KARSINOMA CAECUM
Disusun oleh:
Irna Nadilla, S.Ked.
1908437652
Pembimbing:
dr. Taufik Hidayat, Sp.B
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Karsinoma Caecum”.
Referat ini disusun sebagai sarana untuk memahami Tumor Caecum,
meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di bidang kedokteran khususnya di
Bagian Ilmu Bedah dan memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau-Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr.
Taufik Hidayat, Sp.B selaku pembimbing serta pihak yang telah membantu
penulis dalam mengumpulkan bahan sumber tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat
diharapkan penulis dari dokter pembimbing serta rekan-rekan Dokter Muda demi
kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini membawa manfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Vakularisasi
Arteri
Cabang A. Mesenterika superior :
A. ileokolika sekum, kolon asenden
A. Kolika media
Vena
kolon transversum
Pembuluh limfe
Aliran pembuluh limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini
penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingan
dalam reseksi keganasan kolon.
Sumber aliran limfe terdapat pada muskularis mukosa. Jadi selama suatu
keganasan kolon belum mencapai lapisan muskularis mukosa, kemungkinan besar
belum ada metastasis.
Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan di kelenjar regional mesenterium
dan retroperitoneal pada arteri koliaka sinistra, sedangkan dari anus ditemukan di
kelenjar regional di regio inguinalis.
Fungsi dari kolon ialah menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus
(lendir) serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya ke luar. Absorpsi
terhadap air dan elektrolit terutama dilakukan di kolon sebelah kanan yaitu di
caecum dan kolon ascenden dan sebagian kecil dibagikan kolon lainnya.
Empat fungsi sekum pada titik persatuan ileum dan sekum, terdapat katup
atau otot sfingter yang membuka dan mendorong makanan dari ileum ke dalam
perluasan sekum. Sekum dari usus besar menerima makanan yang dicerna dari
usus kecil dan mendorong ke arah kolon asendens. Serat makanan tidak tercerna
diterima dari makanan yang dikonsumsi, air, vitamin, mineral dan garam.
2.2 Fisiologi
Motilitas
Tidak seperti usus halus, usus besar tidak menampilkan karaktersistik dari
kompleks migrasi motorik. Usus besar memperlihatkan kontraksi intermiten.
Amplitudo rendah, kontraksi durasi pendek akan meningkatkan waktu transit di
kolon dan meningkatkan absorpsi air dan perubahan elektrolit. Secara umum,
aktivasi kolinergik meningktkan motilitas kolon.5
Secara umum, aktivitas fisik seperti postur, cara berjalan berperan penting
dalam stimulus pergerakan isi kolon. Selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan
emosi. Waktu transit di kolon dipercepat oleh makan makanan yang mengandung
serat. Serat ialah matrix sel tumbuhan yang tidak larut dan terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lilgnin. Pergerakan kolon normal lambat, kompleks dan
bervariasi. Pada kebanyakan, makanan mencapai sekum dalam 4 jam dan 24 pada
rektosigmoid. Kolon transversum merupakan tempat penyimpanan feses.5
Pola motilitas kolon dapat mencampur dan mengeliminasi isi usus. Faktor yang
mempengaruhi motilitas ialah keadaan emosional, jumlah kegiatan dan tidur,
jumlah distensi kolon dan variasi hormonal.
Jenis- jenis gerakan :
- Gerakan retrograde. Terutama pada kolon kanan dan gerakan ini
memperpanjang lamanya kontak isi lumen dengan mukosa dan
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit
- Kontraksi segmental. Dilakukan secara simultan oleh otot longitudinal dan
sirkular.
- Gerakan massa. Terjadi 3-4 kali sehari dan dikarakteristikkan dengan
kontraksi antegrade dan propulsif.5
Defekasi
Defekasi ialah mekanisme yang kompleks dan terkoordinasi melibatkan
pergerakan massa kolon, peningkatan tekanan intra abdominal dan rektal serta
relaksasi lantai pelvis. Rasa ingin defekasi terbentuk ketika feses memasuki
rektum dan menstimulasi reseptor di dinding rektum atau otot levator. 5 Distensi
dari rektum menyebabkan relaksasi dari sfingter ani yang menyebabkan kontak
dengan kanal anal. Refleks ini menyebabkan epitel memisahkan feses padat dari
gas dan cair.5
2.4 Patofisiologi
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi
dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan
sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain
adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker.
Tumor-tumor pada sekum merupakan lesi yang pada umumnya
berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding
kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik,
hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat
terkena.
Gejala lokal:1,3,4
Kehilangan berat badan mungkin adalah gejala yang paling umum, disebabkan
karena hilangnya nafsu makan
Anemia, menyebabkan pusing, mual, kelelahan dan palpitasi. Secara klinik
pasien akan terlihat pucat dan hasil tes darah menunjukkan kadar haemoglobin
yang rendah.
Gejala metastasis1,3,4
2.6 Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik
Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor berbenjol,
rapuh, tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat dicapai
dengan baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat diraba. Dari
pemeriksaan colok dubur ditetapkan mobilitasnya untuk mengetahi prospek
pembedahan. Bila dapat digerakkan berarti masih terbatas pada mukosa rektum
saja. Bila sudah terfiksasi, biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur
ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau
dinding anterior uterus.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rectal secara digital (rectal toucher)
Dokter memasukkan jarinya yang telah memakai sarung tangan dan diberi
lubrikasi untuk meraba daerah yang abnormal. Tindakan ini hanya dapat
mendeteksi tumor yang cukup besar pada bagian distal dari rektum, tetapi berguna
sebagai pemeriksaan skrining awal3.
Fecal occult blood test (FOBT)
Pemeriksaan terhadap darah dalam feces.
Ada 2 tipe pemeriksaan darah pada feces yaitu guaiac based (pemeriksaan
kimiawi) dan immunochemical. Pemeriksaan dengan cara kimiawi tidak spesifik,
sebab 90% pasien dengan FOBT positif tidak menderita karsinima colon.
Sensitivitas dari pemeriksaan immunochemical jauh lebih baik daripada
pemeriksaan secara kimiawi1,3.
Endoskopi
- Rectosigmoidoskopi
Rectosigmoidoskop yang kaku digunakan untuk menilai rectum dan colon
sigmoideum bagian distal. Sigmoidoskopi dan colonoskopi yang fleksibel
dengan video atau fiberoptik dapat memperlihatkan gambaran colon dan
rectum dengan mutu yang baik. Sigmoidoskopi dan colonoskopi dapat
digunakan untuk diagnostik dan terapetik, merupakan metode yang paling
akurat untuk menilai colon. Prosedur ini sangat sensitif untuk mendeteksi dan
dapat untuk melakukan biopsi. Colonoskopi untuk diagnostik memiliki satu
saluran untuk lewatnya alat-alat seperti snare, forcep biopsi, elektrocauter dan
sebagai jalan untuk melakukan penghisapan dan irigasi. Colonoskopi untuk
terapetik mempunyai 2 saluran yang dapat digunakan secara simultan untuk
irigasi / penghisapan dan untuk lewatnya alat-alat.
- Double contrast barium enema (DCBE)
Pertama-tama persiapan untuk membersihkan colon dilakukan sejak
semalam sebelumnya. Barium enema dimasukkan, diikuti dengan pemasukan
udara untuk mengembangkan colon. Hasilnya adalah lapisan tipis dari barium
akan meliputi dinding sebelah dalam dari colon yang akan terlihat pada hasil
pemeriksaan sinar X. Karsinoma atau polip prekarsinoma dapat dideteksi
dengan cara ini. Namun teknik ini dapat gagal mendeteksi polip yang datar
(jarang ditemukan) atau berukuran kurang dari 1 cm.
- Virtual colonoscopy menggantikan film sinar X pada pemeriksaan double
contrast barium enema dengan CT-Scan sehingga hasilnya lebih akurat1,3,7
Pencitraan
- X-ray foto polos dan colon in loop
X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam
mengevaluasi pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos
abdomen (supine, tegak dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus
yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop berguna untuk
mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif
untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi massa
yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk mengevaluasi
massa colon yang nonobstruksi.
- CT scan Computed Tomography (CT)
Digunakan untuk staging carcinoma colorectal, karena kesensitivitasnya
dalam mendeteksi metastasis.
- CT Colonografi (Virtual colonoscopy)
Virtual colonoscopy menggunakan CT helical dan rekonstruksi 3 dimensi
untuk mendeteksi lesi colon intralumen. Untuk memaksimalkan
kesensitivitasan maka dilakukan persiapan usus per oral, pemberian kontras per
oral dan rectal, pendistensian colon. Alat ini sensitif untuk melihat carcinoma
colorectal yang berukuran lebih dari 1 cm. Colonoskopi tetap dibutuhkan jika
terdapat lesi. Alat ini berguna sebagai pencitraan pada obstruksi colon
proximal. Keterbatasannya adalah terjadinya false positif akibat faeces,
penyakit divertikula, lipatan haustrae, artefak dan ketidakmampuan mendeteksi
adenoma yang datar.
- MRI Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Lebih sensitif daripada CT scan dalam mendeteksi keterlibatan tulang atau
dinding pelvis akibat perluasan carcinoma colorectal. Penggunaan endorectal
coil akan menambah sensitivitas.
Laboratorium
- Pemeriksaan darah samar pada feces
Digunakan untuk tes skrining pada tumor colorectal yang asimptomatik,
pada individu dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdasarkan tes serial karena
kebanyakan carcinoma colorectal berdarah secara intermiten. Tes ini
merupakan tes nonspesifik untuk peroxidase yang terkandung dalam
haemoglobin. Perdarahan traktus gastrointestinal akan memberikan hasil
positif. Beberapa makanan (daging, beberapa buah dan sayuran dan viamin C)
dapat memberikan false positif, sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari
sebelum tes. Tes ini dapat ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan
menggunakan immunochemical. Hasil positif pada tes ini sebaiknya
dilanjutkan dengan pemeriksaan colonoskopi.
- Pemeriksaan DNA feces
Pemeriksaan DNA feces adalah teknologi baru yang berkembang untuk
skrining karsinoma colorectal. Adenoma premalignan dan karsinoma
menghasilkan marker DNA yang tidak terdegradasi selama proses pencernaan
dan tetap stabil di dalam feces. Hasil penelitian pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 71-91%
- Tumor marker
Tumor marker seperti CEA, CA 19-9 dan CA-50 digunakan untuk pasien
carcinoma colorectal. Carcinoembrionic antigen (CEA) yang paling umum
digunakan, sedangkan CA 19-9 dan CA-50 tidak rutin digunakan. CEA dapat
meningkat pada 60-90% pasien dengan carcinoma colorectal. Namun CEA
bukan merupakan tes skrining yang efektif untuk keganasan. CEA tidak
spesifik karena dapat meningkat juga pada pasien dengan carcinoma selain
carcinoma colorectal.
- Tes serum
Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT, SGGT dan
LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.
- Biopsi
Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Hasil patologi dari biopsi dapat
mendeskripsikan tipe sel dan gradasi tumor. Tipe sel yang paling sering didapat
pada carcinoma colorectal adalah adenocarcinoma (95%).
- Biopsi nodus limfatikus sentinel
Teknik ini digunakan pada beberapa keganasan, biasanya pada carcinoma
mammae dan melanoma. Tujuan biopsi ini adalah untuk mengidentifikasi
nodus limfatikus pertama yang sering menjadi tempat pertama metastasis. Pada
colorectal carcinoma, teknik ini bertujuan untuk meningkatkan hasil staging.
Pemeriksaan yang intensif dengan potongan histopatologi yang multipel,
imunohistokimia dan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-
PCR) dapat mendeteksi mikrometastasis pada pasien yang diketahui N0 pada
teknik konvensional.1,4,6
2.9 Penatalaksanaan
Terapi
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
- sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
- ada metastasis ke kelenjar limfe regional
- masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada
metastasis jauh.
1. Pembedahan
- Hemikolektomi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan mengangkat sebagian dari kolon
beserta pembuluh darah dan saluran limfe.
b. Ruang lingkup
- Keganasan pada sekum, kolon asenden, fleksura hepatika dan kolon
tranversum kanan
- Keganasan pada kolon transversum kiri, fleksura lienalis, kolon
desenden.
- Poliposis kolon
- Trauma kolon.
Hemikolektomi kanan dilakukan untuk mengangkat suatu tumor atau
penyakit pada kolon kanan . Dilakukan pada kasus tumor bersifat kuratif
dengan melakukan reseksi pada kasus karsinoma sekum, kolon asenden.
Pembuluh darah ileokolika, kolika kanan dan cabang kanan pembuluh darah
kolika media diligasi dan dipotong. Sepanjang 10 cm ileum terminal juga
harus direseksi, yang selanjutnya dibuat anastomosis antara ileum dan kolon
transversum.
2. Obat sitostatika.
Diberikan bila :
a. Inoperabel
b. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah
menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian
residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan
total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus
operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif.
Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.
Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Stadium Terapi
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau lengkap,
perforasi, perdarahandan penyebaran ke organ lain.
2.11 Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi
penyebaran carcinoma dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai diferensiasi
sel tumor yang buruk, maka prognosisnya sangat buruk. Angka harapan hidup
pada stadium awal adalah 5 kali lipat lebih besar dari stadium akhir.
BAB III
PENUTUP
• Karsinoma sekum merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan
rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat
gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.
• Beberapa etiologi : faktor herediter, usia, diet dan lingkungan, IBD dan
faktor risiko lainnya.