Anda di halaman 1dari 31

Pengaruh Sistem Pencernaan Terhadap Gangguan Penyerapan Lemak

Alitha Rachma Oktavia 102010278 B5 Universitas Kristen Krida Wacana Alamat korespondensi : alitharachma@hotmail.com Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Terusan arjuna no.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Setiap hari kita pada umumnya melakukan berbagai macam kegiatan baik itu bekerja maupun sekolah. Untuk melakukan kegiatan tersebut tentunya kita harus memakai tenaga yang lumayan banyak, dan sudah kita tahu bahwa tenaga yang kita peroleh itu berasal dari makanan yang kita makan. Namun tidak semata-mata setelah kita makan langsung kita mendapatkan energy layaknya seperti makan sambal, tetapi semua itu mengalami suatu proses yang termasuk kedalam system pencernaan. System pencernaan adalah system yang berfungsi untuk melakukan proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia. System pencernaan ini terdiri dari saluran pencernaan (alimenter), yaitu tuba muscukar panjang yang memretang dari mulu samapi anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pancreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diagfragma disebut saluran gastro intestinal. Pada dasarnya system pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus. System pencernaan berperan dalam homeostatis dengan memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System pencernaan tidak langsung mengatur konsentrasi setiap konstituensi tersebut di lingkungan internal. System tersebut tidak mengubah-ubah penyerapan nutrient, air, atau elektrolit berdasarkan kebutuhan tubuh ( dengan sedikit perkecualian), tetapi lebih berperan mengoptimalkan keadaan untuk mencerna dan menyerap apa yang dimakan.

Struktur Saluran Pencernaan Makroskopis


1. Gaster (Lambung)

Gaster merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar dan memiliki tiga fungsi : menyimpan makanan, pada orang dewasa gaster mempuunyai kapasitas sekitar 1500 ml; mencampur makanan dengan getah lambung untuk membentuk chymus yang setengah cair; mengatur kecepatan pengiriman chymus ke usus halus sehingga pencernaan dan absorpsi yang efisien dapat berlangsung.

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai region epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang: Ostium cardiacum, merupakan tempat oesophagus masuuk gaster. Ostium pyloricum, dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 2.5 cm. Tunica muskularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan membentuk musculuus sphincter pyloricus.

Mempunyai dua curvature: Curvature major, jauh lebih panjang dibandingkan curvature minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum melalui kubah fundus dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Curvature minor, membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum sampai pylorus. Curvature minor digantung pada hepar oleh omentum minus.

Mempunyai dua dinding: Paries anterior Paries posterior.

Tunica mukosa gaster tebal, mengandung banyak pembuluuh darah dan terdiri atas banyak lipatan (plica gastricae, yang akan menjadi licin bila teregang) atau rugae, yang arahnya terutama longitudinal.

Tunica muscularis gaster, mengandung stratum longitudinal (terletak paling superficial dan paling banyak di sepanjang curvature), stratum sirkular (letaknya lebih dalam mengelilingi corpus gastricum dan menjadi sangat tebal pada pylorus untuk membentuk musculus sphincter pyloricus) dan tunica muscularis fibrae obliguae (fibrae obliguae membentuk lapisan tunica muscularis yang paling dalam, melingkari fundus dan berjalan turun sepanjang paries anterior dan posterior, berjalan parallel dengan curvature minor).

Peritoneum, meliputi seluruh permukaan gaster. Peritoneum meninggalkan curvature minor sebagai omentum minus dan meninggalkan curvature major sebagai ligamentum gastrolienale dan omentum majus. Gaster relative terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi diantara ujung-ujung tersebut gaster sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transversal pada orang pendek dan gemuk dan memanjang vertical pada orang yang tinggi dan kurus.

Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut : Fundus gastricum: berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara. Corpus gastricum: terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis (suatu lekukan yang selaluu ada pada bagian bawah curvatureaminor). Anthrum pyloricum: terbentang dari incisura angularis sampai pylorus. Pylorus: merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus dinamakan canalis pyloricus.

2. Intestinum Tenue (Usus Halus) Intestinum tenue merupakan bagian yang terpanjang dari saluran pencernaan dan terbentang dari pylorus pada gaster sampai juncture ileocaecalis. Sebagian besar pencernaan dan absorbs makan terjadi di intestinum tenue. Intestinum tenue terbagi atas:

a. Duodenum Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum merupakan organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan pancreaticus. Duodenum melengkung di sekitar caput pancreaticus. Duodenum terletak pada region epigastrica dan umbilicalis. Duodenum dibagi menjadi empat bagian: Pars Superior Duodenum Panjangnya sekitar 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum.. Pars Descendens Duodenum Panjangnya sekitar 8 cm dan berjalan vertical ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini bergabung untuk membentuk ampula hepatopancretica yang akan bermuara ke papilla duodeni major. Ductus pancreaticus acesorius bila ada, bermuara ke dalam duodenum sedikit lebihh tinggi yaitu pada papilla duodeni minor. Pars Horizontalis Duodenum Panjangnya sekitar 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostae, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti bagian bawah caput pancretis. Pars Ascendens Duodenum Panjangnya sekitar 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura duodenujejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragm.

b. Jejunum (Usus kosong) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).1 Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. c. Usus Penyerapan (ileum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram empedu.
4

3. Intestinum Crassum (Usus Besar)

Intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus. Fungsi utama intestinum crassum adalah mengabsorbsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak dicerna sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feces. Intestinum crassum terbagi atas: a. Caecum Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca dextra. Panjang caecum sekitar 6 cm dan seluruhnya diliputi oleh peritoneum. Caecum mudah bergerak walupun tidak mempunyai mesenterium. Adanya lipatan di sekitar caecum membentuk recessus ileocaecalis superior, recessus ileocaecalis inferior dan recessus retrocaecalis. b. Appendix Vermiformis Appendix vermiformis adalah organ sempit berbentuk tabung yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang appendix vermiformis bervariasi dari 8-13 cm. dasarnya melekat pada permukaan posteromedial caecum sekitar 2,5 cm di bawah junctura ileocaecalis. Bagian appendix vermiformis lainnya bebas. Appendix vermiformis diliputi seluruhnya oleh peritoneum yang melekat pada bagian bawah mesenterium intestinum tenue melalui mesenteriumnya sendiri yang pendek, mesoappendix. Appendix vermiformis terletak di region iliaca dextra dan pangkal diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus. c. Colon Ascendens Panjang colon ascendens sekitar 13cm dan terletak di kuadran kanan bawah. Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter, lalu colon ascendens membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra, dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Peritoneum meliputi bagian depan dan samping colon ascendens dan meghubungkan colon ascendens dengan dinding posterior abdomen.

d. Colon Transversum Panjang colon transversum sekitar 38cm dan berjalan menyilang abdomen, menempati region umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexuura coli dextra di bawah lobus hepatis dexter dan tergantung ke bawa oleh mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada flexura coli dextra dan digantungkan ke diaphragma oleh ligamentum phrenicocolicum. Mesocolon transversum, menggantungkan colon transversum dari facies anterior pancreas. Mesocolon transversum dilekatkan pada pinggir superior colon transversum dan lapisan posterior omentum majus dilekatkan pada pinggir inferior. Karena mesocolon transversum bervariasi dan kadang-kadang dapat mencapai pelvis. e. Colon Descendens Panjang colon descendens sekitar 25cm dan terletak di kuadran kiri atas dan bawah. Colon ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinsitra sampai pinggir pelvis, disini colon transversum melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-sisinya serta menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen. f. Colon Sigmoid

