Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL
DI RUANG CENDANA 1 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Nanang Arif Kuspriono
12/406784/KU/19435

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL
Eliminasi fekal adalah proses pengeluaran sisa pencernaan melalui anus, makanan
yang sudah di cerna kemudian sisanya akan di keluarkan dalam bentuk fases. Sisten
pencernaan merupakan saluran panjang (kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam proses
pencernaan makanan, mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima
makanan dari luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan
enzim dan zat cair melalui pencernaan baik dengan cara mengunyah, menelan dan
mencampur menjadi zat-zat gizi. Organ saluran pencernaan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
organ saluran gastrointestinal bagian atas dan organ saluran gastrointestinal bagian bawah.
1. Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
a) Mulut
Mulut merupakan jalan masuknya makanan yang pertama kali untuk system pencernaan.
Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar
pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, secara umum mulu terdiri atas dua
bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruangan yang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
Dan rongga mulut bagian dalam yaitu rongga yang di batasi sisinya oleh tulang
maksilaris, platum dan mandibularis di sebelah belakang dan bersambung ke faring.
Platum terdiri atas platum durum (platum keras) yang tersusun tajuk-tajuk platum dari
sebelah depan tulang maksilaris dan platum mole (platum lunak) terletak di belakang
yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, serta terdiri atas jaringan
fibrosa dan selaput lendir.
Rongga mulut berhubungan dengan orofaring yang di sebut dengan faucium yang
terdapat dua lengkungan yaitu palatofaringeal dan palatoglossal. Diantara kedua
lengkungan ini terdapat jaringan limfoid yang disebut tonsil. Di rongga mulut makanan
yang masuk akan di cerna secara mekanik denagn cara di cabik-cabik dan kunyah, serta
secara kimiawi melaui peran enzim dan saliva.
b) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus. Di
dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfa yang
terbanyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga
terletak persimapangan antara jalan nafas dan makanan letaknya di belakang rongga
mulut di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantara lubang yang di sebut ismus fausium.
c) Esofagus
Esofagus merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang 25 cm dan berdiameter 2 cm.
Esofagus berbentuk separti tabung berotot yang menghubungkan rongga mulut dengan
lambung, dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi kartilago cricoidea
dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae. Ketika seseorang menelan,
maka sfingter akan berelaksasi secra otomatis dan akan membiarkan makanan tau
minuman masuk ke dalam lambung.
d) Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat menampung
makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf J atau kubah dan terletak di kuadran
kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan dari esophagus bagian superior dan
bersambungan dengan usus halus dengan duodenum. Fungsi utama dari lambung dalah
menyimpan makanan yang sudah bercampur cairan yang di hasilkan lambung.
Lambung terdiri atas 4 bagian besar yaitu: kardiak (bagian atas berdekatan dengan
sfingter gastroesofagus), fundus (bernbentuk kubah kontak langsung dengan diafragma),
korpus (area yang paling besar) dan pylorus (bagian lambung yang berbentuk tabung
yang mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus). Mempunyai dua lapisan
yaitu anterior dan posterior.
2. Saluran Gastrointestinal Bagian Bawah
a) Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara sfingter pylorus
lambung dengan katub ileosekal yan merupakan bagian awal usus besar, posisinya
terletak di sentral bawah abdomen yang di dukung oleh lapisan mesenterika yang
memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk. Mesenterika ini di lapisi
pembuluh darah, persarafan dan saluran limfa yang menyuplai kebutuhan dinding usus.
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan panjang
sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm. walaupun setiap orang memiliki ukuran yang
berbeda-beda. Usus halus sering di sebut denga usus kecil karena ukuran diameternya
lebih kecil jika di bandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian
yaitu duodenum (25 cm) jejunum (2,5 cm) ileum (3,6 cm).
Adapun fungsi dari usus halus adalah menerima sekresi hati dan pankreas, mengabsorbsi
saripati makanan dan menyalurkan sisa hasil dari metabolisme ke usus besar. Pada usus
halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang
di hasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pancreas yang di lepaskan
oleh usus halus.
Senyawa yang dihasilakan oleh usus halus adalah:
Disakaridase. Berfungsi munguraikan disakarida menjadi monosakarida.
Eripsinogen. Berfungsi eripsin yang yang belum aktif yang akan di ubah menjadi
eripsin. Eripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon sekretin. Berfungsi merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa
kimia yang di hasilkan ke usus halus.
Hormon CCK (kolesistokinin). Berfungsi merangsang hati untuk mengeluarkan cairan
empedu kedalam usus halus.
Usus menerima makanan dari lambung dalam bentuk kimus (setengah padat) yang
kemudian dengan bantuan peristaltic akan di dorong menuju usus besar.
b) Usus besar atau kolon
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus dengan
panjang 1,5 meter dalam bentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3
bagian yaitu: kolon asenden, kolon transversum dan kolon desenden. Fungsi dari kolon
yaitu:
Menyerap air selama proses pencernaan.
Tempat di hasilakannya vitamin K dan vitamin H (biotin) sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri usus misalnya E.Coli.
Membentuk massa fases.
Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (fases) keluara dari tubuh.
c) Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan fases dari tubuh. sebelum dibuang lewat
anus fases akan di tampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila fases sudah siap
dibuang, maka otot sfingter rectum mengatur pembukaaan dan penutupan anus. Otot
sfingter yang menyusun rectum ada 2 yaitu: otot polos dan otot lurik.
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Proses defekasi terbagi menjadi
dua macam reflex, yaitu:
1. Reflex defekasi intrinsic
Reflex ini berawal dari feses yang masuk ke rectum ehingga terjadi distensi rectum, yang
kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan
peristaltic. Setelah fases sampai anus, secara sistematis sfingter interna relaksasi, maka
terjadilah defekasi.
2. Reflex defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke
jaras spinal. Dari jaras spinal kemudian di kembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan
rektumyang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter internal, maka terjadilah
defekasi.
Dorongan fases juga di pengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diaragma,
dan kontraksi ototelevator. Defekasi di permudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.
Gas yang di hasikan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang
terbanyak adalah CO, metana, HS, O dan nitrogen. Fases terdiri atas 75% air dan 2,5%
materi padat. Fases normal berwarna kuning kecoklatan karena pengaruh dari
mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses defekasi:
1. Usia: pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut
control defekasi menurun.
2. Diet: makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3. Intake cairan: intake cairan yang kurang akan menyebebkan fases menjadi lebih keras
di sebabkan oleh absorpsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas: tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan mempermudah bahan feses bergerak sepanjang
kolon.
5. Fisiologi: keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
6. Pengobatan: beberapa jenis obat dapat menyebabkan diare dan konstipasi.
7. Gaya hidup: kebisaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
8. Penyakit: beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
9. Anestesi dan pembedahan: anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis,
sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus kondisi ini dapat berlangsung
selama 24-48 jam.
10. Nyeri: pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur
ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
Masalah masalah yang terjadi eliminasi fekal diantaranya yaitu diare dan konstipasi.
1. Diare
Diare adalah keluarnya fases cairan dan meningkatnya frekwensi buang air besar
akibat cepatnya kimus melewati usus besar sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk menyerap air.
2. Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi, dimana proses pengosongan isi usus besar atau feses tidak
teratur dan sulit. Dalam kondisi tersebut, penampilan feses agak kering dan keras. Secara
normal, besarnya volume feses dan frekuensi laju pergerakan isi usus besar tidak selalu sama
antar individu. Lepas dari tingkat frekuensi keluarnya feses, tetapi bila terjadi kesakitan dan
ketidak nyamanan sewaktu buang air besar, maka itulah gejala konstipasi dan karenanya
memerlukan upaya pengobatan, atau langkah langkah penanganan yang lain.
Konstipasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu berdasarkan bentuknya (akut atau
kronis), dan berdasarkan penyebabnya (fungsional atau organic). Konstipasi organic
disebabkan oleh perubahan yang abnormal yang terjadi pada struktur saluran usus. Perubahan
akut, termasuk di dalamnya intestinal obstrution, intestinal adhesion (biasanya terjadi pasca
operasi), peritonitis dan appendicitis. Dan perubahan kronis termasuk di dalamnya, redundant
colon, megacolon, chronic intestinal obstruction dan colon cancer.
Dari semua itu, abnormalitas usus bukan konstipasi yang perlu mendapat perhatian
serius, dan harus segera mendapat penanganan dan pengobatan tanpa harus ditunda lagi. Dari
jenis konstipasi fungsional, yang sering disebut konstipasi temporer atau sederhana, adalah
kontsipasi yang erat kaitannya dengan stress dan kepenatan perjalanan jauh, perubahan menu,
atau sedang menghadai ujian atau test. Kalau itu yang terjadi, maka pengobatannya
sederhana, yaitu hanya dengan mengembalikan rutin secara normal atau mengembalikan
kebiasaan makan. Namun demikian seseorang yang menderita konstipasi temporer harus hati
hati agar jangan sampai berlanjut menjadi konstipasi kronis.
Yang termasuk jenis konstipasi fungsional adalah: konstipasi flaccid, rectal, dan
spastic. Para manula sering mengalami konsipasi flaccid, yaitu konstipasi fungsional, yang
disebabkan oleh tidak cukupnya pergerakan isi colon untuk mendorong feses ke luar dari
anus. Konstipasi rectal merupakan kondisi dimana feses atau bowl-nya tetap berada di dalam
rectum, hal itu terjadi bila sedang kebelet atau ada panggilan buang air besar, sering
diabaikan atau terus menerus ditunda. Jenis konstipasi tersebut banyak terjadi pada wanita.
Sedang konstipasi spastic erat kaitannya dengan adanya konvulsi dalam colon, yang
terjadinya akibat stress. Dalam kondisi tersebut, konstipasi dan diare terjadi silih berganti.
II. NILAI NILAI NORMAL
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan Penyebab
Warna Pekat/putih Adanya pigmen empedu
Dewasa kecoklatan (obstruksi empedu);
Bayi kekuningan pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium
Hitam Perdarahan bagian atas GI
Terjadi hemoroid, perdarahan
Merah bagian bawah GI (seperti
rectum), makan buat bit
Malabsorpsi lemak, diet tinggi
Pucat dengan
tinggi susu dan produk susu,
lemak
dan rendah daging
Orange atau hijau Infeksi usus
Lendir darah Darah pada feses dan infeksi
Konsistensi Berbentuk, lunak, Keras kering Dehidrasi, penurunan motilitas
agak cair/lembek, usus akibat kurangnya serat,
basah kurang latihan, gangguan emosi
dan laxative abuse
Cair Peningkatan motilitas usus,
misalnya akibat iritasi kolon
oleh bakteri ( menyebabkan
diare), kekurangan absorpsi
Bentuk Silinder (bentuk Mengecil bentuk Kondisi obstruksi rektum
rectum) dengan pensil atau seperti
diameter 2,5 cm benang
untuk orang dewasa
Jumlah Tergantung diet
(100-400 gram/hari)
Bau Tajam, pedas Sumber bau tak enak yang
keras, berasal dari senyawa
Aromatik indole, skatol, hydrogen,
diperngaruhi oleh sulfidedan amine diproduksi
makanan yang oleh pembusukan protein oleh
dimakan dan bakteri perusak atau pembusuk.
flora/bakteri Bau menusuk hidung tanda
terjadinya peningkatan kegiatan
bakteri yang tidak kita hendaki
Unsur pokok Sejumlah kecil Pus, mukus, parasit, Infeksi bakteri, kondisi
bagian kasar darah, lemak dalam peradangan, perdarahan
makanan yang tidak jumlah besar, benda gastrointestinal, malabsorpsi,
dicerna, potongan asing salah makan
bakteri yang mati,
sel epitrl, lemak,
protein, unsur-unsur
kering, cairan
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan Penyebab
pencernaan
Frekuensi Lebih dari 6x sehari Hipermotility

Kurang dari sekali Hipomotility


seminggu

III. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL
1. Identitas klien
2. Keluhan Utama: BAB terlalu sering lebih dari 3 x atau BAB tidak lancar.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7
hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA,
ISK.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan: penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang
menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
b) Keadaan umum: klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c) Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
d) Mata: cekung, kering, sangat cekung.
e) Sistem pencernaan: mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
f) Sistem Pernafasan: dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan).
g) Sistem kardiovaskuler: nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang.
h) Sistem integumen: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i) Sistem perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j) Dampak hospitalisasi: semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Konstipasi
2. Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
V. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
NANDA NOC NIC
Konstipasi Bowel elimination Constipation atau impaction
Definisi: berkurangnya frekuensi Definisi : pembentukan dan management
normal defekasi yang ditunjukkan pembuangan feses Aktivitas:
dengan kesulitan BAB atau Indikator: Monitor tanda dan gejala
pengeluaran feses yang tidak optimal Buang air besar / BAB konstipasi
karena feses yang keras atau kering. dengan konsistensi Monitor pergerakan usus,
lembek frekuensi, konsistensi
Batasan karakteristik : Pasien menyatakan Anjurkan pada pasien untuk
mampu mengontrol pola makan buah-buahan dan
Perubahan pola BAB
BAB serat tinggi
Tidak ada rasa ingin BAB Mobilisasi bertahap
Mempertahankan pola
eliminasi usus tanpa Evaluasi intake makanan dan
ileus minuman
Faktor yang berhubungan:
Kolaborasikan dengan
Fungsional
Kurangnya aktivitas sehari-hari tenaga medis mengenai
Perubahan lingkungan pemberian laksatif, enema
dan pengobatan
Fisiologis
Berikan pendidikan
Penurunan motilitas saluran
kesehatan tentang : personal
pencernaan
hygiene, kebiasaan diet,
Perubahan pola makan
Kurangnya asupan serat dan cairan dan makanan yang
mengandung gas, aktivitas
cairan
Kebiasaan makan yang kurang dan kebiasaan BAB
baik
Risiko disfungsi motilitas Gastrointestinal function Constipation atau impaction
gastrointestinal Definisi: kemampuan management
Definisi: risiko berkurangnya saluran pencernaan untuk Aktivitas:
frekuensi normal dari defekasi yang mencerna makanan, Monitor tanda dan gejala
NANDA NOC NIC
disebabkan oleh kesulitan atau BAB menyerap nutrien, dan konstipasi
yang tidak lancar yang dapat mengeliminasi hasil Monitor pergerakan usus,
mempengaruhi kesehatan pencernaan frekuensi, konsistensi
Faktor risiko: Indikator : Anjurkan pada pasien untuk
Usia Frekuensi BAB makan buah-buahan dan
Perubahan kebiasaan minum Warna, konsistensi, serat tinggi
Perubahan pola makan dan jumlah feses Mobilisasi bertahap
Imobilisasi Bising usus normal Evaluasi intake makanan dan
Tidak adanya minuman
konstipasi Kolaborasikan dengan
tenaga medis mengenai
pemberian laksatif, enema
dan pengobatan
Berikan pendidikan
kesehatan tentang : personal
hygiene, kebiasaan diet,
cairan dan makanan yang
mengandung gas, aktivitas
dan kebiasaan BAB
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Dochterman, Bullechek, Butcher, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)
6th edition. St. Louis: Mosby.
Medfriendly. Feces. Dapat diakses melalui http://www.medfriendly.com/feces.html diunduh
pada 10 Desember 2016.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th edition. St. Louis: Mosby.
North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Philadelphia:Wiley Blackwell.
Nurjannah, Intansari. 2014. ISDA : Intans Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Moco Media
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi keempat.
Jakarta: EGC.
Trisa, Cholina. kebutuhan dasar manusia eliminasi b.a.b. Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-cholina.pdf diunduh pada 10 Desember
2016.

Anda mungkin juga menyukai