Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ILEUS PARALITIK DAN OBSTRUKTIF DI RUANG ICU


RSU ULIN BANJARMASIN RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 12 s/d 17 Nopember 2012

Oleh :
SYAMSU RIZALI
NIM I1B108626

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT 2012
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Ilues Paralitik dan Obstruktif di
Ruangan ICU RSU Ulin Banjarmasin

Disusun oleh : Syamsu Rizali


NIM. I 1B108626

Dengan ini telah disetujui pembuatannya oleh Pembimbing Lahan dan Pembimbing
Akademik sebagai penugasan individu dalam Stase Keperawatan Kritis dan Gawat Darurat
Program Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat Tahun 2012

Banjarmasin, Nopember 2012

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

_______________________ ______________________
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ILEUS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam, yaitu
ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik
atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut. Ileus obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis
yang sering dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu (Ullah et al., 2009).
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada
traktus intestinal (Sylvia A, Price, 2007). Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal
(Reeves, 2001). Ileus obstruksi merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat
pasase cairan, flatus dan makanan baik secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
Akut abdomen dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat
disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi
saluran cerna atau perdarahan (Evers, 2004).

B. Penyebab
Ileus Paralitik biasanya dapat disebabkan oleh :
1. Kimia, elektrolit, atau gangguan mineral (seperti turunnya kadar potassium)
2. Komplikasi bedah intraabdominal
3. Cedera/penurunan suplai darah ke daerah abdominal
4. Infeksi intra abdominal
5. Penyakit ginjal dan paru
6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti narkotik
Ileus Obstruktif merupakan hasil dari sumbatan mekanik dari lumen intestinal biasanya
disebabkan oleh tiga mekanisme ; 1. blokade intralumen (obturasi), 2. intramural atau
lesi intrinsik dari dinding usus, dan 3. kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi
ekstrinsik dari intestinal. Berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya obstruksi
intestinal biasanya terjadi melalui satu mekanisme utama. Satu pertiga dari seluruh
pasien yang mengalami ileus obstruktif, ternyata dijumpai lebih dari satu faktor etiologi
yang ditemukan saat dilakukan operasi. (Thompson, 2005)
Contoh penyebab ileus obstruksi :
1. Adhesi ( Perlekatan Usus Halus ) merupakan penyebab tersering illeus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bias disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang

Syamsu Rizali / I 1B108626


1
disebabkan oleh adhesi berkembang 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdominal dalam hidupnya. Perlengketan konginetal juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif pada anak.
2. Hernia inkaserata eksternal (iguinal, femoral, umbilkal, isisional, atua parastomal)
merupakan terbanyak ke dua penyebab ileus obstruksi, dan merupakan penyebab
tersering pada pasien yang tidak memiliki riwayat operasi abdomen.
3. Neoplasma. Tumor usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan
tumor metastase atau intaabdomen dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi
eksternal.
4. Intususpensi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususpensi. Tumor, polip atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal intususpensi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi skunder hingga inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvus sering disebabkan karena Adhesi atau kelainan konginetal, seperti malrotasi
usus. Vovus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7. Batu empedu yang masuk ke illeus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau pada
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskemia, inflamasi, terapi radiasi,
atau trauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususpensi, atau penumpukan
cairan.
10. Benda asing seperti bezoar.

Syamsu Rizali / I 1B108626


2
Penyebab illeus obstruktif ( Ansari,2007)
LOKASI PENYEBAB
Tumor (umumnya di kolon kiri), diverticulitis (umumnya
Kolon dikolon sigmoid), volvulus di sigmoid atau sekum, fekalit,
penyakit HIschprug.
Duodenum
Dewasa Kanker di duodenum atau kepala pancreas ulkus,
Neonates Atresia, vovulus, adhesi
Jejunum & ileum
Dewasa Hernia, adhesi, tumor, benda asing, divertikulum Meckel,
penyakit Crohn, ascariasis, vovulus, intususepsi karena tumor.
Neonates Ileusmekonium, vovulus, atresia, intrausepsi

Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal (Whang et al., 2005)


(Thompson, 2005)
Obturasi Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik
Intraluminal
Benda Asing Adhesi Kongenital
- Iatrogenik Benda Asing - Atresia, stenosis, dan webs
- Tertelan Hernia - Divertikulum Meckel
- Batu Empedu - Eksternal
- Cacing - Internal

Intususepsi Massa Inflamasi


Pengaruh Cairan - Anomali organ atau - Divertikulitis
- Barium pembuluh darah - Drug-induced
- Organomegali - Infeksi

3
Syamsu Rizali / I 1B108626
Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal (Whang et al., 2005)
(Thompson, 2005)
Obturasi Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik
Intraluminal
- Feses - Akumulasi Cairan - Coli ulcer
- Meconium - Neoplasma
Neoplasma
Post Operatif - Tumor Jinak
Volvulus - Karsinoma
- Karsinoid
- Limpoma
- Sarcoma
Trauma
- Intramural Hematom

