Anda di halaman 1dari 11

FARMAKOLOGI

Anatomi dan Fisiologi Usus pada Proses Farmakokinetika dan Farmakodinamika

KELOMPOK 2

Novi Dian Saputri I1C022004

Saarah Nuur Najmii Faadiyah I1C022020

Alifah Kayana Arsanti I1C022042

Ananda Rasika I1C022058

Lamia Bawazir I1C022074

Adhistya Afrian Nugraha Putra I1C022090

Maria Tri Cahyaningtyas I1C022106

FARMASI

FAKULTAS ILMI-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2023
a. Anatomi Usus

1. Usus halus

Usus halus atau usus kecil terletak berlipat-lipat di rongga abdomen, termasuk
bagian terpanjang dari gastrointestinal yakni terbentang dari ostium pyloricum gaster
sampai plica ileocaecale. Bentuknya berupa tabung dengan panjang sekitar 6-7 meter
dan diameternya menyempit dari ujung awal sampai ujung akhir. Usus halus dibagi
menjadi 3 bagian (Drake. 2014) :

a. Duodenum (usus dua belas jari) berbentuk melengkung seperti huruf C,


letaknya dekat dengan caput pankreas dan berada di atas umbilicus. Panjangnya
sekitar 20-25 cm dan memiliki lumen paling lebar dibanding bagian lainnya.
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian :
1. Pars superior : bagian ini terletak pada ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea dan sering disebut sebagai ampulla.
2. Pars descendens : bagian ini terletak pada collum vesicae fellea sampai ke
tepi bawah vertebra L3. Pada pars descendens terdapat papilla duodeni
major dan papilla duodeni minor. Papilla duodeni major merupakan pintu
masuk ductus pancreaticus dan ductus choledochus, sedangkan pada papilla
duodeni minor merupakan pintu masuk ductus pancreaticus accessorius.
3. Pars inferior : bagian ini merupakan bagian terpanjang dan menyilang pada
vena cava inferior, aorta dan columna vertebralis.
4. Pars ascendens : bagian ini diperkirakan berjalan di sisi kiri atau naik dari
aorta sampai tepi atas vertebra L2 dan berakhir menjadi flexura
duodenojejunalis (Drake. 2014).
b. Jejunum (usus kosong) terletak 2/5 bagian proksimal, diameternya lebih lebar
dan memiliki dinding yang lebih tebal dibanding ileum. Pada bagian dalam
mukosanya terdapat banyak lipatan yang menonjol mengelilingi lumen yang
disebut plicae circulares. Ciri khas jejunum terdapat arcade arteriae yang tidak
begitu terlihat dan vasa recta yang lebih panjang dibanding milik ileum (Drake
2014).
c. Ileum (usus penyerapan) terletak 3/5 bagian distal, memiliki dinding yang
lebih tipis, plicae circulares yang kurang menonjol dan lebih sedikit, terdapat
banyak arteriae arcade dan lemak mesenterium. Ileum akan bermuara di usus
besar, yang merupakan tempat pertemuan sekum dan colon ascendens. Tempat
tersebut dikelilingi 2 lipatan yang menonjol ke dalam usus besar yang disebut
plica ileocaecale (Drake 2014).
2. Usus besar

Usus besar dimulai di persimpangan ileocaecal dan terdiri dari usus halus, usus
buntu,usus besar caecum (Peter B.2022).
a. Caecum dan Appendix Vermiformis

Struktur intraperitoniale dan bagian pertama dari usus besar. Pada dinding
posteromedial melekat appendix vermiformis yakni di ujung ileum. Terdapat
agregasi jaringan limfatik yang luas di dindingnya dan menggantung pada
ileum terminal oleh mesoappendix yang berisi vasa appendicularis (Peter
B.2022).

b. Kolon
Terletak di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum. Colon dibagi lagi
menjadi ascending, transversal, segmen descending dan sigmoid dari proksimal
ke distal.Terdapat flexura coli dextra di tempat pertemuan colon ascendens dan
colon transversum, flexura coli sinistra berda di tempat pertemuan colon
transversum dan colon descendens . Terdapat sulcus paracollici dextra dan
sinistra di lateral colon ascendens dan colon descendens. Colon sigmoideum
dimulai dari atas aperture pelvis superior sampai ke vertebra S3, bentuknya
seperti huruf S, ujung awal berhubungan dengan colon ascendens dan ujung
akhir berhubungan dengan rectum (Peter B.2022).

c. Rectum dan canalis analis


Lanjutan dari colon sigmoideum, daerah pertemuan rectosigmoideum
terletak pada vertebra S3 yang terletak di inferior rectum.
Usus besar memiliki tiga fitur anatomi kunci yang tidak ditemukan pada usus
halus, yaitu taeniae coli, usus buntu.Taeniae coli adalah tiga pita otot longitudinal
yang terlihat pada permukaan luar dinding sekum dan usus besar tetapi tidak ada di
rektum dan usus buntu.usus besar memiliki lemak di permukaannya, sedangkan
lemak berhubungan dengan usus halus seluruhnya berada di mesenteriumnya (Peter
B.2022).

Usus besar jauh lebih tidak bergerak daripada usus kecil karena sebagian
besar terletak retroperitoneal dan melekat pada dinding perut bagian belakang (Peter
B.2022).

Kolon transversal dan kolon sigmoid keduanya dikelilingi oleh peritoneum dan
ditangguhkan dari dinding perut posterior oleh mesocolon transversal dan sigmoid,
masing-masing. Caecum biasanya sepenuhnya diselimuti peritoneum. Ini
memberikan caecum tingkat tertentu mobilitas. Apendiks vermiform juga
diselimuti peritoneum dan biasanya menggantung bebas di mesenteriumnya sendiri,
meskipun kadang-kadang bisa terselip secara ekstraperitoneal di belakang kolon
asenden,atau mungkin melekat pada bagian belakang caecum (Peter B.2022).

b. Fisiologi Usus
Usus kecil merupakan bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Bentuk usus halus menyerupai tabung yang polos. Panjang
usus halus sekitar 2-8 meter. Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Usus halus merupakan
sebuah saluran mulai dari sfingter pilorus ke usus besar.
Fungsi usus kecil yaitu untuk mencerna dan mengabsorpsi makanan. Terdapat
tonjolan seperti rambut yang disebut “vili” di membran mukosa usus kecil. Setiap vili
mengandung pembuluh limfe dan pembuluh darah.

Usus kecil terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Usus dua belas jari (duodenum)


Merupakan bagian dari usus kecil yang menghubungkan antara lambung dan
usus kosong (jejunum). Usus dua belas jari memiliki pH kurang lebih sekitar
derajat sembilan.
2. Usus kosong (jejunum)
Jejunum berasal dari bahasa Latin, “jejunus” yang berarti “kosong” sedangkan
berdasarkan bahasa Inggris “jejune” memiliki arti “lapar”. Usus kosong atau
jejunum merupakan saluran penghubung antara usus dua belas jari menuju usus
penyerapan (ileum) tempat sebelum zat diserap oleh tubuh.
3. Usus penyerapan (ileum).

Usus penyerapan atau ileum merupakan bagian penutup dari usus halus. Ileum
berada setelah duodenum dan jejenum dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7-8 (netral atau sedikit basa) yang berfungsi untuk menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu (Widowati & Rinata, 2020).

Terdapat 2 gerakan peristaltis pada usus halus: 

1. Gerakan propulsive atau gerakan mendorong (kontraksi peristaltik)

Gerakan ini mendorong kimus menuju usus besar. Apabila dinding usus
diregangkan, suatu kontraksi sirkuler yang kuat (kontraksi peristaltik) terbentuk di
belakang titik perangsangan dan berjalan sepanjang usus menuju rektum dengan
kecepatan 2 sampai 25 cm/detik. Respon terhadap regangan ini disebut refleks
mienterik yang berfungsi untuk membantu laju proses pencernaan dan
absorbsinya. 

2. Gerakan mencampur atau mixing movement (kontraksi segmentasi)


Gerakan ini merupakan kontraksi menyerupai cincin yang timbul sepanjang
usus dengan interval sangat teratur, lalu hilang dan diganti oleh serangkaian
kontraksi cincin lainnya. Gerakan ini berfungsi untuk menggerakkan kimus dan
menambah pergesekan dengan permukaan mukosa, serta membantu mencampur
makanan dengan bahan-bahan pencerna makanan sehingga mempercepat laju
pencernaannya.

Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter dan penampang 5,5 cm
(Syaifuddin, 2016). Walaupun usus besar memiliki diameter yang lebih besar dari pada
usus halus, namun luas permukaan epitelnya jauh lebih kecil karena usus besar lebih
pendek dari pada usus halus, permukaannya tidak berbelit-belit, dan mukosanya tidak
memiliki vili yang terdapat pada usus halus.
Fungsi utama organ tersebut untuk menyerap air dan feses. Selain itu usus besar
memiliki fungsi yang lain yaitu :

1. Menerima hasil kerja produksi usus halus.


2. Menyimpan dan mengeluarkan massa fekalis.
3. Mengabsorpsi larutan garam dan air.
4. Aktivitas bakteri dapat melepaskan bahan di dalam masa sisasisa makanan yang
tidak absorpsi lagi yaitu berupa vitamin dan gas.

Usus besar tersusun dari beberapa bagian diantaranya :

1. Usus buntu (sekum)


Usus buntu (sekum) berasal dari bahasa latin : caecus, "buta" berdasarkan
istilah anatomi artinya kantung yang terhubung dengan usus penyerapan (ileum)
serta bagian kolon dari usus besar (kolon).
2. Umbai cacing (appendix)

Dalam bahasa inggris appendix artinya ujung buntu tabung yang


menyambung dengan caecum. Rata-rata memiliki ukuran panjang bervariasi
sekitar 10 cm ada pula 2-20 cm. Appendix selalu berada ditempat yang sama
sedangkan ujung umbai cacing dapat berbeda letaknya seperti di retrocaecal,
pinggang (pelvis) namun tetap berada di peritoneum.
Terdapat 2 gerakan pada usus besar, yaitu :
1. Gerakan Pendorong (Mass Movement)
Merupakan pengganti gerakan peristaltik yang ada di usus halus, gerakan ini
mendorong feses ke arah anus. Pergerakan ini biasanya terjadi hanya beberapa kali
setiap hari, paling banyak selama sekitar 15 menit selama jam pertama atau lebih
setelah makan pagi.
2. Gerakan Pencampur (Kontraksi Haustrasi)
Dengan cara yang sama seperti gerakan segmentasi di usus halus, kontraksi
sirkuler yang besar juga terjadi di usus besar. Kontraksi gabungan otot polos
sirkuler dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang tidak terangsang
menonjol keluar menjadi seperti kantong dinamakan haustrasi. Dengan cara
kontraksi haustral feses dengan lambat bersentuhan dengan permukaan usus besar,
dan cairan secara progresif diabsorpsi sampai hanya tersisa 80 ml yang semula
berjumlah 450 ml (Ahmad, et al., 2020).
c. Peran dalam proses farmakokinetika/farmakodinamika
Pada aspek kualitatif, farmakokinetika merupakan proses fisiologis yang terdiri
dari absorpsi, distribusi, metabolisme, serta ekskresi. Berikut merupakan penjelasan
mengenai proses farmakokinetika dan farmakodinamika pada organ usus.
1. Absorpsi
Absorpsi atau penyerapan obat merupakan suatu proses dimana obat tersebut
memasuki sirkulasi sistemik dari tempat pemberian, yang kemudian
didistribusikan lebih lanjut ke organ utama lainnya dan berakhir di tempat kerjanya
(Tangkeallo, 2021). Pada proses ini suatu obat harus melewati membrane sel
terlebih dahulu. Mekanisme absorpsi suatu obat agar bisa melewati membran sel
yang terpenting adalah :
- Transpor pasif murni
- Difusi yang dipermudah
- Transpor aktif

Untuk menembus barrier membran, bahan obat harus memiliki kelarutan dalam
lemak yang baik. Bahan-bahan obat yang bersifat asam dan basa diabsorpsi
berdasarkan pH lingkungannya. Pada mekanisme absorbs di usus, basa lemah lebih
mudah diabsorpsi pada pH > 7 daripada di lambung karena di lambung basa lemah
terutama dalam bentuk proton, yakni dalam keadaan terionisasi. Faktor utama yang
dapat memengaruhi absorpsi obat melalui jalur oral adalah faktor biologisnya yaitu
diantaranya permeabilitas membran, adanya pH garam empedu, adanya makanan
didalam usus saat transit, volume cairan tubuh, metabolisme pada hati, dan
pengikatan protein obat (Schmitz, et al., 2003).
2. Distribusi Obat
Proses pendistribusian obat pada farmakokinetika organ usus merujuk pada
perpindahan obat itu sendiri dari usus ke dalam aliran darah yang kemudian
didistribusikan ke dalam seluruh bagian tubuh. Proses ini melibatkan beberapa
faktor, termasuk sifat fisikokimia obat, permeabilitas membran sel, dan aktivitas
enzim pada usus (Neal, 2006).
Setelah obat diabsorpsi dari usus ke aliran darah, obat akan didistribusikan ke
seluruh bagian tubuh melalui sirkulasi darah (Neal, 2006). Faktor-faktor seperti
volume distribusi, ikatan protein, dan lipofilisitas obat juga dapat mempengaruhi
distribusi obat ke dalam jaringan tubuh.

Sifat fisikokimia obat, seperti ukuran molekul, muatan listrik, kelarutan, dan
ionisasi, dapat mempengaruhi kemampuan obat untuk menyeberangi membran sel
pada usus dan dapat memasuki aliran darah. Obat yang mempunyai sifat lipofilik
cenderung lebih mudah menyeberangi membran sel usus dan masuk ke dalam aliran
darah (Anief, 1997).
Permeabilitas membran sel juga berperan penting dalam proses distribusi obat
pada organ usus. Sel usus dilapisi oleh lapisan mukosa dan epitelium yang
melindungi usus dari bahan kimia yang berbahaya, termasuk obat-obatan.
Permeabilitas membran sel usus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
kondisi kesehatan pasien, keberadaan obat lain, dan faktor genetik (Susang, 2020).
Selain itu, aktivitas enzim pada usus juga dapat mempengaruhi distribusi obat.
Enzim seperti esterase dan sitokrom P450 dapat memetabolisme obat di dalam
usus sehingga mempengaruhi biodisponibilitas obat (Rahardja, et al., 2002).
3. Metabolisme Obat
Proses selanjutnya yaitu Interaksi yang terjadi pada proses metabolisme obat
(Tangkeallo, 2021). Mekanisme interaksi dapat berupa penghambatan (inhibisi)
metabolisme, induksi metabolisme, dan perubahan aliran darah hepatik. Hambatan
ataupun induksi enzim pada proses metabolisme obat terutama berlaku terhadap
obat-obat atau zat-zat yang merupakan substrat enzim mikrosom hati sitokrom
P450 (CYP). Beberapa isoenzim CYP yang penting dalam metabolisme obat,
antara lain yaitu :
a. CYP2D6 yang dikenal juga sebagai debrisoquin hidroksilase dan merupakan
isoenzim CYP pertama yang diketahui, aktivitasnya dihambat oleh obat-obat
seperti kuinidin, paroxetine, terbinafine.
b. CYP3A yang memetabolisme lebih dari 50% obat-obat yang banyak digunakan
dan terdapat di usus halus, antara lain dihambat oleh ketokonazol, itrakonazol,
eritromisin, klaritromisin, diltiazem, nefazodon.
c. CYP1A2 merupakan ezim pemetabolis penting di hati untuk teofilin, kofein,
klozapin dan R-warfarin, dihambat oleh obat-obat seperti siprofloksasin dan
fluvoksamin (Gitawati, 2008).

4. Ekskresi
Proses dalam farmakokinetika yang terakhir yaitu proses ekskersi yang
merupakan eliminasi akhir obat dari tubuh yang membuat tabulasi berbagai jalur
ekskresi yang tersedia untuk obat-obatan. Obat-obatan dan metabolitnya banyak
diekskresikan melalui penghalang biologis oleh protein khusus yang disebut
transporter dan meminta beberapa protein transporter utama bersama dengan
contoh obat yang mereka transport (Tangkeallo, 2021).
Salah satu jalur eksresi obat adalah melalui empedu dan usus berupa feses.
Eksresi melalui usus terjadi pada zat-zat yang memiliki BM > 400. Contohnya
Digitoksin yang dihidrolisis di hati mengeluarkan dalam cairan empedu, kemudian
mencapai usus halus dan akan diuraikan oleh beta-glukuronisade bakterial.
Digitoksin yang bersifat lipofil tidak terurai, sehingga akan diabsorbsi lagi lewat
pembuluh darah porta Kembali ke hati. Hal tersebut menjadikan proses obat sangat
Panjang (Schmitz, et al., 2003).
Daftar Referensi

"Anatomy of the caecum,appendix, and colon".Peter J Bazira

Agustina, A. N., Tavip Dwi Wahyuni, B., Pranata, L., Damayanti, D., Pangkey, B. C.,
Indrawati, I., ... & Ernawati, N. (2022). Anatomi Fisiologi. Yayasan Kita Menulis.

Astutik, H. (2023). BAB 2 KONSEP FARMAKOKINETIK. Farmakologi Pada Kebidanan,


13

dr. Ahmad Husairi, M. M. d. D. D. S. M. M. d. I. Y. M. D. R. P. S. M. d. A. M. D. d. T. M.,


2020. SISTEM PENCERNAAN - TINJAUAN ANATOMI, HISTOLOGI, BIOLOGI,
FISIOLOGI DAN BIOKIMIA, Banjarmasin: CV IRDH.

Ginting, D. S., Andera, N. A., Sendra, E., Rini, D. S., Setiyorini, E., Juwariah, T., ... &
Sulupadang, P. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Get Press.

Gitawati, R. (2008). Interaksi obat dan beberapa implikasinya. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 18(4 Des).

Richard L Drake, et al. 2014. Gray’s Anatomy:Anatomy of the Human Body. Elsevier;
Amsterdam.

Schmitz, G, Lepper, H & Heidrich, M 2003, Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Susang, D. W. (2020). Studi Literatur Perbandingan Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona
Muricata Linn) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Salmonella Typhi Dan
Salmonella Enteritidis” (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Tangkeallo, M. E. (2021). KAJIAN FARMAKOLOGI OBAT PADA ANAK DAN ORANG


DEWASA (Kajian Literature Review) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Valerie C Scanlon, et al. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology; fifth edition. F. A.
Davis Company; Philadelphia.

Widowati, H. & Rinata, E. 2020. Buku Ajar Anatomi, Sidoarjo: UMSIDA Press.
Wulansari, N. (2009). Pengaruh Perasan Buah Apel (Maulus Domestica Borkh) Fuji Rrc
Terhadap Farmakokinetika Parasetamol Yang Diberikan Bersama Secara Oral Pada
Kelinci Jantan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai