Anda di halaman 1dari 91

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KANKER KOLOREKTAL

DI SUSUN OLEH :

ANATASIA

ASTRIANI

BOY

ENGGAR

GRYNA

GRACE

MARNI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA


KATA PENGATAR

Assalamuallaikum wr wb puji sukur kepada tuhan yg maha kuasa atas berkat rahmat
dan kasihnya penyususan dapat menyelesaikan makalah “Kanker kolorektal” untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical bedah II.penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yg blm sempurna.oleh karna itu
penyusunan mhon maaf serta kritik dan saran yg sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan

Ahirnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yg telah membantu


penyususnan makalah ini dan besar harapan penyusun semogah makalah ini
merupakan manfaat dan menambah pengetahuan

Sorong 17 jun 2001


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR

PENDAHULUAN

Latar Belakang……………………………………………………………………….

Tujuan makalah…………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Konsep Dasar Penyakit..................................................................................

1. Definisi....................................................................................................

2. Anatomi Fisiologi....................................................................................

3. Etiologi....................................................................................................

4. Patofisiologi............................................................................................

5. Pathway Ca Colon...................................................................................

6. Manisfestasi Klinis..................................................................................

7. Klasifikasi...............................................................................................

8. Pemeriksaan penunjang...........................................................................

9. Penatalaksanaan......................................................................................
10. Konsep Kemoterapi.................................................................................

11. Komplikasi..............................................................................................

B. Konsep Masalah Keperawatan.......................................................................

1. Pengertian Masalah Keperawatan...........................................................

2. Kriteria Mayor dan Minor.......................................................................

3. Faktor yang Berhubungan.......................................................................

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................

1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................

2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................

3. Intervensi Keperawatan...........................................................................

4. Implementasi...........................................................................................

5. Evaluasi...................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................

A. KESIMPULAN.......................................................................................................

B. SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan dan

mendukung berjalannya aktivitas secara optimal. Kesehatan diartikan

sebagai kondisi fisik,mental dan sosial yang terbebas dari gangguan

penyakit sehingga aktivitas yang berjalan di dalamnya dapat terjadi

secara optimal. Untuk mencapai standar kesehatan yang baik maka

diperlukan adanya proses pengelolaan lingkungan sekitar dan aktivitas

harian yang tercermin dalam gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat

merupakan gaya hidup masyarakat yang menjunjung tinggi aspek-aspek

kesehatan seperti pengelolaan kebersihan dan kesehatan lingkungan,

menjaga kebugaran fisik dan psikis dan pemberian asupan nutrisi yang

cukup, sehingga tercapai standar kesehatan yang baik (Susanti &

Kholisoh, 2018).

Perubahan gaya hidup dan pola makan mempengaruhi terjadinya

kanker kolorektal (Astuti, Rafli, & Zeffira, 2019). Kanker kolorektal

merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian

akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal

dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar

menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia, 2018). Kanker kolon adalah

keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon

(bagian terpanjang dari usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker

Nasional, 2015).
1. Tujuan Umum

Tujuan dari makalah ini adalah mendapatkan gambaran tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan

Ca Colon Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a) Mengkaji pasien kemoterapi dengan Ca Colon tahun 2020.

b) Menegakkan diagnosa keperawatan pasien kemoterapi dengan

Ca Colon tahun 2020.

c) Menyusun perencanaan keperawatan kemoterapi dengan Ca

Colon tahun 2020.

d) Melaksanakan intervensi keperawatan pasien kemoterapi

dengan Ca Colon tahun 2020.


e) Melakukan evaluasi pasien kemoterapi dengan Ca

Colon tahun 2020.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang

bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistem

pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal

dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan kemudian

membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,

2018).

Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari

jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang

dari usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker

Nasional, 2015).

2. Anatomi Fisiologi

Usus besar memanjang dari ujung akhir dari

ileum sampai anus. Panjangnya bervariasi sekitar 1.5 m.

Ukuran Usus besar berbentuk tabung muskular

berongga dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang

terbentang dari saekum hingga kanalis ani. Diameter

usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus

kecil, yaitu sekitar

6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil.

Usus besar terdiri dari bagian yaitu caecum, kolon


asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon

sigmoid dan rektum.

11
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi

Struktur usus besar:

a. Caecum

Merupakan kantong yang terletak di bawah

muara ileum pada usus besar. Panjang dan lebarnya

kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum terletak pada

fossa iliakakanan di atas setengah bagian lateralis

ligamentum inguinale. Biasanya saekum seluruhnya

dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak

bebas, tetapi tidak mempunyai mesenterium.

Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di sebelah medial

dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika

caecalis, menghasilkan suatu kantong peritoneum

kecil, recessus retrocaecalis.


b. Kolon asenden

Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa

iliaka kanan sampai ke sebelah kanan abdomen.

Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen

sebelah kanan dan di hati membelok ke kiri.

Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura

coli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon

transversum.

c. Kolon Transversum

Merupakan bagian usus besar yang paling besar

dan paling dapat bergerak bebas karena tergantung

pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum

majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan

menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra

sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke

lateralis.Letaknya tidak tepat melintang (transversal)

tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak

di regio umbilikus.

d. Kolon desenden

Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di

bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari

depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri,

bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang


peritoneum.

e. Kolon sigmoid

Sering disebut juga kolon pelvinum.

Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk

lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura

pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan


menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat

peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga

teniae coli dan terletak +

15 cm di atas anus. Kolon sigmoid tergantung oleh

mesokolon sigmoideum pada dinding belakang pelvis

sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).

f. Rektum

Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar,

yaitu kolon sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm.

Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva

dorsoventral. Mukosa rektum lebih halus

dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki 3

buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior

kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik

dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal

terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua

bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum

dimana bagian anterior lebih panjang dibanding

bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah

bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu

masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,

dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal )

serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum


kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3

sling : atas, medial dan depan.

3. Etiologi

Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi

terkena kanker kolorektal. Beberapa faktor risiko

tersebut ada yang tidak bisa diubah,


seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip,

riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative

atau penyakit Chron), dan memiliki anggota keluarga

yang mempunyai riwayat polip atau kanker usus besar.

Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat

yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal di usia

muda dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah

mengonsumsi daging merah dan daging olahan secara

berlebihan.

Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker

kolorektal, batasi makanan tinggi lemak termasuk daging

merah. Merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya

kanker kolorektal. Diperkirakan, satu dari lima kasus

kanker usus besar di Amerika Serikat dihubungkan

dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan

risiko terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko

perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor

risiko tinggi lain adalah pengonsumsian alkohol. Usus

mengubah alkohol menjadi asetildehida yang

meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik

konsumsi buah dan sayur yang mengandung probiotik,

karena kandungan seratnya akan mengikat sisa makanan

dan membuat feses lebih berat sehingga mudah dibuang


(Kemenkes RI, 2019).

4. Patofisiologi

Umumnya tumor kolorektal adalah

adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma.

Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun

umumnya masih terjadi di rektum dan kolon


sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh

dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika

polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai

menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi

tebal dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat

tumor pada usus kiri bermula sebagai massa kecil yang

menyebabkan ulkus pada suplai darah (Black & Hawks, 2014).

Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar

ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ

yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan

langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding

luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura

mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran

genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh

perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering

berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa

saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional

masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga

menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area

sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal.

“Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat

terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan

pembedahan (Black & Hawks, 2014).


Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%)

terjadi pada area rektal dan 20–30 % terjadi di sigmoid dan

kolon desending. Kanker kolorektal terutama

adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak

95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan

daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor

bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks,

2014):

1) Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor

secara langsung misalnya ke abdomen dari kolon

transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat

mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.

2) Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati,

juga bisa mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.

3) Tertanam ke rongga abdomen.


5. Bagan 2.1 Pathway Ca Colon

Faktor
Resiko
Kanker
Kolon

Pola gaya
Faktor Genetik Faktor
Usia Kolitis ulsreatif
Penyakit hidup
crohn tidak
at
sehat
, daging
Riway merah,
Usia >5 0
at Merokok daging
Rendah
keluar Minum an ser
olahan
ga
beralkohol
tahun Radang Zat nikotin
menderit
a penyakit kronis sebagai Masuk kedalam
Menumpu
kanker pada sumber tubuh
Mutasi k dalam
usus karsinog membentuk
sel- sel kolon
besar en asetaldehida (zat
dalam
kimia beracun )
tubuh

Masuk ke Meningkatk
dalam an sel
Merusak
Pembela saluran karsinogen
DNA di
han sel pernapas
dalam sel
tidak an
induk
sempurn
a
Menuj u
Mengubah
perilaku sel
kolo
n
ne g abno
m usu rmal
Feses tidak Ob
pe s pada
lembut, menjadi str
l dindi
zat karsinogen uks
di ng
i
di Per usus
us
nd uba
Menumpuk us,
in han
didalam usus me

Kanker Kolon
Invasi jaringan
dan efek
kompresi
tumor

Interven Interven
si si
pembeda
kemoter
han
api

MK :
Pasc Ko Resp Perubahan intake
a los ng on nutrisi
Port e
dbed to gu serab
ah mi an ut
e a
se lokal
n Tu
m Asupan nutrisi tidak
t bu
en adekuat
Luka r h
tar
pas e
a MK :
ca e
bed Ga at Kerus Nye
ah au akan MK :
Citr ri
pe jaring
n Defisit Nutrisi
MK : rm an
an lunak
Resik
Perawa a en pasca
t o
beda
luka Infek
h
tida si
inten
sif
Intra G makana Pos
Pre a n Menyer
kemote t
kemoterapi n ang sel-
rapi ke
g sel yang
mo tumbuh
g MK : tera cepat
Adanya u Resiko pi
MK : filtrasi a Defisit
Ansietas obat di I Nutrisi
jaringan n Sel-
Efek
sekitar t pe sel
e mb folik
Dilakukan g el
n eria
pemasanga ri ramb
Kerusaka n
infus t ut
n jaringan oba
progresif a t el

irreversib s ke
K mo
MK : Resiko ya Keronto
tera da
Infeksi kan
M pi unculn si
Tidak
tanda-tan ma
ekstravasa mp MK : ko
MK :
n
me
ulit
nel Nau Ganggu
an sea an Citra
MK :
Resi Tubuh

Sumber : (Wahyuningsih, 2018 dan PPNI, 2017)


