Anda di halaman 1dari 10

PENATALAKSANAAN SINUSITIS MAKSILARIS DENTOGEN

I. PENDAHULUAN

Sinusit
Sinusitis
is makasil
makasilaris
aris dentog
dentogen
en merupak
merupakan
an penjala
penjalaran
ran infeksi
infeksi yang
yang berasal
berasal dari
gigi. Namun sinusitis maksilaris juga dapat berasal dari infeksi hidung.

Anatomi Rongga Sinus Maksilaris.


Sinus maksilaris pada waktu lahir berupa rongga kecil yang tubuler. Pertumbuhan
sinus maksilaris mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan wajah. Ukuran dan
 bentuk sinus bervariasi.
bervariasi. Pada beberapa
beberapa orang tulang antara apeks gigi dengan
dengan rongga
rongga
sinus maksilaris agak tebal, pada yang lainnya kadang-kadang akar gigi masuk dalam
sinus
sinus maksilar
maksilaris
is dengan
dengan sedikit
sedikit atau tanpa
tanpa tulang
tulang yang
yang meliput
meliputiny
inya.
a. Pada
Pada umumn
umumnya
ya
 bentuk sinus maksilaris
maksilaris menyerupai
menyerupai piramid dengan
dengan dinding medial sinus atau dinding
lateral rongga hidung sebagai basis piramid dan biasanya simetris kiri dan kanan. Dasar 
sinus
sinus maksilar
maksilaris
is dibentu
dibentuk
k oleh
oleh procesu
procesuss alveola
alveolaris
ris gigi
gigi posterio
posteriorr rahang
rahang atas denga
dengan
n
anterior oleh permukaan facial maksila dan posterior dibentuk oleh dinding spenomaksila.
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral rongga hidung. Sebelah atas sebagai atap
rongga sinus maksilaris dibentuk oteh dasar orbita dan pada atapini terdapat saluran yaitu
kanalis infra orbitalis yang dilewati oleh nervus dan arteri infraorbitalis.
Sinus
Sinus maksilaris
maksilaris atau antrum
antrum highmore
highmore terbesar
terbesar diantara
diantara sinus
sinus paranasal
paranasalis
is
lainnya. Menurut
Menurut Schiffer, ukuran
ukuran rata-rata untuk bayi
bayi adalah 7-8 x 4-6 x 3-4 mm, pada
umur 18 tahun adalah 31-32 x 18-20 x 19-20 mm, dan kapasitas sinus ini hampir 15 ml,
hampir
hampir 2 kali
kali dari volume waktu lahir.
lahir. Antrum
Antrum berhubung
berhubungan
an dengan
dengan meatus
meatus media
media
melalui ostium maksilaris dan lokasinya pada bagian atas depan dinding medial sinus
maksilaris premolar 2, molar 1, dan molar 2.
Sinus maksilaris biasanya hanya merupakan
merupakan satu ruang yang batas-batasannya
batas-batasannya antara
lain
lain orbi
orbita
ta di supe
superio
rior,
r, bagi
bagian
an denta
dentall dan
dan alveo
alveolar
lar maks
maksila
ila di inferi
inferior
or,, proses
prosesus
us
zigomatikus di lateral, dan sebuah dinding tulang tipis yang memisahkan rongga tersebut
dengan fossa infratemporal dan pterygopalatina di posterior, serta prosesus unsinatus,
fontane
fontanell dan konka
konka inferior
inferior di medial.
medial. Ostium
Ostium sinus maksilari
maksilariss terletak
terletak di dalam
dalam 1/3
 bagian paling posteroinferior
posteroinferior infundib
infundibulum
ulum (71,8%).
(71,8%).