Berbentuk menyerupai huruf S dan memanjang dari crista iliaca sampai vertebra S2-S3. Bagian anterior dari colon ini terdapat vesica urinaria (pria), uterus (wanita) dan ileum dari usus halus. Bagian posterior atau belakang terdapat vasa iliaca externa dan otot piriformis kiri. Colon sigmoideum ini diperdarahi oleh aa. Sigmoidae yang merupakan cabang dari a. Mesenterica inferior.
4. Rektum dan Anus Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Rectum merupakan ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah colon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada colon desendens. Jika colon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup. 6

Saluran Pencernaan Tambahan 1. Pankreas Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu : Asinus, menghasilkan enzim-enzim pencernaan Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Bagian-bagian pankreas yakni caput pancreas, ollum pancreas, corpus pancreas, dan cauda pancreas. Endokrin pankreas banyak terdapat di cauda pancreas: pulau-pulau LANGERHANS. Saluran bercabang-cabang pada pankreas disebut herring bone. Pendararahan: Arteri: A. pancreatico duodenale superior (cabang A. gastroduodenalis), A. pancreatico duodenalis inferior (cabang A. mesenterica superior) Vena: darah dialirkan ke dalam V. lienalis dan V. mesenterica superior

2. Hati Dilapisi oleh peritoneum,kecuali yang berbatasan dengan diaphragma Bare area/area NUDA. Terdiri 2 lobus yakni lobus sinister dan dexter . Lobus dexter terbagi 2: lobus caudatuss dan lobus Quadratus. Batas lobus dexter dan sinister adalah alur yang. di tempati lig. teres hepatis & lig. Venosum arantii. Terdiri dari 3 facies : Facies diaphragmatica, berbatasan langsung dengan permukaan bawah paru dan jantung impressio cardiaca Facies visceralis = facies inferior Facies superior ~ bare area Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.

3. Kantung Empedu Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu: a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.1,2

Mikroskopis
Dinding saluran cerna pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 lapisan, yaitu: 1. Tunika mukosa. 2. Tunika submukosa. 3. Tunika muskularis. 4. Tunika serosa. Tunika mukosa terdiri atas suatu membran epitel permukaan yang basah dilapisi mukus yang terletak di atas suatu lamina basal. Di bawahnya terdapat sedikit jaringan ikat longgar (lamina propia) dan lapisan tipis otot polos (muskularis mukosa). Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat areolar kasar. Pada bagian ini terdapat pleksus Meissner yang merupakan serabut saraf parasimpatis. Disamping itu juga terdapat pembuluh darah yang halus. Tunika muskularis terdiri atas 2 lapisan berkas serat otot polos yaitu lapisan muskularis sirkular di sebelah dalam dan longitudinal di sebelah luar. Di antara ke 2 lapisan tersebut terdapat pembuluh darah dan pleksus saraf yang berhubungan dengan banyak ganglion kecil yang disebut pleksus mienterikus Auerbach. Tunika muskularis mendorong bahan makanan di dalam lumen saluran cerna. Gerakan ini disebut gerak peristaltik usus yang membantu mencampurkan bahan makanan dengan ensim pencerna dengan gerakan mengaduk.
8

Tunika serosa atau adventisia merupakan lapisan terluar dibentuk oleh jaringan areolar elastis yang relatif padat. Lapisan ini juga mengandung pembuluh darah dan limfe. OESOPHAGUS Oesophagus merupakan saluran yang berhubungan dengan faring pada tepi bawah tulang rawan krikoid kemudian melalui leher bagian bawah dan mediastinum toraks lalu menembus diafragma sampai akhirnya bermuara ke dalam lambung. Tunika mukosa oesophagus terdiri atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Tunika submukosa mengandung serat-serat elastin dan kelenjar serosa dan mukosa. Tunika muskularisnya pada sepertiga atas terdiri atas otot rangka, sepertiga tengah terdiri atas campuran otot rangka dan polos lalu kandungan otot polosnya makin ke arah lambung makin sedikit dan pada sepertiga bawah hanya terdiri atas otot polos. Fungsi oesophagus hanya merupakan jalan makanan menuju ke lambung. GASTER Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian: 1. Kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi mukus. 2. Fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu : - Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting. - Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus. - Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCL atau autodigesti. 3. Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.

Lapisan Lapisan Lambung Lambung terdiri atas empat lapisan : 1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan peritoneum yang kelaur dari organ satu menuju organ lain disebut ligamentum. Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus. 2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis: - serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus, - serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter; dan berada di bawah lapisan pertama, dan - serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil). 3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan. 4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung. USUS HALUS Usus halus terdiri atas 3 bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum tidak digantung oleh mesenterium (penggantung usus) terletak retroperitoneum, sedangkan yeyunum dan ileum digantung oleh mesenterium. Tunika mukosa usus halus terdiri atas:

10

- Plika sirkularis Kerckring yaitu lipatan yang berjalan sirkular atau spiral yang dapat melingkari lumen usus. Plika ini dibentuk oleh lapisan mukosa dan submukosa. - Vilus intestinalis yaitu tonjolan kecil mirip jari atau daun pada membran mukosa. Tiap vilus terdiri atas epitel dan lamina propria. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, limfatik dan jaringan ikat. - Kriptus Lieberkuhn yaitu kelenjar kelenjar yang terdapat pada usus halus yang merupakan bangunan berbentuk tabung dan bermuara di dasar vili usus. Sel-sel epitel yang melapisi tunika mukosa usus halus terdiri atas: - Sel Silindris (torak) Sel ini mempunyai mikrovili (silia/brush border). Mikrovili merupakan

perluasan sitoplasma sel-sel epitel ke dalam lumen. Mikrovili ini berperan untuk memperluas permukaan penyerapan makanan. Sel-sel yang melapisi epitel ini dikenal juga sebagai sel silindris (Sel absorptif). Sel-sel ini berasal dari sel-sel induk atau sel stem (stem cell) yang terdapat didasar kriptus liberkuhn yang bergeser ke arah lumen seiring dengan pematangan sel. Sel-sel ini menghasilkan lapisan glikoprotein dan mengandung ensim-ensim seperti disakarida dan dipeptidase yang memecah gula dan peptida. Sel ini juga menghasilkan enterokinase dan fosfatase alkali. - Sel Goblet (sel piala atau cangkir). Sel-sel ini terletak di antara sel-sel silindris. Dasar sel ramping bewarna gelap dan berisi inti. Puncaknya menggembung berbentuk khusus karena berisi kumpulan butir-butir sekret mukus. Sel ini juga dibentuk dari sel induk yang disebut oligomukosa yang terdapat di dasar kriptus Liberkuhn. Sel ini akan bermigrasi menuju lumen seiring dengan tingkat pematangan sel. Sel ini menghasilkan glikoprotein asam yang mem-bentuk lapisan pelindung pada permukaan lumen usus halus. Seperti sel-sel silindris, sel-sel goblet juga ditemukan sepanjang usus halus mulai dari duodenum sampai ileum. - Sel Paneth Sel-sel ini banyak terdapat di yeyunum dan terletak hanya didasar kriptus Liberkuhn. Sel ini berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncaknya

sempit. Sitoplasmanya mengandung butir asidofilik. Sel Paneth menghasilkan lisozim, suatu ensim yang mencerna dinding sel bakteri tertentu dan diduga
11

mempunyai kemampuan untuk memfagositosis bakteri tertentu. Walaupun fungsinya belum diketahui pasti , tetapi diduga berperan dalam mengatur flora mikrobial usus. - Sel Enteroendokrin Sel-sel ini berukuran kecil dan berbentuk piramid dengan sitoplasma jernih tak bewarna. Sel ini dapat diwarnai dengan kalium bikromat sehingga disebut juga dengan sel enterokromafin. Sel enteroendokrin menghasilkan beberapa peptida murni seperti sekretin, kolesistokinin dan gastrin. Hormon-hormon ini berhubungan dengan sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas dan kontraksi kandung empedu. Lamina propia terdapat diantara kelenjar intestinal dan ditengah vilus, mengandung serat-serat retikulin dan sel-sel retikulir primitif dengan inti besar, lonjong dan pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma. Lamina propia juga mengandung serat otot polos tipis, pembuluh limfe dan pembuluh darah. Selain limfosit yang tersebar, di dalam lamina propia juga terdapat sejumlah folikel limfoid atau noduli limfatisi yang menyendiri. Folikel ini terutama terdapat dalam jumlah banyak pada ileum. Massa limfoid ini disebut plaque Peyeri atau noduli agregatii. Jaringan limfoid yang terdapat di dalam usus (GALT= Gut Association Lymphoid Tissue) mengandung limfosit T dan B. Sel B menjadi matang dan diperbanyak dalam limfonoduli dan plaque Peyeri. Banyak pula yang menjadi sel plasma penghasil antibodi terutama imunoglobulin A (IgA). Immunoglobulin itu menuju ke sel epitel lalu berikatan dengan komponen sekretoris glikoprotein untuk kemudian dilepaskan kedalam lumen usus, sehingga dapat bergabung dengan antigen, mikroorganisma, dan toksin sebagai mekanisme pertahanan. Pada penderita tifus abdominalis plaque Peyeri akan membesar dan menjadi sangat aktif. Tunika submukosa pada duodenum diisi oleh kelenjar duodenum (Brunner). Sel-sel kelenjar berbentuk kuboid tinggi dengan inti gelap, gepeng terletak pada basal sel dan sitoplasmanya jernih bervakuola. Kelenjar ini menghasilkan mukus basa. Mukus basa ini penting untuk menetralisir asam lambung dan mencegah erosi pada mukosa duodenum. Kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu peptida yang menghambat sekresi asam lambung.

12

Tunika muskularis terdiri atas lapisan sirkularis di sebelah dalam dan longitudinal disebelah luar. Di antara ke dua lapisan otot ini terdapat pleksus myenterikus Aurbach. Tunika serosa atau adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang. - Proses pencernaan bahan makanan di dalam lumen usus membuat makanan terpecah-pecah menjadi ukuran molekular. Ini dilakukan oleh sekret pencernaan besar (pankreas dan hati) dan oleh getah usus yang terutama dihasilkan oleh kelenjar intestinal (kelenjar liberkuhn). Empedu dari hati akan memecah lipid menjadi trigliserida sedangkan getah-getah pankreas

mengandung ensim lipolitik, ensim proteolitik, dan ensim pemecah karbohidrat. Getah usus mengandung lipase, maltase dan peptidas. - Pada orang dewasa asam amino diserap oleh epitel usus. Sebagian besar lipid di absorpsi sebagai micelles asam lemak dan monogliserida yang akan diubah menjadi trigliserida. Trigliserida akan bergabung dengan protein membentuk kilomikron. USUS BESAR Tunika mukosa bagian usus besar dilapisi oleh epitel selapis silindris dengan sel goblet. Pada permukaannya tidak mempunyai vilus, hanya kriptus Lieberkuhn. Permukaan mukosa rata dan seragam tingginya yang menandakan bahwa usus besar tidak mempunyai vilus tetapi hanya kriptus Lieberkuhn. Pada lamina propia kadang ditemukan adanya noduli limfatisi, disamping itu juga terdapat lapisan otot polos (tunika muskularis mukosa). Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar. Tunika muskularisnya sama seperti lapisan usus lainnya terdiri atas lapisan sirkular dan longitudinal. Tunika adventisia atau serosanya terdiri atas jaringan ikat jarang. Bahan makanan masuk ke dalam usus besar dalam keadaan setengah cair yang kemudian diubah menjadi setengah padat yang merupakan konsistensi feses. Fungsi usus besar: - Absorpsi cairan - Sekresi mukus yang berfungsi sebagai pelumas feses yang telah diabsorpsi cairannya agar tidak merusak mukosa. - Tempat pembusukan sisa makanan oleh bakteri normal usus besar.

13

ANUS Anus terdiri atas epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk yang pada bagian distalnya dapat ditemui adanya lapisan tanduk. Pada anus tidak ditemui lagi nodulus limfatikus. Tunika muskularis mukosa dan lamina propria tidak ditemui lagi tetapi digantikan oleh dermis. Di dalam dermis dapat ditemui adanya kelenjar kitar dubur (kelenjar sirkum anal) yang merupakan kelenjar apokrin. Tunika submukosa digantikan oleh dermis dan hipodermis. Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot lingkar yaitu muskulus sfingter ani internum, sedangkan otot memanjang tidak mengalami perubahan. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. sfingter ani ekternum.3,4 Pada bagian luar anus terdapat otot sfingter

Proses Dasar Pencernaan


Motilitas Mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos dinding saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap setara untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi (peregangan). Terhadap aktivitas tonik yang terus menerus tersebut, terjadi dua jenis dasar motilitas yaitu gerakan porpulsif (mendorong) dan gerakan mencampur. Gerakan mendorong berlaku dengan kecepatan yang berbedea beda sesuai dengan fungsi regio saluran pencernaan yaitu dengan kecepatan yang cukup untuk segmen tersebut menjalankan tugasnya. Gerakan mencampur mempunyai fungsi ganda. Pertama untuk mencampurkan makanan dengan getah pencernaan dan kedua untuk mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan. Sekresi Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin yang terletak di sepanjang rute dengan produk sekretorik spesifiknya yang tersendiri. Tiap sekresei pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik yang spesifik yang penting dalam pencernaan seperti enzim, garam empedu, atau mukus. Sel-sel sekretorik mengekstraksi dari