6. Manisfestasi Klinis

Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):

1) Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare,

atau konstipasi atau perubahan pada lamanya saat

buang air besar, dimana pola ini berlangsung selama

beberapa minggu hingga bulan. Kadang-kadang

perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk

dari feses atau kotoran dari hari ke hari (kadang-

kadang keras, lalu lunak, dan seterusnya)

2) Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya

darah di feses, seringkali hanya dapat dideteksi di

laboratorium

3) Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut

seperti keram, gas atau rasa sakit yang berulang

4) Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong

sesudah buang air besar

5) Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih

6) Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat

dijelaskan sebabnya

7. Klasifikasi

Klasifikasi ca colon menurut American Joint Committee

on Cancer 2010 dalam (Komite Penanggulangan Kanker

Nasional, 2015)
1) Tabel 2.1 Penilaian tumor primer (T) pada ca colon

T Penilaian
Tumor
TX Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak ada ditemukan tumor primer

Tis Carsinoma in situ : intraepitelial atau invasi lamina propria

T1 Tumor invasi sub mukosa

T2 Tumor invasi muscularis propria

T3 Tumor invasi sepanjang muscularis propria

hingga jaringan perikolorektal

T4a Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral

Tumor secara langsung menginvasi atau melengket ke


T4b
organ lain

2) Tabel 2.2 Penilaian penyebaran kelenjar getah

bening (N) pada ca colon

N Kelenjar Getah
Bening
NX Kelenjar Getah Bening regional tidak dapat dinilai

N0 Tidak ada metastasis KGB

N1 Metastasis pada 1 – 3 KGB regional

N1a Metastasis pada 1 KGB regional


N1b Metastasis pada 2 – 3 KGB regional

N1c Deposit tumor pada subserosa, mesentrium, atau pericolic non

peritoneal atau jaringan perirektal tanpa metastasis KGB

N2 Metastasis pada ≥4 KGB regional

Metastasis pada 4 – 6 KGB


N2a
Regional

N2b Metastasis pada ≥7 KGB regional

3) Tabel 2.3 Penilaian metastasis jauh (M) pada ca colon

M Penilaian
Metastasis
M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Metastasis terjadi pada satu organ atau sisi (hati, paru, ovarium,
M1
a KGB non regional)

M1 Metastasis terjadi pada >1 organ / sisi atau di peritoneum


b

4) Tabel 2.4 Stadium ca colon

Stadi T N M Keterangan
um
0 Tis N M Tis: Tumor
0 0 terbatas pada
mukosa
I T N M T1: Tumor

1 0 0 menyerang

T N M submukosa T1:

2 0 0 Tumor

menyerang
submukosa
IIA T3 N M T3: Tumor menyerang
0 0 subserosa atau lebih (tanpa

melibatkan organ lain)


IIB T4a N M0 T4a: Tumor melubangi peritoneum
0 visceral
IIC T4b N M0 T4b: Tumor menyerang organ yang
0 berdekatan
IIIA T1- N1/N1 M N1: Sel-sel tumor dalam 1 sampai 3

T2 c 0 kelenjar getah bening regional. T1 atau T2

T1 N2a M N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6


kelenjar getah
0
bening regional. T1
IIIB T3- N1/N1 M N1: Sel-sel tumor dalam 1 sampai 3

T4a c 0 kelenjar getah bening regional. T3 atau T4

T2- N2a M N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6

T3 N2b 0 kelenjar getah bening regional. T2 atau T3

T1- M N2b: Sel-sel tumor di 7 atau lebih

T2 0 kelenjar getah bening regional. T1 atau 2


IIIC T4a N2a M N2a: Sel-sel tumor dalam 4 sampai 6

T3- N2b 0 kelenjar getah bening regional. T4a

T4a N1- M N2b: Sel-sel tumor di 7 atau lebih

T4b N2 0 kelenjar getah bening regional. T3-4a

M N1-2: Sel tumor di setidaknya satu


kelenjar getah
0
bening regional. T4b
IVA Sem Any M1a M1a: Metastasis ke 1 bagian tubuh lain
N
ua di luar usus besar, dubur atau kelenjar

T getah bening regional. T apa saja,

sembarang N.
IVB Sem Any M1b M1b: Metastasis ke lebih dari 1 bagian
N tubuh lain di
ua luar usus besar, dubur atau kelenjar getah
bening regional. T apa saja, sembarang N.
T
Gambar 2.1 (contoh penyebaran stadium kanker kolon)

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien

dengan kanker kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti

& Nouva, 2018)

1) Pemeriksaan laboratorium klinis

Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma

kolorektal bisa untuk menegakkan diagnosa maupun

monitoring perkembangan atau kekambuhannya.

Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain

pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan

tinja yang merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan

hipokalemia kemungkinan ditemukan oleh karena


adanya perdarahan kecil. Perdarahan tersembunyi

dapat dilihat dari pemeriksaan tinja. Selain


pemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan

diagnosa karsinoma kolorektal dilakukan juga

skrining CEA (Carcinoma Embrionic Antigen).

Carcinoma Embrionic Antigen merupakan pertanda

serum terhadap adanya karsinoma kolon dan rektum.

Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah

glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang

masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan

sebagai marker serologi untuk memonitor status

kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini

dan metastase ke hepar. Carcinoma Embrionic

Antigen terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa

digunakan sebagai skrining kanker kolorektal.

Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun

berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya

nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2,

stadium lanjut dari penyakit dan adanya metastase

ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum

merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA

serum baru dapat dikatakan bermakna pada

monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.

2) Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi

Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada


kanker kolorektal adalah terhadap bahan yang berasal

dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi

usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi

yang merupakan diagnosa definitif. Dari


pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh

karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma

di kolorektal ini.

3) Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto

polos abdomen atau menggunakan kontras. Teknik

yang sering digunakan adalah dengan memakai

double kontras barium enema, yang sensitifitasnya

mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang

berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-

sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat

biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi

untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi

kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan

jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat

polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi

dengan menggunakan barium enema sangat rendah,

yaitu sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan

perforasi, maka sebuah kontras larut air harus

digunakan daripada barium enema. Computerised

Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging

(MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan

bagian dari teknik pencitraan yang digunakan untuk


evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan

kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan

skrining tes.
4) Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan

gambaran seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur

kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan

menggunakan alat kolonoskopi, yaitu selang lentur

berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi

dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang

paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan

ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari

pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik

daripada barium enema yang keakuratannya hanya

sebesar 67%. Kolonoskopi juga dapat digunakan

untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan

dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan

prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama

(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya

muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi

merupakan cara yang sangat berguna untuk

mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory

bowel disease, non akut divertikulitis, sigmoid

volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non

toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih

sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada


diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan

komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik,

sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama

dari kolonoskopi diagnostik.


9. Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana kanker kolon pada tabel 2.5

adalah: (Komite Penanggulangan Kanker

Nasional, 2015)

Stadium Terap
i
 Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
Stadium 0
 Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang
(TisN0M0)
tidak memenuhi syarat eksisi lokal

Stadium I  Wide surgical resection dengan anastomosis

(T1- tanpa kemoterapi adjuvan

2N0M0)
Stadium II  Wide surgical resection dengan anastomosis

(T3N0M0,  Terapi adjuvan setelah pembedahan

T4a- pada pasien dengan risiko tinggi

bN0M0)
Stadium III
 Wide surgical resection dengan anastomosis
(T apapun N1-
 Terapi adjuvan setelah pembedahan
2

M0)
 Reseksi tumor primer pada kasus

Stadium IV kanker kolorektal metastasis yang dapat

(T apapun, direseksi

N apapun,  Kemoterapi sistemik pada kasus

M1) kanker kolorektal dengan metastasis yang


tidak dapat

direseksi dan tanpa gejala


10. Konsep Kemoterapi

Kemoterapi adalah salah satu tipe terapi kanker yang

menggunakan obat untuk mematikan sel-sel kanker.

Kemoterapi bekerja dengan menghentikan atau

memerlambat perkembangan sel-sel kanker, yang

berkembang dan memecah belah secara cepat. Namun,

terapi tersebut juga dapat merusak sel-sel sehat yang

memecah belah secara cepat, seperti sel pada mulut dan

usus atau menyebabkan gangguan pertumbuhan rambut.

Kerusakan terhadap sel-sel sehat merupakan efek

samping dari terapi ini. Seringkali, efek samping tersebut

membaik atau menghilang setelah proses kemoterapi telah

selesai (National Cancer Institute, 2015).

Mekanisme obat kemoterapi adalah dengan

mematikan atau menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Sehingga muncul berbagai efek samping yang disebabkan

oleh karena efek obat kemoterapi pada jaringan atau sel

yang sehat. Penggunaan obat kemoterapi juga

memberikan efek samping pada saraf, salah satu gejala

neuroluar biasa usai menjalani kemoterapi, sementara

efek samping yang muncul pada pasien lainnya mungkin

tidak terlalu parah.


1) Penggunaan Klinis Kemoterapi

Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis

harus dipertimbangkan hal-hal berikut: Tentukan

tujuan terapi. Kemoterapi memiliki beberapa tujuan

berbeda, yaitu kemoterapi kuratif, kemoterapi adjuvan,

kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi investigatif.

a) Kemoterapi kuratif

Terhadap tumor sensitif yang kurabel, missal

leukimia limfositik akut, limfoma maligna, kanker

testes, karsinoma sel kecil paru, dapat dilakukan

kemoterapi kuratif. Skipper melalui penelitian atas

galur tumor L1210 dari leukimia mencit

menemukan efek obat terhadap sel tumor

mengikuti aturan 'kinetika orde pertama', yaitu

dengan dosis tertentu obat antikanker dapat

membunuh proporsi tertentu, bukan nilai konstan

tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus

memakai formula kemoterapi kombinasi yang

terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda,

efek toksik berbeda dan masing- masing efektif

bila digunakan tersendiri, diberikan dengan

banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula

tersebut diupayakan memakai dosis maksimum


yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval

sedapat mungkin diperpendek agar tereapai

pembasmian total sel kanker dalam tubuh.


b) Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang

dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya

ini adalah bagian dari operasi kuratif. Karena

banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah

memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi,

maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa

akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap

obat bertambah. Pada umumnya tumor bila

volume semakin kecil, ratio pertumbuhan sernakin

tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila

tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit

muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi dini

terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan

efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi

obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah.

c) Kemoterapi neonadjuvan

Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi

yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi.

Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi

atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika

berlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklus dapat

mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah,


berguna. bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi

selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati

respons tumor terhadap kemoterapi dan secara dini

menterapi lesi metastatik subklinis yang mungkin

terdapat. Karena kemoterapi adjuvan mungkin


menghadapi resiko jika kemoterapi tidak efektif

peluang operasi akan lenyap, maka harus

memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti

efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian

mutahir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan

meningkatkan peluang operatif untuk kanker

kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma,

mengurangi pelaksanaan operasi yang membawa

kecacatan pada kanker tertentu Oaring, kandung

kemih, kanalis analis) memperbaiki kualitas hidup

sebagian pasien.

d) Kemoterapi paliatif

Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker

bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung,

pankreas, kolon, dan lain- lain. Hasil kemoterapi

masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti

itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat

paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala,

memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini

dokter harus mempetimbangkan keuntungan dan

kerugian yang dibawa kemoterapi pada diri pasien,

menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga

kualitas hidup pasien menurun atau memperparah


perkembangan penyakitnya.

e) Kemoterapi investigatif

Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis

dengan regimen kemoterapi baru atau obat baru

yang sedang diteliti.


Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan

efektivitas tinggi toksisitas rendah, penelitian

memang diperlukan. Penelitian harus memiliki

tujuan yang jelas, rancangan pengujian yang baik,

metode observasi dan penilaian yang rinci, dan

perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika

kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku

kendali mutu, disebut 'good clinical practice'

(GCP).

2) Cara Pemberian Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara:

a) Suntikan. Kemoterapi diberikan melalui suntikan

ke dalam otot lengan, paha, atau pinggul, atau di

bawah lemak kulit pada lengan, tungkai, atau

perut.

b) Intra-arterial (IA). Kemoterapi dimasukkan

langsung ke pembuluh darah nadi (arteri) yang

memberi makan sel-sel kanker.

c) Intraperitoneal (IP). Kemoterapi dimasukkan ke

rongga peritoneal (area yang berisi organ seperti

usus, perut, hati, dan indung telur).

d) Intravenous (IV). Kemoterapi dimasukkan dalam

pembuluh darah balik (vena).


e) Topikal. Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.

f) Oral. Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau

cairan yang dapat ditelan.


(Controversies & Obstetrics, 2013)

3) Jenis-jenis obat kemoterapi pada pasien kanker kolon adalah

sebagai berikut (Sari et al., 2019).

Tabel 2.6 Jenis obat kemoterapi

Jenis Kemoterapi Mekanisme Kerja Efek Samping

 Menghambat
Mual, muntah,
enzim timidilat
5- diare,
sintase
Fluorouras stomatitis,palmar-
 Menghambat
il (5-FU) plantar
sintesis DNA dan
erythrodysesthe-sia,
RNA
leukopenia
 Menghambat

pertumbuhan

sel kanker
 Menstabilkan

ikatan asam

fluorodeoksiuriidila
Leucovori Memperkuat efek
t terhadap
n (LV) samping 5-FU
timidilat sintase

 Menambah efek

terapi 5-FU
Merupakan Peningkatan

Capecitabine bilirubin,
prodrug
palmar-
fluorourasil,
mekanisme kerja plantar
sama dengan 5-FU erythrodysesthe-
sia
 Mengalami
Sistem
Oxaliplatin hidrolisis
hepatopoetik,
intraseluler
sistem saraf tepi,
 Menghambat
sistem
replikasi
gastrointestinal
DNA

 Kematian sel
Irinotecan Diare, gangguan

hepar, insomnia,
 Menghambat
alergi, gangguan
enzim
hematopoetik,
topoisomerase I
bradikardi,
 Replikasi DNA
oedema,

hipotensi, demam,

11. Komplikasi

Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah sumbatan

(obstruksi) saluran cerna. Sumbatan tersebut tentu diakibatkan

tumor yang memenuhi saluran usus. Adanya sumbatan tersebut

menyebabkan penderitanya mengalami konstipasi dan nyeri perut.

Selain obstruksi, tumor juga dapat menyebabkan usus mengalami

kebocoran (perforasi). Perforasi usus dapat menimbulkan gejala

yang berat seperti nyeri perut hebat, perut terlihat membesar dan
tegang, muntah, serta infeksi berat.
Tak berhenti di situ, kanker usus juga dapat

menimbulkan perdarahan. Hal tersebut dapat terjadi bila

tumor berada di sekitar rektum, salah satu bagian terakhir

usus besar. Perdarahan tumor dapat menyebabkan

penderitanya kehilangan darah yang cukup banyak,

sehingga menimbulkan anemia (kekurangan sel darah

merah).

Komplikasi lain dari kanker usus adalah

penyebaran sel tumor ke organ yang lain. Proses yang

disebut metastasis ini lazim terjadi pada berbagai jenis

kanker, terutama yang sifatnya ganas. Organ tubuh

yang paling sering menjadi sasaran metastasis sel kanker

usus adalah kelenjar getah bening, paru, dan selaput

rongga perut. Metastasis dapat menimbulkan gejala

sesuai organ yang terkena, misalnya benjolan di sekitar

leher, sesak napas, dan nyeri perut serta perut yang

semakin membesar (Timurtini, 2019).

B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Pengertian Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan

merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.


Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).


2. Kriteria Mayor dan Minor

Menurut (PPNI, 2017) menyatakan kriteria mayor

merupakan tanda atau gejala yang ditemukan 80%-100%

pada klien untuk validasi diagnosis. Sedangkan kroteria

minor merupakan tanda atau gejala yang tidak harus

ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung

penegakkan diagnosis.

3. Faktor yang Berhubungan

Faktor yang berhubungan atau penyebab pada

masalah keperawatan merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status kesehatan yang mencakup

empat kategori yaitu : Fisiologis, biologis atau psikologis,

efek terapi atau tindakan, lingkungan atau personal, dan

kematangan perkembanngan (PPNI, 2017).

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi

penderita Ca Colon menurut (Wahyuningsih, 2018) yang

disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia yaitu (PPNI, 2017) :

Masalah keperawatan pada pre kemoterapi

a. Ansietas (D.0080)

1) Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif

individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik

akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan


individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

2) Penyebab:

a) Krisis situasional
b) Ancaman terhadap konsep diri

c) Ancaman terhadap kematian

d) Kekhawatiran mengalami kegagalan

e) Kurang terpapar informasi

3) Gejala dan

tanda Mayor

Subjektif:

a) Merasa bingung

b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

c) Sulit

berkonsentras

i Objektif:

a) Tampak gelisah

b) Tampak tegang

c) Sulit tidur

4) Gejala dan

data Minor

Subjektif:

a) Mengeluh pusing

b) Anoreksia

c) Palpitasi

d) Merasa

tidak berdaya

Objektif:
a) Frekuensi nafas meningkat

b) Frekuensi nadi meningkat

c) Tekanan darah meningkat


d) Diaphoresis

e) Tremor

f) Muka tampak pucat

g) Suara bergetar

h) Kontak mata buruk

i) Sering berkemih

j) Berorientasi pada masa lalu

5) Kondisi klinis terkait

a) Penyakit kronis progresif (misalnya penyakit kanker)

Masalah keperawatan pada intra kemoterapi

a. Risiko Infeksi (0142)

1) Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik

2) Faktor Risiko :

a) Efek prosedur invasif

b) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

c) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:

Kerusakan integritas kulit

d) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

Penurunan Hemoglobin, Imunosupresi, Supresi

respon inflamasi

3) Kondisi klinis terkait

a) Tindakan invasif
b. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)

1) Definisi : Berisiko mengalami kerusakan kulit

(dermis dan/atau epidermis) atau jaringan

(membrane mukosa, kornea, fasia,otot, tendon,

tulang, kartilago, kapsil sendi dan/atau ligament).

2) Faktor Risiko :

a) Perubahan sirkulasi

b) Bahan kimia iritatif

c) Kelembaban

d) Perubahan hormonal

e) Kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan atau melindungi integritas

jaringan

3) Kondisi klinis terkait :

a) Imunodefisiensi

Masalah keperawatan pada post kemoterapi

a. Nausea (D.0076)

1) Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian

belakang tenggorok atau lambung yang dapat

mengakibatkan muntah

2) Penyebab :

a) Efek agen farmakologis

3) Gejala dan
tanda Mayor :

Subjektif :

a) Mengeluh mual
b) Merasa ingin muntah

c) Tidak

berminat makan

Objektif :

Tidak bersedia

4) Gejala dan

tanda Minor :

Subjektif :

a) Merasa asam di mulut

b) Sensasi panas atau dingin

c) Serin

menelan

Objektif

a) Saliva meningkat

b) Pucat

c) Diaforesis

d) Takikardia

e) Pupil dilatasi

5) Kondisi klinis terkait :

a) Kanker

b. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)

1) Definisi : Perubahan persepsi tentang penampilan,


struktur dan fungsi fisik individu

2) Penyebab :

a. Perubahan fungsi tubuh (misal. Proses penyakit)


b. Efek tindakan atau pengobatan (misalnya

Pembedahan, kemoterapi)

3) Gejala dan

data Mayor :

Subjektif :

a) Mengungkapkan kecacatan atau kehilangan

bagian tubuh Objektif :

a) Kehilangan bagian tubuh

b) Fungsi atau struktur tubuh berubah

4) Gejala dan

data Minor :

Subjektif :

a) Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau

kehilangan bagian tubuh

b) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh

c) Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan

atau reaksi orang lain

d) Mengungkapkan perubahan

gaya hidup Objektif :

a) Menyembunyikan atau menunjukkan bagian

tubuh secara berlebihan

b) Menghindari melihat atau menyentuh bagian tubuh

c) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh


d) Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh

e) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu


f) Hubungan sosial berubah

5) Kondisi klinis terkait :

a) Program terapi neoplasma

c. Reiko defisit nutrisi (D.0032)

1) Definisi : beresiko mengalami asupan nutrisi tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

2) Faktor resiko :

a) ketidakmampuan menelan makanan

b) ketidakmampuan mencerna makanan

c) faktor psikologis (misal.keengganan untuk makan )

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang

hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan

informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien,

dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien.

Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh,

sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada

identifikasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data

dapat diperoleh dari data subyektif melalui wawancara dan

dari data obyektif melalui observasi, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017):


1) Pengumpulan Data

a) Identitas pasien : Meliputi nama, umur, jenis

kelamin, pekerjaan, alamat, tempat tinggal

b) Riwayat penyakit sekarang : Pada pengkajian

ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada area

abdomen terjadi pembesaran

c) Riwayat penyakit dahulu : Adakah riwayat

penyakit dahulu yang diderita pasien dengan

timbulnya kanker kolon.

d) Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota

keluarga yang mengalami penyakit seperti yang

dialami pasien, adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit kronis lainnya

e) Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana

hubungan pasien dengan anggota keluarga yang

lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun

saat sakit, apakah pasien mengalami

kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang

dideritanya, dan bagaimana pasien

menggunakan koping mekanisme untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

2) Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual

a) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari-

hari, jenis makanan apa saja yang sering di

konsumsi, makanan yang paling disukai,

frekwensi makanannya

b) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB,

BAK, adakah keluar darah atau tidak, keras,

lembek, cair ?

c) Pola personal hygiene

Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi,

menggunakan sabun atau tidak, menyikat gigi.

d) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ?

Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?

e) Pola aktivitas dan latihan

Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering

dilakukan, aktivitas diluar kegiatan olaraga,

misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan

sekitarnya.

f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-

minuman keras, ketergantungan dengan obat-

obatan ( narkoba ).

g) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan

tetangga, teman- teman sekitar lingkungan

rumah, aktif dalam kegiatan adat ?

h) Pola persepsi dan konsep diri


Pandangan terhadap image diri pribadi,

kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan

dengan keluarga.
i) Pola nilai kepercayaan

Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa,

keyakinan terhadap agama yang dianut,

mengerjakan perintah agama yang di anut dan

patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.

j) Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia,

hubungan dengan keluarga besarnya dan

lingkungan sekitar.

3) Riwayat pengkajian nyeri

P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan

gejala? Apa yang biasa memperberat dan mengurangi

nyeri ?

Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan,

sejauh mana gejala dirasakan ?

R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan dan

apakah gejala yang dirasakan menyebar?

S : Skala – severity: Berapa tingkat keparahan dirasakan?

T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering

gejala dirasakan?

4) Pemeriksaan fisik

a) Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi

b) Rambut dan kulit kepala : Pendarahan,


pengelupasan, perlukaan, penekanan

c) Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bau ?


d) Mata : Perlukaan, pembengkakan, replek pupil,

kondisi kelopak mata, adanya benda asing, skelera

putih ?

e) Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping,

kelainan anatomi akibat trauma ?

f) Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering ?

g) Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering ?

h) Rahang : Perlukaan, stabilitas ?

i) Leher : Bendungan vena, deviasi trakea,

pembesaran kelenjar tiroid

5) Pemeriksaan dada

a) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan

ekspirasi pernapasan, irama, gerakkan cuping

hidung, terdengar suara napas tambahan.

b) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil

premitus sama antara kanan kiri dinding dada.

c) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua

paru, suara redup pada batas paru dan hepar.

d) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di

kedua lapisan paru, suara ronchi dan wheezing

6) Kardiovaskuler

a) Inspeksi: Bentuk dada simetris

b) Palpasi: Frekuensi nadi,


c) Parkusi: Suara pekak
d) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur

7) System pencernaan / abdomen

a) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah

abdomen membuncit atau datar, tapi perut menonjol

atau tidak, lembilikus menonjol atau tidak, apakah

ada benjolan benjolan / massa.

b) Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah

massa ( tumor, teses) turgor kulit perut untuk

mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar

teraba, apakah lien teraba?

c) Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya

massa padat atau cair akan menimbulkan suara

pekak ( hepar, asites, vesika urinaria, tumor).

d) Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai

normalnya 5- 35 kali permenit.

8) Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:

a) Warna dan suhu kulit

b) Perabaan nadi distal

c) Depornitas extremitas alus

d) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif

e) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi

f) Derajat nyeri bagian yang cidera

g) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh


h) Reflek patella

9) Pemeriksaan pelvis/genitalia
a) Kebersihan, pertumbuhan rambut

b) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang

kateter, terdapat lesi atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam

penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan (Dinarti &

Yuli Muryanti, 2017). Diagnosa yang mungkin muncul

menurut (PPNI, 2017):

Pre kemoterapi

1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Intra kemoterpi

a. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

b. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif

Post kemoterapi

a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan

atau pengobatan (misal. Pembedahan, kemoterapi dan

radioterapi)

c. Resiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan

menelan makanan
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah

rencana tindakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan

kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan adalah suatu

rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan

masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan

dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan

analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Yuli

Muryanti, 2017).

Rencana Keperawatan Pre kemoterapi

1) Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (D.0080)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan tingkat ansietas pasien menurun.

Kriteria Hasil :

a) Verbalisasi kebingungan menurun

b) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi

c) Perilaku gelisah menurun

d) Perilaku tegang menurun

e) Frekuensi pernapasan, nadi dan tekanan

darah menurun Intervensi Reduksi Ansietas

(I.09314):

Observasi

1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal


kondisi, waktu, stressor)

2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)


Terapeutik

1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

3) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu

kecemasan Edukasi

1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

2) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu

3) Latih teknik

relaksasi

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Rencana keperawatan Intra kemoterapi

a. Resiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur invasif (D.0142)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan risiko infeksi dapat menurun.

Kriteria Hasil :

1) Demam menurun

2) Kemerahan menurun

3) Nyeri menurun

4) Bengkak menurun

Intervensi Pencegahan Infeksi

(I.14539): Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local


Terapeutik

1) Batasi jumlah pengunjung

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

pasien dan lingkungan pasien

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan

dengan benar Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

b. Risiko gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan

kimia iritatif (D.0139)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan risiko gangguan integritas kulit menurun.

Kriteria Hasil :

1) Elastisitas meningkat

2) Hidrasi meningkat

3) Kerusakan jaringan menurun

4) Kerusakan lapisan kulit

menurun Intervensi perawatan

integritas kulit (I.11353):

Observasi

1) Identifikasi penyebab gangguan

integritas kulit Terapeutik


2) Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif

3) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada

kulit kering Edukasi

1) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Rencana keperawatan Post kemoterapi

a. Nausea berhubungan dengan tindakan kemoterapi (D.0076)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan tingkat nausea dapat menurun.

Kriteria Hasil :

1) Nafsu makan meningkat

2) Keluhan mual menurun

3) Perasaan ingin muntah menurun

4) Pucat tampak membaik

Intervensi Menejemen Mual

(I.03117): Observasi

1) Identifikasi faktor penyebab mual

2) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup

3) Mo

nitor

mual

Terapeu

tik

1) Kontrol faktor lingkungan penyebab mual


2) Berikan makanan dalam jumlah kecil

dan menarik Edukasi

1) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup


2) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk

mengatasi mual

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

b. Gangguan citra tubuh berhubungan

dengan efek tindakan/pengobatan (D.0083)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan persepsi tentang penampilan pasien dapat

meningkat.

Kriteria Hasil :

1) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

2) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan atau reaksi orang lain

3) Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

4) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik

5) Hubungan sosial

membaik Intervensi Promosi

citra tubuh (I.09305):

Observasi

1) Identifikasi harapan citra tubuh

berdasarkan tahap perkembangan

2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang

mengakibatkan isolasi sosial

3) Monitor frekuensi pernyataan kritik


terhadap diri sendiri Terapeutik

1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya


2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra

tubuh secara realistis

4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang

perubahan citra tubuh

Edukasi

1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

2) Latih fungsi tubuh yang dimiliki

3) Latih peningkatan penampilan diri

c. Resiko defisit nutrisi (D.0032)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan nutrisi pasien meningkat

Kriteria hasil :

1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

2) Kekuatan otot pengunyah meningkat

3) Kekuatan otot menelan meningkat

4) Frekuensi
makan membaik

5) Nafsu makan membaik

Intervensi Manajemen Nutrisi (L.03119)

1) Identfikasi status nutrisi

2) Identifikasi alergi atau intoleran makanan

3) Identifikasi makanan yang disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien


Terapeutik

1) Fasilitasi menentukan pedoman diet

2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

4) Berikan suplemen

makanan, jika perlu Edukasi

1) Ajarkan diet yang

diprogramkan Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

(misal. Pereda nyeri, antiemetik)

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrien yang dibutuhkan, jika

perlu

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien

dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).

Komponen tahap implementasi :

1) Tindakan keperawatan mandiri

2) Tindakan keperawatan kolaboratif

3) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien


terhadap asuhan keperawatan.
5. Evaluasi

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian

hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai

sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses

menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan

proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi

adalah membandingkan secara sistematik dan terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada pasien,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan

psien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan

merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan

yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan

yang telah dilakukan tercapai (Dinarti & Yuli Muryanti,

2017). Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu

(Suprajitno dalam Wardani, 2013):

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan

secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.


BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kancer kolreltal berasal dari jaringan kolon (bagian panjang di usus besar)atau
jaringan rektum beberapa inci terakir di usus besar sebelum anus.sebagian besar
colerektal canker adalah colerektal kenker yg di mulai dari sel-sel yang membuat
serta melepaskan lndir dan cairan lainy.

Etiologi dari colorektal cancer yg terdiri dari atas faktor resiko faktor
prediposisi.faktor risiko terdiri dari usia.riwayat kenker pribadi riwayat kanker
colorektal pada keluarga,riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit
cronh.

Saran

Dalam menerapakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktum di


perlukapengkajian konsep dan teori prawat nformasi atau pendidikan keshatan
berguna untuk klien dengan fraktum misaknya menguranggi dan mengobati.
DAFTAR PUSTAKA

1. Diognosa,marilynn,ddk,2000,rencana asuhan keperawatan;pedoman untuk


perencanaan dan pendekumentasiaan perawatan pasien,edsi 3,ahli bahasa :I mode
kariasa dan Ni mode S,EGC;jakarta

2. Price,sylvia A and Lorraine M wislon,2005,Patofiologi : konsep klinis Proses-


Proses Penyakit,Ed.6,EGC;jakarta

3. Smeltzer,Suzane and Bare,Brenda G,2002,Buku Ajaran Keperawatan Medikal-


Bedah Brunner & Suddarth,vol.,2,Ed.8EGC;Jakarta

Anda mungkin juga menyukai