C. Patofisiologi
Respon Usus Halus Terhadap Obstruksi
Normalnya, sekitar 2 L asupan cairan dan 8 L sekresi dari gaster, intestinal dan
pankreaticobilier ditansfer ke intestinal setiap harinya. Meskipun aliran cairan menuju ke
intestinal bagian proksimal, sebagian besar cairan ini akan diabsorbsi di intestinal bagian
distal dan kolon. Ileus obstruktif terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal
daerah obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal
proksimal daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai daerah distal dari
obstruksi.
Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah obstruksi terjadi dalam beberapa jam dan
akibat beberapa faktor. Asupan cairan dan sekresi lumen yang terus bertambah terkumpul
dalam intestinal. Aliran darah meningkat ke daerah intestinal segera setelah terjadinya
obstruksi, terutama di daerah proksimal lesi, yang akhirnya akan meningkatkan sekresi
intestinal. Hal ini bertujuan untuk menurunkan kepekaan vasa splanknik pada daerah
obstruksi terhadap mediator vasoaktif. Pengguyuran cairan intravena juga meningkatkan
volume cairan intralumen. Sekresi cairan ke dalam lumen terjadi karena kerusakan
mekanisme absorpsi dan sekresi normal. Distensi lumen menyebabkan terjadinya
kongestif vena, edema intralumen, dan iskemia.
Gas intestinal juga mengalami akumulasi saat terjadinya ileus obstruktif. Sebagian kecil
dihasilkan melalui netralisasi bikarbonat atau dari metabolisme bakteri. Gas di Intestinal
terdiri atas Nitrogen (70%), Oksigen (12%), dan Karbon Dioksida (8%), yang
komposisinya mirip dengan udara bebas. Hanya karbon dioksida yang memiliki cukup
tekanan parsial untuk berdifusi dari lumen.
Intestinal, normalnya, berusaha untuk membebaskan obstruksi mekanik dengan cara
meningkatkan peristaltik. Periode yang terjadi ialah berturut-turut: terjadinya
hiperperistaltik, intermittent quiescent interval, dan pada tingkat akhir terjadi ileus.
Bagian distal obstruksi segera menjadi kurang aktif. Obstruksi mekanik yang
berkepanjangan menyebabkan penurunan dari frekuensi gelombang - lambat dan
kerusakan aktivitas gelombang spike, namun intestinal masih memberikan respon
terhadap rangsangan. Ileus dapat terus menetap bahkan setelah obstruksi mekanik
terbebaskan.
Tekanan intralumen meningkat sekitar 20 cmH2O, sehingga menyebabkan aliran cairan
dari lumen ke pembuluh darah berkurang dan sebaliknya aliran dari pembuluh darah ke
lumen meningkat. Perubahan yang serupa juga terjadi pada absorbsi dan sekresi dari

Syamsu Rizali / I 1B108626


4
Natrium dan Khlorida. Namun, peningkatan tekanan intralumen tidak selalu terjadi dan
mungkin terdapat mekanisme lain yang menyebabkan perubahan pada mekanisme
sekresi. Peningkatan sekresi juga dipengarui oleh hormon gastrointestinal, seperti
peningkatan sirkulasi vasoaktif intestinal polipeptida, prostaglandin, atau endotoksin.
Peningkatan volume intralumen menyebabkan terjadinya distensi intestinal di bagian
proksimal obstruksi, yang bermanifestasi pada mual dan muntah. Proses obstruksi yang
berlanjut, kerusakan progresif dari proses absorbsi dan sekresi semakin ke proksimal.
Selanjutnya, obstruksi mekanik ini mengarah pada peningkatan defisit cairan
intravaskular yang disebabkan oleh terjadinya muntah, akumulasi cairan intralumen,
edema intramural, dan transudasi cairan intraperitoneal. Pemasangan nasogastric tube
malah memperparah terjadinya defisit cairan melalui external loss. Hipokalemia,
hipokhloremia, alkalosis metabolik merupakan komplikasi yang sering dari obstruksi
letak tinggi. Hipovolemia yang tak dikoreksi dapat mengakibatkan terjadinya insufisiensi
renal, syok, dan kematian.
Stagnasi isi intestinal dapat memfasilitasi terjadinya proliferasi bakteri. Bakteri Aerob
dan Anaerob berkembang pada daerah obstruksi. Koloni berlebihan dari bakteri dapat
merangsang absorbtif dan fungsi motorik dari intestinal dan menyebabkan terjadinya
translokasi bakteri dan komplikasi sepsis.

Patofisiologi Ileus Obstruktif


(Sumber : Simatupang, 2010)

Syamsu Rizali / I 1B108626


5
Strangulasi
Obstruksi strangulasi adalah hilangnya aliran darah di segmen obtruksi dari intestinal.
Hal ini dapat terjadi karena adanya penekanan langsung dari vasa mesenteric atau
sebagai akibat perubahan lokal pada dinding intestinal. Komplikasi ini sering
berhubungan dengan obstruksi yang disebabkan oleh hernia dan volvulus. Obstruksi
strangulasi pada kolon paling sering disebabkan oleh volvulus.
Iskemia intramural dapat terjadi karena berbagai sebab. Distensi dan peningkatan
tekanan pada intramural dapat menyebabkan kongesti dari vena, kebocoran kapiler,
edema dinding usus besar dan perdarahan serta thrombosis dari arteri dan vena.
Peningkatan pertumbuhan bakteri terjadi dalam beberapa jam setelah strangulasi. Hal ini
menyebabkan produksi toksin intralumen dan dapat merangsang pelepasan mediator
vasoaktif seperti prostaglandin. Mukosa dari intestinal lebih peka terhadap iskemia dan
beberapa faktor tampaknya memainkan peranan penting untuk mendukung terjadinya
iskemia, termasuk hipoksia, protease pankreas dan radikal bebas. Mukosa pada intestinal
lebih peka terhadap terjadinya iskemia dibandingkan mukosa pada kolon. Saat terjadi
nekrosis mukosa, bakteri dan toksin dapat dengan segera berpindah tempat dari dinding
intestinal menuju ke cavum peritoneal, limfe pada mesenterikum, dan sirkulasi sistemik.
Hal ini menggiring pada terjadinya iskemia, sepsis, perforasi frank yang dapat disertai
dengan peritonitis dan kematian akibat syok sepsis. Gut iskemia dan terjadinya
reperfusion juga mendukung terjadinya gagal organ, seperti paru.

