Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN PADA YN”J” DENGAN KASUS

HEMATOCHEZIA DI RUANG RAWAT INAP CAMAR


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

OLEH :

ARFINISUS ANA RATO 4122001

CI LAHAN CI INSTUSI

NS. HAWIANA, S.KEP.MM MARIA.K.RANTE.KADA,.S.KEP,.NS,.M.KES

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah,


rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Laporan Pendahuluan Hematoczia. Askep ini telah disusun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan askep ini. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
askep ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan askep ini

Makassar, Januari 2023


Penulis

(Arfinisius Ana Rato)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematochezia adalah pengluaran feses atau tinja yang
berwarna hitam seperti yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagia atas. Hematochezia adalah feses yang berwarna
hitam dan berbau bususk karena bercampur produk darah dari saluran
cerna. Hematochezia adalah pengeluaran feses atau tinja yang
berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan
saluran makan bagian atas. Hematochezia adalah feses yang berwarna
hitam dan berbau busuk karena bercampur produk darah dari saluran
cerna.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana tinjauan teori Hematochezia?
2. Bagaimana asuhan keperawatan Hematochezia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teori Hematochezia
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Hematochezia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam hewan multisel
yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien,
serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui anus. Sistem
pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh
berbeda.
Saluran cerna berfungsi untuk menyerap zat makanan, zat-zat
penting, garam dan air, serta mengeksresi bagian-bagian makanan
yang tak diserap dan sebagian hasil akhir metabolisme. Pencernaan
makanan adalah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah
makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah diserap oleh
selaput lendir usus, bila zat tersebut dapat berlangsung secara optimal
dan efisien bila dipengaruhi oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh
traktus digestivus sendiri. Agar enzim-enzim tersebut dapat
mempengaruhi proses pencernaan secara optimal dan efisien maka
enzim tersebut harus mempunyai kontak dengan makanan.

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh


manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan dan dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi
dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan
sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses
pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus
1. Rongga Mulut
Di dalam rongga mulut terdapat permukaan epitel yang
halus. Fungsi dari rongga mulut adalah untuk mensekresi saliva
agar membasahi makanan dan memulai pencernaan. Makanan
dalam mulut. Dihancurkan menjadi partikel kecil menggunakan
gigi yang dibantu oleh kelenjar saliva dan dihancurkan menjadi
partikel yang kecil dan halus oleh gigi. Pati (karbohidrat)
didegradasi oleh amylase yang terdapat di dalam saliva. Setelah
itu makanan yang dikunyah telah didegradasi masuk ke dalam
esophagus dan oleh adanya gerakan peristaltic terbawa ke
lambung
2. Esophagus
Mentransport makanan dengan cepat dari kerongkongan
sampai lambung. Spincter esophageal bagian bawah membuka
sedikit, tetapi dengan cara lain mencegah bercampurnya juice
lambung mengalir lagi yang secara potensial berbahaya.
3. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar
dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian
yaitu kardia (bagian tengah), fundus (bagian atas), dan antrum
(bagian bawah). Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfingter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.
Dinding Lambung terdiri dari 3 lapis, yang luar bersifat
membujur, yang tengah sirkuler, dan yang paling dalam otot
polos lurik. 3 lapisan itu yaitu : Sel-sel utama (chief cells) di
mukosa fundus mensekresi pepsinogen ; merupakan enzim
yang dapat memecah protein. Sel-sel parietal terdapat di
dinding mukosa fundus dan corpus yangmemproduksi HCl dan
intrinsic factor Sel-sel G terdapat di mukosa antrum dan
mengeluarkan gastrin. Di lokasi ini terdapat pula sel-sel mucus
yang mensekresi lender.

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh


asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung . Asam klorida menciptakan suasana yang
sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.Selain itu, lambung juga mensekresi gastrin dan intrinsic
factor, dan absorpsi (minimal) dari bahan makanan tertentu
Mukosa lambung memiliki berjuta-juta kelenjar kecil yang
menghasilkan getah lambung, yang terdiri dari gastrin, HCl,
pepsin, dan lendir. Sekresinya dipicu oleh beberapa mekanisme,
yakni melalui stimulasi N. vagus yang timbul bila melihat atau
membaui makanan, juga stimulasi sel- sel sekresi secara
langsung akibat tekanan makanan pada dinding lambung.
Gastrin memegang peranan penting pula pada regulasi sekresi.

