Anda di halaman 1dari 15

Intoleransi Laktosa Pada Sistem Pencernaan

Moahamed Ikmal Bin A. Wahab


102013517
FK UKRIDA,Jakarta Barat
ikmalwahab@yahoo.co.id

Pendahuluan
Sistem digestivus atau sistem gastroinstestin adalah susunan organ-organ di dalam tubuh
makhluk hidup multiseluler, yang memiliki tujuan yang sama yaitu menerima makanan,
mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
Semua proses di atas dikenal dalam bahasa sehari-hari dengan proses pencernaan. Proses
pencernaan melibatkan berbagai organ di dalam tubuh, mulai dari mulut sampai ke anus.
Dalam berbagai hal dapat terjadi gangguan pada sistem pencernaan ini, salah satunya
adalah intoleransi laktosa.
Struktur Makroskopik Organ Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut dan
berakhir di anus. Sistem itu terdiri atas rongga mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna adalah organ-
organ tambahan berupa kelenjar liur, hati dan pankreas. Organ-organ ini menghasilkan
banyak sekret yang dialirkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius di mana
sekret-sekret ini membantu pencernaan materi yang dimakan dan penyerapannya.
Cavum Oris
Rongga mulut atau cavum oris dapat dibagi menjadi vestibulum oris dan rongga mulut yang
sebenarnya (cavum oris proprium), yang bersama-sama membentuk rongga mulut.
Vestibulum terletak antara pipi dan bibir pada satu pihak dan gigi geligi. Bila rahang tertutup
dan gigi geligi lengkap, tidak ada hubungan antara vestibulum dan kavum oris proprium. Bila
mulut terbuka, batas posteriornya, fauses yang dibentuk oleh lengkung posteriornya,
palatum, mulai terlihat uvula, lengkung anterior palatum, tonsila palatina, dan
frenulum bibir.1
Bibir / labium oris , terletak di sudut mulut kanan kiri saling berhubungan pada angulus oris,
terdapat juga alur / sulcus pada labium oris. Pertama yaitu sulcus nasolabialis yaitu alur di
antara sudut bibir atas dengan dengan hidung (nasus), sulcus mentolabialis : alur diantara
bibir bawah dengan dagu (mentum), philtrum yang merupakan lekuk diatas pertengahan
bibir atas.
Dasar otot rongga mulut dibentuk oleh m.milohyoideus, yang berjalan dari linea milohioidea
mandibula ke rafe medial dan os hyoid. Di atas dasar mulut dekat bidang tengah terletak
mm.genihyoideus, kelenjar sublingual terletak pada tiap sisi diantara otot-otot ini dan
mandibula. M.genihyoideus yang berpasangan berasal dari atas dasar mulut pada
pusat bagian dalam mandibula, otot-otot ini membentuk bagian terbesar badan lidah. Perut
depan m.digastrikus membentang dibawah dasar mulut, pada kedua sisi dari daerah kornu
minus os hyoid sampai fossa digastrika mandibula. Pada tiap sisi, kelenjar
submandibular terletak diantara otot dan mandibula.
Atap rongga mulut dibentuk oleh palatum durum dan palatum mole. Rongga mulut sebagian
besar terisi oleh lidah. Berikut batas-batasn cavum oris proprium, depan dan samping :
arcus dentalis dengan processus alveolarisnya, pada bagian atas berbatasan dengan
palatum durum et mole, pada bagian bawah berbatasan dengan diafragma oris.
Esofagus
Esofagus adalah suatu pipa muskular sepanjang kira-kira 25 cm yang merupakan lanjutan
pharynx dan mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di
cardia ventriculi setinggi vertebra T10-11. Dibagi menjadi pars cervicalis, pars thoracalis dan
pars abdominalis.
Gaster
Gaster secara umum dibagi menjadi tiga bagian umum, yaitu fundus, korpus dan pylorus.
Pertama dimulai dari gaster, terdapat incisura pada kurvatura minor, pada sambungan
antara korpus dan antrum pilori disebut incisura angularis. Lalu terdapat sfingter pilori
yang mengendalikan pengosongan isi lambung ke duodenum, lalu terdapat orifisium kardia
yang merupakan tempat masuknya isi esofagus ke gaster. Sfingter kardia bekerja mencegah
refleks isi lambung ke esofagus. Omentum minus melekat ke kurvatura minor dan omentum
mayor melekat pada kurvatura mayor. Kedua omentum ini membawa darah dan limfe ke
gaster. Lalu bila kita lihat pada bagian dalamnya / mukosa gaster terdapat lipatan-lipatan
yang sering disebut sebagai plica gastricae yang berfungsi mensekresi asam lambung / HCl. 2
Usus Halus
Awal intestinum tenue atau usus halus adalah duodenum atau usus duabelas jari. Terdiri
atas empat bagian yaitu pars superior, pars descendens, pars inferior dan pars ascendens.
Pars superior duodeni terletak pada bidang transpyloric yang bermula dari pylorus
menuju ke belakang dari berakhir di flexura duodenale superior. Pars descendens bermula
dari flexura duodeni superior beralih ke bawah dan kemudian membelok ke kiri disebut
sebagai flexura duodeni inferior. Setinggi vertebrae lumbalis 3 pars inferior duodeni akan
menyilang garis tengah berjalan ke kiri untuk kemudian berjalan ke arah atas dan
berakhir sebagai pars ascendens duodeni. Pars ascendens duodeni terletak setinggi
vertebrae lumbal 2, kurang lebih 2,5 cm sebelah kiri garis tengah. Setelah sampai di
belakang lambung, pars ascendens duodeni akan membelok ke bawah pada
lengkungan yang disebut sebagai flexura duodenojejunalis. Pada flexura ini terdapat
ligamentum penghubung dengan oesophagus yang disebut ligamentum Treitz. 1,2
Duodenum diperdarahi oleh a.Gastroduodenalis yang merupakan cabang dari
a.Hepatica Communis yang akan memperdarahi dinding posterior duodenum dan juga
didarahi oleh a.Pancreaticoduodenalis Superior (anterior dan posterior) yang berjalan
antara pars descendens duodeni dan caput pankreas. a.Pancreaticoduodenalis inferior
yang merupakan cabang dari a.Mesenterica Superior juga mendarahi duodenum.Selain
duodenum, 2/5 proksimal usus halus merupakan jejunum sedangkan 3/5 distal sisanya
merupakan ileum. Lingkaran-lingkaran jejunum cenderung mengisi region umbilikalis
sedangkan ileum mengisi bagian bawah abdomen dan pelvis. Perbedaan dari duodenum
dan jejunum adalah, pada jejunum kelenjar getah beningnya soliter sedangkan pada
ileum kelenjar getah beningnya ada yang soliter maupun berkelompok (agregat / plaque
peyeri). Tidak hanya itu, perbedaan dari duodenum dan ileum dapat kita lihat pada vasa
recta dan arcadenya. Pada jejunum diameternya lebih tebal dari ileum, memiliki vasa
recta yang panjang dan arcade satu tingkat sedangkan pada ileum yang berdiameter lebih
kecil dari jejunum memiliki vasa recta yang pendek dan arcades yang bertingkat sampai
tiga tingkat.
Usus Besar
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m
yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar
sari usus halus, yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.
Usus besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum.
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menepati dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran
kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal ke dalam
usus halus.
Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden, tranversum, desenden dan sigmoid. Tempat kolon
membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas secara berturut-turut
disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista
iliaka dan membentuk lekukan berbentuk-S.
Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang
disebut sebagi taenia koli. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus tertarik
dan berkerut mebentuk kantung-kantung kecil yang disebut haustra. Apendises epiploika
adalah kantong-kantong kecil peritonium yang berisi lemak dan melekat sepanjag taenia.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai
darah yang diterima. Arteria mesentrika superior memperdarahi belahan kanan (sekum,
kolon asenden, dan dua per tiga proksimal kolon tranversum), dan arteria mesentrika
inferior mendarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon tranversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri
hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta
abdominalis.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan pengecualian
sfingter eksterna yang berada dalam pengendalian volunter. Rangsangan simpatis
menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang sfingter rektum. Rangsangan
parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.2,3
Rectum
Merupakan bagian caudal dari intestinum crassum. Rectum terletak retroperitoneal,
memanjang mulai setinggi corpus vertebrae sacralis 3 sampai Anus. Anus adalah muara dari
rectum ke dunia luar. Pada rectum terdapat flexura sacralis yang mengikuti curvatura
ossacrum dan flexura perinealis yang mengikuti lengkungan perineum. Bagian cranialis
disebut pars ampularis recti dan bagian caudalis disebut pars analis recti.
Pada pars ampularis terdapat 3 buah plica transversalis yang dibentuk oleh penebalan
stratum circulare tunica muscularis. Plica yang tengah sangat tebal, disebut plica
transversalis Kohlraush, berfungsi sebagai penahan isi rectum. Pada pars analis terdapat
plica yang arahnya longitudional dan disebut columna rectalis Morgagni. Di sebelah
analis columna rectalis bersatu membentuk anulus rectalis (annulus haemorrhoidalis). Di
sebelah profunda mukosa terdapat plexus venosus yang disebut plexus haemorrhoidalis.

Struktur Mikroskopik Organ Pencernaan


Labium Oris
Labium oris atau bibir secara mikroskopis terbagi menjadi tiga bagian, bagian luar bibir,
bagian merah bibir dan bagian merah bibir yang memiliki spesifikasi epitel dan jaringannya
masing-masing.

 Bagian luar bibir diliputi kulit biasa, terdiri atas jaringan epidermis dan dermis. Pada
lapisan ini terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan
lapisan dermis di bawahnya yang merupakan jaringan ikat agak padat. Di bawah
dermis terdapat jaringan subkutan, berupa jaringan ikat longgar dengan semua
unsurnya. Pada permukaan luar ini antara lain juga terdapat folikel rambut
beserta rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
 Bagian merah bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Sel-sel yang
dekat permukaan bentuknya agak khas yaitu gepeng, terlihat besar, jernih dan
intinya relative kecil. Jaringan di bawahnya, yaitu lamina propia, membentuk
papil-papil yang menonjol ke dalam epitel di atasnya. Di dalam papil ini terdapat
banyak kapiler darah. Karena kapiler darah yang banyak dekat permukaan dan
epitelnya jernih, maka bagian ini tampak merah.
 Bagian dalam bibir merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Jaringan
ikat longgar di bawahnya disebut lamina propia, juga membentuk papil menonjol ke
dalam epitel, tetapi tidak sedalam pada merah bibir. Di daerah pangkal bibir, dalam
lamina propia terdapat kelenjar labialis yang merupakan kelenjar mukoserosa.Di
tengah organ ini terdapat muskulus orbikularis oris, berupa jaringan otot skelet
dan cabang-cabang arteri labialis.
Lingua
Pada sajian lidah dipelajari tiga jenis papil yaitu papilla sirkumvalata, papilla fungiformis,
dan papilla filiformis.
Papilla sirkumvalata, ukuran papil besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah berderet
sepanjang linea terminalis. Bangunan papil ini terbenam dan dikelilingi parit sehingga
puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara
kelenjar Ebner, suatu kelenjar serosa. Permukaan papilla ini dilapisi epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk. Pada permukaan lateral papil, yang terbenam dalam parit, terdapat
banyak taste buds (kuncup pengecap), yang merupakan badan akhir saraf sensoris, sebagai
indra penegcap.4
Papilla filiformis, bentuknya mirip lembaran benang dengan ujung runcing. Hampir seluruh
permukaan atas lidah dipenuhi papilla jenis ini. Epitel yang melapisinya yaitu epitel berlapis
gepeng yang ujungnya membentuk lapisan tanduk. Papil ini terletak di atas garis permukaan
lidah. Pada papil ini tidak terdapat kuncup pengecap.
Papilla fungiformis, bentuknya mirip jamur, terdapat di antara papilla filiformis. Papilla ini
juga menonjol di atas permukaan lidah. Epitel permukaannya yaitu epitel berlapis gepeng
dan sering mempunyai lapisan tanduk. Pada papil ini kadang ditemukan adanya
kuncup pengecap. Baik papilla filiformis maupun fungiformis, memiliki papilla sekunder.

Glandula Parotis
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar parotis termasuk kelenjar serosa. Pada sajian, bentuk
sel yang menyusun asinus mirip segitiga dengan puncaknya menghadap lumen dan dasarnya
melekat pada membran basal. Intinya bulat, biru dan terletak dekat basal sel. Sitoplasma
merah kebiruan dan granula pada daerah apikalnya.
Glandula Submandibularis
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar submandibularis tergolong kelenjar campur
mukoserosa. Sebagian besar pars terminalisnya bersifat serosa dan sebagian kecil mukosa.
Glandula Sublingualis
Kelenjar ini memiliki gambaran histology yang mirip dengan kelenjar submandibularis,
bedanya kelenjar ini sebagian besar asinusnya bersifat mukosa sehingga disebut kelenjar
seromukosa.
Dentin (Gigi)
Setiap gigi mempunyai komponen yang berasal dari mesoderm dan ektoderm, di mana
lapisan ektoderm membentuk email. Pada sajian penbentukan gigi dipelajari organ email
dalam bentuk menyerupai genta (bell stage) yang kadang-kadang masih terlihat
hubungannya dengan lamina dentis. Pada beberapa sajian terlihat lamina dentis
mempunyai tonjolan bakal gigi permanen. Permukaan luar organ email diliputi epitel email
luar yang selnya kuboid. Di bawahnya terdapat sel-sel berbentuk bintang membentuk
lapisan retikulum stelata (stratum stelatum/pulpa email).
Di bawah lapisan retikulum stelata terdapat stratum intermedium yang sel-selnya berbentuk
gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan menyatu dengan epitel email luar di tepi ujung
bawah organ email. Di bawah lapisan ini terdapat epitel email yang terdiri atas
ameloblas dengan sel berbentuk silindris. Pada beberapa sajian sudah terlihat lapisan email
merupakan lapisan homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi
terdapat lapisan homogen berwarna merah yaitu dentin dan di bawahnya berwarna
lebih pucat yaitu predentin.
Di bawah lapisan dentin terdapat deretan odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk
silindris. Deretan odontoblas melapisi cekungan di bawah organ email. Cekungan ini berisi
jaringan mesenkim yang membentuk papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.
Pada tempat pertemuan antara epitel email luar dan stratum intermedium pada ujung
bawah organ email serta epitel email luar sel-sel di sini membentuk sarung ke bawah yang
disebut sarung Hertwig. Jaringan ikat di sekitar organ email yang membungkus organ ini
disebut sakus dentis. Jaringan tulang kanan dan kirinya merupakan bagian dari prossesus
tempat terpancangnya gigi (alveolus gigi).5
Esofagus
Lapisan pada saluran pencernaan berturut-turut dari luar ke dalam yang terdapat sampai
pada bagian akhir memiliki urutan sebagai berikut:
• Tunika mukosa : epitel, lamina propia, tunika muskularis mukosa
• Tunika submukosa
• Tunika muskularis : sirkularis, longitudinalis
• Tunika adventisia/serosa.
Tunika mukosa esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Di bawah
epitel terdapat lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat jarang. Di bawah lamina propia
terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri atas berkas otot polos yang tersusun
memanjang. Saat menuju daerah peralihan ke gaster, tunika ini epitelnya berubah menjadi
epitel selapis torak. Mukosa kardianya tampak berlipat karena adanya foveola gastrika
(gastric pits). Dalam lamina propianya terdapat kelenjar kardia yang umumnya
berkelok. Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang, di dalamnya terdapat kelenjar
esofagus bersifat mukosa atau seromukosa. Pada beberapa sajian dalam lapisan dapat
ditemukan pleksus submukosus Meissneri yang biasanya terdiri atas sel ganglion otonom
dan serat saraf, sampai pada daerah peralihan gaster dan esofagus tidak terdapat lagi
kelenjar esofagus, hanya ada jaringan ikat jarang saja. Juga masih ditemukan pleksus
Meissneri di sini. Pada tunika mukosanya terdiri atas 2 lapisan, yang sebelah dalam adalah
tunika muskularis berupa serat otot polos sirkular, dan sebelah luar adalah longitudinalis.
Di antara kedua serat otot ini terdapat pleksus mienterikus Auerbach. Sedangkan pada
tunika muskilaris yang dekat dengan gaster terlihat menebal karena membentuk sfringter. 4,5
Gaster
Fundus gaster. Tunika mukosa gaster dilapisi epitel selapis torak. Terdapat foveola gastrika
yang berupa sumuran kecil di antara tonjolan mukosa. Yang terlihat sebagai tonjolan
sebenarnya adalah mukosa di antara dua sumuran. Di dasar foveola terdapat muara
kelenjar fundus, yang biasanya tidak berkelok. Foveola gastrika di fundus meliputi 1/3
bagian ketebalan mukosa, sedangkan kelenjar mencapai 2/3 bagiannya.lamina propia.
Macam-macam sel yang menyusun kelenjar fundus:
• Sel mukus leher (mucous neck cell) bentuk sel torak, mirip sel epitel mukosa,
• Sel HCL atau parietal (oxyntic cell), bentuknya mirip segitiga atau bulat.
• Sel zimogen (chief cell) bentuknya mirip sel HCl, di antara selnya terdapat
Tunika muskularis mukosa terdapat di bawah lamina propia yang kadang terdesak oleh
kelenjar fundus. Tunika submukosa pada gaster merupakan jaringan ikat jarang di mana
terdapat pleksus Meissneri. Tunika muskularis sirkularis lebih tebal daripada yang
longitudinal, daerah ini juga terdapat pleksus Auerbach antara keduanya. Tunika
serosa merupakan jaringan ikat jarang dengan dilapisi epitel selapis gepeng (peritoneum).
Tunika mukosa pada pilorus juga mempunyai foveola gastrica dilapisi epitel selapis torak,
foveola ini dalam meliputi 2/3 ketebalan mukosa dan 1/3 ditempati kelenjar pilorus
yang tampak homogen karena semua selnya adalah sel mucus. Tunika muskilaris mukosa,
submukosa, dan serosa merupakan kelanjutan dari daerah fundus. Pada tunika muskularis
bagian sirkulernya menebal membentuk sfingter pilori.
Duodenum
Tunika mukosa diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai mikrovili (brush borders).
Di antara sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya di sini belum begitu banyak. Tunika
mukosa membentuk vilus intestinalis yang gemuk. Lamina propia terdapat di bawah epitel
vilus intestinalis maupun di sekitar kriptus Liberkuhn. Di dasar kriptus dapat ditemukan sel
Paneth, suatu sel berbentuk kerucut dan puncaknya menghadap lumen di dalam
sitloplasmanya terdapat garnula kasar berwarna merah. Tunika muskularis mukosa tidak
ikut membentuk vilus intestinal.
Lapisan tunika muskularis mukosa sering terpenggal-penggal karena ditembusi perluasan
massa kelenjar Brunner. Tunika mukosa dipenuhi kelenjar Brunner. Tunika mukosa
dan tunika submukosa bersama-sama membentuk plica sirkularis kerkringi, artinya pada
setiap plika sirkularis terdapat banyak vilus instestinalis. Pleksus submukosa meissneri juga
dapat ditemukan di sini. Tunika muskularis sirkularis dan longitudinalis, di antaranya
terdapat pleksus mienterikus Auerbach. Tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang.
Jejenum
Tunika mukosa jejunum gambarannya mirip dengan duodenum, tetapi vilus intestinalisnya
lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak. Dan pada jejunum, sel paneth mudah
dikenali. Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar, hanya terdiri dari
jaringan ikat jarang dengan pleksus meissneri di dalamnya lapisan ini juga ikut membentuk
lapisan plika sirkularis kerkringi. Tunika muskularis susunannya sama seperti pada
duodenum. Tunika serosa berupa jaringan ikat yang jarang.
Ileum
Tunika mukosa mirip dengan jejunum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Di dalam lamina
propria terdapat kelompokan noduli limfatikus yang membentuk bangunan khusus disebut
plaque peyeri. Kelompokan noduli limfatikus ini sering terlihat meluas ke dalam tunika
submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa sering terpenggal-
penggal.
Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissneri di dalamnya. Di
sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkularis kerkringi tampak lebih pendek dibanding
yang terdapat pada duodenum maupun jejunum. Tunika muskularis, gambarannya sama
seperti duodenum dan jejunum. Tunika serosa juga terdiri dari jaringan ikat jarang.
Kolon
Tunika mukosa bagian usus besar ini seperti juga usus lainnya, dilapisi epitel selapis torak.
Permukaannya yang menyerupai vilus merupakan potongan kriptus Lieberkuhn. Pada
preparat usus besar permukaan mukosa rata, seragam tingginya yang menandakan bahwa
bangunan itu bukan vilus. Epitel sebagian besar terdiri atas sel goblet. Kadang-kadang dapat
ditemukan noduli limfatikus di dalam lamina propria. Tunika muskularis mukosa mudah
dikenali sebagai pembatas dengan tunika submukosa. Tunika submukosa rektum terdiri atas
jaringan ikat jarang yang didalamnya juga ditemukan pleksus meisnerri. Tunika muskularis
yang sirkular mempunyai susunan seperti biasa. Yang longitudinal tidak mempunyai
ketebalan yang sama seputar lingkar dindingnya. Pada penebalan tunika muskularis
longitudinal disebut taenia koli.
Peralihan Rectum-Anus
Pada tunika mukosa terlihat perubahan epitel, dari epitel selapis torak dengan sel goblet
menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang semakin ke distal dapat dijumpai
adanya lapisan tanduk. Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Noduli limfatisi masih
ditemukan pada lapisan ini. Tunika muskularis mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk ke
daerah anus.