1
Pada atap sinus ini dijumpai atap dari nervus infraorbital yang terletak pada alur 
tulang, nervus ini dibatasi oleh membran mukosa atau oleh tulang yang tipis dan akan
1,2,3
terpotong waktu kuretase dari operas sinus.
Varia
Variasi
si anat
anatom
omis
is terse
terserin
ring
g dari
dari sinus
sinus maks
maksila
ilaris
ris adala
adalah
h sel-se
sel-sell etmo
etmoida
idalis
lis
infraorb
infraorbital
ital atau disebut
disebut “ Haller’s
Haller’s Cell”. Haller,
Haller, seorang
seorang ahli anatom
anatomii pada
pada abad
abad 18,
 pertama kali menyatakan
menyatakan “sel etmoidal yang excavates os planum dan os maksila, diluar 
 berhubunga
 berhubungan
n dengan
dengan kapsula
kapsula labirin etmoid.
etmoid. Selulae ini adalah selulae etmoid yang
mengalami pneumatisasi ke lantai orbita sinus maksilaris, letaknya inferlateral dai bulla
etmoid, dan berhubungan
berhubungan erat dengan infundibulum
infundibulum etmoid dan ostium sinus maksilaris.
Sel Haller ini dikatakan berasal dari etmoidalis anterior (88%) dan etmoidalis posterior 
(12%). Nama-nama
Nama-nama lain untuk sel Haller
Haller ini antara lain adalah sel maxillo-orbital,
maxillo-orbital, sel
maxillo
maxillo-etm
-etmoida
oidal,
l, dan sel orbitoe
orbitoetmo
tmoidal
idal.. Tapi
Tapi penama
penamaan
an sel Haller
Haller untuk 
untuk  sekaran
 sekarang 

dipakai sel etmoidalis infraorbital . Istilah ini lebih tepat, berdasarkan lokasi dan asal
daris sel ini dan membedakannya dari sel supraorbital dari resesus frontalis atau resesus
suprabullar.
Variasi anatomis lainnya adalah hipoplasia atau atelektasis sinus maksilaris. Pada
variasi ini, sinus maksilaris lebih kecil dan dikelilingi oleh tulang maksila yang lebih
teba
tebal,
l, pros
proses
esus
us unsi
unsina
natu
tuss juga
juga meng
mengal
alam
amii hipo
hipopl
plas
asia
ia dan
dan terl
terlet
etak
ak pada
pada bagi
bagian
an
inferomedial orbita; jadi infundibulum juga mengalami atelektasis. Uncinektomi menjadi
sulit pada pasien-pasien ini karena lateral displacement  dari struktur tersbut darn risiko
masuk orbita.
Pneumatisasi dari sinus maksilaris berkaitan dengan erupsi gigi geligi tetap dan
 berlangsung
 berlangsung paling cepat antara usia 7-12 tahun. Bila gigi-gigi
gigi-gigi posterior
posterior atas tanggal,
tanggal,
maka sinus akan meluas lebih jauh sehingga menempati linggir yang tersisa. Resorpsi
linggir selanjutnya dan hiperaerasi antrum akan menyisakan lapisan tulang yang sangat
tipis antara krista linggir dan dasar antrum.
Regi
Regio
o mola
molarr pert
pertam
amaa raha
rahang
ng atas
atas meru
merupa
paka
kan
n daer
daerah
ah yang
yang pali
paling
ng seri
sering
ng
 berhubunga
 berhubungan
n dengan
dengan keterlibatan
keterlibatan sinus, diikuti
diikuti oleh regio molar kedua dan premolar 
premolar 
kedua. Sinus maksilaris ini berdrainase melalui ostium ke meatus nasi medius.

2
4
Gambar 2. 3. Gambaran koronal dari Sinus Maksilaris

Pada umumnya gigi yang berhubungan dengan sinus maksilaris adalah P 2 atas M1
& M2 atas. Pada gambaran rontgen kadang-kadang bayangan sinus terbentang sampai ke
gigi P1 dan bahkan sampai ke I 2. Hubungan sinus maksilaris dengan gigi-gigi rahang atas
sangat bervariasi pada tiap individu.
Bagian lateral sinus maksilaris dapat meluas kebawah mendekati apeks / akar gigi
P dan M atas. Dr. Zuckerkandl telah membuat klasifikasi sebagai berikut:
1. Perlu
Perluasa
asan
n keara
kearah
h alv
alveol
eolar,
ar, sinus
sinus meng
mengad
adaka
akan
n periu
periuasa
asan
n keara
kearah
h ape
apeks
ks gigi
gigi..
2. Perl
Perlua
uasa
san
n kear
kearah
ah pal
palat
atin
inal
al,, sinus
sinus men
menga
gada
daka
kan
n perl
perlua
uasa
san
n ke ante
anteri
rior
or samp
sampai
ai I2
kadang-kadang sampai median line dari palatum.
3. Perlu
rluasan
san ke
keara
arah pr
proses
sesus zig
zigo
omaticu
icus.
4. Perlu
erluas
asan
an kear
kearah
ah infr
infrao
aorb
rbit
ita,
a, sinu
sinuss meng
mengad
adak
akan
an perl
perlua
uasa
san
n kear
kearah
ah
anteroposterior.
Menurut Batson terdapat perluasan sinus maksilaris kearah tuberositas sehingga

dinding sinus menjadi tipis.

II. ETIOLOGI
ETIOLOGI DAN
DAN GEJALA
GEJALA SINUSITIS
SINUSITIS MAKSIL
MAKSILARIS
ARIS

Sinusitis maksilaris dapat terjadi secara dentogen dan rinogen.

a. Secara Rinogen

3
Sering
Seringkali
kali sinusitis
sinusitis maksilar
maksilaris
is ini dapat
dapat disebab
disebabkan
kan oleh
oleh perada
peradanga
ngan
n melalu
melaluii
hidung atau merupakan komplikasi rinitis. Rinitis adalah peradangan yang terjadi pada
membran mukosa hidung, dapat bersifat akut dan kronik 

Rinitis Akut

Rinitis
Rinitis akut
akut merupa
merupakan
kan peradan
peradangan
gan akut
akut yang tejadi pada
pada membran
membran mukosa
mukosa
hidung yang ditandai adanya pembengkakan, hiperemi dan bertambahnya sekresi kelenjar 
seromukosa. Gejala klinisnya adalah gatal-gatal, bersin, hidung terasa kering, kemudian
diikuti oleh pengeluaran lendir yang sangat banyak. Sedikit penyumbatan hidung, mata
 berair, suhu
suhu badan
badan meningg
meninggii dan pasien
pasien merasa
merasa nyeri seluruh tubuh dan sakit
sakit kepala.
kepala.

Acute Sinusitis, Sinus Infection)

4
Berdasaikan etiologi rinitis akut dapat berupa:
1. Primer  

 Commond cold

 Rinitis influenza

 Rinitis akut yang terjadi akibat beberapa penyakit seperti measless, scarlet
fever, pertusis, golongan enterik, tifus, small pox, 'chickenpox'.

 Rinitis akut spesifik yang disebabkan oleh difteri, sifilis, antraks, monilia,
monilia,
gonorhoea.

 Rinitis akut yang aspesifik yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti
strepto
streptokok
kokus,
us, pneumo
pneumokok
kokus,
us, stafilok
stafilokoku
okus,
s, haemof
haemofilus
ilus influen
influensa,
sa, basilus
basilus
'friendlander', basilus koli, basilus piosianeus, basilus proteus.

 Rinit
initis
is aku
akut akib
akibat
at irit
iritas
asii loka
lokall sepe
sepert
rtii debu
ebu, gas,
as, peke
pekerj
rjaa yang
yang
 berhubung
 berhubungan
an dengan
dengan asam kromik,
kromik, merkuri,
merkuri, dan arsen

 Rinitis akut akibat trauma misalnya operasi atau benda asing.

2. Sekunder ; me
merupakan pe
peradangan ak
akut ol
oleh ka
karena pa
patogenitas ba
bakteri di
disertai
dengan
dengan salah satu faktor rinitis akut primer diatas, misalnya rininitis akut 'coryza' disertai
invasi bakteri patogen.

Rinitis Kronis

a. Rini
Riniti
tiss kro
kronika
nika spes
spesif
ifik 
ik 

 Rinitis kronik yang simpel; selesma ('chatarrhal'),


('chatarrhal'), rinitis kronika purulent,
fibrinous dan ulseratif.

 Rinitis kronik hiperplastika, polipoi, sika, atropik, rinitis kronik dengan


 pembentukan
 pembentukan 'caseous', malignant
malignant granuloma,
granuloma, gangosa.
gangosa.
 b. Rinitis kronika
kronika spesifik; sebagai akibat beberapa
beberapa penyakit
penyakit spesifik, seperti :
sifilis,
sifilis, difteri,
difteri, tuberk
tuberkulo
ulosa,
sa, lupus
lupus vulgar
vulgaris,
is, ‘Boeck
‘Boeck sarcoid
sarcoid’,
’, sklerom
skleroma,
a, leprosi,
leprosi,
 jaws, glanders,
glanders, rinosporidiosis,
rinosporidiosis, leismaniasis,
leismaniasis, mikosis
mikosis seperti; aktinomikosis,
aktinomikosis,
 blastomikosis,
 blastomikosis, aspergillo
aspergilloses,
ses, moniliasis,
moniliasis, histoplasm
histoplasmisis,
isis, sporotrikosis.
sporotrikosis.

5
Keadaan yang cenderung menyempitkan saluran hidung terutama didaerah meatus
media merupakan penyebab sinusitis, karena menghalangi
menghalangi drainage sinus. Perubahan
Perubahan
vasomotor yang meluas yang berhubungan dengan variasi suhu atau penyesuaian suhu
yang tidak cocok menyebabkan gangguan drainage sinus dan hal ini merupakan faktor 
 predisposisi
 predisposisi untuk
untuk terjadinya
terjadinya sinusitis
sinusitis maksilaris.
maksilaris.

b. Secara Odontogen

Faktor-faktor etiologi sinusitis maksilaris secara dentogen adalah sebagai berikut:

1. Komplikasi infeksi

 Infeksi periapikal

 Infeksi periodontal

 Gigi impaksi, unerupted, supemumerary

 Infeksi residual

 Infeksi akar gigi/ gangren radix

2. Komplikasi akibat trauma

 Terambilnya sebagian dasar sinus yang mengelilingi akar gigi

 Terbukanya sinus maksilaris dan masuknya akar gigi kedalam sinus

 Masukn
Masuknya
ya gigi
gigi yang
yang impacte
impacted/su
d/supem
pemum
umerer
erer kedalam
kedalam sinus
sinus pada
pada waktu
waktu
ekstraksi

3. Komplikasi ak
akibat ki
kista (d
(dentigerous/folikuler) da
dan tumor/neoplasma
Adanya
Adanya peradan
peradangan
gan periapi
periapikal
kal mengak
mengakibat
ibatkan
kan destruk
destruksi
si dan resorbsi
resorbsi tulang
tulang
sekita
sekitarr gigi
gigi.. Tekn
Teknik
ik penc
pencabu
abutan
tan yang
yang kuran
kurang
g baik
baik pada
pada gigi
gigi P atau
atau M atas
atas akan
akan
mengakibatkan terambilnya sebagian dasar sinus yang mengelilingi gigi tersebut
Kebanyakan gigi yang impacted pada rahang atas seperti C, P, dan M, hanya
dipisahkan oleh tulang tipis atau hanya lapisan epitel saja terhadap dinding sinus. Dengan
demikian pengambilan secara sectional memungkinkan akar masuk kedalam sinus.

Adanya kista dalam sinus maksilaris menyebabkan dinding sinus habis dan epitel
sinus melekat dengan dinding kista, dan menurut Kruger kista yang paling sering adalah
kist
kistaa dent
dentig
iger
erou
ous.
s. Irit
Iritas
asii bakt
bakter
erii mela
melalu
luii pulp
pulpaa gigi
gigi atau
atau akib
akibat
at trau
trauma
ma dapa
dapatt
menyebabkan peradangan supuratif pada sinus maksilaris. Infeksi akut dan kronis pada

6
gigi rahang atas dapat menyebabkan terjadinya sinusitis maksilaris dan dapat juga infeksi
terjadi akibat bakteri yang ikut aliran darah.

Gejala-gejala sinusitis maksilaris adalah sebagai berikut:


1. Sinusitis maksilaris akut

Pada kebanyakan kasus terdapat perubahan dalam rongga hidung. Selaput lendir 
hidung merah dan oedematus. Jika terjadi akibat komplikasi rinitis akut maka selaput
lendir hidung akan membengkak seluruhnya. Pada pemeriksaan hidung, terdapat nanah
 pada meatus media. Terdapat pengeluaran
pengeluaran cairan bila kepada ditundukkan.
ditundukkan. Cairan dapat
 bersifat encer, serous atau purulen.
purulen. Pemafasan
Pemafasan dan penciuman
penciuman terganggu karena adanya
 pembengkak
 pembengkakan
an selaput lendir hidung. Apabila berasal dari gigi maka biasanya
biasanya gigi yang
 bersangkutan
 bersangkutan terasa
terasa sakit.
sakit.
Gejala umumnya adalah demam, lemas, konsentrasi terganggu, sakit kepala, pipi
dan kelopak mata bagian bawah membengkak, berwarna merah dan terasa nyeri bila
ditekan.

Gambaran sinusitis maksilaris akut

2. Sinu
Sinusi
siti
tiss makxil
makxilar
aris
is kroni
kroniss

Biasa
Biasany
nyaa ada kelu
keluha
han
n serin
sering
g kelu
keluar
ar cairan
cairan dari
dari hidun
hidung
g hanya
hanya satu
satu sisi
sisi saja.
saja.
Kegiatan cillia terganggu akibat terjadi kerusakan selaput lendir hidung dan terbentuk 
 polip atau penebalan
penebalan mukosa
mukosa akibat dari adanya rangsang kronis. Gejala lain adalah
adanya penurunan nafsu makan, adanya keluhan bau tidak enak akibat adanya cairan yang
 purulen
 purulen didalam hidung.
hidung. Kepala terasa berat, panas badan tidak jelas sehingga tidak ada
keluhan demam dan kalaupun ada hanya subfebris.

7
Perkusi pada daerah pipi kadang-kadang terasa nyeri, karena rangsangan kronik 
dapat timbul polip pada satu sisi saja. Polip ini sering masuk ke ‘choane’ oleh karena itu
disebut ‘antro-choanal polip’.
Pada umumnya sinusitis yang berasal dari gigi maupun dari hidung menunjukkan
gejala yang hampir sama. Perbedaannya adalah:

Pada sinusitis yang berasal dari gigi (dentogen):


1. Pada an
anamese ad
ada ke
keluhan di
dimana si
sinusitis te
terjadi se
setelah di
dilakukan pe
perawatan
gigi atau ada keluhan sakit gigi.

2. Biasanya bersifat unilateral, ka


kadang-kadang bilateral
3. Cairan yang keluar bersifat purulen dan lebih bau.

4. Dalam keadan akur lebih sedikit dan toksisitasnya lebih hebat.

Pada sinusitis yang berasal dari hidung (rinogen);


1. Sekretnya be
beivariasi se
serous, mu
mukoid, at
atau mu
mukopurulen te
tetapi ti
tidak be
begitu be
berbau.

2. Sering ditemukan polip dan mukosa yang oedematus pada hidung.

III. PEMERIKSAAN DA
DAN DI
DIAGNOSA SINUSITIS MA
MAKSILARIS

1. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis biasanya dimulai dengan keadaan umum penderita, kemudian


ekstra
ekstra oral
oral dan intra oral.
oral. Pemerik
Pemeriksaan
saan ekstra
ekstra oral meliputi
meliputi pemerik
pemeriksaan
saan pipi, mata,
mata,
hidung
hidung,, kelenja
kelenjarr limphe.
limphe. Pemerik
Pemeriksaan
saan intra
intra oral meliput
meliputii pemerik
pemeriksaan
saan oral higiene
higiene,,
mukosa bukalis, mukosa palatum, mukosa gingiva, lidah, tonsil, faring, keadaan gigi
terutama di rahang atas yang letaknya dekat dengan sinus maksilaris seperti P dan M.

2. Pemeriksaan Transiluminasi

Pemeriksaan transiluminasi mempakan pemeriksaan yang sederhana dan singkat.


Melalui pemeriksaan transiluminasi dapat diketahui keadaan sinus maksilaris dan sinus
frontal
frontalis.
is. Pemerik
Pemeriksaan
saan ini dilakuk
dilakukan
an diruang
diruang gelap
gelap dengan
dengan lampu
lampu dimasuk
dimasukkan
kan dalam
dalam
mulut dan mata pasien dalam keadaan terbuka.

Terdapat tiga tanda pada sinus maksilaris yang normal yaitu:

a. Adanya refleks pupil, terlihat cahaya terang merah muda.

8
 b. Pada daerah
daerah infra orbita terdapat
terdapat cahaya
cahaya berbentuk
berbentuk bulan sabit.
c. Pasien dapat merasakan cahaya tersebut bila mata ditutup.

Jika tanda-tanda diatas tidak tampak maka berarti sinus mengalami peradangan.
Bila terjadi
terjadi peneba
penebalan
lan mukosa
mukosa atau pemben
pembentuk
tukan
an nanah,
nanah, maka
maka tidak
tidak terlihat
terlihat adanya
adanya
cahaya atau tampak samar-samar. Hal ini disebabkan karena cahaya tidak ditembuskan.

Dengan
Dengan mengg
menggunak
unakan
an transilu
transilumina
minasi
si dapat
dapat dilihat
dilihat sinus
sinus maksilar
maksilaris
is dan sinus
sinus
frontalis dengan tanda sebagai berikut:

Berarti sinus terang. Dapat menunjukkan sinus normal atau adanya kista yang
 bersifat serous.
serous.

Sinus maksilaris gelap atau dapat karena tulang yang tebal.

Sinus kanan gelap, harus curiga adanya sinusitis.

Keterangan:

3 = menunjukkan sinus terang

2 = sinus antara gelap dan terang (samar-samar)

0 = sinus gelap

3. Pemeriksaan Rontgenologis

Pemerik
Pemeriksaan
saan ini merupak
merupakan
an suatu
suatu alat yang
yang dapat
dapat memban
membantu
tu meneg
menegakk
akkan
an diagnosa
diagnosa
sinusitis maksilaris. Pada semua kasus sinusitis maksilaris dibutuhkan proyeksi ekstra
oral. Proyeksi intra oral kadang-kadang diperlukan untuk melihat adanya kelainan gigi,
akar gigi dalam hubungannya dengan sinus maksilarls.

a. Proyeksi intra oral

9
Digunakan pemotretan dengan memasukkan film kedalam mulut. Film itu dapat
 berupa film standart
standart dan film oklusal.
oklusal.

b. Proyeksi ekstra oral

Proyeksi ekstra oral yang dapat digunakan untuk pemeriksaan sinus antara lain
adalah:
1. Proyeksi posterior
 posterior anterior 
anterior 

Dapat digunakan
digunakan untuk melihat tulang hidung,
hidung, chonca nasalis, sinus ethmoidalis,
ethmoidalis,
sinus frontalis dan bagian depan rahang atas dan rahang bawah.
2. Proyeksi lateral 

Dapat digunakan untuk melihat daerah sinus maksilaris, fraktur maksila, fraktur 
tulang hidung, kist, metastase tumor ganas.

Coronal MRI scan showing opacification of the left maxillary and ethmoid sinuses.
Axial MRI scan showing opacification of the left maxillary sinus.
Coronal CT scan showing
showing right maxillary sinus opacification.
opacification. Also, note the septal deviation
deviation to
the right and the hypertrophy of the left inferior turbinate.
Coronal CT scan of
of the sinuses showing bilateral
bilateral maxillary sinusitis. The opacification is more
more
 prominent on the left side. The septum is also deviated to the left.

10

Anda mungkin juga menyukai