4. Usus Halus
Merupakan lapisan tunggal sel epitel yang membentuk
lekukan-lekukan yang disebut lekukan Kerckring yang
meningkatkan luas permukaan intestinal. Proyeksi kecil dari
lekukan-lekukan ini disebut villi yang dapat meningkatkan luas
permukaan 10 lekukan lainnya. Proyeksi yang lebih kecil
sepanjang villi terdapat mikrovilli yang meningkatkan luas
permukaan 20 lekukan lainnya. pH lingkungan usus halus
sekitar 4-5 hingga agak basa. Fungsi usus halus adalah untuk
absorbsi dari nutrient normal. Obat yang dapat terabsorbsi
dengan baik adalah obat yang tidak terionisasi atau basa lemah.
Usus halus memproduksi campuran dari disakarida,
peptida, asam lemak, dan monogliserida. Sehingga sebanyak
90-95% dari nutrisi terjadi absorbsi di dalam usus halus ini.
Akhir dari pencernaan dan absorbsi terjadi didalam vili, yang
merupakan lapisan permukaan dari usus halus. Pada bagian
permukaan dari sel epitel pada setiap vili ditutupi oleh mikrovili
sehingga total permukaan dari usus menjadi (biasa disebut
sebagai"brush border") 200 meter kuadrat.
5. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses. Tidak terdapat mikrovilli. Lingkungan
dari usus besar bersifat netral hingga basa. Berfungsi untuk
eliminasi dari lendir dan fecal. Yang dibantu dengan transport
ion natrium. Absorpsi obatnya terjadi di rektal. Usus besar
menerima residu dari pencernaan seperti air, selulosa yang
tidak dicerna, fiber yang semuanya steril sehingga usus besar
terdapat banyak populasi mikroorganisme.
pH dari usus besar adalah 5,5 - 7, dan seperti area
bukal, darah yang mengalir di rektum tidak ditransport pertama
kali ke hati.Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri
ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-
bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.

6. Rektum Dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)
adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar. Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
yang merupakan fungsi utama anus.

B. Definisi
Hematochezia adalah BAB berdarah yang menyebabkan tinja
menjadi berwarna merah terang akibat darah. Pendarahan dari anus
dengan warna merah segar di namakan hematochezia. Berak darah
atau sering juga disebut dengan Hematochezia di tandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang di anus, dapat berbentuk
gumpalan atau telah bercampur dengan tinja.Hematochezia adalah
feses yang berwarna hitam dan berbau busuk karena bercampur
produk darah dari saluran cerna.

C. Klasifikasi
a. Perdarahan Akut
Pasien yang mengalami perdarahan berat dan kontiyu
harus di rawat di rumah sakit. Penting untuk di ingat bahwa
pada 10-15% kasus yang pada awalnya bermanisfestasi sebagai
perdarahan saluran cerna bagian bawah ternyata memiliki
sumber perdarahan di saluran cerna bagian atas. Awal
terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas di tandai
dengan hematochezia atau ketidakstabilan hemodinamik
(hipotensi, takikardi, perubahan posisi mengakibatkan
perubahan pada tekanan darah).
b. Outlet-type bleeding
Outlet-type bleeding adalah darah yang terlihat selama
atau sesudah defekasi pada kertas toilet atau handuk, tetapi
tanpa gejala ataupun factor risiko khusus untuk ca colorectal.
c. Perdarahan Kronik-Intermiten
Manifestasi klinik pada pasien ini adalah tes Guaiac
positif, atau anemia atau bisa keduanya. Biasanya terjadi pada
pasien rawat jalan yang tidak menyadari terjadinya perdarahan
saluran cerna bagian bawah namun mengalami anemia kronis.
Walaupun begitu jika anemi yang timbul sudah berat dan
terdapat gejala-gejala kardiopulmoner maka pasien tersebut
harus dirawat inap untuk monitoring, tata laksana dan evaluasi
lebih lanjut. Pada pasien-pasien ini perlu dievaluasi dengan
kolonoskopi. Berdasarkan studi, sekitar 25-41% dari pasien ini
di temukan kelainan pada endoskopi saluran cerna bagian
atasnya. Jadi bila pada saat melakukan pemeriksaan
kolonoskopi tidak di temukan maka sebaiknya di lakukan
endoskopi.

D. Etiologi
Penyebab dari hematochezia adalah trauma yang berasal dari
saluran cerna bagian bawah, dan benda asing yang dimasukkan ke
dalam lekukan rektum dapat menimbulkan perforasi di samping
perdarahan rektum yang akut.Penyakit yang mendasarinya adalah
hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang
berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab
penyakit autoimun (inflammatory bowel disease).
a. Upper GI saluran (biasanya kotoran hitam):
1. Pendarahan lambung atau ulkus duodenum
2. Gastritis
3. Varises esophageal
4. Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan dari
muntahkekerasan)
5. Trauma atau asing tubuh
6. Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke
usus)
7. Vascular malformasi
b. GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah,
berdarah):
1. Wasir
2. Anal fissures
3. Divertikular pendarahan
4. Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)
5. Vascular malformasi
6. Radang usus
7. Tumor
8. Colon polip atau kanker usus besar
9. Trauma atau asing tubuh
E. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum
serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan
dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan
membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena
ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi
berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek
pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi
sistem tersebut akan mengalami kegagalan.
Pathway

Proses regenerasi sel hati dalam bentuk yang terganggu

Kegagalan perikim Hipertensi Portal Enselfalopati Asites


hati
Varise Esofagus Penekanan diafragma

Mual-Muntah Tekanan Ruang Paru menyempit

Nafsu makan Pembuluh darah pecah Sesak Napas

Cepat lelah Hematemis Melena


Gangguan
Pola Napas
Merangsang nosi
Perubahan
Nutrisi
reseptor
Volume intravaskuler

Agen cidera biologis Kurang


Volume
Hemoglobin
Cairan

Nyeri
Transpot O2

Cepat Lelah

Intoleransi
Aktivitas
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum
serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan
dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan
membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena
ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi
berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.
Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek
pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi
sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

F. Manifestasi Klinik
1. Syok (denyut Jantung, SuhuTubuh),
2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis),
3. Demam ringan 38-39°C,
4. Nyeridiperut,
5. Hiperperistaltik
6. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena
pemecahan protein darah oleh bakteri usus.

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium (pemeriksaan darah)
1. Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Hmt, peningkatan
leukosit.
2. Elektrolit: penurunan kalium serum, peningkatan
natrium, glukosa serum dan laktat.
b. Radiologi
1. Barrium Foloow through.
2. Barrium enema.
c. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita
peradangan kolon.

H. Komplikasi
1. Encelofati
2. Asites
3. Sirosis Hepatis

I. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian
atas harus sedini mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit
untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan
yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran
makan bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum :
Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat
yang menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan
paraldehid sebaiknya dihindarkan. Penderita dipuasakan
selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
Infus cairan langsung dipasang dan diberikan
larutan garam fisiologis selama belum tersedia darah.
Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran
penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.
Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu
dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah
yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50-
70 % harga normal. Pemberian obat-obatan hemostatik
seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari, karbasokrom (Adona
AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air
biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap
oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat
menimbulkan ensefalopati hepatik.
2. Pemasangan Pipa Naso-Gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah
untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung)
dengan air , dan pemberian obat- obatan. Pemberian air
pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi
lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah
di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan
berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang
kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan
aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat
diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat
segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah
jernih.
3. Pemberian Pitresin (Vasopressin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada
pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian
diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu
diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos
sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu
harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut
terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan
anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit
jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk
penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya
pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita
tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat
tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja
ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama
pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang
baik dengan pemakaian SB tube ini dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas
akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi
pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan
ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah
dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak
5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan
fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan
varises kemudian ditekan dengan balon SB tube.
Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat
diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai
populer dan merupakan salah satu pengobatan yang
baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan
bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan
diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap
berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi
tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi
varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-
kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu
perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik
b. Keperawatan
1. Diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan
tinggi serat. Dianjurkan untuk menghindari susu.
2. Pengaturan obat-obatan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA YN”J” DENGAN KASUS


HEMATOCHEZIA DI RUANG RAWAT INAP CAMAR
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

1. Pengkajian
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Jufrianti Aris
2. Tempat tgl lahir/usia : Makassar, 06/1991/31 thn
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : S1
6. Alamat : BTN.homsi blok A2 No 7
7. Tgl masuk : 22 januari 2023
8. Tgl pengkajian : 23 januari 2023
9. Diagnosa medik : Hematochezia
I. Keluhan utama/Alasan masuk rumah sakit:
Pasien masuk dengan keluhan BAB darah 2 hari dan merasakan
perut kembung lalu di bhawah ke rumah sakit bhayangkara melalui
IGD pada tanggal 22 januari 2023 pukul 07:00 wita setelah pasien
dipasang infus kemudian pindah ke ruangan rawat inap camar
pukul 09:00 wita.
II. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien mengeluh pusing, lemas sering merasa haus. Hasil
TTV TD:120/50 mmHg N: 90 x/menit P: 20 x/menit S: 36,5
℃ SpO2: 46%
2. Riwayat Kesehatan Lalu.
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit riwayat.
1) Kecelakaan yang pernah dialami: Tidak perna
2) Kecelakaan yang pernah dialami: Tidak perna
3) Pernah dioperasi: Tidak perna
4) dirawat di rumah sakit: Perna pada tahun 2021
dengan kasus penyakit jantung
5) Alergi: Tidak ada
6) Makanan: Tidak ada
7) Obat-obat ansustansi kimia: Tidak ada
8) Konsumsi obat-obatan bebas: Tidak ada
9) Perkembangan anak dibanding saudara lainnya:
Tidak ada
10)Informasi relevan: Tidak ada
III. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Genogram:

Keteranga:
: Lak-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis Penghubung
: Pasien

2. Penyakit anggota keluarga: pasien mengatakan


keluarganya punya riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes melitus
IV. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga: pasien mengatakan
keluarganya sering sholat 5 waktu
2. Keyakinan keagamaan yang terkait dengan kesehatan:
pasien menagatakan sering membaca ayat suci dan
mengaji
V. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi

Kon Sebelum Saat Sakit


disi Sakit
1. Selera makan 1. Tinggi 1. kurang
2. Menu makan 2. Nasi putih, daging, 2. bubur dan buah
3. Frekuensi makan coto, bakso, 3. 2xsehari (pagi
4. Makanan rendang, sayur dan dan malam)
yang disukai buah 4. Tidak ada
5. Makanan 3. 3xsehari ( pagi, 5. Tidak ada
pantangan siang dan sore) 6. Tidak ada
6. Pembatasan 4. coto dan rendang 7. Berdoa
pola makan 5. Tidak ada
7. Cara makan 6. Tidak ada
8. Ritual saat makan 7. Berdoa

2. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jenis minuman 1. Air putih 1. Air putih
2. Frekuensi minum 2. 5-6 kali 2. 4 kali
3. Kebutuhan cairan sehari sehari
4. Cara pemenuhan 3. Air galon 3. Aqua
3. Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum SaatSakit


Sakit
1. Tempat 1. Wc 1. Wc
pembuangan 2. 2 Kali 2. 1 kali
2. Frekuensi (waktu) sehari sehari
3. Konsistensi 3. Lembek 3. Lembek
4. Kesulitan 4. Tidak ada 4. Tidak
5. Obat pencahar ada

4. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jam tidur 1. 21:00 1. 20:00


a. Siang a. 12:00 a. 11:00
b. Malam b. 21:00 b. 20:00
2. Pola tidur 2. Folwer 2. Semi Flower
3. Kebiasaan sebelum tidur 3. Main hp 3. Tidak ada
4. Kesulitan tidur 4. Tidak ada 4. Tidak ada

5. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Mandi 1. Mandi 1. Mandi
a. Cara a. mulai dari a. Dari leher-kaki
b. Frekuensi kepala- b. 1-2 kali sehari
c. Alat mandi kaki c. Gayung
2. Cuci rambut b. 1-2 kali 2. Cuci rambut
a. Frekuensi sehari a. -
b. Cara c. Gayung b. -
3. Gunting kuku 2. Cuci rambut 3. Gunting kuku
a. Frekuensi a. 1 kali a. -
b. Cara seminggu b. –
4. Gosok gigi b. keramas 4. Gosok gigi
a. Frekuensi 3. Gunting kuku a. 1-2 kali sehari
b. Cara a. 1 kali b. Mulai atas
seminggu gigi sampai
b. Memotong bahwa
4. Gosok gigi
a. 1-2 kali
sehari
b. Mulai atas
gigi sampai
bahwa

6. Aktifitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Kegiatan sehari-hari 1. Sebagai guru olaraga 1. -
2. Pengaturan jadwal harian 2. Senin-sabtu 2. -
3. Penggunaan alat bantu 3. - 3. –
aktifitas 4. - 4. -
4. Kesulitan pergerakan
tubuh

7. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Perasaan saat 1. – 1. –
sekolah 2. – 2. –
2. Waktu luang 3. – 3. –
3. Perasaan setelah 4. – 4. –
bermain 5. - 5. -
4. Waktu senggang
klg
5. Kegiatan hari
libur

VI. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum pasien: lemah
b. Tanda TTV:
1. Suhu : 36,5 °C
2. Na di : 80x/menit
3. Respirasi : 20x/menit
4. Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Sistem pernapasan:
1. Hidung: Simetris
2. Leher: Tidak ada luka maupun kelainan pada leher
3. Dada: Bentuk dada normal
d. Sistem Cardiovaskuler
1. Konjutiva: berwana pink dan tidak anemis
2. Ukuran jantung normal: normal
3. Suara jantung: Bising aorta
e. Sistem pencernaan:
1. Sklera: putih dan tidak berwarna kuning
2. Mulut: tampak bersih
3. Gaster: kembung
4. Abdomen: tidak semistris
5. Anus: tidak dilakukan pemeriksaan alasan pasien
tidak bersedia
6. Informasi relevan: tidak ada
f. Sistem indra
1. Mata: baik tidak ada edema
2. Hidung: semetris dan bersih
3. Telinga: pendengaran sedikit berkurang
4. Informasi relevan: tidak ada
g. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
1) Status mental:orientasi: ,daya
ingat ,perhatian dan perhitungan,
bahasa :baik
2) Kesadaran:EMV
3) Bicara ekspresif dan reseptif
2. Fungsi nervu scranial
3. Fungsi motorik :massaotot ,tonusotot ,kekuatan
4. Fungsis ensorik: suhu ,nyeri ,getaran ,posisi
diskriminasi
5. Fungsi cerebellum: koordinasi ,keseimbangan
6. Refleks:bisep ,trisep ,patela,babinski
Iritasi meningen:kaku
kuduk,kernigsign,brudzinskisign
7. Informasi relevan:
h. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala: tidak ada benjolan atau luka
2. Vertebrae
3. Pelvis
4. Lutut
5. Kaki
6. Tangan
7. Kekuatan otot
8. Informasi relevan
i. Sistem Integumen
1. Rambut: Hitam
2. Kulit: temperature
3. Kuku: bersih
4. Informasi relevan
j. Sistem Endokrin
1. Kelenjar thyroid:
2. Ekstresi urin berlebihan, polidisi, poliphagia
3. Suhu tubuh keringat berlebihan
4. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut
5. Informasi relevan
k. Sistem Perkemihan
1. Edema palpebra, moonface, edemanasarka
2. Nocturia dysuria kencing batu, edemaanasarka
3. Informasi relevan
l. Sistem Reproduksi
1. Wanita
1) Labia mayora& minora
2) Payudara:puting,areola mammae
2. Laki-laki
1) Keadaan gland penis: urethra ,kebersihan
testis: sudah turun/belum
2) Pertumbuhan rambut: kumis, janggut, rambut
ketiak
3) Pertumbuhan jakung, perubahan suara
4) Informasi relevan
m. Sistem Imun
1. Akergi cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia
2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan
cuaca
n. Test Diagnostik
1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Dara Rutin H 10.20 10ˆ/UL 4.0-10.0
Full Blood Count
Hemoglobin L 6.8 g/dL 13.5 - 17.5
Lekosit 7.8 10^9/L 4.1 – 10.9
Eritrosit L 3.3 10^12/L 4.5 – 5.9
MCV L 68.8 fL 7.0 – 107.0
MCH L 20.4 pg 26.0 – 34.0
MCHC L 29.7 g/dL 31.0 – 36.0
RDW H 17.2 11.5 – 14.5
Trombosit 388.0 10^9/L 150.0 – 400.0
MVP 10.4 10^9/L 0.00 – 99.0
PCT 0.4 % 0.00 – 9.99
PDW 10.6 0.0 – 99.0
Hematokrit L 23 % 4.1- 53.0
Diff Count
Basofil 0 % 0.0 – 1.0
Eosinofil 2 % 1.0 – 3.0
Band Form L0 % 2.0 – 5.0
Neutrofil Segmen 60 % 50.0 – 70.0
Limfosit 32 % 20.0 – 40.0
Monosit 6 % 2.0 – 6.0
KIMIA KLINIK
SPOT 26.3 U/L 0 – 35
SGPT 27.0 U/L 10 – 40
Ureum 24.8 mg/dL 17.12 – 38.52
Creatinin 0.75 mg/dL 0.6 – 1.2

2. FotoRotgen: tidak ada


3. CT Scan: tidak ada
4. MRI,USG,EEG,ECGdll: tidak ada
o. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
1. Ranitidin
2. RL
3. Neorobion
4. Infus
5. Injeksi
6. Oksigen
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. pasien mengatakan nyeri 1. Pasien tampak menahan
bagian uluh hati sakit
2. Pasien mengatakan mual dan TD: 140/90 mmHg
muntah sebanyak 3x S: 36oC
3. Pasien mengatakan sehari N: 100 x/menit
makan 3 kali dan hanya dapat RR: 24x/menit
mengabiskan setengah porsi 2. Pasien tampak lemas,
dari yang disediakan, minum mukosa bibir kering, kulit
air putih sebanyak 4 gelas kering
3. Pasien tampak lemas,
mukosa bibir kering, kulit
kering dan konjungtiva
anemia.

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Agen pencidera Nyeri akut
pasien mengeluh nyeri fisiologis
P: spasme otot
Q: cekot-cekot
R: ulu hati
S: skalah nyeri 5
T: hilang timbul
DO:
TD: 140/90 mmHg
S: 36oC
N: 100 x/menit
RR: 24x/menit

2. DS : Kehilangan cairan Kekurangan volume


Pasien mengatakan mual dan aktif (Mual cairan
muntah sebanyak 3x muntah)
DO:
Pasien tampak lemas, mukosa
bibir kering, kulit kering
Balance cairan:
Input:
Makanan = 300cc
Infus= 500cc
Minum = 500cc
Terapi injeksi= 15 cc
Total : 1315cc
Output =
BAK : 5x/hari= 1400cc
IWL = 50
Total : 1450 cc
Balance cairan: input – output=
1315-1450 cc = - 135 cc

3. DS: Kurang asupan Ketidakseimbangan


Pasien mengatakan sehari makan makanan nutrisi kurang dari
3 kali dan hanya dapat kebutuhan tubuh
mengabiskan setengah porsi dari
yang disediakan, minum air putih
sebanyak 4 gelas
DO:
Pasien tampak lemas, mukosa
bibir kering, kulit kering dan
konjungtiva anemia.

3. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
2 Kekurangan volume cairan berhubunan dengan
kehilangan cairan aktif
3 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji tanda – 1.Rasa nyeri
berhubungan tindakan keperawatan tanda vital akan
dengan agen selama 3 x 24 jam 2. Kaji secara meningkatkan
pencidera diharapkan nyeri komprehensif TTV
fisiologis berkurang/hilang nyeri dengan 2.Untuk
dengan krietria hasil : PQRST mengetahui
1. Pengungkapan 3. Beri posisi yang tingkat nyeri
klien bahwa nyeri nyamanpada dan penyebab
berkurang pasien nyeri
2. Skala nyeri 4. Observasi 3.Untuk
berkurang dari reaksi mengetahui
skala 5 menjadi ketidaknyaman apakah terjadi
skala 2 an secara pengurangan
3. Pasien tampak nonverbal rasa nyeri
rileks 5. Ajarkan teknik 4.Mengetahui
4. Pasien dapat relaksasi tingkat nyeri
melakukan teknik 6. kolaborasi 5.Mengurangi
relaksasi dengan dengan tim nyeri
mandiri medis dalam 6.Medikasi yang
pemberian obat tepat sesuai
analgetik bila dengan
diperlukan masalah nyeri
pasien
Kekurangan Setelah dilakukan 1. Kaji cairan yang 1. Membuat
volume cairan tindakan keperawatan disukai pasien pasien lebih
b.d kehilangan selama 3 x 24 jam dalam batas kooperatif
cairan aktif diharapkan input dan diet 2. Mempermuda
outpun cairan pasien 2. Kaji muntah h
seimbang dengan pasien pemantauan
kriteria hasil : 3. Rencanakan kondisi pasien
1. Terjadi target 3. Pemahaman
peningkatan pemberian tentang
asupan cairan asupan cairan alasan
minimal 2000cc untuk setiap tersebut
per hari harinya per sift membantu
2. Tidak 4. Kaji pasien dalam
menunjukkan pemahaman mengatasi
tanda tanda pasien tentang gangguan
dehidrasi alasan dehidrasi
3. Tidak terjadi mual mempertahanka 4. Untuk
muntah n hidrasi yang mengontrol
adekuat asupan pasien
5. Catat asupan
dan haluaran
6. pantau asupan
per oral dan
anjurkan pasien
untuk sering
minum air putih
Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Monitor intake 1. Mengetahui
gan nutrisi : tindakan keperawatan makanan dan keseimbanga
kurang dari selama 3 x 24 jam cairan dan pola n intake dan
kebutuhan diharapkan pasien makan output pasien
tubuh b.d dapat terpenuhi 2. Monitor mual 3. Untuk
kurang asupan kebutuhan nutrisinya dan muntah menentukan
makanan dengan kriteria hasil : 3. Kaji adanya diit yang
1. Intake zat gizi alergi makanan tepat
(nutrien) 4. Timbang berat 5. Memotivasi
cukup badan secara pasien dalam
2. Intake zat rutin pemenuhan
makanan dan 5. berikan nutrisi dan
cairan informasi berat badan
3. Turgor kulit tentang merupakan
cukup kebutuhan salah satu
4. Konjungtiva nutrisi indikator
tidak anemis 6. ajarkan makan pemenuhan
5. Pola makan sedikit tapi nutrisi yang
kembali normal sering berhasil
3 kali sehari 7. Kolaborasi I. untuk
dan habis 1 dengan ahli gizi menambah
porsi dan tim medis nafsu makan
untuk dan diit yang
menentukan tepat untuk
jumlah kalori, pasien
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien dan
penambahan
suplemen/vitami
n

5. Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


23 Januari Nyeri akut 15:00 1. Memberikan obat Ardium S:
2023 berhubungan 1 tab pasien nampak lemas
dengan agen 2. Melakukan TTV dan pusing sudah
pencidera 3. Memberikan obat: berkurang
fisiologi Ardium O:
Melakukan relaksasi 1. Pasien terlihat
napas dalam segar

2. KU membaik

3. GDS : 145 mg/dl

A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan interveni:
1. Pasien mengatakan
masih mual, dan
nyeri sudah sedikit
berkurang di bagian
perut. Pasien
mengatakan belum
bisa BAB
P: Spasme otot
Q: Cekot-cekot
R: Dubur
S: Skala 4
2. Pasien mengatakan
minum air putih 1
gelas, dan sudah BAK
3
3. Pasien mengatakan
masih merasakan
mual, tetapi makan
sudah di habiskan ¾
porsi
23 Januari Kekurangan 15:15 1. Mengganti infus RL 20tpm S:
2023 volume cairan 2. Monitor cairan 1. Pasien mengatakan
berhubunan 3. Menganjurkan banyak lebih baik dari
dengan minum kemarin dan tidak
kehilangan merasakan mual
cairan aktif 2. Pasien mengatakan
minum air putih 4
gelas, dan sudah BAK
3x
O:
1. Pasien tampak lebih
rileks
2. Pasien tampak lebih
segar
3. Input : Air Putih :
800cc
Obat : 10cc
Output : BAK: 600cc
4. TTV :
TD : 110/58 mmHg
Suhu : 36,4OC
Nadi : 83x/menit
P: 20x/menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
23 Januari Ketidakseimba 15:30 1. Monitor intake nutrisi S:
2023 ngan nutrisi : 2. Mengajarkan relaksasi 1. Pasien mengatakan
kurang dari napas dalam nyeri sudah sedikit
kebutuhan 3. Memberikan pendidikan berkurang
tubuh kesehatan P: spasme otot
berhubungan 4. Memberikan obat: Setrovel Q: cekot-cekot
dengan kurang Acran R: dubur
asupan 5. Memonitor intake nutrisi S: 5
makanan 6. Memberikan bimbingan T: hilang timbul
terhadap pilihan makan 2. Pasien mengatakan
sehat minum air putih 4
gelas, dan sudah BAK
6x
3. Pasien mengatakan
masih merasakan
mual, dan makan
hanya di habiskan ½
porsi
O:
1. Pasien tampak
sadar, akral
hangatpasien
tampak sering
memegangi perut,
2. pasien tampak
pucat
3. Pasien tampak
rileks
4. Input : Air Putih :
1000cc
5. Output : BAK: 800
cc
6. TTV :
TD: 102/63mmHg
S: 36oC
N: 72x/menit
RR: 20x/menit
A: Nyeri akut
1. Intake nutrisi
2. Input dan Output
cairan
P: Pengkajian nyeri
1. Ajarkan teknik
relaksasi
2. Monitoring input
dan output cairan
3. Monitoring intake
nutrisi
4. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
obat
5. Intervensi
dilanjutkan
24 Januari Nyeri akut 15:00 1. Melakukan TTV S:
2023 berhubungan 2. Memberikan obat: 1. Pasien mengatakan
dengan agen Vomizole mual sudah
pencidera 3. Melakukan relaksasi napas berkurang, dan
fisiologis dalam nyeri sudah
4. Memberikan obat: berkurang
Broadced 1g P: Spasme otot
Q: Cekot-cekot
R: Dubur
S: Skala 4
T: Hilang timbul
2. Pasien mengatakan
minum air putih 5
gelas, dan sudah
BAK 4x
3. Pasien mengatakan
masih merasakan
mual, tetapi makan
sudah di habiskan 1
porsi
O:
1. Pasien tampak
lebih rileks
2. TTV : TD :
115/67 mmHg
Nadi : 72
x/menit
Suhu : 36OC
P:18x/menit
3. Pasien tampak
lebih segar, tidak
pucat
4. Pasien tampak
lebih rileks
5. Input : Air Putih :
1000cc
Output : BAK:
800 cc
A: Nyeri akut
P:
1. Relaksasi napas
2. Intervensi
dilanjutkan
24 Januari Kekurangan Mengganti infus RL 20tpm S:
2023 volume cairan 1. Pasien mengatakan
berhubunan lebih baik dari
dengan kemarin dan tidak
kehilangan merasakan mual
cairan aktif 2. Pasien mengatakan
minum air putih 4
gelas, dan sudah
BAK 3x
O:
1. Pasien tampak lebih
rileks
2. Pasien tampak lebih
segar
3. Input : Air Putih :
800cc
Obat : 10cc
Output : BAK:
600cc
3. TTV :
TD : 110/58 mmHg
Suhu : 36,4OC
Nadi : 83x/menit
P:22x/menit
A: Masalah belum
teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
24 Januari Ketidakseimba 1. Memonitoring cairan S:
2023 ngan nutrisi : 2. Memonitoring intake 1. Pasien mengatakan
kurang dari nutrisi nyeri sudah sedikit
kebutuhan berkurang
tubuh P: spasme otot
berhubungan Q: cekot-cekot
dengan kurang R: dubur
asupan S: 5
makanan T: hilang timbul
1. Pasien
mengatakan
minum air
putih 4 gelas,
dan sudah
BAK 6x
2. Pasien
mengatakan
masih
merasakan
mual, dan
makan hanya
di habiskan ½
porsi

O:
7. Pasien tampak
sadar, akral
hangatpasien
tampak sering
memegangi perut,
8. pasien tampak
pucat
9. Pasien tampak
rileks
10.Input : Air Putih :
1000cc
11.Output : BAK: 800
cc
12.TTV :
TD: 102/63mmHg
S: 36oC
N: 72x/menit
RR: 20x/menit
A: Nyeri akut
3. Intake nutrisi
4. Input dan Output
cairan
P: Pengkajian nyeri
6. Ajarkan teknik
relaksasi
7. Monitoring input
dan output cairan
8. Monitoring intake
nutrisi
9. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
obat
10. Intervensi
dilanjutkan
25 Januari Nyeri akut 05:00 1. Melakukan TTV S:
2023 berhubungan 2. Memberikan obat: 1. Pasien mengatakan
dengan agen Vomizole mual sudah
pencidera 3. Memberikan obat: berkurang, dan
fisiologis Broadced 1g nyeri sudah
berkurang
P: Spasme otot
Q: Cekot-cekot
R: Dubur
S: Skala 4
T: Hilang timbul
2. Pasien mengatakan
minum air putih 5
gelas, dan sudah
BAK 4x
3. Pasien mengatakan
masih merasakan
mual, tetapi makan
sudah di habiskan 1
porsi
O:
1. Pasien tampak lebih
rileks
2. TTV : TD : 115/67
mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36OC
P:20x/menit
3. Pasien tampak lebih
segar, tidak pucat
4. Pasien tampak lebih
rileks
5. Input : Air Putih :
1000cc
Output : BAK: 800
cc
A: Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan
dan pasien pulang
25 Januari Kekurangan 05:15 1. Mengganti infus RL 20tpm S:
2023 volume cairan 2. Memberikan obat: 1. Pasien mengatakan
berhubunan Vomizole lebih baik dari
dengan 3. Memberikan obat: kemarin dan tidak
kehilangan Broadced 1g merasakan mual
cairan aktif 2. Pasien mengatakan
minum air putih 4
gelas, dan sudah
BAK 3x
O:
1. Pasien tampak lebih
rileks
2. Pasien tampak lebih
segar
3. Input : Air Putih :
800cc
Obat : 10cc
Output : BAK:
600cc
4. TTV :
TD : 110/58 mmHg
Suhu : 36,4OC
Nadi : 83x/menit
P:20x/menit
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
dan pasien pulang
25 Januari Ketidakseimba 05:30 1. Memonitoring cairan S:
2023 ngan nutrisi : 2. Memonitoring intake 1. Pasien mengatakan
kurang dari nutrisi nyeri sudah sedikit
kebutuhan berkurang
tubuh P: spasme otot
berhubungan Q: cekot-cekot
dengan kurang R: dubur
asupan S: 5
makanan T: hilang timbul
2. Pasien mengatakan
minum air putih 4
gelas, dan sudah BAK
6x
3. Pasien mengatakan
masih merasakan
mual, dan makan
hanya di habiskan ½
porsi
O:
1. Pasien tampak
sadar, akral
hangatpasien
tampak sering
memegangi perut,
2. pasien tampak
pucat
3. Pasien tampak
rileks
4. Input : Air Putih :
1000cc
Output :
BAK: 800 cc
5. TTV :
TD: 102/63mmHg
S: 36oC
N: 72x/menit
RR: 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Pengkajian nyeri
1. Ajarkan teknik
relaksasi
2. Monitoring input
dan output cairan
3. Monitoring intake
nutrisi
4. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
obat
5. Intervensi di
hentikan dan
pasien pulang

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bermanifestasi
klinis mulai dari yang perdarahan ringan, sampai perdarahan hebat
atau dapat mengancam hidup Hematochezia adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh
adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematochezia adalah
feses yang berwarna hitam dan berbau busuk karena bercampur
produk darah dari saluran cerna. Penyebab utamanya adalah kelainan
bawaan pada lambung (Garter) bagian atas.

B. Saran
Dalam penulisan askep ini masi banyak penulisan, penempatan
huruf, bahasa, letak titik koma yang kurang sempurna, oleh karena itu
kami sebagai penulis mengharapka kritik dan saran dari pembacah
yang dapat membangun agar penulisan askep ini kedepannya lebih
baik

DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Suddart, 2016. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
Dawney. 2018. At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Hilmy.2015. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan


Terapi(2ndEd.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai