Anda di halaman 1dari 19

EMBRIOLOGI: SISTEM PENCERNAAN JANIN

MAKALAH

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fetomaternal

Oleh:

Eka Marini
Elly Nursanti
Sisvana Damayanti
Sri Pujiati

Dosen Pengampu:

Nursyahid Siregar, M. Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PENDIDIKAN
PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul

“Embriologi: Sistem Pencernaan Janin” sebagai tugas mata kuliah Fetomaternal.

Dalam makalah ini penulis berusaha memberi gambaran mengenai sistem

pencernaan janin secara lugas. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini

tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik

membangun demi kesempurnaan dari perbaikannya sehingga akhirnya makalah

ini dapat memberikan manfaat dan digunakan sebagai acuan pembuatan makalah

selanjutnya.

Samarinda, 24 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II ISI...........................................................................................................3
BAB III PENUTUP............................................................................................14
A. Kesimpulan
............................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awal sistem pencernaan merupakan perkembangan dari pelipatan

kantong kuning telur yang dilapisi endoderm ke arah sefalo-kaudal

membentuk usus primitif yang kemudian menjadi sistem pencernaan.

Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya biasanya

dibahas dalam 3 bagian, yaitu (a) Usus depan (foregut), yang terletak di

sebelah kaudal tabung faring dan membentang hingga ke tunas hati; (b) Usus

tengah (midgut), mulai dari sebelah kaudal tunas hati dan berjalan ke suatu

tempat kedudukan, yang pada orang dewasa membentuk pertemuan dua

pertiga kanan dan sepertiga kiri kolon tranversum; dan (c) Usus belakang

(hindgut), yang membentang dari sepertiga kiri kolon tranversum hingga ke

membrana kloakalis. Sedangkan mesoderm akan membentuk jaringan ikat,

komponen otot, dan komponen peritoneum pada sistem pencernaan.

Embriologi sistem pencernaan penting untuk dipelajari, sebagai dasar

untuk mengetahui berbagai kelaianan kongenital yang terjadi pada sistem

pencernaan. Sekitar 3% bayi baru lahir menderita kelainan kongenital.

Beberapa kelainan kongenital anomali gastrsointestinal yang dapat terjadi

yaitu atresia pada sistem saluran pencernaan. Morbiditas berhubungan dengan

anomali lain yang ada pada pasien. Prognosis pada atresia dapat dievaluasi

dengan cara melihat fungsi klinisnya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Embriologi Traktus Gastrointestinal

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Embriologi Traktus Gastrointestinal

2
BAB II

ISI

A. Embriologi Traktus Gastrointestinal

Susunan pencernaan manusia mulai terbentuk pada kehidupan mudigah

hari ke-22 dan pembentukan usus terjadi pada hari ke-31. Sebagai akibat

pelipatan mudigah ke sefalokaudal dan lateral, sebagian rongga yolk sac yang

dilapisi endoderm masuk ke mudigah untuk membentuk usus primitif.

Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya biasanya dibahas

dalam 3 bagian, yaitu (a) Usus depan, yang terletak di sebelah kaudal tabung

faring dan membentang hingga ke tunas hati; (b) Usus tengah, mulai dari

sebelah kaudal tunas hati dan berjalan ke suatu tempat kedudukan, yang pada

orang dewasa membentuk pertemuan dua pertiga kanan dan sepertiga kiri

kolon tranversum; dan (c) Usus belakang, yang membentang dari sepertiga kiri

kolon tranversum hingga ke memrana kloakalis. Sedangkan mesoderm akan

membentuk jaringan ikat, komponen otot, dan komponen peritoneum pada

sistem pencernaan. (Crygmle and Presley, 1975; Sadler TW, 2010)

Tabung usus disanggah pada bagian dorsal oleh mesenterium

(mesenterium dorsal yang menggantung dari bagian bawah esofagus ke daerah

kloaka usus belakang, mesogastrium dorsal/omentum mayus yang

menggantung lambung, mesoduodenum dorsalis menggantung bagian

duodenum, dan mesenterium proprius yang menggantung illeum dan jejunum)

yang akan menjadi jalur pembuluh darah, saraf, dan getah bening ke bagian

abdomen viseral. Sedangkan mesenterium ventral yang terdapat pada bagian

3
esofagus terminal, lambung, bagian atas duodenum dari septum trensversum

(mesenterium ventral: omentum minus, dari bawah esofagus, lambung, bagian

atas duodenum hati, ligamentum falsiformis, dari hati ke dinding ventral tubuh.

1. Usus Depan (Foregut)

a. Esofagus

Pada minggu ke-4, dinding ventral usus depan terdapat

divertikulum respiratorium (tunas paru) yang berbatasan dengan

faring. Diventrikulum berangsur-angsur terpisah dari bagian dorsal

usus depan melalui sebuah pembatas, yaitu septum esofagotrakealis

sehingga usus depan terbagi menjadi bagian ventral yaitu primodium

pernapasan (tuba laringotrakheal) dan bagian dorsal yaitu esofagus.

Pada mulanya esofagus sangat pendek, akan tetapi dengan

gerak turun jantung dan paru-paru esofagus kemudian memanjang

dengan cepat. Adanya gangguan pada stadium ini dapat menyebabkan

kelainan kongenital seperti atresia esofagus dengan fistula

trakeoesofagus. Atresia esofagus terjadi jika septum trakeoesofagus

deviasi ke posterior. Deviasi ini membuat pemisahan esofagus dari

saluran laringotrakea tidak komplit sehingga terjadi fistula

trakeoesofagus.

Lapisan otot yang terbentuk oleh mesenterium sekitarnya.

Dua pertiga bagian kranial berupa otot lurik yang dipersarafi oleh

nervus vagus, sedangkan 1/3 bagian kaudal sisanya berupa otot polos

yang dipersarafi pleksus splangnikus. Panjang dari esofagus berkisar 8

4
– 10 cm setelah lahir, menjadi dua kali lipat saat berumur 2-3 tahun,

dan menjadi kurang lebih 25 cm saat dewasa. Esofagus bagian

abdominal pada masa 8 minggu embrio sebesar lambung tetapi akan

mengecil seiiring dengan waktu. Di lokasi intraabdominal ini, bagian

distal esofagus dengan LES (Lower Esophageal Spinchter)

mempunyai peran penting dalam anti refluks. Aktivitas menelan di

esofagus dapat terlihat pada masa gestasi 16-20 minggu, untuk

membantu sirkulasi dari cairan amnion; Polyhidramnion, merupakan

tanda dari gangguan proses menelan dari esofagus atau obstruksi

traktus gastrointestinal bagian atas. Oleh karena itu polyhidramnion

merupakan salah satu tanda atau faktor resiko dari terjadinya atresia

esophagus. (Crygmle and Presley, 1975; Sadler TW, 2010).

b. Lambung

Pada minggu ke-4, lambung merupakan suatu pelebaran usus

depan berbentuk fusiformis. Pada minggu-minggu berikutnya, bentuk

kedudukannya banyak berubah akibat perbedaan kecepatan

pertumbuhan pada berbagai bagian dindingnya dan perubahan

kedudukan organ-organ di sekitarnya. Perubahan kedudukan lambung

paling mudah dijelaskan dengan menganggap bahwa organ ini

berputar mengelilingi sumbu panjang dan sumbu anteroposterior.

Pada sumbu memanjangnya, lambung melakukan perputaran

90° searah jarum jam, sehingga sisi kirinya menghadap depan dan sisi

kanannya menghadap belakang. Oleh karena itu, nervus vagus kiri

5
yang tadinya mempersarafi dinding kiri, menjadi mempersarafi

dinding depan; demikian pula yang terjadi pada dinding lambung

belakang yang dipersarafi oleh nervus vagus kanan. Selama

perputaran ini, bagian belakang lambung tumbuh lebih cepat dari

bagian depan sehingga terbentuklah kurvatura mayor dan kurvatura

minor. (Crygmle and Presley, 1975; Sadler TW, 2010).

Ujung sefalik dan kaudal lambung yang tadinya terletak pada

garis tengah akan bergerak memutari sumbu anteroposterior sehingga

badan kaudalnya (pilorus) bergerak ke kanan atas dan badan

sefaliknya (kardia) bergerak ke arah kiri bawah. Dengan demikian

lambung mencapai kedudukannya yang terakhir, dan sumbu

panjangnya berjalan dari kiri atas ke kanan bawah.

Lambung menempel pada dinding tubuh dorsal melalui

mesogastrium dorsal dan ke dinding tubuh ventral melalui

mesogastrium ventral, rotasi dan pertumbuhan yang tidak proporsional

mengubah kedudukan mesenterium-mesentrium ini. Rotasi

mengelilingi sumbu longitudinal menarik mesentrium dorsal ke kiri,

sehingga menciptakan sebuah ruang yang disebut bursa omentalis

(sakus peritonealis minor). (Crygmle and Presley, 1975; Sadler TW,

2010).

Pada minggu ke-5 primordium limpa terbentuk sebagai

proliferasi mesoderm di antara kedua lembaran mesogastrium dorsal.

Dengan berlanjutnya rotasi lambung, mesogastrium dorsal memanjang

6
dan bagian yang berada di antara limpa dan garis tengah bagian yang

berada di antara limpa dan garis tengah bagian dorsal membelok ke

kiri dan menyatu dengan peritoneum dinding abdomen posterior, dan

bagian yang menyatu ini akan berdegenerasi. Limpa yang

berkedudukan intraperitoneal kemudian dihubungkan dengan dinding

tubuh di daerah ginjal kiri oleh ligamentum lienorenalis dan ke

lambung oleh gastrolienalis.

Pemanjangan dan bersatunya mesogastrium dorsal ke dinding

posterior tubuh juga menentukan posisi akhir pankreas. Mula-mula,

organ ini tumbuh ke dalam mesoduodenum dorsal, namun akhirnya

pada kauda memanjang ke mesograstrium dorsal. Karena bagian

mesogastrium dorsal ini menyatu dengan dinding tubuh dorsal, kauda

pankreas terletak di daerah ini. Begitu lembaran posterior

mesogastrium dorsal dan peritoneum dinding tubuh posterior

berdegenerasi di sepanjang garis penyatuan ini, kauda pankreas

dibungkus oleh peritoneum hanya pada permukaan anteriornya dan

karena itu terletak di posisi retroperitoneal (organ-organ semacam

pankreas yang mula-mula dibungkus oleh peritoneum tetapi kemudian

menyatu dengan dinding tubuh posterior sehingga menjadi

retroperitoneal disebut sebagai retroperitoneal sekunder). (Crygmle

and Presley, 1975; Sadler TW, 2010).

Hasil dari rotasi lambung di sekeliling aksis

anteroposteriornya, mesogastrium dorsal menonjol ke arah bawah.

7
Pertumbuhannya kemudian terus berlanjut ke arah bawah dan

membentuk sakus berlapis ganda, memanjang sampai kolon

tranversum dan gelung usus kecil, struktur ini dikenal sebagai

omentum mayus. (Crygmle and Presley, 1975; Sadler TW, 2010).

Sakus berlapis ganda, kemudian menyatu membentuk

lembaran tunggal yang tergantung dari kurvatura mayor lambung.

Lapisan posterior dari omentum mayus juga bersatu dengan

mesenterium kolon transversum.

Omentum minus dan ligamentum falsiformis yang berasal

dari dari mesogastrium ventral. Korda hepatik tumbuh ke dalam

septum sehingga korda ini menjadi menipis untuk membentuk:

1) Peritoneum hati

2) Ligamen falsiformis (memanjang dari hati ke ventral dinding

tubuh) sampai tepi bebas berisi vena umbilikalis yang setelah

lahir berobliterasi untuk membentuk ligamentum rotundum dari

hati (ligamentum teres hepatis).

3) Omentum minus (memanjang dari lambung dan duodenum atas

ke hati) sampai tepi bebasnya menghubungkan duodenum dan

hati (ligamentum hepatoduodenalis) berisi duktus biliaris, vena

porta, dan artei hepatika (triad porta). (Crygmle and Presley,

1975; Sadler TW, 2010).

8
c. Duodenum

Bagian saluran usus ini dibentuk dari bagan akhir usus depan

dan bagian sefalik usus tengah. Titik pertemuan krdua bagian ini

terletak tepat di sebelah distal pangkal tunas hati. Karena duodenum

terbentuk dari gabungan usus depan dan usus tengah, sehingga

duodenum juga diperdarahi oleh cabang-cabang dari arteri Seliaka

yang juga memperdarahi usus depan dan arteri Mesentrika Superior

yang juga memperdarahi usus tengah.

Ketika lambung berputar, duodenum melengkung seperti

huruf C dan memutar ke kanan. bersamaan dengan tumbuhnya kaput

pankreas, menyebabkan duodenum membelok dari posisi tengahnya

yang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen. Duodenum dan kaput

pankreas ditekan ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan

mesoduodenum dorsal menyatu dengan peritoneum kemudian keuda

lapisan menghilang dan duodenum serta kaput pankreas menjadi

terfiksasi di posisi retroperitoneal. Mesoduodenum dorsal menghilang

sama sekali kecuali di daerah pilorus lambung, dimana sebagian kecil

duodenum (tutup duodenum) tetap intraperitoneal.

2. Usus Tengah (Midgut)

Pada minggu ke-5, usus tengah menggantung pada dinding dorsal

abdomen dorsal oleh sebuah mesentrium pendek dan berhubungan dengan

kantung kuning telur melalui duktus vitelinus atau tangkai kuning telur.

9
Pada orang dewasa, usus tengah dimulai tepat di sebelah distal muara

duktus biliaris ke dalam duodenum dan berahkir di antara dua pertiga

proksimal kolon transversum dan sepertiga distalnya. Seluruh panjang

usus tengah diperdarahi oleh arteri mesentrika superior.

Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan cepat

usus dan mesentriumnya sehingga terbentuk gelung usus primer. Di bagian

puncaknya, saluran usus ini tetap berhubungan langsung dengan kanong

kuning telur melalui duktus vitelinus yang sempit. Bagian kranial dari

lengkung berkembang menjadi bagian distal duodenum, jejunum, dan

sebagian ileum. Sedangkan bagian kaudal menjadi bagian bawah ileum,

sekum, apendiks, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon

transversum.

Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pemanjangan

yang pesat, terutama dibagian kranial. Sebagai akibat pertumbuhan yang

cepat ini dan membesarnya hati yang terjadi secara serentak, rongga

abdomen untuk sementara menjadi terlalu kecil untuk menampung semua

usus,dan gelung tersebut masuk ke rongga selom ekstraembrional di dalam

tali pusat selama minggu ke-6 (hernia umbilikalis fisiologis). Bersamaan

dengan pertumbuhan panjangnya, gelung usus primer berputar melalui

sebuah poros yang dibentuk oleh arteri mesentrika superior. Apabila diihat

dari depan, perputaran ini berlawanan arah dengan jarum jam. Perputaran

yang terjadi selama proses herniasi kira-kira 90o.

10
Pada minggu ke-10, menghilangnya mesonefros, berkurangnya

pertumbuhan hati, dan bertambah luasnya rongga abdomen membuat

gelung usus yang mengalami herniasi kembali ke dalam rongga abdomen.

Kembalinya gelung usus ke dalam rongga abdomen juga diikuti dengan

perputaran gelung usus sebesar 180o. Sehingga total rotasi yang terjadi

pada gelung usus selama proses herniasi umbilikalis dan kembali lagi ke

dalam rongga abdomen adalah sebesar 270o.

Bagian proksimal jejunum, merupakan bagian pertama yang

masuk kembali ke dalam rongga abdomen,kemudian mengambil tempat di

disisi kiri. Gelung usus yang masuk berikutnya secara bertahap semakin ke

sisi kanan. Tunas sekum yang muncul pada minggu ke-6 sebagai suatu

pelebaran kecil berbentuk kerucut pada bagian kaudal gelung usus primer

adalah bagian terakhir usus yang masuk ke dalam rongga abdomen. Untuk

sementara bagian ini berada pada kuadaran kanan atas tepat dibawah lobus

kanan hati. Dari sini, bagian tersebut bergerak turun ke dalam fosa iliaka

kanan, sehingga membuat kolon asendens dan fleksura hepatika menjadi

terletak di sebelah kanan rongga abdomen. Selama proses ini ujung distal

tunas sekum membentuk sebuah divertikulum yang sempit, yang disebut

Appendiks primitive.

Mesentrium pada gelung usus primer, mesentrium proprius,

mengalami perubahan yang banyak sekali bersama dengan peristiwa rotasi

dan pemutaran gelung usus. Ketika bagian kaudal usus tersebut bergerak

ke sisi kanan rongga perut, mesentrium dorsal melilit di sekitar pangkal

11
arteri mesentrika superior. Kemudian ketika bagian asendens dan

desendens mulai menapatkan kedudukan yang sebenarnya, mesentriumnya

didesak menempel ke peritoneum di dinding abdomen posterior. Setelah

penyatuan lapisan-lapisan ini, kolon asendens dan desendens tertambat

permanen di sisi retroperitonium. Sedangkan apendiks ujung bawah sekum

dan kolon sigmoid tetap mempertahankan ujung bebasnya.

Pada mesokolon tranversum, usus ini menyatu dengan dinding

posterior omentum mayus tetapi tetap mempertahankan mobilitasnya garis

perlekatannya membentang dari fleksura hepatica kolon asendens sampai

ke fleksura lienalis kolon desendens. Sedangkan mesentrium gelung usus

jejunoileal mula-mula bersambungan dengan mesentrium kolon asendens.

Ketika mesentrium mesokolon asendens menyatu dengan dinding

abdomen posterior, mesentrium gelung jejunoileal mendapatkan garis

perlekatan baru, yang berjalan dari daerah dimana duodenum terletak

intraperitoneum sampai ke persambungn ileosekalis.

3. Usus Belakang (Hindgut)

Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon transversum,

kolon desendens, sigmoid, rektum, bagian atas kanalis ani. Selain itu

endoderm usus belakang ini juga membentuk lapisan dalam kandung

kemih dan uretra. Bagian akhir usus belakang bermuara ke dalam kloaka

yaitu suatu rongga yang dilapisi oleh endoderm yang bertemu langsung

12
dengan ektoderm permukaan. Daerah pertemuan ini disebut membran

kloaka.

Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang,

yaitu Septum urorektal, pada sudut antara allantois dengan usus belakang.

Sekat ini tumbuh ke arah kaudal membagi kloaka menjadi: sinus

urogenitalis primitif pada bagian anterior dan kanalis anorektalis pada

bagian posterior. Pada minggu ke-7 septum urorektal mencapai membran

kloaka dan membentuk korpus perinealis. Membran kloaka kemudian

terbagi menjadi:

a. Membrana Urogenitalis (pada bagian depan)

b. Membrana analis (pada bagian belakang)

Sementara itu, membrana analis ini dikelilingi tonjolan-tonjolan

mesenkim, dan pada minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan

ektoderm, membentuk celah anus atau proktodeum. Pada minggu ke-9

membrana analis koyak sehingga rektum berhubungan dengan dunia luar.

Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm yang diperdarahi oleh

pembuluh darah yang juga memperdarahi usus belakang, yaitu Arteri

mesenterika inferior. Sedangkan sepertiga bagian bawah kanalis analis

berasal dari ectoderm dan diperdarahi oleh Aa. Rektales yang merupakan

cabang dari arteri pudenda interna. Bagian pertemuan endoderm dan

ektoderm, disebut linea pektinata. Pada linea pektinata terjadi perubahan

epitel dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epitel sistem pencernaan dan parenkim turunannya berasal dari endoderm;

jaringan ikat, komponen otot, dan komponen peritoneum berasal dari

mesoderm. Sistem usus berjalan dari membrana orofaringealis ke membran

kloakalis dan terbagi menjadi usus faring, usus depan, usus tengah dan usus

belakang. Usus faring membentuk faring dan kelenjar terkait. Usus depan

membentuk esofagus, trakea dan tunas paru, lambung, dan duodenum di

sebelah proksimal muara duktus biliaris. Karena bagian atas usus depan

terbagi oleh suatu septum (septum trakeoesofageale) menjadi esofagus di

bagian posterior serta trakea dan tunas paru di bagian anterior. Usus tengah

membentuk lengkung usus primer yang menghasilkan duodenum di sebelah

distal muara duktus biliaris, dan berlanjut ke tautan dua pertiga proksimal

kolon transversum dengan sepertiga distalnya. Usus belakang membentuk

regio dari sepertiga distal kolon transversum ke bagian atas kanalis analis;

bagian distal kanalis analis dibentuk dari ektoderm. Usus belakang masuk ke

regio posterior kloaka (bakal kanalis anorektalis), dan alantois masuk ke regio

anterior (bakal sinus urogenitalis). Septum urorektale akan membagi kedua

regio ini (Gambar 15.36) dan terpecahnya membrana kloakalis yang menutupi

14
area ini akan membuat hubungan ke bagian luar bagi anus dan sinus

urogenitalis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Crygmle and Presley. Embrylogy, Second Edition. London: Baillere Tindal; 1975.
Ganong, W.F. Review of Medical Physiology. 21th Ed. San Francisco: Lange
Medical Book; 2003.
Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology, 11th Ed,
Philadelphia: Elsevier Inc; 2006.
Sadler TW. Langman’s medical embryology: system-based embryology: muscular
system, respiratory system, urogenital system. 11th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams&Wilkins; 2010.
Sadler TW. Langman’s medical embryology: system-based embryology: muscular
system, respiratory system, urogenital system. 12th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams&Wilkins; 2012.

15

Anda mungkin juga menyukai