Perbedaan ileus obstruktif simple dan strangulate


(Sumber : Bickle dan Kelly, 2002)

Obstruksi Gelung Tertutup


Terjadi saat obstruksi terdapat di dua tempat. Volvulus merupakan sebab yang paling
sering dan dapat juga menyebabkan terjadinya perputaran mesenterium. Obstruksi di
bagian distal dari usus besar juga dapat menyebabkan terjadinya closed loop obstruction
jika katup ileocekal masih tersisa. Saat tekanan intralumen di segmen obstruksi
meningkat, sekresi cairan ke dalam lumen meningkat sementara absorbsinya menurun.
Kepentingan klinis yang mungkin terjadi akibat fenomena ini ialah meningkatnya resiko
kejadian strangulasi. Distensi pada obstruksi gelung tertutup terjadi sangat cepat
sehingga biasanya strangulasi terjadi lebih dahulu bahkan sebelum gejala klinis dari
obstruksi tampak jelas.
Obstruksi Parsial Intestinal
Pada obstruksi parsial, lumen tak sepenuhnya tersumbat. Adhesi merupakan penyebab
tersering dari gangguan ini dan jarang sekali mengakibatkan terjadinya strangulasi.

Syamsu Rizali / I 1B108626


6
Obstruksi parsial kronis dapat menyebabkan terjadinya penebalan dinding intestinal
akibat hipertrofi otot. Perpanjangan waktu kontraksi dan peningkatan kelompok
kontraksi merupakan karakteristik yang dapat ditemukan. Kelainan motoris ini dan
kemungkinan berhubungan dengan pertumbuhan bakteri dapat menyebabkan terjadinya
malabsorbsi, distensi dan diare sekretorik.
Obstruksi kolon
Patofisiologi terjadinya obstruksi pada kolon berbeda dengan intestinal. Kolon
khususnya yang bagian distal memiliki kemampuan yang terbatas pada absorbsi.
Akumulasi Cairan dan gas di kolon terjadi lebih lambat karena posisinya yang berada
paling distal dari saluran pencernaan dan karena sebagian besar cairan telah diabsorbsi di
usus halus. Distensi yang terjadi secara perlahan ini memungkinkan kolon untuk
beradaptasi dan dekompresi dapat terjadi karena katup ileocecal yang inkompeten.
Seperti disebutkan sebelumnya, katup ileocecal yang kompeten dapat menyebabkan
terjadinya closed loop obstruction. Dilatasi cecal dan penipisan dinding cecum akibat
penambahan diameter dapat meningkatkan resiko terjadinya rupture. Rupture dapat
disebabkan oleh iskemia yang terjadi pada dinding kolon, diastasis dari lapisan otot,
ataupun karena invasi bakteri di dinding kolon. Obstruksi kolon berakibat pada motilitas
abnormal namun tidak hiperperistaltik.

Perbedaan ileus obstruktif usus halus dan usus besar


(Sumber : Bickle dan Kelly, 2002)

D. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:


1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus (Ullah et al., 2009)
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan obstipasi. Adanya
flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri khas dari obstruksi
parsial. Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta yang berhubungan dengan

Syamsu Rizali / I 1B108626


7
hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya menyebar dan jarang
terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah abdomen. Saat peristaltik
menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai. Saat nyeri menetap dan terus menerus
kita harus mencurigai telah terjadi strangulasi dan infark. (Whang et al., 2005)
Tanda-tanda obstruksi usus halus juga termasuk distensi abdomen yang akan sangat
terlihat pada obstruksi usus halus bagian distal ileum, atau distensi bisa tak terjadi bila
obstruksi terjadi di bagian proksimal usus halus, dan peningkatan bising usus. Hasil
laboratorium terlihat penurunan volume intravaskuler, adanya hemokonsentrasi dan
abnormalitas elektrolit. Mungkin didapatkan leukositosis ringan.
Muntah terjadi setelah terjadi obstruksi lumen intestinal dan menjadi lebih sering saat
telah terjadi akumulasi cairan di lumen intestinal. Derajat muntah linear dengan tingkat
obstruksi, menjadi tanda yang lebih sering ditemukan pada obstruksi letak tinggi.
Obstruksi letak tinggi juga ditandai dengan bilios vomiting dan letak rendah muntah
lebih bersifat malodorus. (Thompson, 2005).
Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang penting untuk membedakan
terjadinya obstruksi komplit atau parsial. Defekasi masih terjadi pada obstruksi letak
tinggi karena perjalan isi lumen di bawah daerah obstruksi. Diare yang terus menerus
dapat juga menjadi tanda adanya obstruksi partial.
Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik dapat saja normal pada awalnya, namun distensi
akan segera terjadi, terutama pada obstruksi letak rendah. Tanda awal yang muncul ialah
penderita segera mengalami dehidrasi. Massa yang teraba dapat di diagnosis banding
dengan keganasan, abses, ataupun strangulasi. Auskultasi digunakan untuk membedakan
pasien menjadi tiga kategori : loud, high pitch dengan burst ataupun rushes yang
merupakan tanda awal terjadinya obstruksi mekanik. Saat bising usus tak terdengar dapat
diartikan bahwa obstruksi telah berlangsung lama, ileus paralitik atau terjadinya infark.
Seiring waktu, dehidrasi menjadi lebih berat dan tanda-tanda strangulasi mulai tampak.
Pemeriksaan lipat paha untuk mengetahui adanya hernia serta rectal toucher untuk
mengetahui adanya darah atau massa di rectum harus selalu dilakukan.
Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus menerus, demam, takikardia, dan
nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga menyebabkan diagnosis
strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan. Pada obstruksi karena strangulasi bisa
terdapat takikardia, nyeri tekan lokal, demam, leukositosis dan asidosis. Level serum dari
amylase, lipase, lactate dehidrogenase, fosfat, dan potassium mungkin meningkat.
Penting dicatat bahwa parameter ini tak dapat digunakan untuk membedakan antara
obstruksi sederhana dan strangulasi sebelum terjadinya iskemia irreversible.

E. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan atas
dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan
radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan
menunda mulainya terapi yang segera. Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari :
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada ileus obstruktif
usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruktif usus
besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruktif usus halus
berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama.

Syamsu Rizali / I 1B108626


8
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang
kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour” (gambaran kontur usus)
maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas pada
saat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan muntah dan juga
pada ileus obstruksi yang berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu
serangan kolik.

Gerakan Peristaltik Usus (Sumber : Faradilla, 2009)


b. Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang menandakan
adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum
apapun atau nyeri tekan, yang mencakup „defance musculair‟ involunter atau
rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
c. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush‟) diantara masa tenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah.
Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus
obstruktif strangulata.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan pelvis.
Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus sfingter ani biasanya cukup namun
ampula recti sering ditemukan kolaps terutama apabila telah terjadi perforasi akibat
obstruksi. Mukosa rectum dapat ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi
merupakan massa atau tumor pada bagian anorectum maka akan teraba benjolan yang
harus kita nilai ukuran, jumlah, permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus dan
perkiraan diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari. Nyeri tekan dapat ditemukan
pada lokal maupun general misalnya pada keadaan peritonitis. Kita juga menilai ada
tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus obstruktif usus feses tidak teraba pada
colok dubur dan tidak dapat ditemukan pada sarung tangan. Pada sarung tangan dapat
ditemukan darah apabila penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi mekanik dengan ileus;
menentukan etiologi dari obstruksi; membedakan antara obstruksi parsial atau komplit
dan membedakan obstruksi sederhana dengan strangulasi. Hal penting yang harus
diketahui saat anamnesis adalah riwayat operasi abdomen (curiga akan adanya adhesi)
dan adanya kelainan abdomen lainnya (karsinoma intraabdomen atau sindroma iritasi
usus) yang dapat membantu kita menentukan etiologi terjadinya obstruksi. Pemeriksaan

Syamsu Rizali / I 1B108626


9
yang teliti untuk hernia harus dilakukan. Feses juga harus diperiksa untuk melihat adanya
darah atau tidak, kehadiran darah menuntun kita ke arah strangulasi.

F. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi intestinal
terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen, kreatinin dan serum
amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan menyebabkan perubahan pada
hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak membantu untuk diagnosis
obsruksi intestinal yang sederhana. Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat
mendeteksi adanya hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.

G. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus)
dan posisi tegak thoraks
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus (diameter > 3
cm), adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran
udara di kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus
halus mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan :
a) distensi usus
b) step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung
usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa dengan
obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan
radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus dan ketika lumen usus
dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara. Dengan demikian menghalangi
tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan
dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto
abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan obstruksi
usus halus karena kegunaannya yang luas namun memakan biaya yang sedikit.
Perbedaan Radiologi obstruksi intestinal dan ileus
Temuan Radiologis Osbtruksi Mekanik Ileus
Air-fluid Level Present proximal to obstruction Prominent throughout
Gas in small intestine Large bowel shape loops; Gas present diffusely;
stepladder pattern moveable
gas ini colon Absent or diminished Increase throughout
Thickened bowel wall Present if chronic or Present with inflamation
strangulation
Intraabdominal fluid Rare Often present
Diapraghm Slightly elevated; normal motion Elevated; decrease motion
Gastrointestinal Rapid progression to point of Slow progression to colon
contrast media obstruction

Syamsu Rizali / I 1B108626


10
Gambar Dilatasi usus (Nobie, 2009) Gambar Multipel air fluid level dan
“string of pearls” sign (Nobie, 2009)

Gambar Herring bone appearance Gambar Coffee bean appearance (Bickle


dan Kelly, 2002)

Gambar Step ledder sign (Nobie, 2009)

11
Syamsu Rizali / I 1B108626
b. Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga untuk
membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada foto polos
abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan klinis menunjukkan
adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos abdomen tidak spesifik. Pada
pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren
dan kerusakan akibat radiasi. Enteroclysis memberikan nilai prediksi negative yang
tinggi dan dapat dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang
sering digunakan. Barium sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi
dimana tidak terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan barium
berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus dihindari bila
dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)

