OLEH
NAMA ANGGOTA
1. ERWIANUS LOY BHISA (225202100532)
2. MARIA AGUSTINA SOY(225202100549)
3. MARIANA DONATA(225202100568)
Penulis
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...............................................................................
B. TUJUAN .....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................
A. ANATOMI FISIOLOGI………………………………………………………
B. KONSEP TEORI ENDOKRITIS………………………………………........
1) Pengertian…………………………………………………………………
2) Etiologi……………………………………………………………………
3) Patoisiologi………………………………………………………………
4) Tanda dan Gejala…………………………………………………….…….
5) Komplikasi…………………………………………………………………
6) Pemeriksaan penunjang……………………………………………………
7) Penatalaksanaa……………………………………………………………..
8) Pencegahan………………………………………………………………...
C. KONSEP AKSEP ENDOKRITIS………………………….........……………
1) Pengkajian………………………………………………………………….
2) Diagnosa keperawatan……………………………………………………..
3) Intervensi…………………………………………………………………..
4) Implementasi………………………………………………………………
5) Evaluasi……………………………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………
A. KESIMPULAN………………………………………………………………
B. SARAN………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel - sel ini menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastatis).
Kolon (termaksud rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran
cerna. Kanker kolon menyerah indidu dua kali lebih besar dibandingkan dengan
kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat
kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (cancer facts and figures,
1991).
Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosa di
negara ini setiap tahunnya. Insidennya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan
pada pasien yang berusia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat politis ulseratif
atau poliposif famelia. Kedua kelamin terserang sama seringnya walaupun kanker
kolon lebih seringh pada wanita, sedangkan lesi pada rectum lebih sering pada pria.
Namun, pada tahun - tahun terakhir, ditemukan adanya pergeseran mencolok
pada distribusinya. Insiden kanker pada sigmoi dan area rectal telah menurun,
sedangkan pada insiden kolon asendes meningkat.
Angka kelangsungan hidup dibawah lima tahun adalah 40%, terutama karena
terlambat dalam diagnosis dan adanya netasstates. Kebanyakan orang asimptomatis
dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hnaya bila mereka
menentukan perubahan paa kebiasaan defekasi atau perdarahaan rectal.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan
dengan pasien Ca Rectum pada gangguan sistem pencernnaan.
2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu mengetahui :
a) Anatomi dan fisiologi
b) Konsep dasar teori
c) Konsep asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
8) Paparan lingkungan
Paparan lingkungan yang berperan terhadap terjadinya kankr kolon
rectum adalah rokok dan radiasi. Rokok mengalami peningkatan resiko
kanker kolon rectum terbesar 2-3 kali lipat. Radiasi pada daerah pelvis
juga dapat resiko kanker kolon rectum sebesar 2 hingga 3 kali lipat
namun hal itu dapat dihindari dengan teknologi radiasi yang lebih
canggih.
3. PATOFISIOLOGI
Tumor dapat berupa massa polip besar, yang tumbuh kedalam lumen dan
dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih
sering terjadi pada bagian meltasigmoid, sedangkan polpoid atau lesi yang
datar lebih sering terdapat pada sekrum dan kolon asendens. Secara histologis,
hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel
kelenjar) dan dapat mensekresi mucus yang jumlahnya berbeda - beda. Tumor
kanker dapat menyebar melalui :
1) Secara inflitrare, langsung ke struktur yang berdekatan, seperti
kedalam kandung kemih
2) Melalui limfe, kelenjar limfe perkolon dan mesokolon
3) Melalui aliran darah, biasanya karena kolon mengalirkan darah ke
sistem protal. Progonisis relative baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
sub mukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah
terjadi metastasis ke kelenjar limfe. Pada perkemnbangan selanjutnya
kanker terbagi dalam 4 stadium, yaitu;
Stadium 0
Pada stadium 0 kanker ditemukan hanya pada bagian paling
dalam. Rectum yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma
insitu.
Stadium I
Pada stadium 1 kanker telah menyebar menembus mukosa
sampai lapisan muskularis dan mnelibatkan bagian dalam
dinding rectum tapi tidak menyebar ke bagian terluar dinding
rectum ataupun keluar dari rectum. Disebut juga Dukes A rectal
cancer.
Stadium II
Pada stadium 2 kanker telah menyebar keluar rectum ke
jaringan terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut
juga Dukes B rectal cancer.
Stadium III
Pada stadium 3 kanker telah menyebar limfonodi terdekat tapi
tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C
rectal cancer.
Stadium IV
Pada stadium 4 kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh
seperti hati, paru atau ovarium, disebut juga Dukes D rectal
cancer.
4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul akibat kanker kolorektal adalah obstruksi.
Pendarahan saluran cerna bagian bawah, dan perofasi kolon. Perofasi kolon
juga merupakan komplikasi dari divertikulitas. Komplikasi juga dapat muncul
setelah tindakan operasi, seperti infeksi dan resiko kebocoran anastomosis.