14

plasma sejumlah besar air dan bahan-bahan mentah yang penting untuk menghasilkan produk sekritorik mereka. Sel-sel eksokrin memiliki banyak mitokondria untuk menunjang tingginya kebutuhan energi yang diperlukan dalam proses sekresi. Sekresi tersebut dikrluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya ransangan saraf atau hormon yang sesuai. Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorbsi dalam satu bentuk atau bentuk lain untuk dikembalikan ke darah setelah produk tersebut ikut serta dalam proses pencernaan. Kegagaln proses reabsorbsi ini (isalnya akibat diare atau muntah) menyebabkan hilangnya cairan yang dipinjam dari plasma tersebut. Pencernaan Mengacu kepada proses penguraian makanan dari strukturnya yang kompleks diubah menjadi satuan yang lebih kecil yang dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem pencernaan. Manusia mengkonsumsi 3 kategori biokimia makanan yang kaya energi yaitu karbohidrat protein dan lemak. Molekul-molekul besar ini tidak mampu menembus membran palasma utuh untuk diserap dari saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan menguraikan molekul-molekul besar ini menjadi molekul nutrien yang lebih kecil yang dapat diserap. Penyerapan Pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus. Melalui proses penyerapan (absorbsi), satuan-satuan kecil yang dapat diserap yang dihasilkan dari proses pencernaan tersebut, bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit dipindahkan dari lumen saluran pencernaan kedalam darah atau limfe.5

Pencernaan Karbohidrat
Proses pencernaan karbohidrat merupakan proses pencernaan yang terjadi paling dahulu jika dibandingkan dengan dua makromolekul lainnya, yaitu protein dan lemak. Proses pencernaan ini terutama terjadi karena adanya kandungan saliva dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga kelenjar, yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submandibula dan kelenjar parotis. Saliva rata-rata disekresikan 1-2 liter setiap hari dengan kecepatan basal 0,5 ml/menit 5 ml/menit. 99,5% dari kandungan saliva adalah air, sementara 0,5% dari antaranya ialah protein dan elektrolit seperti amilase, mukus dan lizosim. Amilase inilah yang memegang peranan dalam mencerna molekul polisakarida dengan cara memecahnya menjadi disakarida maltosa dan dextrin.

15

Sambil mencerna molekul polisakarida saliva mensekresikan lizosim yang merupakan sebuah enzim yang menghancurkan bakteri dengan cara menghancurkan dinding selnya. Selain itu sekret saliva melembabkan bolus sehingga lebih mudah mengalami reaksi pencernaan pada organ pencernaan selanjutnya. Pharynx dan oesophagus hanya merupakan tempat lewatnya bolus sehingga tidak didapati proses pencernaan terjadi di tempat ini. Segera setelah melewati sphingter gastroesophageal maka kimus akan mengalami proses pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses pencernaan protein karena enzim pada protein hanya dapat bekerja pada tingkat keasaman yang tinggi. Proses pencernaan karbohidrat pada kimus tidak terjadi pada bagian luar (eksterior) melainkan pada bagian dalam (interior). Hal ini dikarenakan enzim amilase tidak dapat bekerja pada tingkat keasaman yang tinggi. pH yang terlalu rendah menjadikan enzim amilase inaktif. Segera setelah meninggalkan lambung, kimus akan memasuki duodenum (usus 12 jari). Isi lambung yang memasuki duodenum sangat asam, oleh karena itu harus dinetralkan agar enzim pencernaan dapat berfungsi dengan optimal dan mencegah rusaknya mukosa duodenum oleh asam tersebut. Hal ini ditanggapi dengan cara sekresi NaHCO3 dari pankreas menuju duodenum melalui muara dari duktus pankreatikus major yaitu papila duodeni vateri. Bila sudah dinetralkan, maka enzim amilase yang berasal dari pankreas dapat digunakan di duodenum untuk mengubah polisakarida menjadi disakarida maltosa. Ada sifat yang khas pada amilase pankreas, ialah disekresikan dalam bentuk yang aktif, tidak seperti enzim proteolitik dan lipase. Hal ini dikarenakan karena sel yang mensekresikan amilase tidak mengandung polisakarida sehingga tidak mengalami pemecahan oleh amilase sekalipun enzim ini telah aktif. Pencernaan akan berlanjut pada usus halus, dimana pada usus halus terdapat vili intestinalis. Pada vili intestinalis terdapat brush border (mikrovili). Setiap mikrovili di sel epitel usus halus mengandung disakaridase (sukrase, maltase, laktase) yang merupakan enzim yang dapat memecah disakarida menjadi monosakarida. Sehingga disakarida yang merupakan hasil penguraian dari polisakarida pada makanan akan mengalami pemecahan lagi menjadi monosakarida. Secara umum proses pemecahan disakarida adalah sebagai berikut: Maltosa dipecah menjadi glukosa dan glukosa (2 gugus glukosa)
16

Laktosa dipecah menjadi galaktosa dan glukosa Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa

Kemudian melalui mekanisme transpor aktif, monosakarida glukosa dan galaktosa akan diabsorpsi ke dalam sel dan masuk ke dalam kapiler darah. Masuknya glukosa dan galaktosa ini terjadi karena adanya kontranspor dan pompa Na+ - K+. Namun setelah

dilakukan beberapa penelitian, pada beberapa kasus dapat terjadi kebocoran pada tight junction di sel epitel yang menyebabkan glukosa dapat menembus barrier epitel tanpa memerlukan kotranspor. Sedangkan absorbsi fruktosa berlangsung dengan cara difusi terfasilitasi yang tentu saja akan berakhir di kapiler sebagai pembawa monosakrida untuk dimetabolisme oleh tubuh secara lebih lanjut.

Pencernaan Protein
Proses pencernaan protein tidak dimulai di mulut melainkan di lambung. Hal ini dikarenakan di mulut tidak terdapat enzim proteolitik. Sedangkan di lambung terdapat kondisi yang mendukung yaitu suasana yang asam. Kenapa suasana asam dikatakan mendukung? Karena enzim-enzim proteolitik dapat bekerja optimal pada pH yang rendah (pH 2-3). Proses pencernaan protein lambung dimulai ketika massa makanan (kimus) berada di dalam lambung. Di dalam lambung terdapat beberapa sel yang berperan dalam mensekresikan berbagai faktor pendukung maupun faktor utama yang berperan dalam pencernaan protein. Sel-sel yang dimaksud ialah sel parietal, sel chief, sel lehar mukus, sel G, sel D dan Enterochromaffin-like sel. Sel parietal merupakan sel yang mensekresikan HCl. Fungsi HCl sendiri merupakan fungsi yang penting dalam proses pencernaan protein. Hal ini dikarenaakan HCl yang akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk fungsi proteolitik. Cara kerja sel parietal dalam menghasilkan protein ialah sebagai berikut: CO2 dan H2O yang diproduksi sebagai hasil metabolisme sel parietal, maupun berdifusi dari darah akan mengalami reaksi pembentukan H2CO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. H2CO3 yang telah terbentuk dapat mengalami disosiasi membentuk ion H+ dan HCO3-.

17

Sementara itu molekul air (H2O) yang ada di dalam sel parietal juga dapat mengalami disosiasi membentuk ion H+ dan OH-. Ion H+ yang berasal dari dalam sel parietal ini akan ditransportasikan ke lumen gaster melalui mekanisme pompa H+ - K+ ATPase, dimana ion H+ akan dipompa keluar, sementara ion K+ akan masuk ke dalam menggantikan ion H+ melalui channel ionnya.

H+ hasil disosiasi dari asam karbonat dan OH- hasil disosiasi dari air dapat bereaksi membentuk molekul air, sementara HCO3- akan keluar dari sel parietal menuju plasma darah dan dari plasma akan masuk ion Cl- sebagai penggantinya.

Masuknya ion Cl- akan meningkatkan konsentrasinya di dalam sel. Kemudian dari sel parietal akan ada mekanisme untuk memompakan ion ini ke lumen gaster. Ion H+ dan Cl- yang telah keluar tadi akan bereaksi membentuk HCl.

Adanya HCl di lumen akan menyebabkan pH menjadi asam (sekitar 2-3) yang menyebabkan pepsinogen menjadi bentuk aktif yaitu pepsin. Meskipun asam klorida tidak berfungsi dalam lisisnya protein, namun ia dapat berfungsi untuk memecah jaringan penghubung dan serat pada massa makanan menjadi bentuk yang kecil sehingga mengoptimalkan fungsi pepsin. Selain itu ia juga dapat menghancurkan bakteri bersama dengan lizosim dari saliva. Pada ikatan polipeptida, ia dapat menyederhanakan struktur kuartener menjadi strukur primer karena memutuskan ikatan akibat lipatan dari polipeptida. Pepsinogen dihasilkan oleh sel chief. Merupakan suatu zymogen yang setelah diproduksi akan disimpan di sitoplasma sel chief. Bila ada rangsang berupa adanya kimus maka pepsinogen akan dilepaskan ke lumen gaster kemudian akan mengalami pemotongan pada bagian tertentu dari enzim dengan menggunakan HCl sehingga membuatnya menjadi bentuk aktif yang disebut dengan pepsin. Pepsin akan memulai pencernaan protein dengan jalan memotong ikatan polipeptida menjadi potongan-potongan kecil / fragmen asam amino yang akan mengalami pencernaan lebih lanjut di duodenum. Karena pepsin dapat mencerna protein, maka sel tidak menghasilkannya dalam bentuk aktif sehingga ia tidak mencerna sel pembuatnya (yang terdiri dari protein juga). Selain sel parietal dan sel chief sebagai tokoh utama pencernaan protein di lambung, terdapat pula sel G yang mensekresikan gastrin yang merupakan suatu hormon yang bekerja untuk menstimulasi sel chief dan parietal untuk menghasilkan sekret yang lebih banyak.

18

Sementara itu adapula histamin yang dihasilkan oleh enterochromatin like cell yang berfungsi menstimulasi pembentukan HCl. Berlawanan dengan itu, somatostatin yang dihasilkan oleh sel D menghambat sekresi HCl. Segera setelah menyelesaikan proses pencernaan dari lambung, kimus akan masuk ke dalam mukosa duodenum. Begitu memasuki mukosa duodenum, maka kimus yang bersifat asam akan merangsang duodenum menghasilkan sekresi hormon sekretin yang akan dibawa oleh darah menuju pankreas. Di pankreas, sekretin akan merangsang terbentuknya NaHCO 3 yang kemudian disekresikan untuk menetralkan keasaman getah lambung. Selain mensekresi sekretin, mukosa usus halus juga mensekresikan suatu hormon yang disebut dengan kolesistokinin. Kolesistokinin disekresikan sebagai respon terhadap keberadaan lemak dan protein dalam kimus. Hormon ini akan merangsang asinus pada pankreas untuk mensekresikan enzim pencerna karbohidrat, protein dan lemak. Fakta yang menarik adalah bahwa meskipun kita makan banyak protein, tapi tidak dalam jangka waktu yang panjang, maka tidak akan ada peningkatan enzim proteolitik secara signifikan. Hanya dengan pola makan protein jangka panjang bisa didapatkan peningkatan sintesis enzim proteolitik. Lantas enzim proteolitik seperti apa sajakah yang disekresikan oleh pankreas? Kelenjar eksokrin pankreas mensekresikan tiga enzim proteolitik utama, yaitu tripsinogen, kimotripsin dan prokarboksipeptidase, dimana ketiganya disekresikan dalam bentuk yang inaktif. Seperti pepsin di pankreas yang tidak disekresikan dalam bentuk aktif, ketiganya inaktif juga agar tidak mencerna protein sel pembuatnya sendiri. Segera setelah memasuki duodenum, maka tripsinogen akan diaktifkan enterokinase menjadi tripsin. Tripsin akan mengautokatalisis tripsinogen lagi. Sehingga akan semakin banyak tripsin yang terbentuk. Kimotripsin dan prokarboksipeptidase juga diaktifkan oleh tripsin sehingga berubah menjadi bentuk yang aktif yaitu kimotripsin dan karboksipeptidase. Sehingga sekali enterokinase yang dihasilkan di usus halus mengkatifkan tripsinogen, maka tripsin akan melanjutkan pekerjaan sisanya. Ketiga enzim pencernaan tersebut bekerja dengan cara memotong ikatan peptida yang berbeda. Hasil akhir pencernaan ialah didapatkannya asam amino, polipeptida serta ikatan kecil antara asam amino. Mukus yang disekresikan oleh mukosa usus halus berfungsi melindungi agar sel intestinal tidak mengalami pencernaan oleh kerja enzim proteolitik.

19

Asam amino yang akan diserap di usus halus ternyata tidak hanya berasal dari proses pemecahan makanan. Protein plasma yang keluar dari kapiler juga dapat mengalami penyerapan. Di epitel sel vili intestinal, asam amino dapat diserap dengan menggunakan ion Na+ dan energi untuk absobrsi. Namun bila masih didapati peptida kecil disini, maka tetap ada aminopeptidase yang dapat memotong ikatan peptida untuk menghasilkan asam amino. Akhirnya asam amino yang terbentuk akan dibawa ke kapiler untuk dimetabolisme lebih lanjut.

Pencernaan Lemak
Lemak tidak larut dalam air. oleh karena itu, lemak harus menjalani serangkaian transformsi agar dapat dicerna dan diserap. Sewaktu isi lambung mengalir ke duodenum, lemak yang ada menggumpal membentuk butir-butir trigliserida berukuran besar yang mengambang dalam kimus. Melalui efek deterjen dari garam-garam empedu , butir-butir besar ini terdispersi menjadi emulsifikasi butir-butir kecil lemak, sehingga luas permukaan lemak yang terpajan ke lipase pancreas meningkat. Lipase menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak bebas yang tidak terlalu larut dalam air, sehingga hanya sedikit dari produk-produk akhir pencernaan lemak ini mencapai permukaan absorptif. Namun, produk-produk yang tidak larut air ini diangkut dalam misel yang larut air yang dibentuk oleh garam empedu dan konstituenkonstituen empedu lainnya, ke permukaan luminal sel epitel usus halus. Setelah meninggalkan misel dan berdifusi secara pasif menembus membrane luminal, monogliserida dan asam lemak bebas disintesis ulang menjadi trigliserida di sel epitel. Trigliseridatrigliserida ini menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein untuk membentuk kilomikron yag larut air. Kilomikron kemudian dikeluarkan melalui membran basal sel secara eksositosis. Kilomikron tidak mampu menembus membran basal kapiler, sehingga mereka masuk ke dalam permukan pembuluh limfe, yaitu lacteal pusat Garam-garam empedu secara terus menerus mengulangi fungsi mereka melautkan lemak di sepanjang usus halus sampai semua lemak diserap. Kemudian garam-garam empedi itu sendiri diserap ulang di ileum terminal oleh mekanisme transport aktif yang khusus. Mekanisme tersebut merupakan proses yang efisien, karena garam empudu dalam jumlah terbatas dapat mempermudah pencernaan dan penyerapan sejumlah besar lemak, dengan
20

