocturnal penyakit hati air kecil, urine.
enuresis pada berat.
anak

6. Pengkajian intra HD
a. Sistem respirasi
Pasien menggunakan pernapasan perut, RR 22x/menit, reguler dan
dalam, terpasang O2 3 liter per menit.
b. Sistem kardiovaskuler
Suara jantung murmur, nadi 102x/menit, irreguler dan kuat.
24

c. Sistem gastrointestinal
Pasien mengatakan tidak mual dan tidak ingin muntah.
d. Sistem muskuloskletal
Pasien mengatakan nyeri pada kaki yang patah skala 3, nyeri bertambah
jika digerakan.
e. Sistem integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit tidak elastis, kulit mengkilap,
bersisik, pucat, bengkak
f. Tabel observasi
Jam Tensi S/N R QB UF UF UF AP/VP TMP CBV Hep
Vol Rate Goal
07.10 130/80 36,3/88 20 200 21 264 1000 140/100 100 0.8 -
08.10 170 240 241 1000 200/100 100 149 -
09.10 170 475 214 1000 240/120 80 149 -
10.10 110/70 170 672 187 1000 200/120 80 151 -
11.10 120/70 170 928 147 1000 100/120 80 157 -

7. Analisa Data
Fase Pre HD
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Pasien mengatakan Resiko kelebihan Gangguan
lemas dan mudah lelah volume cairan mekanisme regulasi
DO: Edema pada ekstremitas
atas dan bawah, turgor kulit
tidak elastis, kulit
mengkilap, bersisik, pucat

2. DS: Pasien mengatakan Nyeri akut Agen cidera fisik


nyeri hilang timbul, nyeri (terputusnya
bertambah saat digerakkan, kontinuitas tulang
nyeri di paha kiri seperti di femur)
tusuk, skala 3, nyeri
berkurang setelah diberikan
obat, pasien ingin nyeri
hilang dan cepat sembuh
DO: Ditraksi pada tulang
femur sinistra
25

3. DS: Pasienmengatakan Penurunan curah Gangguan frekuensi


jantung
kadang dada terasa berdebar- dan irama jantung
debar, dan mudah lelah
DO: USG Doppler
Jantung(Ekokardiogram):
LVH konsentrik, LA
dilatasi, global fungsi
distolik, LV menurun
dengan EF 43%, gangguan
kinetik segmental, fungsi
sistolik RV menurun
EKG: Atrial Fibrilation
Edema pada ekstremitas atas
dan bawah

Fase Intra HD
No Data Masalah Etiologi
1. DS: - Resiko perdarahan Efek samping
DO: penggunaan heparin
Konjungtiva anemis, terapi
heparin 1000 ui/jam
2. DS: Pasien mengatakan Resiko syok Proses hemodialisa
pusing (ultrafiltrasi)
DO: Konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, kulit
kering dan pucat, TD 110/70
mmHg
3. DS: - Resiko cidera Komplikasi sekunder
DO: Terdapat AV shunt di terhadap penusukan
tangan kiri
26

Fase Post HD
No Data Masalah Penyebab
1. DS: Pasien mengatakan Resiko terjadi Penurunan
pusing dan lemas hipotensi volume darah
DO: yang berlebihan
Pasien tampak menahan
sakit
TD : 120/70 mmHg

8. Daftar Diagnosa Keperawatan


Pre HD
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (terputusnya
kontinuitas tulang femur)
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi dan
irama jantung
Intra HD
a. Resiko perdarahan dengan faktor resiko efek samping penggunaan
heparin
b. Resiko syok dengan faktor resiko proses hemodialisa (ultrafiltrasi)
c. Resiko cidera dengan faktor resiko komplikasi sekunder terhadap
penusukan
Post HD
a. Resiko terjadi hipotensi dengan faktor resiko penurunan volume darah
yang berlebihan
9. Rencana Keperawatan

Tindakan keperawatan
Diagnosa Keperawatan Rasional
Tujuankriteriahasil Tindakan
Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16
Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign. 1. Memantau adanya
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 1x5 jam komplikasi.
mekanisme regulasi, ditandai kelebihan volume cairan dapat 2. Monitor indikasi retensi 2. Mengetahui adanya edema.
dengan: teratasi dengan kriteriahasil : urine.
DS: Pasien mengatakan lemas 1. Tidak ada edema. 3. Kaji lokasi dan luas 3. Mengetahui adanya edema.
DO: 2. Peningkatan BB interdialitik edema.
Konjungtiva anemis, mukosa tidak lebih dari 5% BB 4. Anjurkan pasien-pasien 4. Mengurangi edema.
bibir kering, edema pada kering membatasi masukan
ekstremitas atas dan bawah, 3. Tanda-tanda vital dalam cairan maksimal 500
kulit kering dan pucat batas normal cc/hari.
5. Lakukan hemodialisa. 5. Mengurangi edema dan
membuang zat sisa
metabolisme dari dalam tubuh
Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16
Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan teknik relaksasi 1. Menejemen nyeri
dengan agen cidera fisik keperawatan selama 1x10 jam napas dalam
(terputusnya kontinuitas Nyeri akut dapat teratasi 2. Observasi skala nyeri 2. Mementau skala nyeri yg
tulang femur) dengan kriteriahasil : dirasakan
DS: Pasien mengatakan nyeri 1. Pasien menggungkapkan
hilang timbul, nyeri bertambah bahwa nyeri berkurang atau
saat digerakkan, nyeri di paha hilang

27
kiri seperti di tusuk, skala 3,
nyeri berkurang setelah
diberikan obat, pasien ingin
nyeri hilang dan cepat
sembuh
DO: Ditraksi pada tulang
femur sinistra

Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16


Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya dyspneu, 1. Memantau KU pasien
berhubungan dengan gangguan keperawatabn selama 1x 5 jam fatigue, tekipneu dan
frekuensi dan irama jantung masalah Penurunan curah ortopneu
DS: Pasien mengatakan jantung tidak terjadi dengan 2. Anjurkan untuk 2. Mengurangi tingkat stressor
kadang dada terasa berdebar- kriteria hasil: menurunkan stress
debar 1. Tanda Vital dalam rentang 3. Monitor TD, nadi, suhu, 3. Memantau TTB pasien
DO: USG Doppler normal (Tekanan darah, dan RR
Jantung(Ekokardiogram): Nadi, respirasi)
LVH konsentrik, LA dilatasi, 2. Dapat mentoleransi aktivitas,
global fungsi distolik, LV tidak ada kelelahan
menurun dengan EF 43%, 3. Tidak ada penurunan
gangguan kinetik segmental, kesadaran
fungsi sistolik RV menurun
EKG: Atrial Fibrilation
Edema pada ekstremitas atas
dan bawah

28
Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16
Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Resiko perdarahan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. monitor tanda tanda 1. mengetahui keadaan pasien
faktor resiko efek samping keperawatabn selama 1x 5 jam perdarahan
penggunaan heparin. masalah perdarahan tidak terjadi 2. anjurkan pasien untuk 2. mencegah terjadinya
dengan kriteria hasil: bayak istirahat perdarahan
1. TD dalam rentang normal 3. jelaskan pada klien dan 3. keterlibatan pasien dan
2. Tidak ada perdarahan keluarga untuk keluarga dapat membantu
melaporkan apabila ada untuk penanganan dini
tanda-tanda perdarahan
4. kolaborasi monitor 4. dengan trombosit yang
trombosit setiap hari dipantau setiap hari dapat
diketahui tingkat kebocoran
Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16
Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Resiko syok dengan faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda syol 1. Mengetahui keadaan pasien
resiko proses hemodialisa keperawatan selama 1x 5 jam hipovolemik
(ultrafiltrasi) hipovolemik tidak terjadi 2. Monitor TTV 2. Mengetahui tanda-tanda syok
dengan kriteria hasil :
1. pasien tidak lemas
2. keseimbangan cairan 3. Monitor proses 3. Mengetahui keadaan pasien
3. TTV dalam rentang normal hemodialisa
Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16
Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Resiko cidera dengan faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Pasang penghalang tempat 1. Mengamankan pasien
resiko komplikasi sekunder keperawatan selama 1x 5 jam tidur
terhadap penusukan cedera tidak terjadi dengan 2. Kunci bed supaya tidak 2. Mengamankan pasien
kriteria hasil : bergerak

29
1. Pasien tidak jatuh 3. Pasang restrain pada pasien 3. Mengmankan pasien
2. Tidak ada cedera tambahan bila perlu
pada tubuh pasien

Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16 Tgl 11-10-16


Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB Jam 07.05 WIB

Resiko terjadinya hipotensi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui tanda vital
dengan faktor resiko keperawatan selama 1 x 2 jam 2. Pertahankan pemberian 2. Memaksimalkan O2 ke tubuh
penurunan volume darah yang resiko hipotensi tidak terjadi oksigen
berlebihan dengan kriteria hasil:
1. Klien terbebas dari tanda
dan gejala hipotensi
2. Tanda vital dalam batas
normal

30
31

10. Catatan Perkembangan

No Diagnosa Tgl/Jam Implementasi TTD


1. Kelebihan volume cairan 07.00 1. Memonitor vital sign
berhubungan dengan  TD 130/80 mmHg,
gangguan mekanisme Nadi 88 x/mnt, RR
regulasi, ditandai 20x/mnt,Suhu 36,30C
dengan: 07.02 2. Memonitor indikasi retensi
DS: Pasien mengatakan urine
lemas  Pasien mengatakan
DO: BAK ≤100 cc/hari.
Konjungtiva anemis, 07.05 3. Mengkaji lokasi dan luas
mukosa bibir kering, edema
edema pada ekstremitas  Edema pada kaki kanan
atas dan bawah, kulit dan kiri,
kering dan pucat 07.10 4. Melakukan hemodialisa
 HD lancar, tidak ada
kendala, UF goal 1000
ml, QB 200 ml/mnt,
tidak ada perdarahan.
09.00 5. Menganjurkan pasien-
pasien membatasi masukan
cairan maksimal 500 cc/hari
 Pasien mengerti dan
akan mengurangi asupa
minum.
12.20 E:
DS: Pasien mengatakan badan
masih terasa lemas.
DO: UF goal tercapai 1000 ml,
CBV 43,5, tanpa
heparin.Tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 80 x/mnt, tidak
dilakukan timbang BB karena
pasien badrest.
2. Nyeri akut I:
berhubungan dengan 08.25 1. Mengajarkan teknik
agen cidera fisik relaksasi napas dalam
(terputusnya  Pasien mampu
kontinuitas tulang melakukan napas
dalam dengan baik.
femur)
08.35 2. Mengobservasi skala nyeri
DS: Pasien mengatakan
 Pasien mengatakan
paha kiri nyeri, skala 3,
nyeri berkurang dengan
nyeri seperti di tusuk,
skala 3, nyeri hilang
nyeri hilang timbul, nyeri
timbul, nyeri
bertambah saat
bertambah jika
digerakkan, nyeri
digerakan, untuk
berkurang setelah
mengurangi nyeri biasa
diberikan obat.
32

DO:Ditraksi pada tulang minum obat.


femur
Sinistra 12.20 E:
DS: pasien mengatakan nyeri
masih terasa dengan skala 3,
nyeri hilang timbul, nyeri
bertambah jika kaki digerakan,
nyeri akan berkurang setelah
minum obat.
DO : ekspresi muka
menyeringai, pasien berhati-hati
menjaga kaki kiri.
3. Penurunan curah jantung I:
berhubungan dengan 7.07 1. Memonitor adanya
gangguan frekuensi dan dyspneu, fatigue, tekipneu
irama jantung dan ortopneu
DS: Pasien mengatakan  Pasien mengatakan
kadang dada terasa lemas
berdebar-debar 08.40 2. Menganjurkan untuk
DO: USG Doppler menurunkan stress
Jantung(Ekokardiogram):  Pasien mengatakan jika
LVH konsentrik, LA anak-anak berkunjung
dilatasi, global fungsi ke rumah serang,
distolik, LV menurun selama di rawat anak
dengan EF 43%, selalu menjaga.
gangguan kinetik 08.50 3. Memonitor TD, nadi, suhu,
segmental, fungsi sistolik dan RR
RV menurun  TD: 130/80 mmHg, nadi
EKG: Atrial Fibrilation 80x/mnt, RR: 20x/mnt
Edema pada ekstremitas 12.20 E:
atas dan bawah DS: Pasien mengatakan badan
masih lemas, jantung tidak
berdebar-debar,
DO: Pasien tampak lemas dan
mengantuk, pasien badrest, TD
130/80 mmHg
4. Resiko perdarahan I:
dengan faktor resiko efek 08.00 1. Memonitor tanda tanda
samping penggunaan perdarahan
heparin.  Tidak ada tanda
perdarahan pada akses,
pada fraktur.
08.05 2. Menganjurkan pasien untuk
bayak istirahat
 Pasien tidur.
09.25 3. Menjelaskan pada klien dan
keluarga untuk melaporkan
apabila ada tanda-tanda
perdarahan
 Keluarga dan pasien
33

paham
12.20 E:
DS: pasien mengatakan tidak
ada mimisan, tidak ada darah
yang keluar dari akses
DO: pasien tenang, tidak ada
tanda perdarahan. Tidak
terpasang heparin.
5. Resiko syok dengan I:
faktor resiko proses 10.25 1. Mengkaji tanda-tanda syok
ultrafiltrasi hipovolemik
 TD 130/90 mmHg,
tidak ada keringat
dingin, tidak ada kr
10.26 2. Memonitor TTV
 TD 130/80 mmHg,
nadi 80/menit, S: 36,8
0
C
11.10 3. Memonitor proses
hemodialisa
 HD lancar, tidak ada
masalah selama HD,
tidak ada perdarahan,
keadaan umum pasien
baik, pasien
composmentis.
12.20 E:
DS: pasien mengata lemas, tidak
keringat.
DO: tidak ada perdarahan,
tekanan darah 130/80 mmHg.,
nadi 80x.mnt
6. Resiko cidera dengan I:
faktor resiko komplikasi 07.05 1. Memasang penghalang
sekunder terhadap tempat tidur
penusukan  Penghalang tempat
tidur terpasang
07.06 2. Mengunci bed supaya tidak
bergerak
 Bed sudah dikunci
10.15 3. Pasang restrain pada pasien
bila perlu
 Pasien tenang, restrain
tidak terpasang, pasien
terpasang traksi di kaki kiri
dan terpasang elastes bandit
12.20 E:
DS: Pasien mengatakan sedikit
lemas
34

DO: Pasien tenang, terpasang


traksi di kaki kiri, bed terkunci,
penghalang bed terpasang
7. Resiko terjadinya I:
hipotensi dengan faktor 08.50 1. Memonitor tanda-tanda
resiko penurunan volume vital
darah yang berlebihan Tekanan darah
130/80mmhg, nadi 80
x/mnt.RR 22x/mnt
10.30 2. Pertahankan pemberian
oksigen
 Pasien terpasang oksigen
3 liter/mnt, tidak ada
sianosis
12.20 E:
DS: Pasien mengatakan tidak
pusing, tidak sesak.
DO: Pasien terpasang O2
binasal kanul 3 literpermenit,
pasien tenang RR 20x/mnt,
reguler, tekanan darah 120/80
mmHg.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V.
Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Publishing.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai