Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

(SISTIM PENCERNAAN)
INTESTINUM MAYOR

DI SUSUN OLEH :

ALAN YUSUF 2118020

SRI MULYATI 2118021

STEPANUS METE 2118022

ADELYA PRATIWI RAHIM 2118023

IMAN RUSDIMAN MAE 2118024

YUSTINUS DENDO NGARA 2118025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN ACADEMIK

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat pembaca agar lebih mudah dalam memahami
tentang Sistim pencernaan (INTESTINUM MAYOR) tersebut. Kami berharap saran saran
yang bersifat membangun dapat menjadi tolak ukur kami dalam menyelesaikan makalah
selanjutnya agar menjadi lebih baik.

Kami menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan sehingga kritik dan saran
kami harapkan, Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar isi ...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Usus Besar............................................................................................2
B. Anatomi Usus Besar...............................................................................................2
C. Sistem Kerja Usus Besar........................................................................................6
D. Fisiologi Usus Besar...............................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................8

Daftar pustaka

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi pencernaan dan penyerapan system gastrointestinal bergantung pada berbagai
mekanisme yang melunakkan makanan, mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan
mencampurnya dengan empedu hati yang disimpan di kandung empedu dan enzim
pencernaan yang disekresioleh kelenjar saliva dan pankreas.Beberapa mekanisme ini
bergantung pada sifat intrinsikotot polos usus.Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex,
termasuk kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger kimiawi,
dan hormone saluran ceerna.Berbagai hormone tersebut merupakan zat umoral yang
disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk memengaruhi fungsi
usus, pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut juga bekerja dengan cara parakrin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Usus Besar?
2. Apa saja Anatomi Usus Besar?
3. Apa saja Fisiologi Usus Besar?

C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa itu usus besar, apa saja anatominya dan fisiologi
dari usus besar itu sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan.
Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya
hanya 1 meter. Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu
kantong yang disebut sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai
cacing). Pada manusia, umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan
pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang
disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah
bakteri tidak kembali ke usus halus.

B. Anatomi Usus Besar (Intestinum Mayor)


Didalam usus besar hidup berbagai bakteri, terutama Escherichia coli, jenis
bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini berfungsi dalam
pembusukan sisa makanan dan pembentukan vitamin K dan B kompleks yang
diperlukan oleh tubuh. Selain itu, didalam usus besar terjadi juga proses pengaturan
kadar air dalam pembentukan feses. Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses
yang terbentuk didorong masuk kedalam rektum. Rektum merupakan bagian terakhir
dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum
dikeluarkan melalui sfingter terakhir, yaitu anus. Proses pengeluaran feses melalui
anus disebut dengan dengan defekasi.
Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: sekum,
Usus buntu (Appendiks) kolon dan rektum. Keempat bagian ini sulit dibedakan secara
histologis.

2
a. Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup
ileosekal. Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang
menghubungkan ileum (usus halus) dan  colon ascenden (usus besar). Berfungsi
menyerap air dan garam.

b. Usus buntu (Appendiks)


Usus buntu (bahasa latin: caesus yang berarti buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini di temukan pada mamalia, burng dan
beberapa jeni reptile. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang kecil, dan
sebagian atau seluruhnya di gantikan oleh umbai cacing.
Bisa juga diartikan sebagai bagian dari usus yang muncul seperti corong dari
akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan
dapat dilewati oleh beberapa isi usus.
Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis tergantung masuk
kedalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang seikum. Sebagai
suatu organ pertahanan infeksi, kadang appendiks bereaksi secara hebat dan
hiperaktif yang dapat menimbulkan perforasi dinding nya ke rongga abdomen.
Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak
mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi appendiks adalah
sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi imonnoglobulin
(suatu kekebalan tubuh) yang memiliki/berisi kelenjar limfoid.

3
Gambar Appendiks/ umbai cacing

c. Kolon (usus tebal)


Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Ini merupakan
bagian yang lebih tebal dan menyempit dengan banyak tonjolan pada bagian
permukaan. Kolon memiliki 3 divisi.

4
 Kolon asendens merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Fungsi dari kolon asendens adalah sebagai penyerap air dan juga
penyerap nutrisi yang belum sepenuhnya diserap oleh bagian usus halus.

 Kolon transversum panjang kolom tansversum yaitu kurang lebih


38 cm, merentang menyilang abdomen dibawah hati dan lambung sampai
ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah pada fleksura
splenik. Adapun fungsi utama kolon transversum ini adalah untuk
menyempurnakan penyerapan nutrisi dari makanan & membantu
memadatkan feses.

 Kolon descendens panjang pada umumnya sekitar 25cm,  merentang ke


bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sogmoid berbentuk S
yang bermuara di rektum. Kolon ini bertugas menampung feses
sementara sebelum diteruskan ke bagian rectum.

 Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring,


dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S. ujung
bawahnya berhubungan dengan rekrum.
d. Rektum

Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang


12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
Bagian terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam

5
bentuk feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari
lapisan mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
 Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
 Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus.

C. Sistem Kerja Usus Besar


Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.Di antara intestinum tenue (usus
halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung
sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi
massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan
peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang
diperlukan oleh tubuh. Air dan garam  mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh
dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1
sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan
dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12.
Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi
sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan
proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu
rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas
kontraksi rektum dan otot sfingter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya
defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan
sempurna.

D. Fungsi Usus Besar


a. Absorbsi air, garam dan glukosa
Usus besar mengabsorbsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.
b. Sekresi
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti mukosa usus halus,dilapisi oleh
kripta Lieberkuhn, tetapi sel-  sel epitel hampir tidak mengandung enzim. Sebagai
gantinya, mereka hampir seluruhnya diliputi oleh sel goblet. Pada permukaan
epitel usus besar juga terdapat banyak sel goblet yang tersebar di antara sel – sel
epitel lainnya.

6
Oleh karena itu, satu – satunya ekskresi yang bermakna dalam usus besar
adalah mucus. Mukus dalam usus besar berfungsi melindungi dinding terhadap
eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling
bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang besar,
yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang bersifat
alkali, juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam feses, yang
mencegah penyerangan dinding usus.
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu segmen
usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri
menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan
elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal yang  kental. Zat ini
bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan feses yang
cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya berupa diare disertai kehilangan banyak
air dan elektrolit tetapi juga penyembuhan dari penyakit yang lebih awal
dibandingkan bila hal ini tidak terjadi.
c. Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran hijau, dan penyiapan
sisa protein yang belumdicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi.

d. Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam
proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh.
Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75% sampai
80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang 2% sampai
3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan, serta
mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi kasar, atau serat dan
selulosa yang tidak tercerna.
Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja
bakteriJika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa
makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin yang
dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi. Selain itu
tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di dinding usus.
Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus patogen yang dapat
menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh dan menyerang seluruh
organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses autointoksinasi. Sisa-sisa
makanan akan mengalami masa transit di usus besar kurang lebih 14 jam.
Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan merangsang peristaltik
didalam usus besar.
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan pencernaan.
Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan dengan
ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut
sekum (lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia,
umbai cacing berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut
apendiksistis. Pada sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu
semacam otot sfingter yang berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus
halus.

8
Daftar Pustaka

Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin.
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiolofi untuk Pemula, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai