Referat
CA RECTI
Pembimbing :
Disusun oleh :
Elizabeth Dea
1765050367
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “CA RECTI” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan stase Kepaniteraan Ilmu Bedah pada Program Kepaniteraan Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di Rumah Sakit PGI Cikini.
Penyusunan referat berupa studi observasional ini tidak semata-mata hasil kerja penulis
sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu,
baik secara materi maupun secara non materi, dan secara langsung maupun tidak langsung.
Maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. dr. Tommy Halauwet, Sp.B selaku dokter pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam mengikuti kepaniteraan ilmu bedah
2. Orang tua, keluarga terdekat dan teman sejawat di Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia yang telah memberikan doa dan semangatnya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih
terdapat banyak kekurangan. Penulis mohon maaf sebesar-besarnya bila ada kekurangan dan
kesalahan.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah Referat ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
Karsinoma rektal adalah istilah yang diberikan kepada karsinoma yang berkembang pada
rectum. Rektum merupakan bagian dari saluran gastrointestinal dimana proses pencernaan
makanan untuk menghasilkan energi bagi tubuh dilakukan dan bahan-bahan yang tidak berguna
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran cerna,
lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu pemicu kanker rektal adalah masalah
nutrisi dan kurang berolahraga. Kanker rektal merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat
sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia. Kanker rektal adalah kanker yang menyerang
kolon dan rektum. Namun, penyakit ini bukannya tidak dapat disembuhkan . Jika penderita telah
terdeteksi secara dini, maka kemungkinan untuk sembuh bias mencapai 50 persen.2
Gejala kanker rektal adalah darah yang menggumpal dalam satu jaringan cerna, diare
atau konstipasi dan berat badan turun. Selain itu terasa nyeri di abdomen atau rektum, kejang di
Setiap waktu kanker ini bias menyerang seseorang. Risikonya akan terus meningkat
seiring dengan penambahan usia. Data dari Amerika Serikat dan Inggris memperlihatkan, orang
yang berusia antara 60 sampai 80 tahun berisiko tiga kali lipat dari kelompok usia lainnya.
Mereka yang memiliki riwayat peradangan saluran cerna seperti kolitis usus kronis, tergolong
berisiko tinggi untuk berkembang menjadi kanker kolorektal. Demikian juga dengan mereka
5
yang memiliki riwayat penyakit kanker tersebut, risiko terkena penyakit ini bias menyerang pada
Umumnya penderita datang dalam stadium lanjut, seperti kebanyakan tumor ganas
lainnya : 90% diagnosis karsinoma rekti dapat ditegakkan dengan colok dubur. Sampai saat ini
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Karsinoma rektal adalah suatu tumor malignan yang muncul dari jaringan epithelial dari
rektum. Kanker rektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di rektum. Rektum adalah
bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih
jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm
di atas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran
gastrointestinal dimana fungsinya adalah untuk menghasilkan energy bagi tubuh dan membuang
Kanker merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti
aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi, abnormal). Proliferasi ini dibagi
1. Hiperplasia adalah proliferasi sel yang sel yang berlebihan. Hal ini dapat normal karene
2. Hipertrofi adalah peningkatan ukuran sel yang menghasilkan pembesaran organ tanpa ada
3. Metaplasia adalah perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah menjadi tipe yang lain,
