Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

Ileus Obstruktif

Disusun Oleh :
Ahmad Nurhadi Hidayat 1102016011
Ratu Miranda 1102016182
Reza Rizki Rahmadani 1102016186

Dokter Pembimbing:
dr. Ryan Indra, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD CIBITUNG BEKASI

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus, yang dapat terjadi
dikarenakan kelainan didalam lumen usus, dinding usus atau benda asing diluar usus yang
menekan, serta kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat menyebabkan
nekrosis segmen usus (Indrayani, 2013). Ileus obstruksi merupakan salah satu kasus
kegawatan dalam bedah abdomen yang sering dijumpai yang dapat menimbulkan
komplikasi serius sehingga sangat diperlukan penangangan dini dan adekuat. Sekitar 20%
pasien obstruksi saluran cerna datang ke Rumah Sakit datang dengan keluhan nyeri pada
abdomen.1
Berdasarkan data dari World Health Organization pada tahun 2008, diperkirakan
penyakit saluran cerna termasuk ke dalam 10 besar penyakit penyebab kematian didunia.
Pada tahun 2004, Indonesia menempati urutan ke 107, negara dengan jumlah kematian
terbanyak yang disebabkan oleh penyakit saluran cerna, diperkirakan ada sekitar 39,3 per
100.000 penduduk Indonesia yang terdiagnosis Ileus Obstruktif. Dengan setiap tahunnya,
1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis terkena ileus obstruktif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis et al, ditemukan 60% penderita yang
mengalami ileus obstruktif rata – rata berumur sekitar 16 – 98 tahun dengan perbandingan
jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki – laki (Markogiannakis et al.,
2007).1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus
atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat, 2005). 2

2.2 Epidemiologi

Pada tahun 2011 insidensi kasus ileus obstruksi di dunia diketahui mencapai 16%.
Data Statistik dari berbagai negara melaporkan terdapat variasi angka kejadian ileus
obstruksi. Di amerika serikat, insiden kasus ileus obstruksi adalah sebesar 0,13%. Selain itu
laporan data dari Nepal pada tahun 2007 menyebutkan jumlah penderita ileus obstruksi dan
paralitik dari tahun 2005-2006 berjumlah 1053 kasus (5,32%) (Mukherjee,2012 dalam
Larayanthi,et al.,2012).2
Hampir seluruh obstruksi pada usus besar atau kolon memerlukan intervensi
pembedahan. Mortalitas dan morbiditas sangat berhubungan dengan penyakit yang mendasari
dan prosedur pembedahan yang digunakan. Obstruksi kolon sering terjadi pada usia lanjut
karena tingginya insiden neoplasma dan penyakit lainnya pada populasi ini. Pada neonatus,
obstruksi kolon bisa disebabkan karena adanya kelainan anatomi seperti anus imperforata
yang secara sekunder dapat menyebabkan mekonium ileus (Sloane, 2003).

2.3 Etiologi
Etiologi ileus obstruksi dibedakan menjadi 3 kelompok: (Lawrence FP, 2013) :3
1. Lesi-lesi Intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
2. Lesi-lesi Intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
3. Lesi-lesi Ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal
(Whang et al., 2005) (Thompson, 2005)
Obturasi Intraluminal Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik
Benda Asing Adhesi Kongenital
- Iatrogenik Benda Asing - Atresia, stenosis,
- Tertelan Hernia dan webs
- Batu Empedu - Eksternal - Divertikulum
- Cacing - Internal Meckel
Intususepsi Massa Inflamasi
Pengaruh Cairan - Anomali organ atau - Divertikulitis
- Barium pembuluh darah - Drug-induced
- Feses - Organomegali - Infeksi
- Meconium - Akumulasi Cairan - Coli ulcer
- Neoplasma Neoplasma
- Tumor Jinak
Post Operatif
- Karsinoma
Volvulus
- Karsinoid
- Limpoma
- Sarcoma
Trauma
- Intramural
Hematom
2.4 Anatomi dan Fisiologi
Anatomi

Usus halus berbentuk tubuler, dengan panjang sekitar 6 meter yang terbagi atas tiga segmen
yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.4

Duodenum
Duodenum merupakan segmen yang paling proksimal, terletak di retroperitoneal berbatasan
dengan kaput dan batas inferior dari korpus pankreas. Doudenum dipisahkan dari gaster oleh
adanya pylorus dan dari jejunum oleh batas Ligamentum Treitz.

Jejunum dan Ileum


Jejunum dan ileum terletak di intraperitoneal. Jejunum dan ileum memiliki penggantung yang
disebut dengan mesenterium yang memiliki proyeksi ke dinding posterior abdomen yang
disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian akhir dari ileum akan terdapat sebuah katup
yang disebut dengan valvulla ileocaecal (valvulla bauhini) yang merupakan suatu batas yang
memisahkan antara intestinum tenue dengan intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi
untuk mencegah terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam intestinum crassum
kembali ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur pengeluara zat sisa penyerapan nutrisi.
Tak ada batas anatomi yang jelas untuk membedakan antara Jejunum dan Ileum; 40%
panjang dari jejunoileal diyakini sebagai Jejunum dan 60% sisanya sebagai Ileum. Ileum
berbatasan dengan sekum di katup ileosekal (Whang et al., 2005)
Usus halus terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika sirkularis atau valvula conniventes
yang dapat terlihat dengan mata telanjang. Lipatan ini juga terlihat secara radiografi dan
membantu untuk membedakan antara usus halus dan kolon. Lipatan ini akan terlihat lebih
jelas pada bagian proksimal usus halus daripada bagian distal. Hal lain yang juga dapat
digunakan untuk membedakan bagian proksimal dan distal usus halus ialah sirkumferensial
yang lebih besar, dinding yang lebih tebal, lemak mesenterial yang lebih sedikit dan vasa
rekta yang lebih panjang. Pemeriksaan makroskopis dari usus halus juga didapatkan adanya
folikel limfoid. Folikel tersebut, berlokasi di ileum, juga disebut sebagai Peyer Patches
(Whang et al., 2005).
Usus Besar
Usus besar memiliki panjang sekitar 1,5 meter, dimulai dari caecum di fossa iliaka kanan dan
berakhir di rektum dan lubang anus yang berada di rongga pelvis. Lumennya berdiameter
sekitar 6,5 cm, lebih besar dari usus halus. Usus besar membentuk lengkungan di sekitar usus
kecil yang melingkar. Caecum adalah bagian pertama dari usus besar. Caecum adalah daerah
yang melebar dan memiliki ujung yang rendah dan kontinu dengan kolon asenden. Kolon
memiliki empat bagian yang memiliki struktur dan fungsi yang sama. Kolon asenden berjalan
ke atas dari caecum ke arah hepar di mana kolon asenden melengkung ke kiri pada fleksura
hepatik untuk menjadi kolon transversal yang meluas melintasi rongga perut di depan
duodenum, berjalan ke daerah limpa di mana kolon transversal membentuk fleksura splenik
dan melengkung tajam ke bawah untuk menjadi kolon desenden. Kolon desenden berjalan
menyisiri sisi kiri rongga perut kemudian melengkung ke arah garis tengah. Pada tingkat
puncak iliaka dikenal sebagai kolon sigmoid. Kolon sigmoid ini melengkung seperti huruf S
di rongga panggul yang terus ke bawah sampai menjadi rektum.

Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan–bahan nutrisi,
air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja
ptialin, asam klorida dan pepsin. Dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim –
enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang
lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan
memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim.4

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus).
Enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili yang bekerja dengan cara mencerna zat –
zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat –zat
yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan
peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan yang
sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah pemindahan
hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah
dan limfe untuk digunakan oleh sel – sel tubuh.4

Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan
dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :4
- Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur makanan
dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi.
- Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus
besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis
yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada
kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal.4

2.5 Patofisiologi

Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat adanya
gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliary. Cairan
yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke
interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan
pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin
akan berakibat fatal.1

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh darah


vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada
jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan
kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari
perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah
obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong.5
Secara umum, pada obstruksi letak tinggi (obstruksi usus halus), semakin sedikit
distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi
letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai,
dan muntah pada umunya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi
semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.
Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta
leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya
keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang terjadi.
Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini
merupakan tanda akhir suatu obstruksi.1

2.6 Manifestasi Klinis

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :

1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:

1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus.12
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan obstipasi.
Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri khas dari
obstruksi parsial. Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta yang
berhubungan dengan hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya
menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah
abdomen. Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai. Saat nyeri
menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah terjadi strangulasi dan infark.13

Tanda-tanda obstruksi usus halus juga termasuk distensi abdomen yang akan
sangat terlihat pada obstruksi usus halus bagian distal ileum, atau distensi bisa tak terjadi
bila obstruksi terjadi di bagian proksimal usus halus, dan peningkatan bising usus. Hasil
laboratorium terlihat penurunan volume intravaskuler, adanya hemokonsentrasi dan
abnormalitas elektrolit. Mungkin didapatkan leukositosis ringan. 13

Muntah terjadi setelah terjadi obstruksi lumen intestinal dan menjadi lebih sering
saat telah terjadi akumulasi cairan di lumen intestinal. Derajat muntah linear dengan
tingkat obstruksi, menjadi tanda yang lebih sering ditemukan pada obstruksi letak tinggi.
Obstruksi letak tinggi juga ditandai dengan bilios vomiting dan letak rendah muntah
lebih bersifat malodorus.12,13

Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang penting untuk
membedakan terjadinya obstruksi komplit atau parsial. Defekasi masih terjadi pada
obstruksi letak tinggi karena perjalan isi lumen di bawah daerah obstruksi. Diare yang
terus menerus dapat juga menjadi tanda adanya obstruksi partial. 12,13

Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik dapat saja normal pada awalnya, namun
distensi akan segera terjadi, terutama pada obstruksi letak rendah. Tanda awal yang
muncul ialah penderita segera mengalami dehidrasi. Massa yang teraba dapat di
diagnosis banding dengan keganasan, abses, ataupun strangulasi. Auskultasi digunakan
untuk membedakan pasien menjadi tiga kategori : loud, high pitch dengan burst ataupun
rushes yang merupakan tanda awal terjadinya obstruksi mekanik. Saat bising usus tak
terdengar dapat diartikan bahwa obstruksi telah berlangsung lama, ileus paralitik atau
terjadinya infark. Seiring waktu, dehidrasi menjadi lebih berat dan tanda-tanda
strangulasi mulai tampak. Pemeriksaan lipat paha untuk mengetahui adanya hernia serta
rectal toucher untuk mengetahui adanya darah atau massa di rectum harus selalu
dilakukan.12

Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus menerus, demam,


takikardia, dan nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga
menyebabkan diagnosis strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan. Pada obstruksi
karena strangulasi bisa terdapat takikardia, nyeri tekan lokal, demam, leukositosis dan
asidosis. Level serum dari amylase, lipase, lactate dehidrogenase, fosfat, dan potassium
mungkin meningkat. Penting dicatat bahwa parameter ini tak dapat digunakan untuk
membedakan antara obstruksi sederhana dan strangulasi sebelum terjadinya iskemia
irreversible.13
2.7 Klasifikasi
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan:6

1. Letak sumbatan
a. Letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminal).
b. Letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai rektum).

2. Sifat sumbatan

a. Obstruksi sederhana, dimana obtruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh


darah.
b. Obstruksi strangulata, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh
darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren
yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan
gangren.
c. Obstruksi loop tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usus
tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.

2.8 Diagnosis
A. Anamnesis
Gejala utama berupa nyeri abdomen kolik, nausea, muntah, distensi abdomen, dan tidak bisa
defekasi atau flatus. Kram perut yang dialami paroksismal sekitar 4-5 menit dan lebih jarang
ditemukan pada daerah distal. Pada sumbatan proksimal timbul gejala muntah yang banyak
dan jarang terjadi muntah hijau fekal, nyeri abdomen sering dirasakan di perut bagian atas.
Sumbatan bagian tengah atau distal menyebabkan spasme di daerah periumbilikal atau nyeri
yang sulit dijelaskan lokasinya, muntah timbul kemudian. Obstipasi selalu terjadi terutama
pada sumbatan total. Pada strangulasi, gejala serupa dengan sumbatan sederhana namun nyeri
lebih hebat dan bahaya terjadi nekrosis.7
B. Pemeriksaan Fisik
1.Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen,
hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga dapat ditemukan
“darm contour” (gambaran kontur usus) maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus),
biasanya nampak jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan
muntah dan juga pada ileus obstruksi yang berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu serangan kolik.

2.Palpasi dan perkusi


Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi Hipertimpani yang menandakan
adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup ‘defance muscular’ involunter atau rebound dan pembengkakan
atau massa yang abnormal.

3.Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam
perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga
juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga
ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif strangulata.

C. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan
posisi tegak thoraks
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3 cm ),
adanya air-fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di
kolon. Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-
80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran,
antara lain:8
1. Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2. Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3. Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4. Posisi supine dapat ditemukan : distensi usus, step-ladder sign
5. String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6. Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung
usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang edema.
7. Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
Gambar 1. Dilatasi Usus9

Gambar 2. Multipel air fluid level10

Gambar 3. Herring Bone Appearance9


Gambar 4. Step Ladder Sign9

b.CT-Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi strangulata dan
menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan radiologis lain
tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi,
hernia karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab
intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian
proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm.9,10
Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat spesifisitasnya sekitar
70-90 untuk mendeteksi adanya obstruksi intestinal. Temuan berupa zona transisi dengan
dilatasi usus proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat
melewati bagian obstruksi dan kolon yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT scan juga
dapat memberikan gambaran adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi
Gelung tertutup diketahui melalui gambaran dilatasi bentuk U atau bentuk C akibat distribusi
radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat puntiran. Strangulasi ditandai dengan
penebalan dinding usus, intestinal pneumatosis (udara didinding usus), gas pada vena portal
dan kurangnya uptake kontras intravena ke dalam dinding dari bowel yang affected. CT scan
juga digunakan untuk evaluasi menyeluruh dari abdomen dan pada akhirnya mengetahui
etiologi dari obstruksi.10
Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat sensitivitasnya yang rendah (<50%)
untuk mendeteksi grade ringan atau obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang tipis akan
sulit untuk diidentifikasi.9,10

Gambar 5. Dekompresi Ileum terminal (I) dan Kolon Ascenden (C)10

Gambar 6. Ileus Obstruktif Kronik Dekompresi dan Dilatasi Usus Halus10


Gambar 7. Dilatasi Colon11

c. MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya obstruksi.
MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi. Namun, MRI
memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau dalam hal transport pasien dan
kurang dapat menggambarkan massa dan inflamasi.9
D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi intestinal
terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen, kreatinin dan
serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan menyebabkan
perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak membantu
untuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana. Pemeriksaan elektrolit dan tes
fungsi ginjal dapat mendeteksi adanya hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia
pada 50% pasien.10

2.9 Diagnosis Banding


- Ileus paralitik : nyeri yang timbul lebih ringan tapi konstan dan difus serta terdapat
distensi abdomen. Bila ileus disebabkan proses inflamasi akut akan ada tanda dan
gejala dari penyebab primer tersebut.7
- Gastroenteritis akut
- Apendisitis akut
- Pankreatitis akut

2.10 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Tujuan keduanya
adalah untuk menghilangkan penyebab obstruksi. Penderita penyumbatan usus harus di rawat
di rumah sakit.5

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok
bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal (Andari, 1994). Pada saat resusitasi yang perlu diperhatikan adalah
mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda
– tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.5
Pada tatalaksana operatif hal yang perlu diperhatikan adalah berapa lama obstruksinya
sudah berlangsung, bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit, apakah ada risiko strangulasi atau tidak. operasi
dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara baik.
tindakan bedah dilakukan bila terdapat strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata,
tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan ngt, infus,oksigen
dan kateter).5

2.11 Komplikasi
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan keseimbangan
elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang dapat menyebabkan peritonitis,
sepsis, dan kematian.12

2.12 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah
sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi
dibandingkan obstruksi usus halus.13

Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka


kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia.
Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 8 %
jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala-gejala, dan 25 %
jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. Pada obstruksi usus besar, biasanya angka
kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian
yang masih dapat dihindarkan.13
BAB III
KESIMPULAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Penyeba ileus obtruktif adalah
adhesi, hernia inkaserata, neoplasma, volvulus, cacing askaris, radang usus. Gejala yang
sering ditemukan pada ileus adalah nyeri kolik, mual, muntah, perut distensi, obstipasi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan hipotensi, takikardi, adanya distensi abdomen, hiperperistaltik,
borborigmus, methallic sound. 5Pada pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan adanya
dilatasi pada proksimal sumbatan, herring bone appearance, air fluid level. Penanganan pada
ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan menghilangkan obstruksi dengan laparotomi.
Komplikasinya adalah strangulasi, perforasi, shock septic. Prognosis ileus jika > 36 jam tidak
segera ditangani 25 % menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin J, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran


EGC.Jakarta.
2. Khan, A. N. 2012. Small Bowel Obstruction. Retrieved June 29th, 2020, Available at
emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview.
3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif. Dalam:
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 – 20.
4. Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
5. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239-42.
6. Sabiston DC. 1995. Buku ajar bedah bagian 1. Jakarta: EGC; 1995: 551-9
7. Wibisono E, Jeo WS. 2016. Ileus Mekanik. Dalam Kapita Selekta: Tanto C, dkk.
Jakarta: Media Aesculapius.
8. Moses, S. 2008. Mechanical Ileus. Retrieved July 29th, 2020, Available at:
http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
9. Nobie, B. A. 2009. Obstruction, Small Bowel. Retrieved July29th, 2020, from
emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
10. BrunicardiFC, AndersenKD, et al. 2015. Schwartz's Principles of SurgeryEd. 10.
McGraw-Hill Education
11. Jones GL. Subarachnoid haemorrhage (SAH) [Internet]. RADIOLOGY
masterclass.2019.[October2019].Available
from:https://www.radiologymasterclass.co.uk/gallery/ct_brain/ct_brain_images/subar
achnoid_haemorrhage_sah_ct_brain#top_1st_img
12. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of
causes. JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92

13. Andari, K. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya
14. Handaya Y. Penanganan Penyumbatan Ileus Obstruktif. Diunduh dari URL:
http://dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif/limufita. 24 oktober 2010 (diakses Maret
2013).

Anda mungkin juga menyukai