Komplikasi lainnya meliputi pendarahan, tromboemboli, dan komplikasi pasca
radiasi.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Radiografi thorak : digunakan untuk mendeteksi kanker yang telah
metastase ke paru - paru.
2) Ultrasonografi (USG)
USG sangat sulit mendeteksi kanker kolorektal. Alat ini bermanfaat
untuk mendeteksi ada tidaknya metastase kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan dihati. Jika ada pembesaran kelenjar getah
bening paraaortal patut dicurigai suatu metastase dari kanker.
3) CT- Scen
Digunakan untuk mendeteksi metastase ke nodus limfatikus, hati atau
paru - paru.
4) Laboratorium
Setiap pasien yang mengalami pendarahan perlu diperiksa Hb,
biasanya terjadi penurunan Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang
biasa dipakai adalah CEA, kadar CEA lebih dari ng/ ml biasanya
ditemukan pada karsinoma kolorektal yang lanjut. Berdasarkan
penelitian CEA tidak biasa digunakan untuk mendeteksi secara dini
karsinoma kolorektal, ditemukan kenaikan liter lebih dari mg/ ml pada
sepertiga kasus.
5) Endoskopi
Untuk mengetahui adanya tumor - tumor atau kanker di kolon atau
rectum. Untuk mengetahui letak obstruksi.
6) Histopatologi
Salah satu pelayanaan pemeriksaan laboratorium. Histopatologi adalah
` cabang yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungan
penyakit.
6. PENATALAKSANAAN
Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis, tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter
bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat
yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan
primer kira - kira 75% pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan
dapat bersifat kuratif atau palliaitve kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengan kolonoskop.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, prosedur
pembedahan adalah sebagai berikut:
1. Reseksi segmental dan anastomosis
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid
permanent
3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksisegmental dan
anastomisis lanjut dari kolostomi permanen atau ileostomi.
4. Pembedahan reseksi. Biasanya diambil sebanyak mungkin dari
kolon batas minimal adalah 5cm disebelah distal dan proksimal dari
tempat kanker. Untuk kanker sektum dan kolon ansendens biasanya
dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-
tranversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis,
dilakukan kolektomi subtotal dan di buat anastomisis hemikoloktomi kiri
dan dibuat anastomisis kolorektal transversal.
Kolostomi
Merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen
(perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan
pembuatan kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada
kasus sumbatan/ obstruksi usus.
Penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi memakai gelombang partikel berenergi tinggi misalnya
sinar X atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang
ditumbuhi tumor, merusak ginetik sehingga membunuh kanker.
Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat anti kanker yang kuat, dapat masuk dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar.
Diet
Cukup mengomsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan. Serat dapat melancarkan pencernaan dan buang air
besar sehingga berfungsi mengilangkan kotoran dan zat yang
tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
Kacang - kacangan (lima porsi tiap hari)
Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolestrol tinggi terutama yang terdapat pada daging.
Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sinetik,
karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen/ sel kanker.
Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
Keperawatan
Dukungan adaptasi dan kemandirian
Meningkatnya kenyamanan
Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
Mencegah komplikasi
Memberi informasi tentang proses/ kondisi penyakit prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
7. MANIFESTASI KLINIS
a) Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/ konstipasi)
b) Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya
c) Ada darah (baik merah terang atau kehitaman di kotoran)
d) Kotoran lebih sempit dari biasanya
e) Sering kembung atau kram perut, atau merasa kekenyangan
f) Kehilangan berat badan tanpa alasan
g) Pasien selalu merasa sangat letih
h) Mual atau muntah - muntah
PATWAY
Kanker recti
Nyeri Kronis
Penurunan sistem
imun
E. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum: Composmentis/koma
• TTV (Tekanan darah,Nadi, Respirasi, dan Suhu)
F. Head TO Toe
a. Kepala
Inspeksi: bentuk, posisi dan ukuran kepala, keadaan kulit kepala
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada kepala atau tidak
b. Rambut
Inspeksi: warna karakteristik rambut, kebersihan rambut
Palpasi: struktur rambut
c. Telinga
Inspeksi : ada serumen atau tidak, fungsi pendengaran baik atau menurun
Palpasi :terdapat nyeri tekan pada tragus atau tidak
d. Mata
Inspeksi : ketajaman, refleks cahaya, posisi bola mata, konjungtiva pucat, sklera putih,
oedema palpebra
Palpasi:terdapat benjolan, tekstur bola mata
e. Hidung
Inspeksi:bentuk, keadaan, fungsi penciuman
Palpasi: terdapat nyeri tekan atau tidak
f. Mulut dan Gigi
Inspeksi: keadaan bibir kering dan pucat, lidah kotor, jumlah gigi, gigi yang tanggal,
karies gigi
Palpasi: adanya pembengkakan atau tumor
g. Leher
Inspeksi: lihat bentuk leher, warna kulit, adanya pembengkakan
Palpasi: teraba ada atau tidak pembesar kelenjar tiroid dan limfe ragional
h. Dada
Inspeksi:bentuk dan ukuran norma, frekuensi pernapasan tachipnea
Palpasi: pergerakkan dada simetris
i. Abdomen
Inspeksi:Palpasi: nyeri tekan pada kuadran 7
Perkusi: bunyi hipertimpani
Auskultasi: bising usus, hiperperistatik atau hipoperistatik
Inspeksi: specimen terhadap kanker dan adanya darah
j. Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi: terdapat fraktur atau tidak ada, bentuk fungsi pergerakan
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada kaki dan tangan atau tidak.
G. Klasifikasi Data
1) Data Subjektif
Pasien mengeluh:
a) Nyeri di kuadran bawah
b) Badan lemah
c) Perut kembung
d) Pusing
e) Nafsu makan berkurang.
2) Data Objektif
a) P. Wajah merintih dengan memegang perut bagian bawah
b) Q. Nyeri seperti ditusuktusuk
c) R. Perut bagian bawah
d) S. Skala nyeri 7
e) T. Nyeri dirasakan saat BAB
f) Perkusi terdengar bunyi hipertimpani
g) Lidah kotor
h) Semua kebutuhan dibantu oleh petugas
i) Bibir pecahpecah dan kering
j) Konjungtiva pucat.
H. ANALISA DATA
Skala nyeri 7
dirasakan saat BAB
2 Data subjektif Anoreksia, asupan Nutrisi kurang
Mengeluh lemah nutrisi tidak adekuat dari kebutuhan
tubuh
Data objektif
Tampak pucat
Makan hanya habis
setengah porsi
3 Gangguan fungsi
Data subjektif reabsorbsi Colon
Mengeluh BAB 4
kali sehari dengan
4 Data objektif Respon psikologis Ansietas
Pasien tampak lemah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf lokal
a Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
asupan nutrisi tidak adekuat
2. Diare berhubungan dengan gangguan fungsi reabsorbsi colon
3. Asientas berhubungan dengan respon psikologis.
3. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. Keperawatan kriteria hasil
1 Nyeri Setelah dilakukan • Tentukan
berhubungan tindakan riwayat nyeri, missal
dengan proses keperawatan lokasi nyeri,
penyakit selama 1×24 jam frekuensi, durasi dan
diharapkan nyeri intensitas (skala 010)
hilang/terkontrol. dan tindakan
Dengan kriteria pengilang nyeri yang
hasil: pasien telah dilakukan.
melaporkan • Berikan
penghilangan tindakan kenyamanan
nyeri dasar (misalnya
maksimal/control reposisi,gosokan
punggung) dan
aktifitas hiburan
(misal musik, tv)
• Dorong
penggunaan
keterampilan
manajemen nyeri
(misal teknik
relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi),
tertawa, musik dan
sentuhan terapeutik.
• Evaluasi
penghilangan
nyeri/kontrol, nilai
aturan pengobatan
bila perlu.
• Kolaborasi
Kembangkan rencana
manajemen nyeri
dengan pasien dan
dokter.
2 Nutrisi kurang
dari kebutuhn
tubuh
berhubungan
dengan distres
emosional,
4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon,1994, dalam(Potter & Perry,2011).
Komponen tahap implementasi:
a. Tindakan keperawatan mandiri
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan melihat respon
klien mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang
menentukan sejauh mana tujian telah tercapai.
a. Evaluasi formatif, evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel sel ini menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastatis).
Kolon (termaksud rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari
saluran cerna. Kanker kolon menyerah indidu dua kali lebih besar dibandingkan
dengan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua
kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (cancer
facts and figures, 1991). Panjang rectum sekitar 1520cm dan berbentuk S. Mula
mula rectum mengikuti kecembungan os sacrum, flexura sacralis, lalu memutar
kebelakang setinggi os cocciygis dan berjalan melalui dasar pelvis,
flexurapelinealis. Akhinya rectum menjadi kanalis analis dan berakhir pada anus.
Sepertiga atas rectum merupakan bagian yang sangat lebar yaitu ampulla recti.
Jika ampulla terisi maka timbul perasaan ingin defekasi (Leonardt,1988).
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis merekomendasikan beberapa hal berupa
saran.
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medis dan askep dari Ca
Rectum sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Ca Rectum.
2) Bagi Masyarakat
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan dan penanganan penyakit
Ca Rectum khususnya dalam penanganan di rumah untuk meminimalkan
kambuha dengan mengontrol fokus terjadinya Ca Rectum.
DAFTAR PUSTAKA
NandaNICNOC(2013), AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkanDiagnosMedis
DanNanda.
Lynda Juall, Capernito (1998), DIAGNOSA KEPERAWATAN: Aplikasi pada
praktikklinis.E/6.Jakarta :EGC.