4. Displasia adalah kelainan perkembangan selular, produksi dari sel abnormal yang mengiringi
hyperplasia dan metaplasia. Perubahan yang termasuk dalam hal ini terdiri dari bertambahnya
mitosis, produksi dari sel abnormal pada jumlah besar dan tendensi untuk tidak teratur.3
2.2 Epidemiologi
Di USA pada tahun 2005 pasien-pasien dengan kanker rektum mencapai 8.600 kasus. Di
seluruh dunia dilaporkan lebih dari 940.000 kasus aru dan terjadi kematian pada hampir 500.000
kasus tiap tahunnya. Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002. Kanker rektal
menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien mematikan di dunia selain jenis
kanker lainnya. Dari seluruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5%
Usus besar menutupi usus kecil melalui 3 sisi dan berjalan dari katub ileosekal menuju
anus. Diameternya lebih besar dari usus kecil (oleh karena itu disebut usus besar) ,tapi lebih
pendek. Fungsi utamanya adalah mengadsorbsi air dari sisa-sia makanan yang dicerna dan
Pada hampir seluruh panjangnya, usus besar memiliki tiga keunikan yang tidak terdapat
pada organ tubuh lainnya; taenia coli, haustra dan appendiks epiploica. Kecuali pada bagian
ujung terminalnya, bagian longitudinal dari lapisan otot direduksi menjadi 3 barisan otot polos
8
disebut taenia coli (artinya pita dari kolon). Adanya variasi dari dinding usus besar membentuk
suatu kantongan yang disebut haustra (artinya menggambarkan variasi) dan terakhir sangat jelas
adalah appendiks epiploika, suatu lapisan lemak kecil dari peritoneum viseralis yang
menggantung pada permukaan kolon. Kegunaannya belum diketahui. Kolon memiliki 4 seksi
yakni:
1. Seksi pertama adalah kolon asenden. Dimulai dari usus kecil melekat pada kolon dan naik ke
2. Seksi kedua adalah kolon transversal yang melewati tubuh dari kanan ke sisi kiri
4. Seksi terakhir adalah kolon sigmoid dimana disebut demikian oleh karena bentuknya yang
seperti hurus S. Kolon saigmoid bergabung dengan rektum, pada akhirnya bergabung dengan
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&ved=2ahUKEwi4qtny35XgAhUOdCsKHc8KCEEQjxx6BAgBEAI&url=https
%3A%2F%2Fwww.masterpendidikan.com%2F2018%2F07%2Fpengertian-fungsi-serta-struktur-dan-bagian-usus-besar-
kolon.html&psig=AOvVaw0W3Rbefr7lyMWGcDf461iK&ust=1548946062716088)
Usus besar memiliki beberapa subdivisi yakni : sekum, appendiks, kolon, rektum, dan
Dinding dari usus besar berbeda dengan usus kecil. Mukosa kolon terdiri dari epitel
simple columnar kecuali pada saluran anal. Oleh karena makanan diserap sebelum memasuki
usus besar, makanya tidak didapati plika`sirkular, villi dan juga tidak ada sel yang menghasilkan
10
enzim pencernaan. Mukosa dari saluran anal sedikit berbeda, pada daerah ini sering terjadi
abrasi. Sinus anal berhenti pada anal columns, mengeluarkan mucus apabila ditekan oleh feses
(Sumber : https://www.google.com/search?
q=anus+dan+bagian-
bagiannya&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjh_qrF25XgAhUHSX0KHR8JBQ4Q_AUIDigB&biw=
1366&bih=654#imgrc=Oj0QqesYCGTI6M:)
Berbeda dengan region proksimal usus besar, tidak terdapat haustra pada rektum dan anal
Otot usus besar tidaklah aktif untuk waktu yang lam, kontraksinya lambat dan singkat.
Pergerakan yang paling sering tampak pada kontraksi haustra yang dengan lambat melakukan
kontraksi secara individual selama 30 menit melalui otot polos pada masing-masing haustra.
Pada hausta yang terisi makanan, distensinya menstimulasi otot untuk berkontraksi yang
11
mendorong isi luminal untuk menuju ke bagian haustra berikutnya. Pergerakan ini menggabung
Pergerakan otot adalah panjang dan lambat namun kuat dalam kontraksi dimana melalui
areal panjang dari kolon tiga hingga empat kali setiap hari dan mendorong isinya ke rektum.
Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mucus serta
menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang
diterima oleh kolon 150 – 200 ml yang dikeluarkan sebagai feses tiap harinya.6
Setelah makan dikunyah dan ditelan, makanan tersebut berjalan dari seofagus hingga ke
lambung. Di lambung, makanan dipecah menjadi bagian yang lebih sederhana lagi menurut
masing-masing unsur kimianya dan dialirkan ke usus kecil atau sering disebut “small bowel”.
Kolon bagian yang pertama dan terutama dari usus besar, secara terus menerus meresap air dan
mineral nutrisi dari bahan-bahan makanan dan menjadi tempat pemanpungan sementara dari
sisa-sisa makanan yang akan dikeluarkan dari tubuh. Bahan makanan sisa ini setelah diproses
menjadi feses dan menuju rektum, yang merupakan bagian terakhir 6 inci dari usus besar. Dari
2.4.3 Defekasi
Rektum biasanya kosong, namun ketika feses dipaksakan kedalamnya oleh dorongan otot
kolon, hal ini melebarkan dinding rektum dengan menginisiasi refleks dekasi. Pada batang ortak
terdapat pusat defekasi dimana dengan mediasi oleh refleks parasimpatis menimbulbulkan
kontraksi dinding kolonm sigmoid, rektum dan relaksasi anal spingter. Feses didorong ke saluran
12
anal, signalnya disampaikan ke otak dimana timbul pengiriman sinyal “disadari” ke otot spingter
anal untuk mebuka atau menutup saat feses keluar. Bila defekasi terlambat maka refleks ini
berhenti dan beberapa saat dan mulai kembali sehingga menimbulkan dorongan defekasi yang
Banyak faktor dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker rektal, diantaranya adalah :
2.6 Patofisiologi
adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di
rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan
beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan
dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan
perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus. Struktur
yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, dudodenum, usus halus, pankreas,
limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenal oleh perluasan tumor.
Tanda ini tidak selalu terjadi, bias saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional
masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui system limpatik
13
atau sistem sirkulasi keaarah sekunder seperti hepar, paru-paru, ortak , tulang, dan ginjal.
Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut. Karena pola
pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul gejala. Manifestasi tergantung pada
lokasi, tipe, dan perluasan, dan komplikasi. Perdarahan sering sebagai manifestasi yang
membawa pasien datang berobat. Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan
buang air besar, diarrhea, atau konstipasi. Karakteristik lanjut adalah nyeri, anoreksia, dan
kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rektum. Biasanya pasien
Gejala dan tanda dini karsinoma kolorektal tidak ada, Umumnya gejala pertama timbul
karena penyulit , yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat penyebaran.
Karsinoma kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti
konstipasi atau defekasi dan tanesmi. Makin ke distal letak tumor, feses makin menipis, atau
seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tanesmi merupakan gejala
yang biasa didapat pada karsinoma rektum. Perdarahan akut jarang dialami, demikian juga nyeri
di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Bila pada obstruksi penderita merasa lega saat
flatus.2
- Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar,
- Diare, konstipasi, atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong saat BAB
- Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
- Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus2,
2.8 Pemeriksaan
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba menunjukan
keadaan sudah lanjut. Massa dalam sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain
kolon.
Kanker kolorektal sering berkembang lamban dan penanganan stadium awal sangat
dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika merekomendasikan prosedur skreenig rutin bagi
1. Pemeriksaan rektal tuse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun
2. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feces bagi usia lebih dari 50 tahun
3. Sigmoideskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun
2.8 Diagnosis
colok dubur, dan rektosigmoidkopi atau foto kolon dengan kontras ganda
15
Pasien dengan praduga kanker kolorektal dapat dilakukan prosedur diagnostik lanjut
untuk pemeriksaan fisik. Test laboratorium, radiografi dan biopsi untu memastikan.
