(SISTIM PENCERNAAN)
INTESTINUM MAYOR
DI SUSUN OLEH :
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat pembaca agar lebih mudah dalam memahami
tentang Sistim pencernaan (INTESTINUM MAYOR) tersebut. Kami berharap saran saran
yang bersifat membangun dapat menjadi tolak ukur kami dalam menyelesaikan makalah
selanjutnya agar menjadi lebih baik.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan sehingga kritik dan saran
kami harapkan, Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Usus Besar............................................................................................2
B. Anatomi Usus Besar...............................................................................................2
C. Sistem Kerja Usus Besar........................................................................................6
D. Fisiologi Usus Besar...............................................................................................6
Daftar pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim
pencernaan yang disekresioleh kelenjar saliva dan pankreas.Beberapa mekanisme ini
bergantung pada sifat intrinsikotot polos usus.Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex,
termasuk kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi,
dan hormone saluran ceerna.Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang
disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi
usus, pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Usus Besar?
2. Apa saja Anatomi Usus Besar?
3. Apa saja Fisiologi Usus Besar?
C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa itu usus besar, apa saja anatominya dan fisiologi
dari usus besar itu sendiri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan.
Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya
hanya 1 meter. Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu
kantong yang disebut sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai
cacing). Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan
pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang
disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah
bakteri tidak kembali ke usus halus.
2
a. Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup
ileosekal. Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang
menghubungkan ileum (usus halus) dan colon ascenden (usus besar). Berfungsi
menyerap air dan garam.
3
Gambar Appendiks/ umbai cacing
4
Kolon asendens merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Fungsi dari kolon asendens adalah sebagai penyerap air dan juga
penyerap nutrisi yang belum sepenuhnya diserap oleh bagian usus halus.
5
bentuk feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari
lapisan mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus.
6
Oleh karena itu, satu – satunya ekskresi yang bermakna dalam usus besar
adalah mucus. Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi dinding terhadap
eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling
bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang besar,
yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang bersifat
alkali, juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam feses, yang
mencegah penyerangan dinding usus.
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu segmen
usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri
menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan
elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal yang kental. Zat ini
bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan feses yang
cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya berupa diare disertai kehilangan banyak
air dan elektrolit tetapi juga penyembuhan dari penyakit yang lebih awal
dibandingkan bila hal ini tidak terjadi.
c. Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran hijau, dan penyiapan
sisa protein yang belumdicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi.
d. Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam
proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh.
Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75% sampai
80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai
3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta
mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan
selulosa yang tidak tercerna.
Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja
bakteriJika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa
makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin yang
dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi. Selain itu
tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di dinding usus.
Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus patogen yang dapat
menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh dan menyerang seluruh
organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses autointoksinasi. Sisa-sisa
makanan akan mengalami masa transit di usus besar kurang lebih 14 jam.
Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan merangsang peristaltik
didalam usus besar.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan.
Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan dengan
ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut
sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia,
umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut
apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu
semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus
halus.
8
Daftar Pustaka
Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin.
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiolofi untuk Pemula, Jakarta: EGC.