setiap garam empedu berulang-ulang melakuakan fungsi sebagai pengangkut sebelum direabsorpsi. Sebelum dapat digunakan tubuh, makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari organ-organ pencernaan seperti lidah, kerongkongan, lambung, usus, sedangkan kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah, hati, kelenjar dinding lambung, dan kelenjar pankreas. Makronutrien yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein pada saat dicerna akan mengalami pengubahan. Dimulai dari mulut dimana terjadi pencernaan mekanik oleh gigi dengan bantuan lidah. Pada proses pengunyahan ini terjadi perombakan karbohidrat (pati atau amilum) menjadi molekul yang paling sederhana yaitu glukosa (monosakarida). Karbohidrat merupakan nutrient yang mengadung energi yang harus ada dalam diet minimal 20% agar tidak terbentuk benda-benda keton sehingga terjadi ketosis dan lebih lanjut asidosis. Pemotongan rantai karbohidrat menjadi lebih sederhana ini dibantu dengan enzim ptialin yang dihasilkan oleh kelenjar ludah. Lemak juga akan mengalami proses perombakan dimana lemak akan diubah menjadi molekul yang paling sederhana yang berupa asam lemak dan gliserol. Lemak yang dimaksud dalam hal ini adalah trigliserida. Proses perombakan ini membutuhkan enzim lipase yang dihasilkan di pankreas. Lemak juga mengalami proses emulsi agar lebih mudah dicerna. Bahan yang digunakan adalah cairan empedu yang dihasilkan di hati (hepar) yang disimpan di kantung empedu. Dengan proses emulsi ini lemak dapat tercampur dengan air. Dibanding makronutrien yang lain, lemak lebih susah dicerna sehingga lebih lama berada di lambung. Inilah yang menyebabkan lemak membuat kita tetap merasa kenyang. Selanjutnya, proses pencernaan berlangsung di dalam usus halus yang mengeluarkan berbagai enzim dan zat pencerna dari berbagai organ tubuh. Kandung empedu mengeluarkan asam empedu untuk mengemulsikan lipid: kelenjar pankreas mengeluarkan cairan yang mengandung amilase, menguraikan oligosakarida menjadi maltose: tripsin dan kimo tripsin menguraikan poli dan oligo peptide menjadi peptide kecil: lipase menguraikan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol: kolesterol esterase menguraikan senyawa ester dari kolesterol.

21

Usus halus tersusun oleh beberapa macam jaringan yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu, yaitu jaringan: epitelium, ikat, otot polos, dan saraf. Jaringan epitelium berfungsi membungkus villi, mensekresikan mukus dan mengabsorpsi air serta zat-zat gizi makanan. Jaringan ikat yang dalam hal ini berupa pembuluh darah bersama dengan epitelium berfungsi mengangkut sari makanan. Jaringan otot berfungsi untuk melakukan gerak peristaltis dibawah stimulus saraf otonom. Dan jaringan saraf berfungsi mengorganisir kerja ketiga jaringan tadi. Struktur kompleks usus halus ini mempunyai satu fungsi yakni untuk mencerna dan menyerap sari-sari makanan. Selain itu masih ada zat lainnya yang dikeluarkan oleh usus halus: untuk menyempurnakan proses penguraian sedemikian rupa hingga dihasilkan senyawa monosakarida, mononukleotida, asam lemak, asam amino, dan senyawa kecil satuan pembentuk senyawa lainnya yang siap untuk diserap oleh dinding usus halus, untuk selanjutnya dibawa oleh aliran darah atau limpa ke seluruh bagian tubuh. Makronutrien yang lain adalah protein. Bahan ini dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan. Protein juga mengalami pencernaan mekanik dan kimiawi, pencernaan mekanik terjadi dimulut sedangkan pencernaan kimiawi protein di lambung. Protein dirombak menjadi molekul yang paling sederhana yang disebut asam amino. Tubuh manusia tidak dapat membentuk semua asam amino yang diperlukan oleh tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari diet, yang lebih dikenal dengan asam amino esensial. Pencernaan protein dibantu dengan enzim lambung dan pancreas. Contoh enzim tersebut misalnya pepsin, dan tripsin. Protein yang dirombak menjadi molekul sederhana yaitu asam amino baru dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh. Protein merupakan bahan yang tidak dapat disimpan dalam tubuh sehingga manusia harus selalu mencukupi kebutuhan protein harian dari diet. Mikronutrien juga dibutuhkan oleh tubuh. vitamin dan mineral berperan dalam proses-proses metabolism tubuh. Vitamin merupakan senyawa orgaik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup, dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Berhubung vitamin tidak disintesa di dalam tubuh, kecuali vitamin D dan vitamin K, maka beberapa vitamin lain harus tersedia dalam diet. Sebagian besar vitamin berfungsi sebagai bagian dari koenzim. Berdasarkan atas sifat kelarutannya dan mekanisme penyerapan, vitamin dibedakan menjadi vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air memiliki struktur kimia yang sangat beranekaragam, tetapi semuanya mempunyai sifat molekul polar oleh karena itu dapat larut
22

dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat non polar hidrofobik. Vitamin ini mengakibatkan dalam penyerapannya membutuhkan lemak. Mineral juga dibutuhkan oleh tubuh dan hanya dalam jumlah yang sedikit. Unsur mineral dapat dibagi menjadi 3, antara lain: 1. Unsur mineral yang ikut membentuk jaringan keras seperti tulang dan gigi Ca dan Phospat. 2. Unsur mineral yang turut membentuk jaringan lunak seperti kelenjar, saraf, garam organik, yang mengandung unsur Na, K, Mg, S, P, Cl dan juga ada dalam protoplasma. 3. Unsur mineral yang membentuk cairan tubuh, terutama garam-garam anorganik yang dapat larut. Adapun fungsi mineral antara lain sebagai pembentuk jaringan, pemelihara dan pengatur sistem koloidal, pertukaran cairan tubuh, viskositas, pemelihara keseimbangan asam basa tubuh, dan sebagai aktivator enzim dan sistem biologis. Semua bahan makanan, baik makronutrien maupun mikronutrien akan dialirkan ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi, dalam hal ini darah. Dan disetorkan ke sel-sel tubuh. Makronutrien harus dalam kondisi paling sederhana, meliputi monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) asam lemak, gliserol dan asam amino. Jika zat makanan tersebut masih dalam bentuk ukuran besar, maka akan susah masuk dalam sel karena sel memiliki membrane yang sifatnya selektif permeabel (semi permeabel). Zat-zat makanan dalam bentuk paling sederhana itu nantinya akan dibutuhkan dalam metabolisme sel, dengan tujuan untuk menjaga agar sel tetap hidup. Rangkaian metabolisme sel berjalan dengan sangat kompleks dan dengan keteraturan tinggi.6

Empedu
Empedu terdiri dari garam empedu, pigmen empedu, dan zat lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis yang mirip dengan air liur pancreas. Sekitar 500 ml disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu diserap ulang dalam usus kemudian diekskresikan kembali oleh hati.

23

Glukuronida pada pigmen empedu, bilirubin dan biliverdin, menyebabkan empedu berwarna kuning keemasan. Garam empedu adalah garam-garam natrium dan kalium asam empedu, dan semua zat yang di seksresikan kedalam empedu berkonjungasi dengan glisin atau taurin, suatu derivate sistein. Asam-asam empedu disintesis dari kolesterol. Bersama dengan vitamin D, kolesterol, berbagai hormone steroid, dan glikosida digitalis, asam-asam empedu mengandung inti siklopentanoperhidrofenantren. Dua asam empedu utama (primer) yang terbentuk dalam hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Didalam kolon, bakteri mengubah asam kolat menjadi asam deoksilat dan asam kenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Oleh karena terbentuk akibat kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat disebut asam empedu sekunder. Garam-garam empedu memiliki sejumlah efek penting. Garam-garam ini menurunkan tegangan permukaan dan bersama fosfolipid dan monogliserida, berperan untuk emulsifikasi lemak sebagai persiapan untuk dicerna dan diserap di usus halus. Garam-garam ini bersifat amfipatik (memiliki domain hidrofilik dan hidrofobik) salah satu permukaan molekul bersifat hidrofilik karena ikatan peptide polar dan gugus karboksil serta hidroksil terletak dipermukaan tersebut, sedangkan permukaan lain bersifat hidrofobik. Dengan demikian, garam empedu cenderung membentuk lempeng silindris yang disebut misel, dengan permukaan hidrofilik menghadap keluar dan permukaan hidrofobik menghadap kedalam. Di atas konsentrasi tertentu disebut konsentrasi misel kritis, semua garam empedu ditambahkan ke dalam larutan membentuk misel. Lemak berkumpul di dalam misel, dengan kolesterol di pusat hidrofobik dan fosfolipid amfipatik serta monogliserida berjajar dengan ujung hidrofilik mengarah jeluar dan ekor hidrofobiknya kebagian tengah. Misel berperan penting dalam mempertahankan lemak dalam larutan dan membawanya ke brush border sel epitel usus, dan di situ lemak tersebut diserap. 90-95% garam-garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian diserap melalui difusi nonionik, tetapi sebagian besar diserap dari ileum terminalis oleh suatu proses kotransport Na+ garam empedu sistem Na+-K+ ATPase basolateral yang sangat efisien, yang mirip dengan sistem kotransport Na+-glukosa. Salah satu kotransport Na+-garam empedu yang berperan dalam sistem transport aktif sekunder ini telah dapat diklon, dan ada bukti bahwa paling sedikit terdapat satu jenis lagi.

24

Sisanya yang 5-10% garam empedu masuk kedalam kolon yang diubah menjadi garam-garam asama deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat relative tidak larut dan sebagian besar dieksresikan dalam feses, hanya 1% yang diserap. Namun, deoksikolat diserap. Garam-garam empedu yang diserap disaluran kembali ke hati dalam vena porta dan disekresikan kembali kedalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Garam yang keluar melalui feses diganti oleh sintesis dalam hati. Kecepatan normal sintesis garam empedu adalah 0,20,4 g/hari. Jumlah total garam empedu yang mengalami siklus berulang-ulang melalui sirkulasi enterohepatik adalah sekitar 3,5 g. Telah diperhitungkan bahwa jumlah total tersebut bersirkulasi dua kali per makan dan 6-8 kali per hari. Apabila empedu tidak ada di usus, maka hampir 50% lemak yang dimakan akan dikeluarkan melalui feses. Juga terjadi malabsorpsi garam empedu dicegah dengan reseksi ileum terminalis atau oleh penyakit di bagian usus halus ini, jumlah lemak dalam feses juga akan meningkat karena apabila sirkulasi enterohepatik terputus, hati tidak dapat meningkatkan kecepatan pembentukan garam empedu untuk mengompensasi kehilangan yang terjadi. Efek detergen garam empedu, efek detergen mengacu pada kemampuan garam empedu mengubah globules-globulus lemak berukuran besar menjadi emulsi lemak yang terdiri dari banyak butir lemak kecil yang terbenam di dalam cairan kimus. Dengan demikian, luas permukaan yang tersedia untuk aktivitas lipase pankreas meningkat. Agar dapat mencerna lemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul trigliserida. Karena tidak larut dalam air, molekul-molekul lemak cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar dalam lingkungan lumen usus halus yang banyak mengandung air. Jika garam empedu tidak mengemulsifikasi butir-butir lemak ini, lipase hanya dapat bekerja pada lemak yang terdapat dipermukaan butiran tersebut, dan pencernaan trigliserida akan berlangsung sangat lama. Garam empedu memperlihatkan efek detergen serupa dengan detergen yang digunakan untuk melarutkan minyak sewaktu mencuci piring. Molekul garam empedu mengandung bagian larut lemak (sterois yang berasal dari kolesterol) ditambah bagian larut air yang bermuatan negative. Bagian larut lemak akan larut dalam butiran lemak, sehingga bagian larut air yang bermuatan negative menonjol dari permukaan butiran lemak. Gerakan mencampur usus akan memecah-mecah butiran lemak menjadi butiran yang lebih kecil. Butir-butir kecil ini akan kembali menyatu apabila tidak terdapat garam empedu di permukaannya yang membentuk selaput bermuatan negative larut air dipermukaan setiap
25

butir kecil tersebut. Karena muatan yang sama akan tolak menolak, gugus bermuatan negative di permukaan butiran lemak akan menyebabkan butiran lemak tersebut saling menolak satu sama lain. Tolak menolak listrik ini mencegah butir lemak kecil menyatu kembali membentuk butir lemak besar, sehingga tercipta emulsi lemak yang meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk kerja lipase. Peningkatan luas permukaan sangat penting untuk menyelesaikan pencernaan lemak dengan cepat, tanpa garam empedu, pencernaan lemak akan berjalan sangat lambat. Pembentukan misel, garam empedu bersamaan dengan kolesterol dan lesitin yang juga merupakan konstituen empedu berperan penting mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel. Seperti garam empedu, lesitin memiliki bagian yang larut lemak dan larut aor, sementara kolesterol hampir tidak dapat larut sama sekali dalam air. Dalam suatu misel (micelle), garam empedu dan lesitin menggumpal dalam kelompok-kelompok kecil dengan bagian larut lemak berkerumun di bagian tengah untuk membentuk inti hidrofobik sementara bagian larut air membentuk selaput hidrofilik dibagian luar. Agregat misel memiliki ukuran sekitar sepersejuta lebih kecil daroada ukuran butiran emulsi lemak. Misel, karena larut air akibat lapisan hidrofiliknya, dapat melarutkan zat-zat yang tidak larut air di intinya yang larut lemak. Dengan demikian, misel merupakan vehikulum yang praktis untuk mengangkut bahan-bahan yang tidak larut air dalam isi lumen yang banyak mengandung air. Bahan larut lemak yang paling penting yang diangkut adalah produk pencernaan lemak (monogliserida dan asam lemak bebas) serta vitamin-vitamin larut lemak, yang diangkut ke tempat penyerapannya dengan menggunakan misel. Jika tidak menampung di misel yang larut air ini, nuttrien-nutrien tersebut akan mengapung di permukaan cairan kimusdan tidak pernah mencapai permukaan absorptife usus halus. Selain itu kolesterol, suatu zat yang sangat tidak larut air, larut dalam inti misel yang hidrofobik. Mekanisme ini penting dalam homeostatis kolesterol. Jumlah koleserol yang dapat diangkut dalam bentuk misel bergantung pada jumlah relative garam empedu dan lesitin terhadap kolesterol. Apabila sekresi kolesterol oleh hati melebihi sekresi garam empedu atau lesitin (baik kolesterolnya terlalu banyak atau garam empedu dan lesitinnya yang terlalu sedikit), kelebihan kolesterol dalam empedu akan mengendap menjadi mikrokristal yang dapat menggumpal menjadi batu empedu. Salah satu pengobatan untuk batu empedu yang mengandung kolesterol adalah ingesti garam-garam empedu untuk meningkatkan kandungan garam empedu sebagai usaha untuk melarutkan batu kolesterol.

26

Namun, hanya sekitar 75% batu empedu yang berasal dari kolesterol. Dua puluh lima persen sisanya terbentuk akibat pengendapan normal konstituen empedu lainnya, yakni bilirubin. Bilirubin adalah produk sisa yang dieksresikan di empedu. Bilirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari beberapa produk sisa yang di eksresikan dalam empedu. Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah yang usang. Masa hidup sel darah merah dalam sistem sirkulasi rata-rata adalah 120 hari/ sel darah merah yang usang dikeluarkan dari darah oleh makrofag yang melapisi sinusoid hati yang terletak di bagian tubuh lain. Bilirubin adalah produk akhir yang dihasilkan oleh penguraian bagian hem (mengandung besi) dari hemoglobin yang terkandung di dalam sel-sel darah merah tersebut. Bilirubin ini dieksktrasi dari darah oleh hepatosit dan secara aktif di ekskresikan ke dalam empedu. Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Di dalam saluran pencernaan, pigmen ini mengalami modifikasi oleh enzim-emzim bakteri yang kemudian menyebabkan feses berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, misalnya apabila duktus biliarus tersumbat secara total oleh batu empedu, feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil bilirubin direabsorpsi oleh usus untuk kembali ke darah, dan sewatu akhirnya dikeluarkan melalui urin, bilirubin tersebut merupakan penentu utama warna kuning pada air kemih. Ginjal baru mampu mengekskresikan bilirubin apabila zat ini telah di modifikasi sewaktu melalui hati dan usus. Apabila jumlah bilirubin yang dibentuk lebih cepat daripada yang dapat dieksresikan, terjadi penimbunan bilirubin di tubuh yang menyebabkan ikterus. Pasien yang mengalami kelainan ini tampak kuning, warna ini terutama jelas dibagian putih mata. Ikterus dapat ditimbulkan oleh tiga mekanisme : a. Ikterus prahepatik (masalah terjadi sebelum hati) atau hemolitik disebabkan oleh penguraian (hemolisis) berlebihan sel darah merah, sehingga hati menerima lebih banyak bilirubin daripada kemampuan hati mengeksresikannya. b. Ikterus hepatik (masalah di hati) terjadi jika hati sakit dan tidak mampu menangani beban normal bilirubin. c. Ikterus pascahepatik (masalah terjadi setelah hati) atau obstruktif terjadi jika duktus biliaris tersumbat, misalnya oleh batu empedu, sehingga bilirubin tidak dapat di eliminasi melalui feses.
27

Sekresi empedu dapat ditingkatkan melalui mekanisme kimiawi, hormonal, dan saraf. a. Mekanisme kimiawi (garam empedu). Setiap bahan yang meningkatkan seksresi empedu oleh hati disebut koleretik. Koleretik paling kuat adalah garam empedu itu sendiri. Di antara waktu makan, empedu di simpan dalam kandung empedu, tetapi selama makan empedu dikosongkan dari kandung empedu untuk di alirkan ke duodenum sewaktu kandung empedu berkontraksi. Setelah berpartisipasi dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu direabsorpsi dan dikembalikan oleh sirkulasi enterohepatik ke hati, tempat mereka berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi empedu lebih lanjut. Dengan demikian, selama makan, sewaktu garam empedu dibutuhkan dan sedang dipakai, sekresi empedu dibutuhkan dan sedang dipakai, sekresi empedu oleh hati dipacu. b. Mekanisme hormonal (sekretin). Selain meningkatkan sekresi NaHCO3 encer oleh pankreas, sekretin juga merangsang sekresi empedu alkalis encer oleh duktus hati tanpa disertai peningkatan garam empedu. c. Mekanisme saraf (saraf vagus). Stimulasi terhadap saraf vagus hati hanya sedikir berperan meningkatkan sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan. Mekanisme saraf meningkatkan aliran empedu hati sebelum makan mencapai lambung atau usus.7,8

Enzim-enzim Pencernaan
1. Enzim ptialin Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa. 2. Enzim amilase Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas.

Kerja enzim amilase yaitu : Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.

28

3. Enzim maltase Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi molekul glukosa. Glukosa merupakan sakarida sederhana (monosakarida). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. 4. Enzim pepsin Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen. Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin.

Cara kerja enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah. 5. Enzim tripsin Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum).

Cara kerja enzim tripsin yaitu : Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul pepton. Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel. 6. Enzim renin Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna. 7. Asam khlorida (HCl) Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit maag.

29

8. Cairan empedu Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiranbutiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi. 9. Enzim lipase Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Cara kerja enzim lipase yaitu:

Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe).9

Kesimpulan
Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makana di absorbsi atau diserap oleh dinding saluran pencernaan. Zat-zat makanan tidak dapat diserap dalam bentuk alami dan tidak berguna sebagai zat nutrisi sebelum proses pencernaan awal. Zat makanan akan dipersiapkan untuk di absorbsi melalui proses-proses tertentu dengan enzim-enzim tertentu dalam saluran pencernaan. Garam empedu dan lesitin yang dihasilkan oleh hati membantu penyerapan lemak. Jika berlaku gangguan pada kandung empedu maka absorpsi lemak juga akan turut terganggu.

30

Daftar Pustaka
1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6, Sistem Digestivus. Jakarta: EGC; 2006.p.148-52 2. Moore KL, Anatomi Klinis Dasar. In: Agur AMR, editor, Sistem Digestivus. Jakarta: EGC; 2002.p.83-7 3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. In: Frans Dany, editor. Saluran Cerna. Jakarta: EGC; 2007.p.278-307 4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik Histologi. Saluran Cerna. Jakarta: Penerbit Universitas Trisaksi; 2007.p.101-27 5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In: Pengaturan Fungsi Sistem Gastrointestinal. 20th ed. Jakarta: EGC; 2003.p.480-6 6. Sherwood. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC. 2001.p.567-9 7. Safitri A. Physiologi at a glance. Jakarta: Penerbit Erlangga.2007.h.74-9 8. Guyton H. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC. 2001.h.843-6 9. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta : EGC. 2009. hal. 496-502

31

Anda mungkin juga menyukai