1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai dengan sel-sel darah
merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umu untuk test diagnostic selanjutnya
2. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua kanker
banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideeteksi oleh
radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak
4. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmaasi ada tidaknya dan lokasi
tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukan ke dalam usus bagian bawah, kanker
tampak sebagai massa mengisi lumen usus, konstriksi, atau gangguan pengisian. Dinding usus
terfiksir oleh tumor, dan pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk
ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai organ lain melali perluasan
6. Endoskopi (sigmoidoscopi atau colonoskopi) adalah test diagnostik utama digunakan untuk
mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsi jaringan . Sigmoidoskopi fleksibel
dapat mendeteksi 50% sampai 65% dari kanker kolorektal. Pemeriksaan endoskopi dari
kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada pasin dengan
perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi seku. Barium enema mungkin
2.9 Stadium
Ketika diagnosis kanker rektal sudah dipastikan, maka dilakukan prosedur untuk
menemukan stadium tumor. Hal ini termasuk CT Scan (Computed Tomography Scan) dada,
abdomen, dan pelvis, CBC (Complete Blood Count), tes fungsi hepar dan ginjal, urinalisis, dan
pengukuran tumor untuk menentukan terapi yang tepat dan menentukan prognosis. Stadium
penyakit pada kanker rektal hampir mirip dengan stadium pada kanker kolon. Awalnya terdapat
Duke’s classification system, yang menempatkan kanker dalam 3 kategori stadium A, B dan C.
Sistem ini kemudian dimodifikasi oleh Astle-Coller menjadi 4 stadium (Stadium D), lalu
memperkenalkan TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium
(Stadium I-IV).3
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum yaitu pada
2. Stadium 1
Pada stadium 1, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebarkebagian terluardinding rektum
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun tidak
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat tapi tidak menyebar ke
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
2.10 Penatalaksanaan
Operasi merupakan terapi utama untuk kuratif, namun bila sudah ditemukan penyebaran
tumor maka pengobatan hanya bersifat operasi paliatif untuk mencegah obstruks, perforasi,
perdarahan. Tujuan ideal penanganan karsinoma adalah eradikasi keganasan dengan preservasi
fungsi anatomi dan fisiologi. Kriteria untuk menentukan jenis tindakan adalah letak tumor, jenis
1. Tumor yang berjarak < 5cm dari anal verge dilakukan eksisi abdomino perineal
2. Tumor yang berjarak 5-10 cm dari anal verge tindakan yang dapat dilakukan :
3. Tumor yang berjarak 10-16,5 cm dari anal verge dilakukan reseksi anterior standar
Pada tumor yang kecil dan masih terlokalisir, reseksi sudah mencukupi untuk kuratif.
Sebelum melakukan tindakan operasi harus terlebih dahulu dinilai keadaan umum dan toleransi
operasi serta ekstensi dan oenyebaran tumor. Pada eksisi radikal rektum harus diusahakan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker kolorektal. Satu-satunya kemungkinan
terapi kuratif adalah tindak bedah. Tujuan utama tindak bedah ialah memperlancar saluran cerna,
baik bersifat kuratif maupun non kuratif. Beberapa terapi standard an beberapa lagi masih diuji
dalam penelitian klinis. Terapi stdandar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :
19
1. Pembedahan
Pemotongan bedah pada tumor, kolon yang berdekatan dan kelenjar getah bening
yang berdekata adalah penanganan pilihan untuk kanker kolorektal. Penanganan pembedaha
bervariasi dari pengrusakan tumor oleh laser photokoagulasi selama endoskopi sampai
Penanganan bedah lai untuk yang kecil, lokalisasi tumor termasuk pemotongan
lokal dan fulguration. Prosedur ini juga dapat dilakukan selama endoskopi, dengan
mengeluarkan jarum untuk bedah abdomen. Eksisi lokal dapat digunakan untuk mengangkat
pengerasan di rektum berisi tumor kecil yang diferiansi baik, lesi polipoid yang mobile/ bergerak
bebas. Fulguration atau elektrokoagulasi digunakan untuk mengurangi tumor yang besar bagi
Banyak pasien dengan kanker kolorektal dilakukan pemotongan bedah dari kolon
dengan anastomosis dari sisa usus sebagai prosedur pengobatan. Penyebaran ke kelenjar getah
bening regional dibedakan untuk dipotong bila berisi lesi metastasis. Sering tumor di bagian
ascending, transverse, desending, dan colon sigmoid dapat dipotong. Tumor pada rektum
biasanya ditangani dengan pemotongan abdominoperineal dimana kolon sigmoid , rektum dan
anus diangkat melalui insisi abdominal dan insisi perineal. Kolostomi sigmoid permanen
Pemotongan bedah usus dapat dikombinasi dengan kolostomi untuk pengeluaran isi
usus/feses. Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon. Dibentuk bila usus tersumbat oleh
tumor, sebagai pemeriksaan sementara untuk mendukung penyebuhan dari anastomoses, atau
20
sebagai pengeluaran feses permanen bila kolon bagian distal dan rektum diangkat / dibuang.
2. Radioterapi
Terapi radiasi sering digunakan sebagai tambahan dari pengangkatan bedah dari tumor
usus. Radiasi preoperative diberikan bagi pasien dengan tumor besar sampai lengkap
dengan kemoterapi, karsinoma rektal berkurang ukurannya, sel-sel jaringan limpatik regional
dimatikan dan kekambuhan lamban atau tidak kambuh sama sekali. Terapi radiasi megavoltase
juga dapat digunakan postoperative untuk mengurangi risiko kekambuhan dan untuk mengurangi
nyeri. Lesi yang terfiksir luas tidak diangkat dapat ditangani dengan mengurangi
3. Kemoterapi
Agen-agen kemoterapi, seperti levamisole oral dan intravenous fluorouracil (5-FU), juga
digunakan postoperative sebagai terapi ajuvan untuk kanker kolorektal. Bila dikombinasi dengan
terapi radiasi, kontrol pemberian kemoterapi lokal dan survive bagi pasien dengan stadium II dan
III dengan tumor rektum. Keunggulan bagi kanker kolon adalah bersih, terapi kemoterapi dapat
Leucovorin dapat juga diberikan dengan 5-FU untuk meningkatkan efek antitumor.6
21
2.11 Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai berikut :
- Stadium I – 72%
- Stadium II – 54%
- Stadium III – 39 %
- Stadium IV – 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan
lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi. Penyakit
kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi. Faktor-
Beberapa faktor seperti lrtak tumor , penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar
limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor
BAB 3
KESIMPULAN
22
Karsinoma Rektal berasal dari epitel hanpir sama dengan neoplasma kolon, jenis
adenomatous.
Karsinoma kolorektal masih merupakan penyebab kematian kedua untuk kanker terutama
di Amerika Serikat. Skreening awal untuk mengarahkan diagnosa rektal penting dilakukan untuk
meningkatkan survivalnya. Skreening awal yang dapat dilakukan adalah yaitu : pemeriksaan
darah samar di feses, sigmoidoskopi, kombinasi darah samar feses dan sigmoidoskop.
Penyebab pasti karsinoma rektal belum diketahui, diduga dipengaruhi beberapa faktor
Operasi merupakan terapi utama untuk kuratif, namun apabila sudah ditemukan
penyebaran tumor maka pengobatan hanya bersifat operasi paliatif untuk mencegah obstruksi,
DAFTAR PUSTAKA
3. American Cancer Society, 2006, Cancer Facts and Figures 2006, American Society Inc.
Atlanta
4. Azamris, Nawawir Bustani, Misbach Jalins.2017, Karsinora Recti di RSUP dr. Jamil Padang,
5. Marijata,, 2016, Pengantar Dasar Bedah Klinis, Unit Pelayanan Kampus, FK UGM
6. De Jong Wim, Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
7. Mansjoer Arif et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media Aesculapius.
Jakarta