oleh :
Chintya Lucyana Putri
172310101014
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing Ns. AnaNistiandani, M.Kep
Oleh:
Chintya Lucyana Putri
172310101014
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Colic Abdomen”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari
banyak pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan
Medikal
2. Ns. AnaNistiandani, M.Kep sebagai Dosen Pembimbing
3. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”
untuk itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi kami sebagai penulis pada khususnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT..............................................................................................1
1.1 Review Anatomi Fisiologi...............................................................................................1
1.2 Definisi Kolik Abdomen..................................................................................................4
1.3 Epidemiologi Kolik Abdomen.........................................................................................4
1.4 Etiologi Kolik Abdomen..................................................................................................4
1.5 Klasifikasi Kolik Abdomen...............................................................................................5
1.6 Patofisiologi Kolik Abdomen...........................................................................................9
1.7 Manifestasi klinis Kolik Abdomen................................................................................10
1.8 Pemeriksaan penunjang Kolik Abdomen......................................................................11
1.9 Penatalaksanaan kolik abdomen..................................................................................11
1.10 Pathway......................................................................................................................13
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................15
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................15
2.1.1 Assesment/ Pengkajian.........................................................................................15
2.1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................20
2.1.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................22
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................42
3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................................42
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................69
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................69
4.2 Saran............................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................70
ii
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT
a. Duodenum
Bentuk duodenum melengkung seperti kuku kuda yang mana pada
lengkungan tersebut terdapat prankreas. Bagian kanan dari duodenum terdapat
bagian tempat bermuarannya saluran empedu (duktus kholedukus) dan saluran
prakreas (duktus pankkreatikus) yang dinamakan papilla vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
Brunner yang memproduksi getah intestinum.
b. Jejenjum
1
Panjang jejunum 2 3 meter berkelok kelok yang terdapat pada sebeleh kiri
atas dari intestinum minor dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas (mesenterium). Dinding jejunum lebih tebal dan banyak
mengandung pembuluh darah.
c. Ileum
Ileum merupakan usus halus yang terletak sebelah kanan bawah berhubungan
dengan sekum. Panjang ileum kira kira 4 5 meter, karena ujung batas
antara jejunum dan ileum tidak jelas. Ileum diperkuat oleh sfingter yang
dilengkapi oleh sebuah kutup valvula sekalis (valvula bauchini).
2. Usus Besar
2
Usus besar (intestinum mayor) merupakan saluran percernaan berupa
usus yang berdiameter besar dengan panjang kira kira 1,5 1,7 meter dan
penampang 5 5 meter. Usus besar berbentuk seperti huru U terbalik yang
mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai menuju ke
anus. Terdapat 5 bagian dari usus besar yaitu:
a. Sekum
Kantong lebar terletak pada fosa iliak dekstra. Pada bagian bawah sekum
terdapat appendiks vermiformis. Sekum berbentuk seperti cacing yang biasa
disebut dengan umbai cacing dengan panjang kira kira 6 cm. muara apendiks
pada sekum ditentukan oleh titik titik yaitu daerah antara 1/3 bagian kanan
dan 1/3bagian tengah garis yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior
superior (SIAS). Sekum seluruhnya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak
walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding
abdomen.
b. Kolon asendens
Memanjang dari sekum ke fosa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen. Panjang kolon asendens adalah 13 cm yang terletak di bawah
abdomen sebelah kanan di bawah hati, dan membelok ke kiri bentuknya.
c. Kolon transversum
Panjang kolon transversum kira kira 38 cm, membujur dari kolon asendens
sampai ke kolon desendens. Kolon transversum berada di bawah abdomen
sebelah kanan tempat belokkan yang disebut fleskura lienalis, mempunyai
mesenterium melekat pada permukaan posterior, dan terdapat tirai yang
disebut omentum mayus.
d. Kolon desendens
Panjang kolon desendens lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri dari atas ke bawah, dari depan fleskura lienalis sampai di depan
3
ilium kiri, bersambung dengan sigmoid dan dibelakang peritoneum
(retroperitonial).
e. Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens. Panjang kolon
sigmoid adalah 40 cm. Terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri,
berbrntuk seperti huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan rektum,
berakhir setinggi vertebrae sakralis 3 4. Kolon sigmoid ini di tunjang oleh
mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.
Fungsi usus besar yaitu :
a) Menyerap air dan elektrolit
b) Menyimpan bahan feses
c) Tepat tinggal bakteri koli.
4
1. Secara Mekanis :
a. Adhesi (Pertumbuhan bersatu bagian bagian tubuh yang berdekatan
karena radang).
b. Karisnoma
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus yang
terjadi di dalam usus).
d. Obstipasi (Konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
todak dapat bergerak).
b. Lesi medulla spinalis (suatu kerusakan fungsi neurologis yang
dosebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia (kondisi yang terkai dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif).
5
Berdasarkan penyebabnya klasifikasi kolik abdomen dibedakan menjadi 4
yaitu:
1. Kolik Bilier
nyeri ini merupakan gejala klinis dari penyakit batu empedu
(kolelitiasis/koledoklitiasis). Oleh karena nyeri ini merupakan gejala, maka
beberapa penyakit lain juga dapat memberikan gejala yang sama. Nyeri ini
umumnya konstan dan meningkat progresif secara perlahan. Biasanya dirasakan
setelah makan.
Nyeri viseral ini biasanya karena tabrakan batu empedu dalam duktus sitikus
atau ampula vater. Tabrakan ini menyebabkan terjadinya distensi kandung
empedu atau traktus biliaris dan sistensi ini mengaktivasi neuron sensori aferen.
Biasnya nyeri yang dirasakan tidak dapat terlokalisasi dengan baik, umumnya
terasa dibagian tengah hingga dermaton T8/9 ata epigastrium tengah, kuadran
kanan atas. Apabila nyerinya terlokalisasi umumnya menunjukkan kolesistitis,
kolangitis, pancreatitis.
6
2. Kolik Renal
Jenis kolik ini biasanya dikenal dengan kolik ginjal. Rasa nyeri yang
disarakan karena kolik renal terutama disebabkan oleh pelebaran, peregangan,
dan kejang akibatobstuksi saluran kemih akut. Rasanya nyeri ini biasanya
dimulai pada pertengahan belakang atas lateral dari sudut costovertebral dan
kadang-kadang subkosta, kemudian menyebab ke inferior dan anterior menuju
pangkal paha.Kolik renal cenderung konstan dibandingkan kolik usus atau
empedu yang biasanya sering hilang datang.
Gerak peristaltik saluran kemih, migrasi batu, dan posisi miring atau
memutar batu dapat menyebabkan eksaserbasi (perpanjangan nyeri kolik
ginjal). Derajat nyeri tergantung lokasi obstruksi, bukan pada ukuran batu
(Leslie, 2010).
7
3. Kolik karena sumbatan usus halus
Obstruksi usus kecil (SBO) disebabkan oleh berbagai proses patologis.
Penyebab utamanya di negara maju adalah perlekatan pasca operasi (60%)
diikuti keganasan, penyakit Crohn’s, dan hernia. Studi di kanada melaporkan
frekuensi yang lebih tinggi dari SBO setelah operasi kolorektal, dengan
pembedahan ginekologi, perbaikan hernia, dan usus buntu (Nobie, 2009).
8
1.6 Patofisiologi Kolik Abdomen
Penyebab kolik adalah adhesi, karisnoma, volvulus, obstipasi, dan striktur
sehingga menyebabkan inflamasi obstruksi dan perdarahan di abdomen. Dari hal
tersebut abdomen menjadi tidak nyaman dan menimbulkan rasa nyeri. Hal
tersebut dapat menimbulkan banyak masalah yang dapat menganggu pasien.
Rasa sakit perut somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang berisi banyak ujung
saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa sakitnya dan lebih dapat
melokalisai rasa sakit dari pada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa
gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa sakit visera, tetapi
kemudian akan diikuti oleh rasa sakit somatik, setelah peritoneum terlibat. Rasa
sakit somatik yang dalam akan disertai olegh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Refleks sakit perut dapat juga timbul karena
adanya rangsangan pada nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa sakit
yang berasal dari usus halus akan dirasakan di daerah perut bagian atas dan
epigastrium, sedangkan rasa sakit dari usus besar akan dirasakan pada bagian
bawah perut. Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf
yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus.
Implus aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradanag. Nyeri ini khas bersifat
tumpul, pegal, dan berbatas tidak jelas serta sulit dilokalisai. Implus nyeri dari
visera abdomen atas (lambung, duodenum, panktreas, hati, dan sistem empedu)
mencapai medulla spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta di rasakan di
daerah epigastrium, implus nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen thorakalis 11 dan
12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan
kadang kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke
peritorium maka implus nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks
spinals segmentalis.
9
Patofisiologi sakit perut yang berulang yang fungsional (tidak berhubungan
dengan kelainan organik). Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan ambang rasa nyeri. Berbagai faktor fisiologik dan
psikologik dapat berperan sebagai mediator dari rasa sakit perut berulang
fungsional
10
1.8 Pemeriksaan penunjang Kolik Abdomen
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan abdomen: lokasi nyeri
3. Pemeriksaan laboratorium: leukosit, HB
4. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
5. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
6. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amylase karena iritasi pankreas oleh lipatan
usus.
7. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
11
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
12
1.10 Pathway
Adhesi, karisnoma,
volvulus, obstipasi
polip, dan striktur
13
Gangguan gerakan Gangguan
Hambatan rasa
peristaltikk ketidaknyamanan Gangguan
nyaman
(Nyeri akut) pola tidur
Perubahan status
kesehtan
Ansietas
14
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
15
muncul pada penderita kolik abdomen yaitu merasakan nyeri
perut, mual muntah, tidak nafsu makan, dan tampak lemas.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya.
Riwayat kesehatan terdahulu yaitu adanya riwayat nyeri perut
sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji ada atau tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang
sama . Riwayat keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti
klien.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan
kesejahteraan klien. Pada saat klien sakit, klien mudah bekerja
sama untuk proses penyembuhan.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan. Pada klien kolik abdomen nafsu makannya menurun.
3. Pola eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau,
berat jenis. Pada klien kolik abdomen jarang terjadi gangguan
eliminasi baik Bak maupun BAB
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan kolik abdomen kondisi pasien lemah, namum
mampu beraktivitas.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan kolik abdomen kemungkinan akan terganggu saat
istirahat, karena nyeri perut.
16
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan kolik abdomen
biasanya masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan
dengan baik.
7. Pola persepsi diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan
peran masing-masing individu. Pada klien dengan kolik
abdomen tidak terjadi gangguan pada pola persepsi.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan kolik abdomen tidak mengalami gangguan pada
seksualitas dan reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
Klien dengan kolik abdomen tidak mengalami gangguan pada
pola peran dan hubungan.
10. Pola manajemen koping stres
Manajemen koping setiap individu berbedabeda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan kolik abdomen tidak
mengalami gangguan pada pola manajemen koping stres .
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan pada penderita kolik abdomen ini
berkaitan dengan klien percaya bahwa ia dapat sembuh dan ia
mampu melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada klien dengan kolik abdomen, klien tampak meringis karena
merasa nyeri pada abdomen.
2. Pemeriksaan tanda tanda vital
17
Pada klien dengan kolik abdomen juga sama dengan klien
lainnya pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan
darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi :
kepala simestris, distribusi rambut merata, rambut hitam ,
tidak terdapat inflame.
Palpasi :
tidak adanya nyeri tekan pada kepala, tidak terdapat
benjolan abnormal di bagian kepala.
b. Mata
Inspeksi :
mata simestris, bulu mata rata dan berwarna hitam, sclera
putih, tidak anemis, tidak lebam, tidak edema
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal pada
kedua mata
c. Telinga
Inspeksi :
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada luka, bagian telinga
kanan dan keri bersih
Palpasi :
tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal
d. Hidung
Inspeksi :
tidak ada kelainan bentuk, bersih, tidak ada lesi, tidak
mengalami perdarahan hidung.
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
18
e. Mulut
Inspeksi :
mukosa bibir tampak sedikit kering, bersih, tidak ada lesi,
tidak ada luka
Palpasi :
tidak ada maslah
f. Leher
Inspeksi :
simestris, warna kulit sama dengan sekitarnya
Palapasi :
tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesarn vena jugularis.
g. Dada
Paru paru :
Inspeksi :
dada klien terlihat mengembang simestris, tidak ada jejas,
tidak ada alat bantu nafas yanag terpasang
Perkusi :
perkusi sonor
Palpasi :
tidak ada benjolan abnormal
Auskultasi :
tidak ada suara tambahan
Jantung :
Inspeksi :
tidak ada jejas
Perkusi :
pekak
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
19
Auskultasi :
Lup Dup
h. Abdomen
Inspeksi :
bentuk perut dadar simestris
Palpasi :
terdapatnyeri tekan pada perut
Perkusi :
timpani semua di lapang perut
Auskultasi :
terdengar bising usu 12x/ menit
i. Urogenital
Inspeksi :
tidak terpasang kateter
j. Ekstremitas
Inspeksi :
bentuk simestri, jumlah tangan dan kaki lengkap, panjang
sama, tidak ada fraktur,
Palpasi :
tidak ada edema kaki, CRT> 2 detik
k. Kulit dan kaki
Kuku bersih pada kaki kanan dan kiri, tidak ada lesi, turgor
kulit kering, tidak ada benjolan.
l. Keadaan lokal
Kondisi umum tampak lemah, terpasang infuse Nacl 0,9%
20 tpm di tangan kanan, pasie sadar.
20
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar atas pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut adalah diagnosa
keperawatan klien kolik abdomen menurut NANDA (2018):
a. Defisien volume cairan b.d. asupan cairan kurang.
b. Nyeri akut b.d. agens cedera fisik.
c. Ansietas b.d. stressor.
d. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan
e. Hipertemi b.d Dehidrasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi krang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya nafsu makan
g. Mual b.d rasa makan atau minum yang tidak enak
21
2.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan
pada pasien, menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi
adalah pemberian kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu
rencana tindakan keperawatan agar masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis
yang memberikan gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan
diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.
22
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Domain 2. Nutrisi NOC NIC
Kelas 5. Hidrasi Tujuan: Manajemen cairan (4120)
(00027) Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga intake/ asupan
Defisienn volume keperawatan selama 1 x 24 jam defisien yang akurat dan catat
cairan volume cairan pasien hialang dengan output pasien
Definisi: penurunan criteria hasil: 2. Monitor status hidrasi
cairan intravascular, Keseimbangan cairan (0601) 3. Monitor tanda tanda
interstinal, dan/ atau 1. Keseimbangan intake dan vital pasien
intraseluler. Ini output dipertahankan pada skala 4. Monitor makanan/
mengacu pada 2 (banyak terganggu) cairan yang dikonsumsi
dehidrasi, kehilangan ditingkatkan ke skala 5 (tidak dan hitung asupan
cairan saja tanpa terganngu) kalori harian
perubahan kadar 2. Turgor kulit dipertahankan pada 5. Berikan terapi IV
natrium. skala 2 (banyak terganggu) seperti yang ditentukan
ditingkatkan ke skala 5 (tidak 6. Distribusikan asupan
terganngu) cairan selama 24 jam
Integritas jaringan: kulit dan Monitor tanda tanda vital
membrane mukosa (1101) (6680)
1. Elastisitas dipertahankan pada 1. Monitor tekanan darah,
skala 2 (banyak terganggu) nadi, suhu, dan status
ditingkatkan ke skala 5 (tidak pernafasan dengan tepat
terganngu) 2. Monitor irama dan laju
2. Hidrasi dipertahankan pada pernafasan
skala 2 (banyak terganggu) 3. Monitor suara paru
ditingkatkan ke skala 5 (tidak paru
terganngu) 23
24
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Keluarga dank lien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat
elergi.
c. Imunisasi:
Klien mengatakan lupa imunisasi apa yang pernah diperoleh
d. Kebiasaan/ pola hidup/ life style:
Kesehariannya klien mengatakan bahwa klieen merupakan perokok
aktif. Klien juga mengatakan setiap harinya klien harus minum kopi,
namun saat di rumah sakit klien tidak minum kopi dan tidak merokok.
Klien juga mengatakan suka olahraga bulu tangkis namun jarang
dilakukan.
e. Obat obatan yang digunakan:
Pada saat dirumah klien merasa tidak enak badan dan dirasa tidak
terlalu sakit, klien mengatakan hanya minum obat yang dibeli di
warung. Namun jika rasa sakitntnya tidak kunjung sembuh, klien
langsung ke pelayanan kesehatan terdekat
5. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat penyakit dalam
keluarga
Genogram
Keterangan:
: perempuan
25
: laki-laki
: klien
: berpisah
26
Klien memiliki IMT dalam rentang normal (18,5 25), yaitu
berdasarkan pengukuran tersebut tidak ada masalah mengenai
nutrisi
Biomedical sign
Hemoglobin : 13,9 g/dl
Leukosit : 8400/mm
MCV : 95,2 FL
MCH : 31,8 Pg
MCHC : 33,4 g/dl
PCV/ hematokrit : 42% :
Trombosit : 241.000 mm
SGOT : 15
SGPT : 15
Glukosa acak : 89
Serum Creatian : 0,8
Urea : 13
Pemeriksaan EKG : HR = 49 bpm, Bradycardia
Interpretasi :
Klien positif bradikardi, karena terlihat dari pemeriksaan EKG
di dapatkan hasil bradicardia, HR= 49 bpm.
Clinical Sign:
Klien mengalami nyeri pada perutnya, klien bradikardi
Tekanan Dara : 120/80 mmhg
Nadi : 50x/ menit
S : 36,5ºC
Konjungtiva anemis, mukosa bibir sedikit kering, kulit kering,
terdapat nyeri tekan abdomen, pasien tampak meringis.
Interretasi :
Klien tampak menahan nyeri, pasien terlihat tampak lemah,
klien mengobati kolik abdomen.
27
Diet paterm (intake makanan dan cairan):
Sebelum masuk MRS :
klien makan berkali kali dalam satu hari. Dengan porsi yang
lumayan banyak. Biasanya di rumah klien minum 4 gelas
(1000cc) per hari
Saat MRS :
infuse Nacl 1500cc/ hari 20 21 tpm. Klien tidak nafsu makan.
Makanan yang dari rumah sakit tidak pernah dimakan.
Sehingga makan sedikit dan beli di luar.
Interpretasi :
sebelum masuk ke RS klien memiliki kebutuhan nutrisi yang
terpenuhi. Namun, setalah masuk RS klien tidak dafsu makan.
3. Pola Eliminasi: (saat sebelum sakit dan saar di rumah sakit)
Saat MRS
BAK
Frekuensi : 3 4 kali/ hari
Jumlah : 150 cc
Warna :Kuning jernih
Bau : Amonia
Karakter : Tidak terkaji
BJ : Tidak terkaji
Alat bantu : Tidak menggunakan
Kemandirian : Mandiri
BAB
Frekuensi : 1 kali/ hari
Jumlah : 300 cc
Konsistensi : Keras
Warna : Kuning
Bau : Khas BAB
28
Karakter : Tidak terkaji
BJ : Tidak terkaji
Alat bantu : Tidak menggunakan
Kemandirian : Mandiri
Sebelum MRS
BAK
BAB
29
Klien bekerja sebagai buruh tani. Terkadang klien olahraga bulu
tangkis karena umurnyayang sudah semakin tua. Klien sudah jarang
berolahraga
Makan / minum √
Toileting
Berpakaian √
Berpindah
Ambulasi / ROM
5. Pola tidur dan istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi :
Menurut keluarga dan klien durasi tidur klien sebelum MRS baik,
klien dapat tidur pada siang hari, dan juga di malam hari, sekitar
kurang lebih 7 9 jam dalam sehari. Namun saat MRS klien dapat
tidur 2 5 jam dalam sehari
30
Gangguan tidur :
Tidak ada gangguan tidur sebelum MRS dan saat MRS terjadi
gangguan tidur
Keadaan bangun tidur :
Sebelum MRS klien tampak segar, langsung beraktivitas, sedangkan
saat MRSklien tampak lemah, wajah tidak segar.
Interpretasi : pola tidur dan istirahat klien terganggu, ditunjukkan
dengan klien berkata tidak dapat tidur dan ketika tidur sering
terbangun karena suara klien lain nyeri perutnya.
6. Pola kognitif dan perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori:
Klien memiliki ingatan memory yang baik, ditunjukkan dari beberapa
pertanyaan yang diajukan, klien dapat menjawab dengan tenang, klien
tidak mengalami kemunduran kognitif
Fungsi dan keadaan indera:
Fungsi panca indra klien dalam keadaan baik, klien dapat melihat
dengan baik, dapat merasakan panas ataupun dingin, dapat
membedakan rasa asin, pahit, manis. Klien dapat mencium aroma
dengan baik.
Interpretasi:
Fungsi kognitif dan persepsi klien berfungsi dengan baik, dibuktikan
dari penjelasan penjelasan klien.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
klien mengatakan menerima penyakitnya sebagai cobaan dari Allah
SWT. Dan klien menerima dengan lapang
Identitas diri :
klien merupakan seorang suami, sebagai kepala keluarga. Klien dapat
mengenali dirinya sendiri.
Harga diri :
31
klien tidak malu dengan keadaanya. Klien ikhlas menerima dan
menjalaninya.
Ideal diri :
klien mengatakan ingin segara sembuh dan dapat beraktivitas
Peran diri :
klien sebagai seorang suami dan sebagai kepla kelurga
Interpretasi:
klien tidak memiliki masalah
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Pola seksualitas :
klien dan keluarga mengatakan tidak mengalami gamgguan seksualitas
Fungsi reproduksi :
klien juga tidak memiliki masalah terkait dengan reproduksi.
Interpretasi:
klien tidak memiliki maslah pada pola seksualitas dan reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
keluarga mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan anggota
keluarga yang lain baik
terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di rumah sakit.
Interpretasi:
pola peran dan hubungan klien baik dan tidak ada masalah.
10. Pola manajemen koping stress
Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap
sakit merupakan jalan/ cobaan yang harus dilewati dan dijalani
sehingga bagaimanapun keadaanya harus diterima dan disyukuri.
Interpretasi :
pola manajemen koping dan stress klien tidak mengalami gangguan
dan menganggap bahwa penyakitnya merupakan jalan yang harus
dilewati.
11. System nilai dan keyakinan
32
Klien yakin bahwa Alllah SWT memberikan cobaan sesuai dengan
ambang batas kemampuan yang dimiliki oleh umatnya
Klien meyakini bahwa akan segara sembuh.
Interpretasi :
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien tudak terganngu.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Klien keadaan umumnya lemah, kompas metis
Tand Vital :
Tekanan Darah : 120/ 80 mm/Hg
Nadi : 50 x/ menit
RR : 16 x/ menit
Suhu : 36,5ºC
Interpretasi :
fungsi tanda tanda vital ada yang mengalami gangguan yaitu nadi 50
x/ menit. Dan terdapat nyeri tekan pada abdomen.
33
Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi :
Telinga kanan dan kiri bersih, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada
perdarahan pada telinga, tidak ada luka, pendengaran normal.
4. Hidung
Inspeksi :
Tidak ada kelainan bentuk, tidak terdapat lesi, tidak mengalami
perdarahan di hidung
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi :
Mukosa bibir sedikit kering, bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada luka
6. Leher
Inspeksi :
Simetris, warna kulit sama dengan sekitarnya
Palpasi :
Tidak teraba benjolan abnormal
7. Dada
Paru paru
Inspeksi :
Dada klien terlihat mengembang simetris, tidak ada jejas, tidak ada
alat bantu nafas yang terpasang
Palpasi :
Tidak ada benjolan abnormal
Perkusi :
Perkusi sonor
Auskultasi :
Tidak ada suara tambahan
34
Jantung
Inspeksi :
Tidak ada jejas
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Lup Dup
8. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk perut datar simestris lumbal kiri
Palpasi : +
Terdapat nyeri tekan pada perut
Skala nyerinya 7 + +
Perkusi : hipogastrium iliaka kiri
Timpani semua di lapang perut
Auskultasi : terdengar bising usus 12x/ menit
9. Urogenital
Inspeksi :
Tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas
Inspeksi :
Bentuk simestris, jumlah tangan dan kaki lengkap, panjang sama,
tidak ada fraktur, terpasang Nacl 0,9% 20 21 tpm
Palpasi :
Tidak ada edema kaki, CRT >2 detik
11. Kulit dan Kuku
Inspeksi :
kuku bersih pada kaki kanan dan kiri,
35
Palpasi :
Tidak ada lesi, kecuali pada tangan kanan yang terkena infuse, tidak
ada benjolan
12. Keadaan Lokal
Kondisi umum tampak lemah, terpasang infuse Nacl 0,9% 20 tpm di
tangan kanannya, pasien sadar
Nilai Satuan
1. Hematologi
Hemoglobin 11,5-
Gr/dL 13,7
16,5
Hematokrit 37-43 % 42
2. Faal Hati
SGOT U/L
10-35 15
(30ºC)
SGPT U/L
9-43 15
(30ºC)
36
3. Gula Darah
5. Faal Ginjal
37
nyerinya seperti
ditusuk tusuk mual
DO:
Bisisng usus 12x/ nyeri akut
menit
Klien tampak
meringis kesakitan
Klien tampak nyeri
saat abdomennya di
palpasi
Hasil pengkajian
fisik didapatkan
nyeri
Skala nyeri 7
2. 15 Ds: kolik abdomen Gangguan
januarai Klien mengatakan pola tidur
2019 saat dirumah sakit kesulitan menulai
tidur
tidurnya kurang
lebih 2 5 jam
ketidakpuasan tidur
Klien mengatakan
tidak dapat tidur
kendala lingkungan
karena terganggu
oleh suara batuk
gangguan pola tidur
dari teman 1
kamarnya
Do:
Klien tampak lesu,
tidak segar
Klien juga terlihat
menahan nyerinya
38
3. 15 januari DS: kolik abdomen Ansietas
2019 Klien mengatakan
tidak dapat tidur, nyeri abdomen
sehari kurang lebih
2 5 jam insomnia
Klien mengatakan
selalu ingin cepat gelisah
pulang
Klien mengatakan ansietas
nyeri pada
abdomen
DO:
Klien tampak
lemah
Nadi = 50x/ menit
39
40
IX. Intervensi Keperawatan
41
2. Melaporkan nyeri yang 4. dorong klien untuk
terkontrol dipertahankan memonitor nyeri dan cara
pada skala 2 (jarang menangani nyeri dengan tepat
menunjukkan)
ditingkatkan ke skala 4
(sering menunjukkan).
3016 (Kepuasan Klien:
Manajemen Nyeri)
3. mengambil tindakan
untuk mengurangi nyeri
dipertahankan pada skala 1
(tidak puas) di tingkatkan
ke skala 4 (sangat puas)
4. layanan kesehatan
bekerja sebagai satu tim
dalam mengelola nyeri
dipertahankan pada skala 2
(agak puas) di tingkatkan
ke skala 4 (sangat puas)
2. Gangguan pola tidur NOC NIC 1. Agar lebih bdekat dengan
42
b.d kendala lingkungan Tujuan : 6480 (Manajemen Lingkungan) klien
d.d ketidakpuasan tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Dampingi pasien selama tidak 2. agar klien merasa nyaman
karena terganggu suara keperawatan selama 2x 24 ada kegiatan bangsal, dengan 3. membuat lingkungan yang
batuk dari teman satu jam diharapkan ganguuan tepat nyaman untuk klien
kamarnya tidur pada klien dapat 2. Sediakan tempat tidur dan 4. agar klien dapat
teratasi dengan kriteria lingkungan yang bersih dan memantau jam tidur sendiri
hasil nyaman
2009 (Status Kenyamanan: 3. Kendalikan atau cegah
Lingkungan) kebisingan yang tidak
1. lingkungan yang diinginkan atau berlebihan, bila
kondusif untuk tidur memungkinkan
dipertahankan pada skala 2 1850 (Peningkatan Tidur)
(banyak terganggu) 4. Anjurkan klien untuk
ditingkatkan ke skala 4 memantau pola tidur
(sedikit terganggu)
2. kepuasan dengan
lingkungan fisik
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
43
(sedikit terganggu)
3. lingkungan yang damai
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
(sedikit tergaanggu)
0004 (Tidur)
4. Kualitas tidur
dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
(sedikit terganggu)
1.
3. Ansietas b.d stressor NOC NIC 1. Menggali tentang klien
d.d nyeri abdomen, Tujuan : 5820 (Pengurangan Kecemasan) 2. mengetahui tentang tanda
peningkatan tekanan Setelah dilakukan asuahan 1. gunakan pendekatan yang kecemasan
darah dan gelisah. keperawatan selama 2x 24 tenang dan meyakinkan 3. memposisikan senyaman
jam diharapkan ansietas 2. Kaji untuk tanda verbal dan mungkin
pada klien dapat teratasi non verbal kecemasan 4. agar klien lebih
44
dengan criteria hasil 6040 (Terapi Relaksasi) memahami teknik
1211(Tingkat Kecemasan) 3. Dorong klien untuk relaksasinya.
1. Rasa cemas yang mengambil posisi yang nyaman
disampaikan secara lisan dengan pakaian longgar dan
diperetahankan pada skala mata tertutup
2 (cukup berat) di 4. dorong klien untuk
tingkatkan ke skala 4 mengulangi teknik relaksasi,
(ringan) jika memungkinkan
2. tidak dapat beristirahat
diperetahankan pada skala
2 (cukup berat) di
tingkatkan ke skala 4
(ringan)
3. Gangguan tidur
diperetahankan pada skala
2 (cukup berat) di
tingkatkan ke skala 4
(ringan)
4. Perubahan pada pola
makan diperetahankan
45
pada skala 2 (cukup berat)
di tingkatkan ke skala 4
(ringan)
X. Catatan Perkembangan
46
nafas dalam) Klien tampak meringis,
4. Mendorong klien untuk Klien tampak lemah
memonitor nyeri dan cara menangani RR = 1
nyeri dengan tepat N = 50x/ menit
S = 36,5ºC
TD = 120/ 80
CRT < 2
A:
Masalah teratasi sebagaian
P:
Observasi petunjunk
ketidaknyamanan verbal
Lakukan pengkajian nyeri
meliputi lokasi, durasi,
kualitas, frekuensi nyeri
Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(teknik relaksasi nafas
dalam)
2. 15 Gangguan pola 1. Mendampingi pasien selama tidak S : 1.
47
Januari tidur ada kegiatan bangsal, dengan tepat Klien mengatakan
2019 2. Menyediakan tempat tidur dan terganggu oleh suara batuk
lingkungan yang bersih dan nyaman dari pasien lain
3. Mengendalikan atau mencegah Klien mengatakan dalam
kebisingan yang tidak diinginkan satu hari hanya tidur
atau berlebihan, bila memungkinkan kurang dari 2 5 jam
4. Menganjurkan klien untuk O :
memantau pola tidur Klien tampak tigak segar
A:
Masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
Damping klien selama
tidak ada kegiatan bangsal
Menyediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
Kendalikan kebisingan
yang tidak diinginkan
Anjurkan klien untuk
48
memantau pola tidur
3. 15 Ansietas 1. Menggunakan pendekatan yang S : 1.
Januari tenang dan meyakinkan Klien mengatakan terus
2019 2. Mengkaji untuk tanda verbal dan ingin pulang
non verbal kecemasan O:
3. Mendorong klien untuk Klien tampak gelisah
mengambil posisi yang nyaman A :
dengan pakaian longgar dan mata Maslah teratasi sebagaian
tertutup P:
4. Mendorong klien untuk Dorong klien untuk
mengulangi teknik relaksasi, jika mengambil posisi yang
memungkinkan nyaman
Dorong klien untuk
mengulang teknik
relaksasi, jika
memungkinkam
49
50
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolik abdomen merupakan sakit pada perut karena adanya peradangan atau
pembengkakan dan penyempitan pada organ berongga diarea perut yang
memiliki otot polos. Tanda gejalanya adalah kram, diara atau konstipasi yang
terjadi secara tiba tiba pula. Secara farmakologi dapat diberikan sesuai dengan
resep dokter dan non farmakologi dapat dilakukan dengan terapi nafas dalam
untuk mengurangi nyeri pada abdomen
4.2 Saran
a. Untuk Penderita Colic Abdomen
Diharapkan penderita colic abdomen dapat mengontrol asupan pola
makan, jangan lupa untuk berolahraga.
b. Untuk Keluarga
Diharapkan keluarga memberikan dukungan baik secara fisik maupun
psikologis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi klien untuk
sembuh.
c. Untuk Tenaga Kesehatan
Selalu memberikan pelayan kesehatan yang optimal untuk siapa saja
guna meningkatkan status kesehatan setiap individu
51
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC)
Edisi Kelima. Singapura: Elsevier Inc
52