Gambar Intususepsi (coiled-spring appearance).(Khan,2009)


c. CT-Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi strangulate dan
menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan
radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan penyebab obstruksi
intestinal, seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan
penyakit Chron karena penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus
halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan
diameter sekitar 1 cm. (Nobie, 2009)
Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat spesifisitasnya sekitar
70-905 untuk mendeteksi adanya obstruksi intestinal. Temuan berupa zona transisi
dengan dilatasi usus proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen
yang tak dapat melewati bagian obstruksi dan kolon yang mengandung sedikit cairan
dan gas. CT scan juga dapat memberikan gambaran adanya strangulasi dan obstruksi
gelung tertutup. Obstruksi Gelung tertutup diketahui melalui gambaran dilatasi bentuk
U atau bentuk C akibat distribusi radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat
puntiran. Strangulasi ditandai dengan penebalan dinding usus, intestinal pneumatosis
(udara didinding usus), gas pada vena portal dan kurangnya uptake kontras intravena
ke dalam dinding dari bowel yang affected. CT scan juga digunakan untuk evaluasi
menyeluruh dari abdomen dan pada akhirnya mengetahui etiologi dari obstruksi.
Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yang rendah (<50%)
untuk mendeteksi grade ringan atau obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang
tipis akan sulit untuk diidentifikasi. (Nobie, 2009)

Syamsu Rizali / I 1B108626


12
Gambar CT Scan Ileus Obstruktif akibat tumor mesenterium (Khan, 2009)

Gambar CT Scan Ileus Obstruksi Akibat Intususepsi : tampak distensi usus halus yang
tidak diikuti dengan distensi kolon (Vriesman dan Robin, 2005)
d. CT enterography (CT enteroclysis)
Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan klinis. Pemeriksaan ini
merupakan pilihan pada ileus obstruksi intermiten atau pada pasien dengan riwayat
komplikasi pembedahan (seperti tumor, operasi besar). Pada pemeriksaan ini
memperlihatkan seluruh penebalan dinding usus dan dapat dilakukan evaluasi pada
mesenterium dan lemak perinerfon. Pemeriksaan ini menggunakan teknologi CT-scan
dan disertai dengan penggunaan kontras dalam jumlah besar. CT enteroclysis lebih
akurat disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam menentukan penyebab
obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi (100% vs 94%).(Nobie, 2009)
e. MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya obstruksi.
MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi. Namun, MRI
memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau dalam hal transport pasien dan
kurang dapat menggambarkan massa dan inflamasi. (Nobie, 2009)

Gambar Kehamilan dengan ileus obstruktif (Edelman, 2010)

Syamsu Rizali / I 1B108626


13
f. USG
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi dengan
melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi, USG dapat
dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi. USG dapat dengan akurat
menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak seperti teknik radiologi yang lain,
USG dapat memperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membantu membedakan
obstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah dan mudah jika
dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya dilaporkan mencapai 100%. (Nobie,
2009)

Gambar USG Abdomen tumor dinding epigastrium (Khan, 2009)

Gambar USG Longitudinal dari abdomen bagian bawah menunjukkan


distensi multiple dari usus halus akibat invaginasi (Hagen-Ansert, 2010).

H. Diagnosa Banding
Diagnosis banding dari ileus obstruktif, yaitu (Nobie, 2009)
1. Ileus paralitik
2. Appensicitis akut
3. Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier
4. Konstipasi
5. Dysmenorhoe, endometriosis dan torsio ovarium
6. Gastroenteritis akut dan inflammatory bowel disease
7. Pancreatitis akut

I. Penatalaksanaan Medis

Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan kekurangan
Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian cairan intravena
dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat.

Syamsu Rizali / I 1B108626


14

Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter. Setelah urin adekuat, KCl harus
ditambahkan pada cairan intravena bila diperlukan.

Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk
menilai kekurangan cairan.

Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi
bakteri pada ostruksi intestinal. (Evers, 2004)
Dekompresi
Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga penting untuk dilakukan
ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan tube ini bertujuan untuk mengosongkan
lambung, mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Pasien dengan obstruksi parsial dapat
diterapi secara konservatif dengan resusitasi dan dekompresi saja. Penyembuhan gejala
tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial. (Evers, 2004)
Terapi Operatif
Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit membutuhkan terapi operatif.
Pendekatan non – operatif pada beberapa pasien dengan obstruksi intestinal komplit telah
diusulkan, dengan alasan bahwa pemasangan tube intubasi yang lama tak akan
menimbulkan masalah yang didukung oleh tidak adanya tanda-tanda demam, takikardia,
nyeri tekan atau leukositosis. Namun harus disadari bahwa terapi non operatif ini
dilakulkan dengan berbagai resikonya seperti resiko terjadinya strangulasi pada daerah
obstruksi dan penundaan terapi pada strangulasi hingga setelah terjadinya injury akan
menyebabkan intestinal menjadi ireversibel. Penelitian retrospektif melaporkan bahwa
penundaan operasi 12 – 24 jam masih dalam batas aman namun meningkatkan resiko
terjadinya strangulasi.
Pasien dengan obstruksi intestinal sekunder karena adanya adhesi dapat diterapi dengan
melepaskan adhesi tersebut. Penatalaksanaan secara hati hati dalam pelepasan adhesi
tresebut untuk mencegah terjadinya trauma pada serosa dan untuk menghindari
enterotomi yang tidak perlu. Hernia incarcerata dapat dilakukan secara manual dari
segmen hernia dan dilakukan penutupan defek.
Penatalaksanaan pasien dengan obstruksi intestinal dan adanya riwayat keganasan akan
lebih rumit. Pada keadaan terminal dimana metastase telah menyebar, terapi non-
operatif, bila berhasil, merupakan jalan yang terbaik; walaupun hanya sebagian kecil
kasus obstruksi komplit dapat berhasil di terapi dengan non-operatif. Pada kasus ini, by
pass sederhana dapat memberikan hasil yang lebih baik baik daripada by pass yang
panjang dengan operasi yang rumit yang mungkin membutuhkan reseksi usus.
Pada saat dilakukan eksplorasi, terkadang susah untuk menilai viabilitas dari segmen
usus setelah strangulasi dilepaskan. Bila viabilitas usus masih meragukan, segmen
tersebut harus dilepaskan dan ditempatkan pada kondisi hangat, salin moistened sponge
selama 15-20 menit dan kemudian dilakukan penilaian kembali. Bila warna normalnya
telah kembali dan didapatkan adanya peristaltik, berarti segmen usus tersebut aman
untuk dikembalikan. Ke depannya dapat digunakan Doppler atau kontras intraoperatif
untuk menilai viabilitas usus.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus.
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-
strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

Syamsu Rizali / I 1B108626


15
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik
oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi
usus dan anastomosis. (Ullah et al., 2009).

J. Komplikasi
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan keseimbangan
elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang dapat menyebabkan
peritonitis, sepsis, dan kematian (Ullah et al., 2009).

K. Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi
atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.
Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat (Nobie, 2009).

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat pembedahan pada daerah abdomen
- Gaya hidup: diit rendah serat, olahraga
2. Pola nutrisi metabolic
- Demam
- Anoreksia
- Diaphoresis
- Pucat
- Leukositosis
- Distensi abdomen
- Mual, muntah
- Asidosis
- Diit rendah serat
3. Pola aktivitas dan latihan
- Demam
- Hipotensi
- Takikardi
- Tekanan darah menurun (hipotensi)
- Malaise
- Sesak nafas
- Mudah lelah
4. Pola Eliminasi
- Kegagalan mengeluarkan feses
- Tidak ada flatus pada awal peningkatan bising usus, penurunan peristaltik usus
- Tidak ada flatus jika obstruksi total
- Tidak BAB atau BAB cair bila illeus partial

Syamsu Rizali / I 1B108626


16
- Darah pada feses atau perubahan pola BAB (pada CA colon)
- Kaji total output waspada terhadap syok dan dehidrasi
- Kaji jumlah urine tanda- tanda retensi urine
5. Pola persepsi kognitif dan sensori
- Nyeri abdomen
6. Pola tidur dan istirahat
- Tidur dan istirahat terganggu akibat nyeri pada abdomen dan sering muntah

B. Pathway Keperawatan

Illeus
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen
sebelah proksimal dari letak obstruksi

distensi Nyeri Aktivitas

Tekanan intralumen meningkat Cemas

Penurunan motilitas
Iskemia dinding usus saluran

Kehilangan cairan menuju Kehilangan H2O &


ruang peritoneum elektrolit

Refluks Kekurangan volume

Mual dan muntah

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri, akut berhubungan dengan hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi,
iskemia jaringan intstinal
2. Disfungsi, motilitas gastrointestinal berhubungan dengan abnormalitas pasase usus
3. Risiko kekurangan volume cairan dengan faktor risiko perubahan akses absorpsi
cairan
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tahanan akses intestinal, prosedur
invasif
5. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
7. Hambatan kemampuan berpindah berbuhungan dengan persepsi nyeri,
ketidaknyamanan,

Syamsu Rizali / I 1B108626


17
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Nyeri, akut
Related By hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi, iskemia jaringan intstinal
Subjective Data Objective Data
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri Posisi untuk menghindari nyeri
dengan isyarat Respon autonomik
Perilaku distraksi
Perilaku ekspresif
Bukti nyeri yang dapat diamati
Gangguan tidur
NOC labels Tingkat nyeri
Goals: Setelah dilakukan tidakan keperawatan, memperlihatkan pengendalian nyeri,
dengan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak
ada)
Ekspresi nyeri pada wajah : ...................
Gelisah atau ketegangan otot : ...................
Durasi episode nyeri : ...................
Merintih dan menangis : ...................
Gelisah : ...................
NIC labels and activities
Manajemen Nyeri : meringankan atau mengurangi Manajemen Analgetik : Menggunakan agen-agen
nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan
diterima oleh pasien nyeri
Nursing Activities Nursing Activities
 
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri sebelum pemberian obat

kualitas dan faktor presipitasi Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan frekuensi
 
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk Cek riwayat alergi

mengetahui pengalaman nyeri pasien Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan

Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain beratnya nyeri

tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
lampau dosis optimal
 
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
menemukan dukungan pengobatan nyeri secara teratur
 
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan analgesik pertama kali

kebisingan Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri

Kurangi faktor presipitasi nyeri hebat
 
Pilih dan lakukan penanganan nyeri Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(farmakologi, non farmakologi dan inter (efek samping)
personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri

Syamsu Rizali / I 1B108626


18
Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Disfungsi, motilitas gastrointestinal
Related By abnormalitas pasase usus
Subjective Data Objective Data
Melaporkan nyeri perut, tidak mampu / ada BAB dan Tidak dapat melewatkan tinja
susah flatus, perut terasa kencang, dan penuh. Tidak ada platus
Perasaan mual, ingin muntah Kram perut
Distensi abdomen
NOC labels Defekasi : pembentukan dan pengeluaran feces
Hidrasi : Kecukupan air didalam kompartemen intrasel dan ekstrasel
Pengendalian Gejala : Tindakan personal untuk meminimalkan persepsi dan
perubahan negatif pada fungsi fisik dan emosi
Goals: Setelah dialkukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, proses difekasi dapat
dipulihkan dengan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan
atau tidak ada)
Flatus : ......
Peristaltik usus : ..........
Nyeri abdomen : ...........
NIC labels and activities
Manajemen konstipasi : mencegah dan mengatasi Perawatan GI tube : Perawatan peralatan yang
maslah konstipasi dimasukkan ke dalam tubuh pasien
Nursing Activities Nursing Activities
 
Pantau kemungkinan adanya ruptur usus atau Lakukan tindakan pemasangan secara benar

adanya peritonitis Pantau penerimaan dan kemampuan adaptasi

Jelaskan etiologi masalah dan rasional tindakan terhadap peralatan

yang dilakukan Pantau haluaran bila dilakukan dekompresi
 
Konsultasikan upaya penurunan atau peningkatan Identifikasi jenis cairan

bising usus Pantau peristaltik usus
 
Kolaborasikan kesiapan tindakan invasif dan Pantau adanya mual dan muntah
pembedahan

Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Risiko kekurangan volume cairan
Related By Perubahan akses absorpsi cairan
Subjective Data Objective Data

NOC labels Keseimbangan elektrolit dan asam basa : keseimbangan elektrolit dan asam
basa dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel
Hidrasi : Jumlah air dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh yang
adekuat
Status nutrisi; Asupan Makanan dan cairan : Jumlah makanan dan cairan yang
masuk dalam tubuh selama 24 jam
Goals: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam, status keseimbangan
cairan dalam tubuh dapat terkontrol dengan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat
berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)
Perubahan elektrolit serum : .......
Perubahan tanda vital : ......
Penurunan kebutuhan cairan : .....
Haus yang abnormal : .......
NIC labels and activities
Manajemen Cairan : mengatur dan mencegah Terapi Intravena : Memberikan dan memantau cairan
komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan dan obat-obatan yang diberikan melalui vena
elektrolit
Nursing Activities Nursing Activities
 
Pertahankan catatan intake dan output yang Kolaborasi pemberian cairan IV

akurat Berikan cairan
 
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran Berikan cairan IV pada suhu ruangan
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan

Syamsu Rizali / I 1B108626


19

Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan

(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Monitor vital sign

Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake

kalori harian
Monitor status nutrisi

Berikan diuretik sesuai interuksi

Berikan penggantian nesogatrik sesuai advis

Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Gangguan rasa nyaman
Related By tahanan akses intestinal, prosedur invasif
Subjective Data Objective Data
Melaporkan perasaan ingin muntah Gelisah
Melaporkan perut terasa penuh Distensi abdomen
Melaporkan tidak ada platus Nyeri abdomen
Pemasangan Nasogastro Tube
NOC labels Tingkat kenyamanan : derajat persepsi yang positif tengtang kenyamanan fisik
dan psikologis
Mual dan Muntah; Efek gangguan : keparahan efek gangguan yang teramati
atau dipalorkan akbiat mual, ingin muntah dan muntak pada fungsi sehari-hari
Goals: Seelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam, klien dapat merasa
nyaman, dengan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau
tidak ada)
Gangguan keseimbangan cairan : ......
Mual / muntah : .....
Menolak tindakan yang dilakukan : ........
NIC labels and activities
Manajemen mual / muntah : mencegah dan Manajemen medikasi / tindakan : mengelola terapi
meredakan mual dan meniadakan muntah dan medikasi
Nursing Activities Nursing Activities
 
Pantau perasaan dan pengalaman sebelumnya Berikan informasi tentang tindakan yang harus
terhadap mual dan muntah dilaksanakan
 
Observasi nonvarbal terhadap ketidaknyamanan Kolaborasi antiemetik

akbiat mual dan muntah Kolaborasi cairan IV
 
Ajarkan teknik distraski dan relaksasi Pantau respon terhadap medikasi yang diberikan
mengantisipasi perasaan mual

Tingkatkan istirahat dan tidur untuk
memfasilitasi pengurangan perasaan mual

Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Gangguan pola tidur
Related By ketidaknyamanan fisik
Subjective Data Objective Data
Melaporkan tidur terganggu Jam tidur berkurang
Lesu
Tidak bergairah
Mengantuk
NOC labels Kesejahteraan personal : tingkat persepsi positif terhadap status kesehatan dan
kondisi kehisupan
Tidur : penghentian kesadaran yang alami dan periodik ketika tubuh dipulihkan
Goals: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam, tingkat istirahat dapat
dipulihkan dengan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan
atau tidak ada)
Perubahan jam tidur normal : .......
Sering bangun saat istrihat : ......
Lesu dan mengantuk : ........
NIC labels and activities
Manajemen lingkungan; kenyamanan : Manajemen tidur : memfasilitasi siklus tidur

20
Syamsu Rizali / I 1B108626
memanipulasi lingkungan untuk meningkatkan
kenyamanan yang optimal
Nursing Activities Nursing Activities
 
Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur tidur
 
Atur kondisi lingkungan, mengurangi cahaya dan Kolaborasi pemberian obat tidur
suara, kontak terlalu lama dengan orang lain

Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Ansietas
Related By krisis situasional
Subjective Data Objective Data
Melaporkan kekhawatiran / rasa sedih
Melaporkan ketakutan terjhadap proses kematian
yang terlalu dini
Melaporkan ketakutan terhadap nyeri
NOC labels Kontrol kecemasan
Peningkatan koping
Goals: Setelah dilakukan tindakan, menunjukkan pengendalian diri terhadap kecemasan,
dngan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak
ada)
Mempertahankan performa peran : ...................
Memantau distorsi persepsi sansori : ...................
Perilaku ansietas : ...................
Teknik relaksasi : ...................
NIC labels and activities
Bimbingan; antisipasi : Mempersiapkan pasien Penruunan kecemasan : Meminimalkn kekhawatiran,
menghadapi kemungkinan krisis perkembangan /dan ketakutan dan perasaan tidak menyenangkan yang
atau situasional berhubungan dengan sumber bahaya
Nursing Activities Nursing Activities
 
Bantu pasien untuk mengidentifikasi Gunakan pendekatan yang menenangkan

kemungkinan yang terjadi, adanya krisis Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
situasional yang mungkin berefek pada pasien

kehidupan Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

Intruksikan untuk mengembangkan perilaku yang selama prosedur

normal, sebagai antisipasi krisis Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

Beri bantuan untuk menentukan metode mengurangi takut

pemecahan masalah Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,

Dampingi pasien dalam menghadapi perubahan tindakan prognosis

dan teknik adaptasi yang akan diambil Dorong keluarga untuk menemani anak

Lakukan back / neck rub

Dengarkan dengan penuh perhatian

Identifikasi tingkat kecemasan

Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Syamsu Rizali / I 1B108626


21
Assessment NANDA
Nursing Diagnosis Hambatan kemampuan berpindah
Related By persepsi nyeri, ketidaknyamanan
Subjective Data Objective Data
Melaporkan takut untuk bergerak Skala aktivitas menurun
Melaporkan tidak mampu bergerak karena nyeri Tampak berhati-hati dalam bergerak
Enggan untuk memulai bergerak
NOC labels Mobilitas : Kemampuan untuk berpindah dengan terarah dilingkungan secara
mandiri dengan atau tanpa alat
Performa berpindah : Kemampuan untuk mengubah posisi dan lokasi tubuh
secara mandiri dengan atau tanpa alat
Goals: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, mampu bergerak
berpindah tanpa hambatan dengan indikator : (sebutkan 1-5 : sangat ekstrem,
berat, sedang, ringan atau tidak ada)
Tidak mampu berpindah : ......
Bantuan untuk bergerak : .......
NIC labels and activities
Pencegahan jatuh : Melakukan kewaspadaan Bantuan perawatan diri : Berpindah, membantu
khusus pada pasien yang beresiko cedera akibat jatuh individu mengubah lokasi
Nursing Activities Nursing Activities
 
Posisikan pada tempat dengan penyangga Libatkan keluarga dalam proses pergerakan yang
samping dilakukan
 
Bantu dalam perubahan awal posisi Ajarkan teknik bantuan yang dapat dilakukan
 
Ajarkan teknik untuk meringankan beban otot Pantau perkembangan kemampuan
dan sesuaikan dengan kemampuan

Pastikan keluarga mengawasi lingkungan dan
perilaku pasien

Pantau perkembangan kemampuan

Syamsu Rizali / I 1B108626


22
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief. M, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.


2. Bickle IC, Kelly B. 2002. Abdominal X Rays Made Easy: Normal Radiographs.
studentBMJ April 2002;10:102-3
3. Black & Hawk, 2005. Medical Surgical Nursing Clinical Managemen for Positive
Outcomes. Fifth Edition, Vol 1. St. Louis Missouri: Mosby.
4. Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
5. Doenges, Marilynn E. et. all. 2010.Nursing care plans : guidelines for individualizing
client care across the life span 8th. Edition. F. A. Davis Company
6. Donna Ignatavician, 2006. Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri:
Elsevier Sounders
7. Evers, B. M. 2004. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of Surgery (17 ed., pp.
1339-1340). Philadelphia: Elseviers Saunders
8. Faradilla, Nova. 2009. Ileus Obstruksi. Pekanbaru : FK UNRI
9. Hagen-Ansert, S. 2010. Sonographic Evaluation of the Acute Abdomen. Retrieved June
6th, Available at: http: //www.gehealthcare.com/ usen/education/ proff_leadership/
products/msucmeaa.html
10. Khan, A. N. (2009, September 11). Small Bowel Obstruction. Retrieved June 6th, 2011,
Available at emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview
11. Lewis Heitkemper Diksen, 2007. Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis
Missouri: Mosby Elsevier.
12. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran No.29.
http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.
13. Maulana, Razi. 2011. Ileus Obstruktif. http://razimaulana.wordpress.com.
14. Moses, S. 2008. Mechanical Ileus. Retrieved July 16, 2010, Available at :
http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
15. NANDA International. 2011.Nanda International: Nursing Diagnoses 2012-2014. USA:
Willey Blackwell Publicaton,
16. Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 6th, 2011,
from emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
17. Price &Wilson, 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
Volume1. Jakarta: EGC.
18. Price, S. A. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A. Price, L.
McCarty, & Wilson, Eds.) Jakarta: EGC
19. Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica. Yogyakarta : Tosca Enterprise. pp : 32-26.
20. Simatupang O N. 2010. Ileus Obstruktif. Samarinda: UNMUL Retrieved June 6th, 2011,
Available at: http://www.scribd.com/doc/28090500/ileus-obstruksi
21. Sjamsuhidajat. R, Jong WD. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
22. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi 7. London :
Churchill Livingstone.
23. Thompson, J. S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction. In R. H. Bell,
L. F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract Surgery (Vol. 2, p. 1119).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher
24. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of
causes. JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92

Syamsu Rizali / I 1B108626


23
25. Whang, E. E., Ashley, S. W., & Zinner, M. J. 2005. Small Intestine. In B. e. al (Ed.),
Schwatz`s Principles Of Surgery (8 ed., p. 1018). McGraw-Hill Companies.
26. Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. 2011. Jakarta. EGC
27. Yates K. 2004. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L,
Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult emergency medicine. 2nd ed. New
York: Churchill Livingstone. p.306-9

Syamsu Rizali / I 1B108626


24

Anda mungkin juga menyukai