Lamina propia digantikan oleh dermis. Dalam dermis terdapat kelenjar apokrin yang disebut
sirkumanalis. Tunika submukosa, berupa jaringan ikat jarang yang menjadi satu dengan
jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya
digantikan oleh demis dan hypodermis. Tunika muskularis yang melingkar pada daerah
rektum menebal membentuk otot muskular yaitu muskulus sfingter ani eksternus yang
terdiri dari jaringan otot skelet. Lapis otot longitudinal tidak mengalami perubahan.
Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat jarang.
Hepar
Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar (jaringan
ikat interlobular). Terdapat vena sentralis hepatis, biasanya di tengah lobulus. Di luar vena
sentralis terdapat sel hati yang tersusun radier mengarah ke arah jaringan interlobular. Di
antara sel hati terdapat sinusoid hati yang nantinya akan menuju ke vena sentralis.
Muaranya tidak terlalu terlihat jelas, karena tidak selalu terpotong. Dinding sel sinusoid
berupa sel endotel yang terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel sinus ini
berbentuk gepeng dengan inti yang gepeng juga dengan kromatinnya padat. Dalam
sitoplasmanya terdapat benda-benda asing yang sudah difagosit oleh sel. Sel ini
disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit memastikan bahwa yang terlihat itu
benar-benar sel Kupffer. Sel hati (hepatosit) berbentuk poligonal dengan inti bulat atau
sedikit lonjong dan kromatin agak padat. Dapat ditemukan sel hati yang berinti dua.
Dengan pembesaran objektif 45 kali, terkadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua
dinding sel hati yang bersebelahan. Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja,
terjepit di antara kedua dinding sel itu.5
Pankreas
Sepintas kelenjar ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda,
terdiri atas kelenjar eksokrin yang terpulas lebih gelap dan kelenjar endokrin yang lebih
pucat.
Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip kelenjar parotis yaitu pars terminalisnya berupa
asinus. Dalam asinus sering dijumpai sel sentroasinar yang membatasi lumen asinus. Sel ini
merupakan awal dinding duktus interkalaris, yaitu saluran kelenjar yang terkecil. Saluran ini
pada awalnya dindingnya berupa epitel selapis kubis atau kubis rendah. Duktus sekretorius
(intralobular) lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat dalam kelenjar parotis. Adanya
sel sentrosinar dan sedikitnya duktus sekretorius pada kelenjar pankreas dapat
digunakan untuk membedakannya dari kelenjar parotis.
Bagian endokrin disebut juga pulau Langerhans. Terdiri atas kelompokan sel yang terpulas
lebih pucat dari pada sinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-sel pulau Langerhans juga
lebih kecil daripada asinus. Pada umumnya sel kelihatan bulat dan dinding selnya tidak
mudah dilihat. Di antara sel-sel itu terdapat kapiler darah. Kelompokan sel ini tidak
mempunyai batas jaringan ikat yang jelas.
Vesika Felea
Tunika mukosa organ ini dilapisi epitel selapis torak dan biasanya tidak mempunyai sel
goblet. Epitel bersama lamina propria membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam
lamina propria terdapat sejumlah bangunan bulat atau lonjong dilapisi epitel yang sama
dengan epitel mukosa. Ini adalah potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-
Aschoff. Dinding vesika velea tidak mempunyai tunika muskularis mukosa. Tunika serosa /
adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada daerah yang berhadapan dengan
jaringan hati kadang-kadang dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimenter,
disebut duktus Aberans-Luschka.
Mekanisme Pencernaan
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Di dalam rongga mulut,
makanan dikunyah dan dihancurkan oleh gigi, dibantu oleh lidah. Dalam rongga mulut juga
ada enzim yang membantu pencernaan yaitu enzim amilase. Gigi manusia terdiri atas gigi
seri, gigi taring, dan gigi geraham.
• Gigi seri berbentuk pahat berfungsi untuk mencengkeram dan memotong makanan.
• Gigi taring berbentuk lancip dan runcing, berfungsi untuk menusuk dan mengoyak
makanan.
• Gigi geraham berbentuk rata bergerigi, berfungsi untuk mengunyah makanan.
Lidah juga membantu pencernaan makanan di dalam mulut. Dengan adanya lidah, kita
dapat mengecap rasa manis, asin, asam, dan pahit. Lidah berfungsi dalam membantu
proses menelan dan pencampuran makanan dalam mulut. Di dalam mulut terdapat enzim
untuk membantu pencernaan. Enzim tersebut dihasilkan oleh kelenjar ludah. Enzimnya
disebut amilase. Enzim amilase berfungsi untuk mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat
gula.
Setelah dicerna di dalam mulut, makanan akan masuk ke dalam kerongkongan dengan
proses menelan (deglutition). Selama menelan, makanan akan dicegah masuk ke hidung
dengan mengakat uvula sehingga saluran hidung tertutup dan elevasi faring sehingga tidak
masuk ke dalam trakea. Makanan didorong oleh otot kerongkongan menuju lambung.
Gerakan otot ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik inilah yang menyebabkan
makanan terdorong hingga masuk ke lambung.
Dari kerongkongan, makanan masuk ke lambung. Di dalam lambung, makanan akan
disimpan (maksimal 1,5 liter) , dicerna, dan pengosongan dari lambung. Makanan dicerna
secara kimiawi dengan bantuan enzim yang disebut pepsin. Pepsin berperan mengubah
protein menjadi pepton. Di dalam lambung terdapat asam klorida yang menyebabkan
lambung menjadi asam. Asam klorida dihasilkan oleh dinding lambung. Asam klorida
berfungsi untuk membunuh kuman penyakit dan mengaktifkan pepsin. Ketika proses
pencernaan terjadi di lambung, otot-otot dinding lambung berkontraksi. Hal tersebut
menyebabkan makanan akan tercampur dan teraduk dengan enzim serta asam klorida.
Secara bertahap, makanan akan menjadi berbentuk bubur. Kemudian, makanan yang
telah mengalami pencernaan akan bergerak sedikit demi sedikit ke dalam usus halus dengan
proses retropulsi. Pengosongan lambung ini dapat dihambat karena faktor dari usus
yaitu asam, lemak, hipertonisitas dan peregangan. 6
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai
macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini.
Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu
menghasilkan getah pencernaan.
Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah pencernaan yang berperan di
usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah usus.Cairan empedu
mengandung mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan makanan.
Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan berikut:
• Air, berguna sebagai pelarut utama.
• Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada
dinding usus.
• Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat
alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air
(mengemulsikan lemak).
Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam
tubuhyang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai pembentuk
empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari
darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi membentuk darah pada janin atau
pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke
peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses
pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum
lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu (membentuk
misel). Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus,
menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus. 7
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai kelenjar
eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel
berbentuk pulau-pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga
gula darah agar tetap normal dan mencegah diabetes melitus.
Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui saluran pankreas masuk ke usus halus.
Dalam pancreas terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam pemecahan
lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu dalam
pemecahan pati.
Usus halus merupakan tempat pencernaan dan penyerapan nutrisi. Usus halus terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu usus dua belas jari, usus kosong, dan usus penyerap. Di dalam
usus halus terdapat dua proses pencernaan, yaitu pencernaan secara kimiawi dan proses
penyerapan sari makanan. Di dalam usus dua belas jari, terjadi pencernaan makanan
dengan bantuan getah pankreas. Getah pankreas dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Getah
pankreas mengandung enzim-enzim, seperti enzim amilase, enzim tripsin, dan enzim lipase.
Usus kosong terdapat di antara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Di dalam usus
kosong terjadi pula proses pencernaan secara kimiawi. Usus kosong memiliki dinding yang
dapat menghasilkan getah pencernaan. Usus penyerapan adalah tempat penyerapan sari-
sari makanan. Sari makanan adalah makanan yang telah dicerna secara sempurna. Di dalam
usus penyerapan terdapat bagian yang di sebut vili. Vili banyak mengandung pembuluh
darah. Vili inilah yang dapat menyerap sari-sari makanan. Pencernaan di lumen usus hanya
pencernaan lemak yang selesai, pencernaan protein dam karbohidrat dilanjutkan di epitel
usus (ada enzim enterokinase, disakaridase, dan aminopeptidase).
Setelah melewati usus halus, sisa makanan masuk ke usus besar. Usus besar terbagi atas
usus besar naik, usus besar melintang, dan usus besar turun. Terjadi gerakan
mencampur (haustrasi) dan massmovement (reflek gastroileum dan gastrokolon).
Di dalam usus besar, sisa makanan mengalami pembusukan. Pembusukan ini dibantu oleh
bakteri Escherichia coli. Air dan garam mineral dari sisa makanan tersebut, akan diserap
oleh usus kembali. Setelah itu, sisa makanan dikeluarkan melalui anus dalam bentuk tinja
(feses).
Enzim Pencernaan
• Enzim ptialin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim
ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa .
• Enzim amilase
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah ( parotis ) di mulut dan kelenjar pankreas.
Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan
karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah
molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.
• Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi
molekul glukosa . Glukosa merupakan sakarida sederhana ( monosakarida ). Molekul
glukosa berukuran kecil dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat
mengangkut glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.

• Enzim pepsin
Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen . Selanjutnya
pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin . Enzim pepsin memecah
molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton .
Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah.
• Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum). Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul
pepton . Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang
membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino
membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel.
• Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk
mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju.
Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna.
• Asam khlorida (HCl)
Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar
didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme
tertentu yang masuk bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan
cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit
”mag”.
• Cairan empedu
Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu
mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan
berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah ( erithrosit ) yang tua
atau telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi
empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga
membentuk suatu emulsi . Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi.
• Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua
belas jari ( duodenum ). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat
sedikit. Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks
yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga
perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul
lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih
kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh
cairan getah bening ( limfe ).8
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah salah satu keadaan dimana seseorang bereaksi negatif
secara langsung, begitu susu atau produk susu dikonsumsi. Penyebab intoleransi laktosa
adalah tidak adanya atau kurangnya enzyim laktase yang mencerna laktosa. Ada tiga jenis
intoleransi laktosa, yaitu defisiensi laktase primer, dimana diare dan gejala lainnya
berlangsung sepanjang waktu, dan defisiensi laktase sekunder, yang terjadi ketika
penderita mengalami gangguan usus halus atau gangguan saluran pencernaan. 9
Laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus besar dan terfermentasi, menyebabkan
gangguan pada usus seperti nyeri perut, keram, kembung dan bergas, serta diare,
sekitar setengah jam sampai dua jam setelah mengkonsumsi produk laktosa. Bakteri yang
ada di kolon punya kemampuan untuk mengurai laktosa sehingga memanfaatkan laktosa
sebagai sumber energi dan menghasilkan CO2 dan gas metana. Peregangan usus oleh cairan
dan gas menimbulkan rasa nyeri dan diare. Pembuangan gas (flatuensi) disebabkan karena
udara yang tertelan dan gas hasil fermentasi bakteri di kolon. 10
Gejala-gejala ini kadang-kadang disalahartikan sebagai gangguan saluran pencernaan.
Tingkat keparahan gejala-gejala tersebut bergantung pada seberapa banyak laktosa
yang dapat ditoleransi oleh masing-masing tubuh. Gejala-gejala ini mirip dengan reaksi
alergi susu, namun pada kasus alergi, gejala-gejala ini timbul lebih cepat, kadangkala hanya
dalam hitungan menit.
Jika seseorang yang menderita defisiensi laktase tidak menghindari produk-produk yang
mengandung laktosa, lama kelamaan orang tersebut dapat kehilangan berat badan
dan menderita malnutrisi.
Kesimpulan
Struktur sistem pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus, serta organ tambahan kelenjar ludah, pankreas, hati dan
kandung empedu. Secara makroskopik dan mikroskopik struktur organ ini dapat saling
dibedakan.
Mekanisme pencernaan tiap organ memiliki motilitas, sekresi, pencernaan dan
penyerapan yang berbeda-beda. Enzim di tiap organ pencernaan pun berbeda-beda.
Intoleransi laktosa merupakan salah satu contoh dari gangguan sistem pencernaan dimana
terjadi defisiensi enzim laktase sehingga tidak dapat menguraikan laktosa yang ada pada
produk susu.

Daftar Pustaka
1. Kahle W, Leonhardt H, Platzer W. Atlas berwarna dan teks anatomi manusia: Alat-
alat dalam abdomen. Jakarta: Penerbit Hipokrates, 2003.
2. Faiz O, Moffat D. At a glance: Anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2004.
4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histology. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2009.
5. Eroschenko VP. Atlas histology di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta : EGC, 2012.h.694.
7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010.h.231.
8. Murray RK, Granner DK. Biokimia harper. Jakarta : EGC, 2003.h. 276.
9. Kefir. Health secret. Jakarta : PT Alex Media Komputindo, 2008.h.25.
10. Schwartz W. Pediatri. Jakarta : EGC, 2005.h.101.

Anda mungkin juga menyukai