Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS RADIOLOGI

SEORANG PASIEN COLITIS PADA PEMERIKSAAN


COLON IN LOOP
Diajukan untuk memenuhi syarat kepanitraan klinik bidang
Radiologi RSUD Kota Semarang

Pembimbing:
dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad
Disusun oleh:
Sheany Lestatila (406152017)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN
NAMA (NIM)

: Sheany Lestatila (406152017)

UNIVERSITAS

: Universitas Tarumanagara

FAKULTAS

: Kedokteran

TINGKAT

: Program Pendidikan Profesi Dokter

JUDUL

LAPORAN

KASUS:

SEORANG

PASIEN

COLITIS

DENGAN

PEMERIKSAAN COLON IN LOOP


DIAJUKAN

: APRIL 2016

PEMBIMBING

:dr. Lia Sadesi Mangiri, Sp.Rad

Telah diperiksa dan disetujui oleh:


Pembimbing Kepanitraan Klinik Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang

Pembimbing,

dr. Lia Sadesi Mangiri, Sp.Rad

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya akhirnya dapat menyelesaikan
referat berjudul Sorang pasien colitis pada pemeriksaan Colon in Loop dengan baik
serta tepat pada waktunya.
Adapun kasus ini disusun dalam rangka memenuhin salah satu persyaratan
dalam menempuh kepaniteraan klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang periode 28 maret 30 April
2016 dan juga bertujuan untuk menambah informasi bagi penulis dan pembaca
tentang pemeriksaan colon in loop pada kasus colitis.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas ini. Hal ini tidak
terlepas dari dukungan serta keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu saya
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung keberhasilan
penyusunan laporan kasus ini. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:
1.
2.
3.
4.
5.

dr. Lia Sadesi Mangiri, Sp.Rad


dr. Oktina Rahma Darlina, Sp.Rad
dr. Luh Putu Santi, Sp.Rad
Seluruh staff instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Rekan-rekan anggota kepaniteraan klinik ilmu radiologi

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
untuk pembaca dan penulis.

Semarang, April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................5
2.1 Anatomi dan fisiologi colon......................................................................5
2.2 Patologis colitis.........................................................................................18
2.3 Teknik pemeriksaan colon in loop............................................................18
1. Pengertian............................................................................................ 1
2. Tujuan pemeriksaan.............................................................................2
3. Indikasi dan kontraindikasi.................................................................3
4. Persiapan pasien..................................................................................5
5. Persiapan alat dan bahan.....................................................................8
6. Teknik pemeriksaan.............................................................................7
BAB III KESIMPULAN..............................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin
meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat
pesat diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya
diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan
Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8
November 1895.
Dengan berjalannya waktu, pemeriksaan radiologi colon juga mengalami
perkembangan yang pesat. Pemeriksaan dengan menggunakan media kontras
ganda, sebagaimana halnya pada saluran pencernaan khususnya pada colon,
ternyata mampu menampilkan mukosa colon secara rinci. Salah satu
pemeriksaan radiodiagnostik yang sering dilakukan untuk mendiagnosa adanya
kelainan atau penyakit pada penderita yang mengalami gangguan pencernaan
pada usus besar (colon) dikenal dengan pemeriksaan Colon In Loop.
Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim
pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon),
Media kontras yang biasa digunakan adalah larutan barium.
Colon atau usus besar merupakan salah satu organ penting yang terdapat
dalam rongga abdomen yang berfungsi menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri colli dan tempat feses. Usus besar juga terdiri dari beberapa
bagian yaitu caecum, colon asenden, appendiks, colon descendens, colon
sigmoid, rectum dan anus.

Kelainan-kelainan yang biasa terjadi pada colon ini antara lain


karsinoma (keganasan), divertikel, polip dan colitis yang diangkat penulis dalam
penulisan laporan kasus ini.
Colitis merupakan penyakit yang etiologinya belum diketahui, ditandai
oleh peradangan dan ulcerasi colon. Penyakit ini selalu melibatkan rectum, bila
lebih luas ia meluas secara kontinu mengelilingi colon, kadang-kadang
mengenai seluruh colon. Maka untuk mengetahui lebih jelas kelainan ini
diadakan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologi standar atas usus besar
dengan menggunakan larutan barium yang dialirkan ke colon melalui kanula
yang dipasang ke dalam rectum sehingga dapat memperlihatkan susunan
anatomi dan fisiologi serta kelainan pada organ tersebut.
Berangkat dari kenyataan ini maka penulis ingin menyajikan dan
menuangkan dalam laporan kasus ini yang berjudul SEORANG PASIEN
COLITIS DENGAN PEMERIKSAAN COLON IN LOOP.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Usus Besar (Colon)


Usus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang merupakan
tabung berongga dengan panjang kira-kira 91-125cm bahkan lebih, terbentang
dari caecum sampai canalis ani. Kaliber kolon berubah secara perlahan, mulai
dari sekum sampai sigmoid. Tetapi makin mendekati ujungnya diameternya
makin berkurang. Usus besar ini tersusun atas membran mukosa tanpa lipatan,
kecuali pada daerah distal colon.
Usus besar dibagi menjadi :
1. Mukosa kolon
Terlihat sebagai garis-garis tipis, halus, melingkar teratur yang dinamakan
linea innominata.
2. Usus kecil
Berakhir di ileum terminal dan memasuki kolon di daerah yang disebut
region ileosekal.
3. Sekum
Terletak dibawah region tersebut sepanjang 6,5cm dan lebar 8,5cm.
normal sekum menunjukan kontur yang rata dan licin.
4. Appendiks
Saluran mirip umbai cacing dengan panjang antara 2,5-22,5cm. kadang
terlihat penonjolan muaranya ke dalam lumen sekum.
5. Colon ascenden
Dimulai proksimal region ilosekal sampai mencapai fleksura hepatic.
6. Colon transversum
panjangnya sekitar 38 cm, kolon transverseum merupakan bagian yang
mobile, melintasi abdomen dan fleksura hepatica sampai fleksura lienalis.
7. Colon descenden
Dimulai dari fleksura lienalis kearah bawah sampai persambungannya dgn
sigmoid. Batas yang tegas antara colon descenden dengan sigmoid sukar

ditentukan namun crista illiaka mungkin dapat dianggap sebagai


peralihannya.
8. Sigmoid
Merupakan bagian kolon yang panjang dan berkelok-kelok berbentuk
huruf S. bentuk yang demikian seringkali menyukarkan penilaian
radiografik proyeksi antero-posterior.

Gambar 1. Usus Besar / colon

Keterangan :
1. Appendiks
2. Caecum
3. Persambungan
ileosekal
4. Apendises
epiploika
5. Colon ascendens
6. Fleksura hepatika
7. Colon transversal
8. Fleksura lienalis
9. Haustra
10. Colon
descendens
11. Taenia koli
12. Colon sigmoid

Fungsi usus besar adalah :


1). Absorbsi air dan elektrolit
Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di
separuh atas colon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus
setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang
diekskresikan. Dengan mengeluarkan sekitar 90 % cairan, colon
mengubah 1000-2000 ml kimus isotonik menjadi sekitar 200-250 ml
(tinja semi padat). Dalam hal ini colon sigmoid berfungsi sebagai
reservoir untuk masa feses sampai defekasi berlangsung.
2). Sekresi mukus.
Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus
dinding usus. Fungsinya sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna
oleh enzim-enzim yang terdapat didalam usus dan sebagai pelumas
makanan sehingga mudah lewat. Tanpa pembentukan mukus, integritas
dinding usus akan sangat terganggu, selain itu tinja akan menjadi
sangat keras tanpa efek lubrikasi dari mukus.
3). Menghasilkan bakteri
Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis
vitamin K dan beberapa vitamin B. Penyiapan selulosa yang berupa

hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, sayuran hijau


dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan merupakan kerja
bakteri guna ekskresi.
Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari
eschericia coli dan enterobacter aerogenes tetapi juga organismeorganisme pleomorfik seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar
bakteri keluar melalui tinja. Pada saat lahir colon steril, tetapi flora
bakteri usus segera tumbuh pada awal masa kehidupan.
4). Defekasi
Defekasi terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi ini
dihasilkan

sebagai

respon

terhadap

perangsangan

otot

polos

longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mesenterikus. Pleksus


mesenterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis.

2.2. Patologi Colitis


Colitis adalah penyakit inflamasi pada colon. Berbagai jenis penyakit
inflamasi colon menghasilkan perubahan beraneka ragam pada mukosa dan
dindingnya. Tidak ada satupun tanda radiologik yang khas untuk golongan ini.
Keterangan klinis dan laboratorium sangat penting untuk menegakkan diagnosa.
Berbagai bentuk perubahan pada colon dari yang ringan sampai berat
dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Perubahan mukosa
Dapat berupa hilangnya struktur linea innominata, granuler, atau timbulnya
ulsera.
2) Perubahan dinding
Dapat berupa hilang/berkurangnya haustrae, kekakuan dinding, lumen
menyempit, dan pemendekan kolon.
Yang terpenting adalah membedakan colitis crohn dengan colitis ulseratif
karena kedua penyakit ini perjalanannya sangat berbeda baik dalam komplikasi
ataupun prognosisnya.
Colitis crohn terbanyak di colon sisi kanan dan ileum terminal. Ulkus
apotosa memperlihatkan perubahan khas pada mukosanya disamping kerancuan
dinding colon. Perubahan pada crohn bersifat terbatas dan asimetris.

Striktura displasia, dan fecal imfaction, merupakan komplikasi tersering


pada colitis ulseratif, sedangkan fistulasi, abses dan massa tumor, pada colitis
crohn.
Colitis ulseratif dimulai dari rectum ke arah proksimal. Mukosanya
memperlihatkan

gambaran

granuler

dengan

bintik-bintik

halus

barium

diantaranya. Perubahan mukosa ini bersifat merata dan simetris.


Colitis ulseratif merupakan penyakit radang colon non spesifik yang
umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi dan bergantiganti. Penyakit ini sering menyerang pria dan wanita dan paling banyak usia
antara 20-40 tahun. Colitis useratif mula-mula ditandai daerah rektosigmoid
terjadi pendarahan kecil-kecil pada selaput lendir yang menjadi mikroabsesmikroabses. Abses-abses ini semakin lama semakin membesar dan bentuknya
tidak teratur. Selaput lendir ikut meradang dan meluas sehingga mengakibatkan
banyak kehilangan protein dan darah.
Pada umumnya colitis ulsertif berkembang secara tersembunyi selama
beberapa bulan, yang kemudian manifestasinya dinyatakan dengan darah, musin,
nyeri abdomen bagian bawah, demam dan penurunan berat badan. Perjalanan
penyakit colitis ulseratif bervariasi, kebanyakan pasien mengalami kekambuhan
yang menahun.

2.3. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop


1. Pengertian
Teknik pemeriksaan Colon in Loop adalah teknik pemeriksaan secara
radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras barium.
2.

Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk mendapatkan
gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.

3.

Indikasi dan kontras indikasi

Indikasi
a). Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk
didalamnya colitis ulseratif dan chron disease.

b). Ca
c). Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon,
terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
d). Mega colon adalah suatu kelainan konginetal yang terjadi karena
tidak adanya sel ganglion dipleksus mesenterik dan sub mukosa
pada segmen colon distal. Tidak adanya peristaltic menyebabkan
feases

sulit

melewati

segmen

gangglionik,

sehingga

memungkinkan penderita untuk buang air besar 3 minggu sekali.


e). Obstruksi atau Illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
f). Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
g). Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian
usus ke bagian usus yang lain.
h). Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya
ada.
i). Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering
disebabkan oleh cacat kelahiran dimana adanya pembesaran
saluran usus didaerah distal, biasanya didaerah illeus.

Kontra Indikasi
a). Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak
dan dengan tekanan tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang
berlebihan.
b). Obstruksi akut atau penyumbatan.

4.

Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon in
Loop adalah untuk membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari
feases dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal
sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling
defect.
Prinsip dasar pemeriksaan Colon in Loop memerlukan beberapa
persiapan pasien, yaitu :

a.

Mengubah pola makanan pasien


Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat
dan rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan-bongkahan
tinja yang keras.

b.

Minum sebanyak-banyaknya
Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu
dalam keadaan lembek

c.

Pemberian obat pencahar


Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka
pemberian obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja.

5.

Persiapan Alat dan Bahan


a.

Persiapan alat pada pemeriksaan Colon in Loop, meliputi :


1). Pesawat x ray siap pakai
2). Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3). Marker
4). Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
5). Vaselin atau jelly
6). Sarung tangan
7). Kassa
8). Apron
9). Tempat mengaduk media kontras

b.

Persiapan bahan
1). Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan
konsentrasi antara 70 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya
larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon, kurang
lebih 600 800 ml
2). Air hangat untuk membuat larutan barium
3). Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat
kanula dimasukkan kedalam anus.

6.

Teknik Pemeriksaan
a.

Metode pemasukan media kontras


1). Metode kontras tunggal
Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah caecum.
Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi

yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta


dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus
dengan proyeksi antero posterior. Pasien diminta untuk buang air
besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi antero
posterior.
2). Metode kontras ganda
a. Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat.
Merupakan pemeriksaan Colon in Loop dengan menggunakan
media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara.
Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis
kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara dipompakan
dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi
miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis.
Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah
itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.
b. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.
(1). Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke
dalam lumen colon, sampai mencapai pertengahan kolon
transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan
mengubah posisi penderita.
(2). Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan
BaSo4 mengisi mukosa colon.
(3). Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu
dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.
(4). Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen
kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (18002000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain,
misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat,
pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.
(5). Tahap pemotretan

Pemotretan

dilakukan

bila

seluruh

colon

telah

mengembang sempurna.
b.

Proyeksi Radiograf
1). Proyeksi Antero posterior (AP)/postero anterior (PA)
Posisi pasien

: Pasien diposisikan supine/prone di atas meja


pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane)
tubuh berada tepat pada garis tengah meja
pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping
tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.

Central ray

: Vertikal tegak lurus terhadap kaset

FFD

: 100 cm

Kriteria radiograf : Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk


fleksura dan colon sigmoid.

Gambar 2. Posisi pasien AP dan PA


2). Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)
Posisi pasien

: Posisi

pasien

telungkup

di

atas

meja

pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan


kurang

lebih

35-

45

terhadap

meja

pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping


tubuh dan tangan kiri menyilang di depan
tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki
kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di
tekuk untuk fiksasi.
Central ray

: Vertikal tegak lurus terhadap kaset

FFD

: 100 cm

Kriteria

: menunjukkan gambaran fleksura hepatika


kanan terlihat sedikit superposisi bila di
bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak
juga daerah sigmoid dan colon asenden.

Gambar 3. Posisi pasien RAO


3). Proyeksi LAO
Posisi pasien

: Pasien ditidurkan telungkup di atas meja


pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang
lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan.
Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di
depan

tubuh

berpegangan

pada

meja

pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai


fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.
Central ray

: sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

FFD

: 100 cm

Kriteria

menunjukkan

gambaran

fleksura

lienalis

tampak sedikit superposisi bila dibanding


pada

proyeksi

PA,

dan

descendens tampak.

Gambar 4. Posisi pasien LAO

daerah

colon

3). Proyeksi LPO


Posisi pasien

: Pasien

diposisikan

supine

kemudian

dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap


meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan
untuk bantalan dan tangan kanan di depan
tubuh

berpegangan

pada

tepi

meja

pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki


kanan ditekuk untuk fiksasi.
Central point

: sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

FFD

: 100 cm

Gambar 5. Posisi pasien LPO


4). Proyeksi RPO.
Posisi pasien

: Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan


kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih
35 - 45 terhadap meja pemeriksaan.Tangan
kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri
menyilang di depan tubuh berpegangan pada
tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan
kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.

Central ray

: Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

FFD

: 100 cm

Kriteria

: Menunjukkan tampak gambaran fleksura


lienalis dan colon ascendens

Gambar 6. Posisi pasien RPO


5). Proyeksi Lateral.
Posisi pasien

: Pasien diposisikan lateral atau tidur miring

Posisi Objek

: Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada


pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk
fiksasi.

Cenral Ray

: Arah sinar tegak lurus terhadap film

Central Point

: Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca


anterior superior (SIAS).

Eksposi

: Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan


nafas.

FFD

: 100cm

Kriteria

: Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas,


rectosigmoid pada pertengahan radiograf.

Gambar 7. Posisi pasien Lateral


6). Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)
Posisi pasien

: Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur


miring ke kiri dengan bagian abdomen
belakang menempel dan sejajar dengan kaset.

Posisi objek

: MSP tubuh berada tepat pada garis tengah


grid.

Cenral point

: Sinar horisontal dan tegak lurus terhadap


kaset.

Central ray

: Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua


crista illiaka

Eksposi

: Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan


tahan napas.

FFD

: 100 cm

Kriteria

: Menunjukkan bagian atas sisi lateral dari


colon ascendens naik dan bagian tengah dari
colon descendens saat terisi udara.

Gambar 8. Posisi pasien LLD

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. IA

Usia

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Pungkuran 370, semarang tengah

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

No, Rekam Medis

: 355***

Masuk RS

: Minggu, 23 Maret 2016

Ruang

: Nakula 2, kelas III

Dokter yang menangani : dr. Dessy Andriani, Sp.PD


II.

ANAMNESIS

Keluhan utama
BAB berdarah sejak kurang lebih 4 hari yang lalu
Keluhan tambahan

Mual (-)
Muntah (-)
Lemas (+)
Nyeri perut bagian kiri bawah (+)
Demam (-)
Pusing (+)
Nyeri dada (-)
Nafsu makan menurun
Berat badan normal
Buang air kecil: dalam batas Normal
Buang air besar: >3x sehari, feses disertai darah segar

Riwayat penyakit sekarang

Pasien masuk ke IGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 23 Maret 2016 dengan
keluhan BAB berdarah sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Pasien BAB >3x dengan
konsistensi feses cair, darah segar bercampur dengan feses dan tidak disertai oleh
lendir. Keluhan dirasakan memberat sejak 2 hari terakhir sebelum pasien masuk
rumah sakit, pasien mengaku sangat lemas dan disertai oleh rasa pusing melayang.
Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri di perut bagian kiri bawah. Terdapat penurunan
nafsu makan tetapi berat badan masih dalam batas normal. Kedua kaki bengkak sejak
kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku buang air kecil masih seperti biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Hemorrhoid
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat memiliki anggota keluarga yang mengeluh hal serupa disangkal.
Riwayat memiliki keluarga yang menderita kencing manis.
Riwayat memiliki keluarga yang menderita darah tinggi.
Riwayat memiliki keluarga yang menderita penyakit jantung disangkal.
Riwayat memiliki keluarga yang menderita alergi disangkal.

Riwayat sosial ekonomi


Pasien berobat dengan BPJS, pasien dirawat di Nakula 2 kelas III.

Riwayat alergi obat / makanan / lain-lain


Tidak ada.
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-) , Alkohol (-)

III.

PEMERIKSAAN FISIK

(IGD-23/3/2016)
Kesadaran

: compos mentis

Keadaan umum

: lemas, sakit sedang

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

Denyut nadi

: 84x/menit

Laju Pernafasan

: 20x/menit

Suhu

: 36,5 C

oKepala: normosefalus, benjolan (-)


oMata
: sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+, pupil bulat isokor, 3 mm,
refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
oLeher
: kaku kuduk (-), nyeri leher (-), pembengkakan kelenjar limfe (-)
oThoraks
Jantung : pulsasi ictus cordis tidak nampak, ictus cordis tidak kuat angkat, bunyi
jantung S1-S2, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : gerakan dada kanan simetris, krepitasi -/-, sifat pernapasan
abdominotorakal, suara vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-, sonor pada seluruh
lapang paru
oAbdomen: tampak datar, bising usus meningkat, timpani di seluruh lapang paru,
nyeri tekan (+) kuadran kiri bawah.
oEkstremitas
Ekstremitas superior
-/-/-/<2 detik/<2 detik

Oedem
Akral dingin
Sianosis
Capillary refill

Ekstremitas inferior
+/+
-/-/<2 detik/<2 detik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium darah
PEMERIKSAAN
GDS

23/3/16
91

28/3/16

SATUAN
mg/dL

NORMAL
70 - 115

Hematokrit

16,90

31,70

Trombosit

303

373

10^3 / l

Leukosit

73,1

3,8

10^3 / l

Hemoglobin

4,1

8,5

g/dL

Ureum

18,5

mg/dL

Kreatinin

0,7

mg/dl

40 50
150 400
4.0 11.0
13.2 17.3
6.0 20.0
0.6 1.3

Gambaran Radiologi

Tampak mukosa colon keseluruhan reguler, filling defect (-), additional shadow (-),
haustra dan incissura colon sigmoid s/d desenden distal berkurang sehingga terlihat
lurus
Kesan: susp. Colitis di colon sigmoid dan desenden distal.

V. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan, usia 40 tahun dengan keluhan
BAB berdarah. Pasien BAB >3x dengan konsistensi feses cair, darah segar
bercampur dengan feses dan tidak disertai oleh lendir. Pasien mengaku
sangat lemas dan disertai oleh rasa pusing melayang. Pasien juga
mengeluhkan rasa nyeri di perut bagian kiri bawah. Terdapat penurunan
nafsu makan tetapi berat badan masih dalam batas normal. Kedua kaki
bengkak sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Setelah dilakukan
pemeriksaan penunjang radiologi berupa pemeriksaan Colon in Loop,
didapatkan hasil tampak mukosa colon keseluruhan reguler, filling defect
(-), additional shadow (-), haustra dan incissura colon sigmoid s/d desenden
distal berkurang sehingga terlihat lurus. Kesan: susp. Colitis di colon
sigmoid dan desenden distal.
VI.

DIAGNOSIS KERJA
COLITIS

VII.

RENCANA PENATALAKSANAAN

Lanjutkan IV line RL
Kolaborasi terapi tetap
Antiinflamatory therapy :
-Sulfasalazaine
-Mesalamine

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia et bonam

Quo ad sanationam

: dubia et malam

Quo ad fungtionam

: dubia et malam

DAFTAR PUSTAKA

Rasad, S., 2005, Radiologi Diagnostik edisi II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Chapman, S., 2001, A guide to radiological procedures 4 th edition, W.B
Saunders, Toronto.
Ahmad Tjarta., 1985, Kumpulan Kuliah Patologi Umum, Edisi ke-6, Editor:
dr.
Himawan, Bagian Patologi Anatomi FKUI, Penerbit Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Bontrager, 2001., Tex Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy,
Edisi ke-5, Mosby Inc, St. Louis, Amerika.
Corwin, E.J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, Alih Bahasa dr. Brahm U. P.,
EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa Dr. M.
Jauhari W., Edisi 17, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Mark, H., Swarzt., 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.
Pearce, E.C., 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Snell, R.S, 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2,
Edisi ke-3, Alih Bahasa : Pharma (dkk), Editor : Oswari, EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai