Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT COLIC ABDOMEN

oleh :
Chintya Lucyana Putri
172310101014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT COLIC ABDOMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing Ns. AnaNistiandani, M.Kep

Oleh:
Chintya Lucyana Putri
172310101014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Colic Abdomen”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari
banyak pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan
Medikal
2. Ns. AnaNistiandani, M.Kep sebagai Dosen Pembimbing
3. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”
untuk itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi kami sebagai penulis pada khususnya.

Jember, 02 September 2019

Chintya Lucyana Putri

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT..............................................................................................1
1.1 Review Anatomi Fisiologi...............................................................................................1
1.2 Definisi Kolik Abdomen..................................................................................................4
1.3 Epidemiologi Kolik Abdomen.........................................................................................4
1.4 Etiologi Kolik Abdomen..................................................................................................4
1.5 Klasifikasi Kolik Abdomen...............................................................................................5
1.6 Patofisiologi Kolik Abdomen...........................................................................................9
1.7 Manifestasi klinis Kolik Abdomen................................................................................10
1.8 Pemeriksaan penunjang Kolik Abdomen......................................................................11
1.9 Penatalaksanaan kolik abdomen..................................................................................11
1.10 Pathway......................................................................................................................13
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................15
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................15
2.1.1 Assesment/ Pengkajian.........................................................................................15
2.1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................20
2.1.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................22
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................42
3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................................42
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................69
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................69
4.2 Saran............................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................70

ii
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Review Anatomi Fisiologi


1. Usus Halus

Usus halus (Intestinum minor) merupakan bagian dari sistem


pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum.
Instestinium minor terletak dalam rongga abdomen yang dikelilingi oleh usus
besar. Panjang usus halus kira – kira 6 meter. Bentuk dan susunan usus halus
berupa lipatan – lipatan melingkar. Di Usus halus banyak jonjot jonjot tempat
absorpsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkal usus halus
terdapat katup. Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Duodenum
Bentuk duodenum melengkung seperti kuku kuda yang mana pada
lengkungan tersebut terdapat prankreas. Bagian kanan dari duodenum terdapat
bagian tempat bermuarannya saluran empedu (duktus kholedukus) dan saluran
prakreas (duktus pankkreatikus) yang dinamakan papilla vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
Brunner yang memproduksi getah intestinum.
b. Jejenjum

1
Panjang jejunum 2 3 meter berkelok kelok yang terdapat pada sebeleh kiri
atas dari intestinum minor dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas (mesenterium). Dinding jejunum lebih tebal dan banyak
mengandung pembuluh darah.
c. Ileum
Ileum merupakan usus halus yang terletak sebelah kanan bawah berhubungan
dengan sekum. Panjang ileum kira kira 4 5 meter, karena ujung batas
antara jejunum dan ileum tidak jelas. Ileum diperkuat oleh sfingter yang
dilengkapi oleh sebuah kutup valvula sekalis (valvula bauchini).

Usus halus dan kelenjarnya merupakan bagian yang penting dari


sistem pencernaan, karena proses pencernaan yang terbesar dan penyerapan
yang lebih kurang dari 85% dari seluruh absorpsi. Fungsi usus halus yaitu:

a) Menyekresi cairan usus


b) Menerima cairan empedu dan pankreas melalui duktus kholedukus dan duktus
pankreatikus
c) Mencerna makanan
d) Mengabsorpsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino,
karbohidran dalam bentuk monoksida.
e) Menggerakkam kandungan usus.

2. Usus Besar

2
Usus besar (intestinum mayor) merupakan saluran percernaan berupa
usus yang berdiameter besar dengan panjang kira  kira 1,5 1,7 meter dan
penampang 5 5 meter. Usus besar berbentuk seperti huru U terbalik yang
mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai menuju ke
anus. Terdapat 5 bagian dari usus besar yaitu:

a. Sekum
Kantong lebar terletak pada fosa iliak dekstra. Pada bagian bawah sekum
terdapat appendiks vermiformis. Sekum berbentuk seperti cacing yang biasa
disebut dengan umbai cacing dengan panjang kira kira 6 cm. muara apendiks
pada sekum ditentukan oleh titik titik yaitu daerah antara 1/3 bagian kanan
dan 1/3bagian tengah garis yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior
superior (SIAS). Sekum seluruhnya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak
walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding
abdomen.
b. Kolon asendens
Memanjang dari sekum ke fosa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen. Panjang kolon asendens adalah 13 cm yang terletak di bawah
abdomen sebelah kanan di bawah hati, dan membelok ke kiri bentuknya.
c. Kolon transversum
Panjang kolon transversum kira kira 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens. Kolon transversum berada di bawah abdomen
sebelah kanan tempat belokkan yang disebut fleskura lienalis, mempunyai
mesenterium melekat pada permukaan posterior, dan terdapat tirai yang
disebut omentum mayus.
d. Kolon desendens
Panjang kolon desendens lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri dari atas ke bawah, dari depan fleskura lienalis sampai di depan

3
ilium kiri, bersambung dengan sigmoid dan dibelakang peritoneum
(retroperitonial).
e. Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens. Panjang kolon
sigmoid adalah 40 cm. Terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri,
berbrntuk seperti huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan rektum,
berakhir setinggi vertebrae sakralis 3 4. Kolon sigmoid ini di tunjang oleh
mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.
Fungsi usus besar yaitu :
a) Menyerap air dan elektrolit
b) Menyimpan bahan feses
c) Tepat tinggal bakteri koli.

1.2 Definisi Kolik Abdomen


Kolik abdomen merupakan gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus interstinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan, tetapi peristeltik normal (Reeves, 2011)
Kolik abdomen juga merupakan nyeri perut yang kadang timbul secara tiba
tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan
sampai yang bersifat fatal.

1.3 Epidemiologi Kolik Abdomen


Menurut data dari WHO (World Health Organitation) pada tahun 2012 kurang
lebih 7 miliar jiwa, Amerika Serikat berada diposisi yang pertama dengan
penderita kolik abdomen terbanyak sebesar 47% dari 810.000 orang penduduk,
Nyeri abdomen dapat berasal dari dalam organ abdomen termasuk nyeri visceral
dan dari lapisan dinding perut (nyeri somatik).

1.4 Etiologi Kolik Abdomen


Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen menurut Reeves, 2011
yaitu sebagai berikut:

4
1. Secara Mekanis :
a. Adhesi (Pertumbuhan bersatu bagian bagian tubuh yang berdekatan
karena radang).
b. Karisnoma
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus yang
terjadi di dalam usus).
d. Obstipasi (Konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
todak dapat bergerak).
b. Lesi medulla spinalis (suatu kerusakan fungsi neurologis yang
dosebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia (kondisi yang terkai dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif).

1.5 Klasifikasi Kolik Abdomen


1. Kolik abdomen visceral
Kolik abdomen visceral merupakan nyeri yang berasal dari organ dalam,
dimana intervensi berasal dari saraf yang memiliki respon terutama terhadap
distensi dan kontraksi otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka
karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan
cenderung beralih ke area dengan struktur embrional yang sama.
2. Kolik abdomen alih
Kolik abdomen alih merupakan nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri
akibat penjalaran serabut saraf (Reevrs, 2011)

5
Berdasarkan penyebabnya klasifikasi kolik abdomen dibedakan menjadi 4
yaitu:

1. Kolik Bilier
nyeri ini merupakan gejala klinis dari penyakit batu empedu
(kolelitiasis/koledoklitiasis). Oleh karena nyeri ini merupakan gejala, maka
beberapa penyakit lain juga dapat memberikan gejala yang sama. Nyeri ini
umumnya konstan dan meningkat progresif secara perlahan. Biasanya dirasakan
setelah makan.

Nyeri viseral ini biasanya karena tabrakan batu empedu dalam duktus sitikus
atau ampula vater. Tabrakan ini menyebabkan terjadinya distensi kandung
empedu atau traktus biliaris dan sistensi ini mengaktivasi neuron sensori aferen.
Biasnya nyeri yang dirasakan tidak dapat terlokalisasi dengan baik, umumnya
terasa dibagian tengah hingga dermaton T8/9 ata epigastrium tengah, kuadran
kanan atas. Apabila nyerinya terlokalisasi umumnya menunjukkan kolesistitis,
kolangitis, pancreatitis.

6
2. Kolik Renal
Jenis kolik ini biasanya dikenal dengan kolik ginjal. Rasa nyeri yang
disarakan karena kolik renal terutama disebabkan oleh pelebaran, peregangan,
dan kejang akibatobstuksi saluran kemih akut. Rasanya nyeri ini biasanya
dimulai pada pertengahan belakang atas lateral dari sudut costovertebral dan
kadang-kadang subkosta, kemudian menyebab ke inferior dan anterior menuju
pangkal paha.Kolik renal cenderung konstan dibandingkan kolik usus atau
empedu yang biasanya sering hilang datang.
Gerak peristaltik saluran kemih, migrasi batu, dan posisi miring atau
memutar batu dapat menyebabkan eksaserbasi (perpanjangan nyeri kolik
ginjal). Derajat nyeri tergantung lokasi obstruksi, bukan pada ukuran batu
(Leslie, 2010).

7
3. Kolik karena sumbatan usus halus
Obstruksi usus kecil (SBO) disebabkan oleh berbagai proses patologis.
Penyebab utamanya di negara maju adalah perlekatan pasca operasi (60%)
diikuti keganasan, penyakit Crohn’s, dan hernia. Studi di kanada melaporkan
frekuensi yang lebih tinggi dari SBO setelah operasi kolorektal, dengan
pembedahan ginekologi, perbaikan hernia, dan usus buntu (Nobie, 2009).

8
1.6 Patofisiologi Kolik Abdomen
Penyebab kolik adalah adhesi, karisnoma, volvulus, obstipasi, dan striktur
sehingga menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan di abdomen. Dari hal
tersebut abdomen menjadi tidak nyaman dan menimbulkan rasa nyeri. Hal
tersebut dapat menimbulkan banyak masalah yang dapat menganggu pasien.
Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang berisi banyak ujung
saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa sakitnya dan lebih dapat
melokalisai rasa sakit dari pada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa
gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa sakit visera, tetapi
kemudian akan diikuti oleh rasa sakit somatik, setelah peritoneum terlibat. Rasa
sakit somatik yang dalam akan disertai olegh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Refleks sakit perut dapat juga timbul karena
adanya rangsangan pada nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa sakit
yang berasal dari usus halus akan dirasakan di daerah perut bagian atas dan
epigastrium, sedangkan rasa sakit dari usus besar akan dirasakan pada bagian
bawah perut. Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf
yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus.
Implus aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradanag. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tidak jelas serta sulit dilokalisai. Implus nyeri dari
visera abdomen atas (lambung, duodenum, panktreas, hati, dan sistem empedu)
mencapai medulla spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta di rasakan di
daerah epigastrium, implus nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen thorakalis 11 dan
12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan
kadang kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritorium maka implus nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinals segmentalis.

9
Patofisiologi sakit perut yang berulang yang fungsional (tidak berhubungan
dengan kelainan organik). Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan ambang rasa nyeri. Berbagai faktor fisiologik dan
psikologik dapat berperan sebagai mediator dari rasa sakit perut berulang
fungsional

1.7 Manifestasi klinis Kolik Abdomen


1. Mekanika sederhana  usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada
tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana  usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, muntah sedikit
atau tidak ada, kemudian mempunyai ampas bising usus yang berbunyi
“hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana  kolon
Kram (abdomen tengah samapi bawah), distensi muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus
minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Corhn.
Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan, dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat, nyeri parah, terus menerus, dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun,
dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap
atau berdarah atau mengandung darah samar (Reeves, 2011).

10
1.8 Pemeriksaan penunjang Kolik Abdomen
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan abdomen: lokasi nyeri
3. Pemeriksaan laboratorium: leukosit, HB
4. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
5. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
6. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amylase karena iritasi pankreas oleh lipatan
usus.
7. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

1.9 Penatalaksanaan kolik abdomen


1. Penatalaksanaan farmakologi
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
e. Antacid (obat yang melawan keasaman).
f. Antihistamine (obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamin).
2. Penatalaksanaan Non farmakologi
a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

11
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

12
1.10 Pathway

Adhesi, karisnoma,
volvulus, obstipasi
polip, dan striktur

Inflamasi Peningkatan suhu Hipertemi


tubuh,

Obstruksi pada Ganguuan metabolisme Defisien Volume


saluran intestine Mual,muntah
makanan Cairan

Distensi usus Ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kolik
abdomen

13
Gangguan gerakan Gangguan
Hambatan rasa
peristaltikk ketidaknyamanan Gangguan
nyaman
(Nyeri akut) pola tidur

Perubahan status
kesehtan

Ansietas

14
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

2.1.1 Assesment/ Pengkajian


Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi,
dan komunikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose medis
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan
dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait kolik abdomen.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien
sehingga klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang
dialami oleh penderita kolik abdomen yaitu nyeri perut
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya
sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian
yang harus diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses,
tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi
tentang penyebab dan penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka
disertai pengkajian nyeri PQRST. Biasanya tanda yang awal

15
muncul pada penderita kolik abdomen yaitu merasakan nyeri
perut, mual muntah, tidak nafsu makan, dan tampak lemas.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya.
Riwayat kesehatan terdahulu yaitu adanya riwayat nyeri perut
sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji ada atau tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang
sama . Riwayat keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti
klien.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan
kesejahteraan klien. Pada saat klien sakit, klien mudah bekerja
sama untuk proses penyembuhan.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan. Pada klien kolik abdomen nafsu makannya menurun.
3. Pola eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau,
berat jenis. Pada klien kolik abdomen jarang terjadi gangguan
eliminasi baik Bak maupun BAB
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan kolik abdomen kondisi pasien lemah, namum
mampu beraktivitas.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan kolik abdomen kemungkinan akan terganggu saat
istirahat, karena nyeri perut.

16
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan kolik abdomen
biasanya masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan
dengan baik.
7. Pola persepsi diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan
peran masing-masing individu. Pada klien dengan kolik
abdomen tidak terjadi gangguan pada pola persepsi.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan kolik abdomen tidak mengalami gangguan pada
seksualitas dan reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
Klien dengan kolik abdomen tidak mengalami gangguan pada
pola peran dan hubungan.
10. Pola manajemen koping stres
Manajemen koping setiap individu berbedabeda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan kolik abdomen tidak
mengalami gangguan pada pola manajemen koping stres .
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan pada penderita kolik abdomen ini
berkaitan dengan klien percaya bahwa ia dapat sembuh dan ia
mampu melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada klien dengan kolik abdomen, klien tampak meringis karena
merasa nyeri pada abdomen.
2. Pemeriksaan tanda tanda vital

17
Pada klien dengan kolik abdomen juga sama dengan klien
lainnya pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan
darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh.  
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi :
kepala simestris, distribusi rambut merata, rambut hitam ,
tidak terdapat inflame.
Palpasi :
tidak adanya nyeri tekan pada kepala, tidak terdapat
benjolan abnormal di bagian kepala.
b. Mata
Inspeksi :
mata simestris, bulu mata rata dan berwarna hitam, sclera
putih, tidak anemis, tidak lebam, tidak edema
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal pada
kedua mata
c. Telinga
Inspeksi :
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada luka, bagian telinga
kanan dan keri bersih
Palpasi :
tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal
d. Hidung
Inspeksi :
tidak ada kelainan bentuk, bersih, tidak ada lesi, tidak
mengalami perdarahan hidung.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan

18
e. Mulut
Inspeksi :
mukosa bibir tampak sedikit kering, bersih, tidak ada lesi,
tidak ada luka
Palpasi :
tidak ada maslah
f. Leher
Inspeksi :
simestris, warna kulit sama dengan sekitarnya
Palapasi :
tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesarn vena jugularis.
g. Dada
Paru paru :
Inspeksi :
dada klien terlihat mengembang simestris, tidak ada jejas,
tidak ada alat bantu nafas yanag terpasang
Perkusi :
perkusi sonor
Palpasi :
tidak ada benjolan abnormal
Auskultasi :
tidak ada suara tambahan
Jantung :
Inspeksi :
tidak ada jejas
Perkusi :
pekak
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan

19
Auskultasi :
Lup Dup
h. Abdomen
Inspeksi :
bentuk perut dadar simestris
Palpasi :
terdapatnyeri tekan pada perut
Perkusi :
timpani semua di lapang perut
Auskultasi :
terdengar bising usu 12x/ menit
i. Urogenital
Inspeksi :
tidak terpasang kateter
j. Ekstremitas
Inspeksi :
bentuk simestri, jumlah tangan dan kaki lengkap, panjang
sama, tidak ada fraktur,
Palpasi :
tidak ada edema kaki, CRT> 2 detik
k. Kulit dan kaki
Kuku bersih pada kaki kanan dan kiri, tidak ada lesi, turgor
kulit kering, tidak ada benjolan.
l. Keadaan lokal
Kondisi umum tampak lemah, terpasang infuse Nacl 0,9%
20 tpm di tangan kanan, pasie sadar.

2.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon pasien,
keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses kehidupan aktual

20
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut adalah diagnosa
keperawatan klien kolik abdomen menurut NANDA (2018):
a. Defisien volume cairan b.d. asupan cairan kurang.
b. Nyeri akut b.d. agens cedera fisik.
c. Ansietas b.d. stressor.
d. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan
e. Hipertemi b.d Dehidrasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi krang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya nafsu makan
g. Mual b.d rasa makan atau minum yang tidak enak

21
2.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan
pada pasien, menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi
adalah pemberian kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu
rencana tindakan keperawatan agar masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis
yang memberikan gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan
diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.

22
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Domain 2. Nutrisi NOC NIC
Kelas 5. Hidrasi Tujuan: Manajemen cairan (4120)
(00027) Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga intake/ asupan
Defisienn volume keperawatan selama 1 x 24 jam defisien yang akurat dan catat
cairan volume cairan pasien hialang dengan output pasien
Definisi: penurunan criteria hasil: 2. Monitor status hidrasi
cairan intravascular, Keseimbangan cairan (0601) 3. Monitor tanda tanda
interstinal, dan/ atau 1. Keseimbangan intake dan vital pasien
intraseluler. Ini output dipertahankan pada skala 4. Monitor makanan/
mengacu pada 2 (banyak terganggu) cairan yang dikonsumsi
dehidrasi, kehilangan ditingkatkan ke skala 5 (tidak dan hitung asupan
cairan saja tanpa terganngu) kalori harian
perubahan kadar 2. Turgor kulit dipertahankan pada 5. Berikan terapi IV
natrium. skala 2 (banyak terganggu) seperti yang ditentukan
ditingkatkan ke skala 5 (tidak 6. Distribusikan asupan
terganngu) cairan selama 24 jam
Integritas jaringan: kulit dan Monitor tanda tanda vital
 
membrane mukosa (1101) (6680)
1. Elastisitas dipertahankan pada 1. Monitor tekanan darah,
skala 2 (banyak terganggu) nadi, suhu, dan status
ditingkatkan ke skala 5 (tidak pernafasan dengan tepat
terganngu) 2. Monitor irama dan laju
2. Hidrasi dipertahankan pada pernafasan
skala 2 (banyak terganggu) 3. Monitor suara paru
ditingkatkan ke skala 5 (tidak paru
terganngu) 23

3. Wajah pucat dipertahankan pada


skala 2 (cukup berat) ke skala 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


I. Identitas klien

Nama : Tn. H No. RM : 114537


Umur : 58 tahun Pekerjaan : Buruh Tani
Jenis : laki-laki Status Perkawinan : Kawin
Kelamin
Agama : Islam Tanggal MRS : 15 Januari 2019
Pendidikan : Tamat SLTP Tanggal : 15 Januari 2019
Pengkajian
Alamat : Jadian Pakusari Sumber Informasi : Klien dan keluarga
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Kolik Abdomen + Susp Cholisistiatis + bradikardi
2. Keluhan Utama:
Nyeri perut
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengatakan nyeri terus menurus pada area perut, hingga sekarang
perut klien masih merasa nyeri. Apalagi setelah bangun tidur nyerinya
sangat terasa. Klien mengatakan mual tetapi tidak sampai muntah. Klien
mengatakan susan untuk tidur. Kondisi pasien lemah, namum mampu
beraktivitas. Misalkan saat berjalan ke kamar mandi dapat dilakukannya
sendiri. Terkadang setelah bangun tidur klien merasa pusing.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien mengatakan 1 tahun yang lalu pernah dirawat di rumah sakit
yang sama dan dengan keluhan yang sama seperti sakitnya saat ini.

24
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Keluarga dank lien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat
elergi.
c. Imunisasi:
Klien mengatakan lupa imunisasi apa yang pernah diperoleh
d. Kebiasaan/ pola hidup/ life style:
Kesehariannya klien mengatakan bahwa klieen merupakan perokok
aktif. Klien juga mengatakan setiap harinya klien harus minum kopi,
namun saat di rumah sakit klien tidak minum kopi dan tidak merokok.
Klien juga mengatakan suka olahraga bulu tangkis namun jarang
dilakukan.
e. Obat obatan yang digunakan:
Pada saat dirumah klien merasa tidak enak badan dan dirasa tidak
terlalu sakit, klien mengatakan hanya minum obat yang dibeli di
warung. Namun jika rasa sakitntnya tidak kunjung sembuh, klien
langsung ke pelayanan kesehatan terdekat
5. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat penyakit dalam
keluarga

Genogram

Keterangan:

: perempuan

25
: laki-laki

: laki-laki meninggal dunia

: klien

------ : tinggal bersama

: berpisah

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan tidak terlalu memperhatikan kesehatannya.
Sebelumnya klien terus menurus mengkonsumsi minupan kopi, dalam
satu hari klien minum kopi bisa lebih dari satu kali. Klien juga setiap
harinya tidak bisa jauh dari mengkonsumsi rokok. Klien beranggapan
bahwa sakit yang sekarang di deritanya merupakan cobaan yang
diberikan oleh Allah SWT. Setelah beberapa kali klien masuk rumah
sakit klien mengatakan bawa akan terus menjaga pola makan, dan
kesehatannya.
Interpretasi:
klien mulai memperhatiakan kesehatannya setelah beberapa kali
masuk ke rumah sakit.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
 Antropometri
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 60 kg
Interpretasi :

26
Klien memiliki IMT dalam rentang normal (18,5 25), yaitu
berdasarkan pengukuran tersebut tidak ada masalah mengenai
nutrisi
 Biomedical sign
Hemoglobin : 13,9 g/dl
Leukosit : 8400/mm
MCV : 95,2 FL
MCH : 31,8 Pg
MCHC : 33,4 g/dl
PCV/ hematokrit : 42% :
Trombosit : 241.000 mm
SGOT : 15
SGPT : 15
Glukosa acak : 89
Serum Creatian : 0,8
Urea : 13
Pemeriksaan EKG : HR = 49 bpm, Bradycardia
Interpretasi :
Klien positif bradikardi, karena terlihat dari pemeriksaan EKG
di dapatkan hasil bradicardia, HR= 49 bpm.
 Clinical Sign:
Klien mengalami nyeri pada perutnya, klien bradikardi
Tekanan Dara : 120/80 mmhg
Nadi : 50x/ menit
S : 36,5ºC
Konjungtiva anemis, mukosa bibir sedikit kering, kulit kering,
terdapat nyeri tekan abdomen, pasien tampak meringis.
Interretasi :
Klien tampak menahan nyeri, pasien terlihat tampak lemah,
klien mengobati kolik abdomen.

27
 Diet paterm (intake makanan dan cairan):
Sebelum masuk MRS :
klien makan berkali kali dalam satu hari. Dengan porsi yang
lumayan banyak. Biasanya di rumah klien minum 4 gelas
(1000cc) per hari
Saat MRS :
infuse Nacl 1500cc/ hari 20 21 tpm. Klien tidak nafsu makan.
Makanan yang dari rumah sakit tidak pernah dimakan.
Sehingga makan sedikit dan beli di luar.
Interpretasi :
sebelum masuk ke RS klien memiliki kebutuhan nutrisi yang
terpenuhi. Namun, setalah masuk RS klien tidak dafsu makan.
3. Pola Eliminasi: (saat sebelum sakit dan saar di rumah sakit)
Saat MRS
BAK
 Frekuensi : 3 4 kali/ hari
 Jumlah : 150 cc
 Warna :Kuning jernih
 Bau : Amonia
 Karakter : Tidak terkaji
 BJ : Tidak terkaji
 Alat bantu : Tidak menggunakan
 Kemandirian : Mandiri
BAB
 Frekuensi : 1 kali/ hari
 Jumlah : 300 cc
 Konsistensi : Keras
 Warna : Kuning
 Bau : Khas BAB

28
 Karakter : Tidak terkaji
 BJ : Tidak terkaji
 Alat bantu : Tidak menggunakan
 Kemandirian : Mandiri

Sebelum MRS

BAK

 Frekuensi : 4 5 kali/ hari


 Jumlah : 350 cc
 Warna :Kuning jernih
 Bau : Amonia
 Karakter : Tidak terkaji
 BJ : Tidak terkaji
 Alat bantu : Tidak menggunakan
 Kemandirian : Mandiri

BAB

 Frekuensi : 1 kali/ hari


 Jumlah : 300 cc
 Konsistensi : Padat
 Warna : Kuning
 Bau : Khas BAB
 Karakter : Tidak terkaji
 BJ : Tidak terkaji
 Alat bantu : Tidak menggunakan
 Kemandirian : Mandiri
4. Pola aktivitas dan latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum MRS:

29
Klien bekerja sebagai buruh tani. Terkadang klien olahraga bulu
tangkis karena umurnyayang sudah semakin tua. Klien sudah jarang
berolahraga

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting 

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah 

Ambulasi / ROM 

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:


dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi : nafas spontan, tidak retraksi dada, tidak
terpasang terapi oksigen
Fungsi kardiovaskuler : Bradikardi, tidak ada odem, CRT>2
Terapi oksigen : Klien tidak terpasang selang oksigen
Interpretasi : Untuk keseluruhan klien dapat beraktivitas
secara mandiri tanpa bantuan dari keluarga maupun petugas kesehatan.

5. Pola tidur dan istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi :
Menurut keluarga dan klien durasi tidur klien sebelum MRS baik,
klien dapat tidur pada siang hari, dan juga di malam hari, sekitar
kurang lebih 7 9 jam dalam sehari. Namun saat MRS klien dapat
tidur 2 5 jam dalam sehari

30
Gangguan tidur :
Tidak ada gangguan tidur sebelum MRS dan saat MRS terjadi
gangguan tidur
Keadaan bangun tidur :
Sebelum MRS klien tampak segar, langsung beraktivitas, sedangkan
saat MRSklien tampak lemah, wajah tidak segar.
Interpretasi : pola tidur dan istirahat klien terganggu, ditunjukkan
dengan klien berkata tidak dapat tidur dan ketika tidur sering
terbangun karena suara klien lain nyeri perutnya.
6. Pola kognitif dan perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori:
Klien memiliki ingatan memory yang baik, ditunjukkan dari beberapa
pertanyaan yang diajukan, klien dapat menjawab dengan tenang, klien
tidak mengalami kemunduran kognitif
Fungsi dan keadaan indera:
Fungsi panca indra klien dalam keadaan baik, klien dapat melihat
dengan baik, dapat merasakan panas ataupun dingin, dapat
membedakan rasa asin, pahit, manis. Klien dapat mencium aroma
dengan baik.
Interpretasi:
Fungsi kognitif dan persepsi klien berfungsi dengan baik, dibuktikan
dari penjelasan penjelasan klien.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
klien mengatakan menerima penyakitnya sebagai cobaan dari Allah
SWT. Dan klien menerima dengan lapang
Identitas diri :
klien merupakan seorang suami, sebagai kepala keluarga. Klien dapat
mengenali dirinya sendiri.
Harga diri :

31
klien tidak malu dengan keadaanya. Klien ikhlas menerima dan
menjalaninya.
Ideal diri :
klien mengatakan ingin segara sembuh dan dapat beraktivitas
Peran diri :
klien sebagai seorang suami dan sebagai kepla kelurga
Interpretasi:
klien tidak memiliki masalah
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Pola seksualitas :
klien dan keluarga mengatakan tidak mengalami gamgguan seksualitas
Fungsi reproduksi :
klien juga tidak memiliki masalah terkait dengan reproduksi.
Interpretasi:
klien tidak memiliki maslah pada pola seksualitas dan reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
 keluarga mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan anggota
keluarga yang lain baik
 terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di rumah sakit.
Interpretasi:
pola peran dan hubungan klien baik dan tidak ada masalah.
10. Pola manajemen koping stress
 Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap
sakit merupakan jalan/ cobaan yang harus dilewati dan dijalani
sehingga bagaimanapun keadaanya harus diterima dan disyukuri.
Interpretasi :
pola manajemen koping dan stress klien tidak mengalami gangguan
dan menganggap bahwa penyakitnya merupakan jalan yang harus
dilewati.
11. System nilai dan keyakinan

32
 Klien yakin bahwa Alllah SWT memberikan cobaan sesuai dengan
ambang batas kemampuan yang dimiliki oleh umatnya
 Klien meyakini bahwa akan segara sembuh.
Interpretasi :
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien tudak terganngu.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Klien keadaan umumnya lemah, kompas metis
Tand Vital :
 Tekanan Darah : 120/ 80 mm/Hg
 Nadi : 50 x/ menit
 RR : 16 x/ menit
 Suhu : 36,5ºC
Interpretasi :
fungsi tanda tanda vital ada yang mengalami gangguan yaitu nadi 50
x/ menit. Dan terdapat nyeri tekan pada abdomen.

Pengkajian Fisik Head to Toe :


1. Kepala
Inspeksi :
Kondisi kepala baik, tidak terdapat inflamasi, rambutnya hitam,
bentuknya simestris, tampak lemah dan wajah tidak terlihat segar
Palpasi :
Tidak ada nyeri pada kepala
2. Mata
Inspeksi :
Tidak anemis, tidak lebam, tidak edema, mata simestris, bulu mata
rata dan berwarna hitam, sclera putih
Palpasi :

33
Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi :
Telinga kanan dan kiri bersih, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada
perdarahan pada telinga, tidak ada luka, pendengaran normal.
4. Hidung
Inspeksi :
Tidak ada kelainan bentuk, tidak terdapat lesi, tidak mengalami
perdarahan di hidung
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi :
Mukosa bibir sedikit kering, bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada luka
6. Leher
Inspeksi :
Simetris, warna kulit sama dengan sekitarnya
Palpasi :
Tidak teraba benjolan abnormal
7. Dada
Paru paru
Inspeksi :
Dada klien terlihat mengembang simetris, tidak ada jejas, tidak ada
alat bantu nafas yang terpasang
Palpasi :
Tidak ada benjolan abnormal
Perkusi :
Perkusi sonor
Auskultasi :
Tidak ada suara tambahan

34
Jantung
Inspeksi :
Tidak ada jejas
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Lup Dup
8. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk perut datar simestris    lumbal kiri
Palpasi :   +
Terdapat nyeri tekan pada perut
Skala nyerinya 7  + +
Perkusi : hipogastrium iliaka kiri
Timpani semua di lapang perut
Auskultasi : terdengar bising usus 12x/ menit
9. Urogenital
Inspeksi :
Tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas
Inspeksi :
Bentuk simestris, jumlah tangan dan kaki lengkap, panjang sama,
tidak ada fraktur, terpasang Nacl 0,9% 20 21 tpm
Palpasi :
Tidak ada edema kaki, CRT >2 detik
11. Kulit dan Kuku
Inspeksi :
kuku bersih pada kaki kanan dan kiri,

35
Palpasi :
Tidak ada lesi, kecuali pada tangan kanan yang terkena infuse, tidak
ada benjolan
12. Keadaan Lokal
Kondisi umum tampak lemah, terpasang infuse Nacl 0,9% 20 tpm di
tangan kanannya, pasien sadar

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)



VI. Pemeriksaan Penunjang dan laboratorium
N Jenis Nilai normal Hasil
o pemeriksaan (rujukan)
(10 Oktober 2015)

Nilai Satuan

1. Hematologi

Hemoglobin 11,5-
Gr/dL 13,7
16,5

Lekosit 4,5-11,0 109 /L 8,4

Hematokrit 37-43 % 42

Trombosit 150-450 109 /L 241

2. Faal Hati

SGOT U/L
10-35 15
(30ºC)

SGPT U/L
9-43 15
(30ºC)

36
3. Gula Darah

Gula darah acak mg/dL 89

5. Faal Ginjal

Kreatinin serum 0,6-13 mg/dL 0,8

Urea 26-43 gr/24 h 26

VII. Analisa Data


N Hari/Tgl/J Data Etiologi Masalah
o am
.
1. 15 Januari DS: kolik Abdomen Nyeri akut
2019  Klien mengatakan
perutnya terasa saluran pencernaan
nyeri terus menerus
 Klien mengatakan nyeri perut

37
nyerinya seperti
ditusuk tusuk mual
DO:
 Bisisng usus 12x/ nyeri akut
menit
 Klien tampak
meringis kesakitan
 Klien tampak nyeri
saat abdomennya di
palpasi
 Hasil pengkajian
fisik didapatkan
nyeri
 Skala nyeri 7
2. 15 Ds: kolik abdomen Gangguan
januarai  Klien mengatakan pola tidur
2019 saat dirumah sakit kesulitan menulai
tidur
tidurnya kurang
lebih 2 5 jam
ketidakpuasan tidur
 Klien mengatakan
tidak dapat tidur
kendala lingkungan
karena terganggu
oleh suara batuk
gangguan pola tidur
dari teman 1
kamarnya
Do:
 Klien tampak lesu,
tidak segar
 Klien juga terlihat
menahan nyerinya

38
3. 15 januari DS: kolik abdomen Ansietas
2019  Klien mengatakan
tidak dapat tidur, nyeri abdomen
sehari kurang lebih
2 5 jam insomnia
 Klien mengatakan
selalu ingin cepat gelisah
pulang
 Klien mengatakan ansietas
nyeri pada
abdomen
DO:
 Klien tampak
lemah
 Nadi = 50x/ menit

VIII. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis d.d ekspresi wajah
meringis kesakitan saat di palpasi di bagian abdomennya
2. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan d.d ketidakpuasan
tidur karena terganggu suara batuk dari teman satu kamarnya
3. Ansietas b.d sressor d.d nyeri abdomen, peningkaatan tekanan
nadi, dan gelisah

39
40
IX. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri akut b.d agen NOC NIC 1. agar mengetahui


cedera biologis d.d Tujuan : Manajemen Nyeri (1400) karakteristik dari nyeri
ekspresi wajah Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 2. agar mengetahui tingkat
meringis kesakitan saat keperawatan 1x 24 jam komporhensif yang meliputi nyeri melalui ekspresi dan
di palpasi dibagian diharapkan nyeri klien lokasi, karakteristik, onset/ gesture klien
abdomennya dapat diminimalisir dengan durasi, frekuensi, kualitas, 3. mengajarkan agar klien
baik dengan kriteria hasil : intensitas atau beratnya nyeri lebih mudah melakukannya
1605 (Kontrol nyeri) atau faktor pencetus 4. memandirikan klien
1. menggunakan tindakan 2. Observasi adanya petunjuk untuk mengatasi nyerinya.
pencegahan dipertahankan non verbal menegenai
pada skala 2 (jarang ketidaknyamanan.
menunjukkan) 3. ajarkan pengguanaan teknik
ditingkatkan ke skala 4 non farmakologi (teknik
(sering menunjukkan) relaksasi nafas dalam)

41
2. Melaporkan nyeri yang 4. dorong klien untuk
terkontrol dipertahankan memonitor nyeri dan cara
pada skala 2 (jarang menangani nyeri dengan tepat
menunjukkan)
ditingkatkan ke skala 4
(sering menunjukkan).
3016 (Kepuasan Klien:
Manajemen Nyeri)
3. mengambil tindakan
untuk mengurangi nyeri
dipertahankan pada skala 1
(tidak puas) di tingkatkan
ke skala 4 (sangat puas)
4. layanan kesehatan
bekerja sebagai satu tim
dalam mengelola nyeri
dipertahankan pada skala 2
(agak puas) di tingkatkan
ke skala 4 (sangat puas)
2. Gangguan pola tidur NOC NIC 1. Agar lebih bdekat dengan

42
b.d kendala lingkungan Tujuan : 6480 (Manajemen Lingkungan) klien
d.d ketidakpuasan tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Dampingi pasien selama tidak 2. agar klien merasa nyaman
karena terganggu suara keperawatan selama 2x 24 ada kegiatan bangsal, dengan 3. membuat lingkungan yang
batuk dari teman satu jam diharapkan ganguuan tepat nyaman untuk klien
kamarnya tidur pada klien dapat 2. Sediakan tempat tidur dan 4. agar klien dapat
teratasi dengan kriteria lingkungan yang bersih dan memantau jam tidur sendiri
hasil nyaman
2009 (Status Kenyamanan: 3. Kendalikan atau cegah
Lingkungan) kebisingan yang tidak
1. lingkungan yang diinginkan atau berlebihan, bila
kondusif untuk tidur memungkinkan
dipertahankan pada skala 2 1850 (Peningkatan Tidur)
(banyak terganggu) 4. Anjurkan klien untuk
ditingkatkan ke skala 4 memantau pola tidur
(sedikit terganggu)
2. kepuasan dengan
lingkungan fisik
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4

43
(sedikit terganggu)
3. lingkungan yang damai
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
(sedikit tergaanggu)
0004 (Tidur)
4. Kualitas tidur
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
(sedikit terganggu)

1.
3. Ansietas b.d stressor NOC NIC 1. Menggali tentang klien
d.d nyeri abdomen, Tujuan : 5820 (Pengurangan Kecemasan) 2. mengetahui tentang tanda
peningkatan tekanan Setelah dilakukan asuahan 1. gunakan pendekatan yang kecemasan
darah dan gelisah. keperawatan selama 2x 24 tenang dan meyakinkan 3. memposisikan senyaman
jam diharapkan ansietas 2. Kaji untuk tanda verbal dan mungkin
pada klien dapat teratasi non verbal kecemasan 4. agar klien lebih

44
dengan criteria hasil 6040 (Terapi Relaksasi) memahami teknik
1211(Tingkat Kecemasan) 3. Dorong klien untuk relaksasinya.
1. Rasa cemas yang mengambil posisi yang nyaman
disampaikan secara lisan dengan pakaian longgar dan
diperetahankan pada skala mata tertutup
2 (cukup berat) di 4. dorong klien untuk
tingkatkan ke skala 4 mengulangi teknik relaksasi,
(ringan) jika memungkinkan
2. tidak dapat beristirahat
diperetahankan pada skala
2 (cukup berat) di
tingkatkan ke skala 4
(ringan)
3. Gangguan tidur
diperetahankan pada skala
2 (cukup berat) di
tingkatkan ke skala 4
(ringan)
4. Perubahan pada pola
makan diperetahankan

45
pada skala 2 (cukup berat)
di tingkatkan ke skala 4
(ringan)

X. Catatan Perkembangan

No Hari/Tgl Diagnosa Imlementasi keperawatan Evaluasi Soamatif Paraf


. / jam keperawatan
1. 15 Nyeri akut 1. Mengobservasi adanya petunjuk S : 1.
januari non verbal menegenai  Klien mengatakan nyeri
2019 ketidaknyamanan. perutnya seperti ditusuk
2. Melakukan pengkajian nyeri tusuk
komporhensif yang meliputi lokasi,  Klien mengatakan mual
karakteristik, onset/ durasi, namun tidak muntah
frekuensi, kualitas, intensitas atau  Jika diberi skala nyeri,
beratnya nyeri atau faktor pencetus klien mengatakan skala
3. Mengajarkan pengguanaan teknik nyerinya 6
non farmakologi (teknik relaksasi O :

46
nafas dalam)  Klien tampak meringis,
4. Mendorong klien untuk Klien tampak lemah
memonitor nyeri dan cara menangani  RR = 1
nyeri dengan tepat  N = 50x/ menit
 S = 36,5ºC
 TD = 120/ 80
 CRT < 2
A:
 Masalah teratasi sebagaian
P:
 Observasi petunjunk
ketidaknyamanan verbal
 Lakukan pengkajian nyeri
meliputi lokasi, durasi,
kualitas, frekuensi nyeri
 Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(teknik relaksasi nafas
dalam)
2. 15 Gangguan pola 1. Mendampingi pasien selama tidak S : 1.

47
Januari tidur ada kegiatan bangsal, dengan tepat  Klien mengatakan
2019 2. Menyediakan tempat tidur dan terganggu oleh suara batuk
lingkungan yang bersih dan nyaman dari pasien lain
3. Mengendalikan atau mencegah  Klien mengatakan dalam
kebisingan yang tidak diinginkan satu hari hanya tidur
atau berlebihan, bila memungkinkan kurang dari 2 5 jam
4. Menganjurkan klien untuk O :
memantau pola tidur  Klien tampak tigak segar
A:
 Masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
 Damping klien selama
tidak ada kegiatan bangsal
 Menyediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
 Kendalikan kebisingan
yang tidak diinginkan
 Anjurkan klien untuk

48
memantau pola tidur
3. 15 Ansietas 1. Menggunakan pendekatan yang S : 1.
Januari tenang dan meyakinkan  Klien mengatakan terus
2019 2. Mengkaji untuk tanda verbal dan ingin pulang
non verbal kecemasan O:
3. Mendorong klien untuk  Klien tampak gelisah
mengambil posisi yang nyaman A :
dengan pakaian longgar dan mata  Maslah teratasi sebagaian
tertutup P:
4. Mendorong klien untuk  Dorong klien untuk
mengulangi teknik relaksasi, jika mengambil posisi yang
memungkinkan nyaman
 Dorong klien untuk
mengulang teknik
relaksasi, jika
memungkinkam

49
50
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kolik abdomen merupakan sakit pada perut karena adanya peradangan atau
pembengkakan dan penyempitan pada organ berongga diarea perut yang
memiliki otot polos. Tanda gejalanya adalah kram, diara atau konstipasi yang
terjadi secara tiba  tiba pula. Secara farmakologi dapat diberikan sesuai dengan
resep dokter dan non farmakologi dapat dilakukan dengan terapi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri pada abdomen

4.2 Saran
a. Untuk Penderita Colic Abdomen
Diharapkan penderita colic abdomen dapat mengontrol asupan pola
makan, jangan lupa untuk berolahraga.
b. Untuk Keluarga
Diharapkan keluarga memberikan dukungan baik secara fisik maupun
psikologis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi klien untuk
sembuh.
c. Untuk Tenaga Kesehatan
Selalu memberikan pelayan kesehatan yang optimal untuk siapa saja
guna meningkatkan status kesehatan setiap individu

51
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bulechek, M gloria, Howark K Butcher, Joanne M Dochterman, Cheryl M Wagner.


(2016) . Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam. Singapura :
Elsevier Inc.

Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC)
Edisi Kelima. Singapura: Elsevier Inc

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11


Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Reeves, C. J. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

52

Anda mungkin juga menyukai