Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Model Komunikasi (SBAR dan TBAK) dalam Keperawatan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan


Dosen Pengajar: Yustan Azidin, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK III
KELAS B

Lukman Arizal A. (1714201210041)


Mega Apriani H. (1714201210045)
M. Hilman Fadhil (1714201210046)
Noor Azizah (1714201210053)
Noor Fitriani H. (1714201210054)
Siti Qamariyah (1714201210067)
Siti Rahmah (1714201210068)

SEMESTER III (GANJIL)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah etika penelitian tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
diri sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia
biasa, namun karena tugas ini adalah amanah, maka tersususnlah hasil pemikiran
kami yang mungkin masih jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu kami
mengharapkan kritik dan pesan demi menyempurnakan makalah ini.

Banjarmasin, Oktober 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................... 3


2.1 Definsi Model Komunikasi SBAR dan TBAK................................ 3
2.2 Tujuan Komunikasi SBAR dan TBAK ........................................... 4
2.3 Metode Komunikasi SBAR dan TBAK........................................... 6
2.4 Contoh Komunikasi SBAR dan TBAK ........................................... 16

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... . 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita seharihari,
mulai antar teman/pribadi, kelompok, organisasi atau massa. Kegiatan
komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.
Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan
penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain,
dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang
dipertukarkan tersebut.

Begitu pula dengan pelayanan rumah sakit, keberhasilan misi sebuah rumah
sakit sangat ditentukan oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas,
perawat dan dokter. Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan
berbagai karakter dan perilaku pasien yang berkepentingan dengan jasa
perawatan sehingga petugas, perawat dan dokter harus memahami dan
mengerti bagaimana cara komunikasi yang bisa diterapkan di segala situasi.

Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dengan pasien merupakan salah


satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan
pasien. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya
seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang
cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan
tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam
posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita
atau mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan
dokter. Paradigma inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus
berada dalam kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan

1
2

malu untuk bisa menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan
jelas. Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam
pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definsi model komunikasi SBAR dan TBAK ?
1.2.2 Apa tujuan komunikasi SBAR dan TBAK ?
1.2.3 Bagaimana metode komunikasi SBAR dan TBAK ?
1.2.4 Bagaimana contoh komunikasi SBAR dan TBAK ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui definsi model komunikasi SBAR dan TBAK
1.3.2 Mengetahui tujuan komunikasi SBAR dan TBAK
1.3.3 Mengetahui metode komunikasi SBAR dan TBAK
1.3.4 Mengetahui contoh komunikasi SBAR dan TBAK

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
manajemen keperawatan khususnya tentang model komunikasi SBAR
dan TBAK dalam keperawatan.
1.4.2 Bagi pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang manajemen
keperawatan terutama tentang komunikasi dengan model SBAR dan
TBAK lebih dalam sehingga dapat diterapkan dalam bidang
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi SBAR dan TBAK


Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis
untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR
untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu. (Rina,
2015).

Komunikasi Situation Background Assessment Recommendation (SBAR)


dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar pasien safety dari Kaiser
Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter
dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi dalam
situasi berisiko tinggi antara perawat dan dokter, tehnik SBAR juga dapat
digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara
perawat. Di Kaiser tempat asalnya, tehnik SBAR tidak hanya digunakan
untuk operan tugas antara klinis, tetapi juga untuk berbagai laporan oleh
pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice mail serta bagian IT
untuk mengatasi masalah. (JCI, 2010 Dalam Penelitian Rina, 2015).

SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi


hambatan dalam komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari
komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR
mudah diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan. SBAR
tersusun sebagai berikut:
S = Situation
B = Background
A = Assessment
R = Recommendation

3
4

Menurut Haig et al dalam Kesten (2011) kerangka komunikasi SBAR sangat


efektif digunakan untuk melaporkan kondisi dan situasi pasien secara singkat
pada saat pergantian shift, sebelum prosedur tindakan atau kapan saja
diperlukan dalam melaporkan perkembangan kondisi pasien. Komunikasi
efektif khususnya komunikasi SBAR sangat membantu untuk meningkatkan
keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit. Penggunaan komunikasi
SBAR juga mencegah informasi salah yang disampaikan oleh perawat kepada
dokter, hal ini dikarenakan komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang
telah terstruktur dengan baik, benar dan jelas, maka dari itu pengetahuan
tentang teknik komunikasi SBAR penting untuk terus ditingkatkan.

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)


adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis
kesehatan dalam melaporkan kondisi klien. SBAR digunakan sebagai acuan
dalam pelaporan kondisi klien saat transfer klien. Teknik SBAR (Situation,
Background, Assassement, Recomendation) menyediakan kerangka kerja
untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang kondisi klien. SBAR
merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara
yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan
kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan klien (Triwibowo, 2017).

TBAK adalah teknik komunikasi lisan menggunakan telepon dengan menulis,


membaca ulang dan melakukan komunikasi pesan yang diterima oleh
pemberi pesan.

2.2 Tujuan Komunikasi SBAR dan TBAK


2.2.1 Tujuan Komunikasi SBAR
2.2.1.1 Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif
antara anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.
5

2.2.1.2 Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien


saat ini dan setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk
mengantisifasi apabila terjadi perubahan.
2.2.1.3 Membantu staf menjadi advokat pasien.

Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Byred et al, 2009):


2.2.1.1 Meningkatkan keamanan keselamatan pasien (patient safety)
2.2.1.2 Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi
informasi.
2.2.1.3 Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi
pelayanan kesehatan dalam mengajukan permintaan
peribahan perawatan pasien atau untuk menyelesaikan
informasi dalama keadaan kritis dengan benar dan akurat
2.2.1.4 Meningkatkan efektivitas kerja tim

Manfaat komunikasi SBAR:


2.2.1.1 Meningkatkan patient safety
2.2.1.2 Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang
kurang
2.2.1.3 Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi
yang efektif
2.2.1.4 Memberikan informasi terkait kondisi klien secara lengkap
2.2.1.5 Komunikasi menggunakan SBAR dapat mengurangi insiden
komunikasi yang tidak terjawab dan telah terjadi melalui
penggunaan asumsi, bantuan atau ketidakjelasan sikap.

Penggunaan SBAR:
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal,
tertulis lewat menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien
antara lain:
6

2.2.1.1 Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap


2.2.1.2 Komunikasi pada kasus atau kondisi urgen dan non urgen
2.2.1.3 Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
2.2.1.4 Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
2.2.1.5 Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter
2.2.1.6 Mendiskusikan dengan konsultasn professional lain misal
terapi respiasi, fisioterapi
2.2.1.7 Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
2.2.1.8 Meningkatkan perhatian
2.2.1.9 Serah terima dari petugas ambulan kepada staf rumah sakit

2.2.2 Tujuan Komunikasi TBAK


2.2.2.1 Membantu tenaga kesehatan melakukan komunikasi per-
telepon dengan teknik TBAK.
2.2.2.2 Tidak ada kesalahan dalam menerima pesan/instruksi.

2.3 Model Komunikasi SBAR dan TBAK


2.3.1 Model Konsep Komunikasi SBAR
Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara
langsung berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkah-
langkah tersebut dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health
(2011) Quality Improvement Tool dan menurut Rina (2015) konsep
SBAR yaitu sebagai berikut:
2.3.1.1 S (Situation)
Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien:
a. Mengidentifikasi diri, unit, pasien dan nomor kamar
b. Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
c. Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali
percakapan ini dan menjelaskan bahwa pasien telah
mengalami perubahan kondisi.
7

d. Nyatakan masalah secara singkat: Apa, kapan dimulai dan


tingkat keparahan
2.3.1.2 B (Background)
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi,
meliputi:
a. Daftar pasien
b. Nomor medical record
c. Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d. Daftar obat terkijni, alergi dan hasil laboratorium
e. Hasil terbaru TTV pasien
f. Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu
pengambilan serta hasil dari tes laboratorium sebagai
pembanding
g. Informasi klinik lainnyaS
Jadi, background merupakan informasi penting tentang apa
yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
a. Menyatakan tanggal tanggal penerimaan pasien,
diagnosisnya, dan sejarah medis pasien.
b. Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang
telah dilakukan selama ini.
2.3.1.3 A (Assessment/Pengkajian)
a. Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi
pasien yang terkini.
b. Ringkasan kondisi atau situasi pasien.
c. Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya: “Saya tidak
yakin apa masalah dari pasien, namun kondisi pasien
memburuk, dan tidak stabil, sehingga perlu dilakukakn
suatu tindakan”.
d. Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan
gejalanya.
8

2.3.1.4 R (Recommendation)
a. Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini.
b. Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil
tindakan (misalnya: tes laboratorium, perawatan).
c. Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan
kunjungan kepada pasien dan keluarga pasien.
d. Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG
e. Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat
pengobatan baru atau apabila ada perubahan dalam
perintah segera diinformasikan oleh doter kepada
perawat.
f. Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan
kondisi pada pasien, perawat akan menghubungi dokter
kembali, menanyakan ke dokter tindakan yang harus
dilakukan perawat sampai ditempat (Capital Health,
2011).

Standar Komunikasi Efektif SBAR di Rumah Sakit


2.3.1.1 Situation (kondisi terkini yang terjadi pada Klien)
a. Perawat menyebutkan nama dan umur klien
b. Perawat menyebutkan tanggal klien masuk ruangan dan
hari perawatannya
c. Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani klien
d. Perawat menyebutkan diagnose medis klien/masalah
kesehatan yang dialami klien (penyakit).
e. Perawat menyebutkan masalah keperawatan klien yang
sudah dan belum teratasi
9

2.3.1.2 Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi


klien terkini)
a. Perawat menjelaskan intervensi/tindakan dari setiap
masalah keperawatan klien
b. Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat
pembedahan
c. Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan
alat bantu lain seperti kateter dll), serta pemberian obat
dan cairan infuse.
d. Perawat menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan
klien terhadap diagnose medis/penyakit yang dialami
klien
2.3.1.3 Assessment (hasil pengkajian dari kondisi klien terkini)
a. Perawat menjelaskan hasil pengkajian klien terkini
b. Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung
seperti hasil lab, rontgen dll
2.3.1.4 Recommendation/Rekomendasi
Perawat menjelaskan intervensi/tindakan yang sudah teratasi
dan belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan,
dilanjutkan atau dimodifikasi.

Situation
Tanggal: Waktu:
Nama Pasien: Umur:
Nomor NHS Nomor Rumah Sakit:
Datang dari ruang: Tujuan ruang :
Terdapat keluarga : Ya/Tidak Barapa kali sudah transfer?
Perawat yang menerima: Perawat yang melakukan
transfer:
Background Assessment
Diagnosa dan perawatan yang Skor nyeri:
sudah dilakukan dan kebutuhan Resiko Indeksi? Ya/Tidak
perawatan yang diperlukan. Jika iya memgapa?
Termasuk penyesuian keadaan Deteksi MRSA Ya/Tidak
yang terjadi saat ini Peralatan Invasif
Kanula IV Ya/Tidak
10

Kateter Urin Ya/Tidak


Tindakan lainnya:
..................................................
.................
Terjadi VTE? Ya/Tidak
Skor Waterlow( kulit
)................................
Intergrutas Kulit (jika terdapat
ulkus, sebutkan lokasi dan
tingkatan ulkus)
..................................................
..................................................
Butuh tempat tidur khusus
ulkus Ya/Tidak
Skor
MUST.......................................
Status
Oral...........................................
Resiko Jatuh Ya/ Tidak
Mobilitas
Pasien........................................
Alergi........................................
Recommendations (Perencanaan perawatan )
Tanda Tangan Nama Terang No. Identitas

No Jenis kegiatan
Situation
 Mengidentifikasi diri, unit/ ruangan ,
1.  Menyebutkan nama pasien dan umur, nomor kamar.
 Secara singkat menyatakan masalahnya, apa itu, ketika
hal itu terjadi atau dimulai, dan seberapa parah.
Background/ Latar Belakang (1)
 Diagnosis masuk/ diagnosis sekarang, masalah-
masalah lain
2.
 tanggal masuk
 riwayat medis (anamnesa) yang penting termasuk
alergi
11

Background/ Latar Belakang (2)


 Keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
terbaru
 Pemeriksaan fisik yang penting dan menunjang
3.
 Hasil pemeriksaan penunjang yang penting: dan
memberikan tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil
tes sebelumnya untuk perbandingan
 Tindakan dan obat yang diberikan termasuk infuse.
Assessment/ Penilaian
4.  Sebutkan masalah apa yang anda pikirkan

Rekomendasi
 Usul tindakan yang mungkin diperlukan atau pindah ke
ICU, kepada dokter konsultan (DPJP/ Dokter
5. Penanggung Jawab Pasien)
 Usul perlu tidaknya pemeriksaan tambahan?
 Jika DPJP memberikan instruksi : terima informasi
dengan metode TBAK

Model SBAR:
Menurut Rina (2015) sebelum operan pasien:
2.3.1.1 Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2.3.1.2 Kumpulkan data – data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
2.3.1.3 Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan
2.3.1.4 Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya
2.3.1.5 Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian

Model penerapan komunikasi SBAR antara lain:


2.3.1.1 Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suati laporan yang berkaitan dengan kondisi klien.
Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan
12

kondisi klien, menyampaikan asuhan keperawatan yang


belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus
ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai
tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.
Operan perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut
JCI (2010) adalah :
a. Pertama dengan mempersiapkan format
pendokumentasian menggunakan teknik SBAR pada
masing-masing pasien setiap shift, buku catatan operan,
dan rekam medik pasien.
b. Kedua menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi
tindakan yang sudah dilakukan dan kemajuan keadaan
pasien setelah tindakan dilakukan di nurse station sesuai
dengan metode SBAR.
c. Ketiga setelah operan nurse station dilanjutkan dengan
melihat keadaan pasien secara langsung dan menanyakan
kepada pasien tentang kemajuan keadaan pasien dan
keluhan yang masih dirasakan, dan pemberian pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga.
2.3.1.2 Pelaporan Kondisi Klien
Pelaporan Kondisi Klien dilakukan oleh perawat kepada
tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk
melaporkan setipap kondisi klien kepada dokter sehingga
dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
kondisi klien. Pelaporan kondisi klien yang efektif dapat
meningkatkan keselamatan klien. Faktor yang dapat
mempengaruhi pelaporan kondisi klien adalah komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter
dapat mempengaruhi keselamatan klien. Berbagai jurnal yang
telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR
13

dapat meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter


sehingga angka keselamatan klien meningkat.
2.3.1.3 Transfer klien
Transfer klien adalah perpindahan klien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer klien
dibagi menjadi transfer klien internal dan external. Transfer
klien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah
sakit dan transfer klien external adalah transfer antar rumah
sakit. Transfer klien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait
prosedur transfer. Kemampuan dan pengetahuan tenaga
kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra
transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer klien

2.3.2 Model Konsep Komunikasi TBAK


Metode TbaK: Tulis, Bacakan dan Konfirmasi
2.3.1.1 Tulis instruksi ataupun terapi dan jam diterimanya informasi
di catatan terintegrasi berkas rekam medis oleh penerima
informasi
2.3.1.2 Bacakan kembali nama dan tanggal lahir pasien oleh petugas
kesehatan penerima informasi untuk verifikasi
2.3.1.3 Konfirmasi ulang kebenaran nama dan tangga lahir serta
instruksi ataupun terapi pasien yang dibacakan kembali oleh
petugas kesehatan penerima pesan.
a. Pemberi instruksi harus segera melengkapi dokumentasi
verifikasi secara tertulis di catatan terintegrasi dalam
kolom cap verifikasi komunikasi efektif dalam 1 x 24 jam
b. Untuk kata-kata yang sulit didengar, pemberi/penerima
informasi/instruksi dapat mengeja alfabet agar tidak salah
penafsiran sesuai International Phonetic Aphabet.
14

Model Prosedur TBAK sebagai berikut:


2.3.1.1 T : Menulis pesan yang disampaikan oleh DPJP (pemberi
pesan) pada lembar jawaban konsultasi bila menerima
jawaban konsul atau pada lembar catatan terintegrasi bila
melaporkan kondisi pasien.
2.3.1.2 BA : Membaca kembali (Read Back) pesan yang sudah
ditulis oleh DPJP (Pemberi pesan). Selesai membacakan
pesan, penerima pesan mengingatkan DPJP (Pemberi pesan)
untuk melakukan konfirmasi. Melakukan pengejaan dengan
Alphabeth Indonesia (Abjad Indonesia) instruksi yang terkait
dengan obat LASA (Look Alike Sound Alike).
2.3.1.3 K : Konfirmasi instruksi atau hasil kritis yang disebut oleh
pemberi pesan dengan jawaban “Baik atau Oke, bila sesuai
dengan istruksi / pesan yang diberikan sebelumnya.
Konfirmasi dilakukan dalam waktu 1 x 24 Jam dengan cara
DPJP menuliskan nama, paraf / tandatangan, tanggal dan jam
kehadiran di kolom stempel. Komfirmasi Read Back pemberi
pesan di formulir catatan perkembangan terintegrasi.

Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus


melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan
dengan catat, baca kembali dan konfirmasi ulang (TBaK), yaitu :
2.3.1.1 Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi
dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana
komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan harus
memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan
suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas, singkat dan padat.
2.3.1.2 Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut. (TULIS) Untuk
menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima
pesan harus mencatat pesan yang diberikan secara jelas.
15

2.3.1.3 Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima


pesan. (BACA) Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus
membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan
agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapan diterima dengan
baik.
2.3.1.4 Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada
pemberi pesan. (KONFIRMASI) Pemberi pesan harus
mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima pesan
dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada
yang kurang atau salah.

No Jenis kegiatan
Penerima informasi: mengangkat telpon, mengucapkan
1. salam, menyebutkan nama dan tempat bekerja/ menerima
telpon, dan mengucapkan: ada yang bisa saya bantu?
Bila penelpon tidak memberitahukan identitasnya, penerima
2.
informasi harus menanyakannya.
Mendengarkan informasi atau instruksi dengan seksama, lalu
3. mencatat kelengkapan instruksi atau hasil pemeriksaan ke
dalam catatan rekam medis pasien

Penerima informasi juga harus mencatat:


- Tanggal dan jam menerima telpon
4.
- Siapa yang menerima (nama lengkap)
- Siapa yang menelpon (nama lengkap)

Membacakan kembali secara lengkap informasi atau


5. instruksi yang diterima, dan konfirmasi kembali apakah yang
dimaksud oleh pemberi informasi/ instruksi sudah sesuai.
Eja ulang suku kata, untuk obat-obat dan tindakan yang
6.
namanya terdengar mirip atau tidak jelas.
Beri tanda tangan dan nama jelas petugas yang menerima
7. instruksi atau informasi serta perawat saksi, catat jam
prosedur terjadi.
16

Lakukan verifikasi kepada dokter yang memberi instruksi


atau informasi pada saat datang berkunjung dengan memberi
8. tanda tangan dan nama jelas, tanggal dan jam verifikasi pada
catatan sebelumnya. dalam waktu 1x24 jam setelah instruksi
diberikan.

2.3.3 Dampak Komunikasi Kurang Efektif di RS


Kesalahan komunikasi di rumah sakit juga dapat mengakibatkan
masalah, diantaranya:
2.3.3.1 Kesalahan antara petugas kesehatan dapat mengakibatkan
kesalahan tindakan yang berakibat pada kecacatan bahkan
meningal. Oleh karena itu seluruh proses komunikasi yang
terjadi wajib di catat sehingga komunikasi semakin terjamin
dan terlindungi dari tuntutan hukum.
2.3.3.2 Kesalahan berkomunikasi dapat mengakibatkan konflik dan
berujung pada gugatan/tuntutan hukum pada pelayanan
Komunikasi Efektif SBAR saat Transfer Pasien

2.4 Contoh Komunikasi SBAR dan TBAK


2.4.1 Skenario Operan Antar Shift dengan Metode SBAR:
S : Situation
- Pasien Tn.X (45 tahun)
- Kamar 1
- Dengan Dx. Asma
- Kesadaran Composmentis
- Klien masih mengalami sesak napas
- Pernapasan dengan cuping hidung
- Pernapasan cepat
- Terdapat sekret yang kental
B : Background
- Telah diberikan terapi O2 sebanyak 2 liter
- Telah diberikan terapi nebulizer
17

A : Assessment
- Pemeriksaan TTV :
TD : 130/90 mmHg
P : 22 x/m
N : 84 x/m
T : 36,8 C
- Diet TKTP
- Terapi IVFD RL 20 tpm
R : Recommendation
- Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam
- Lakukan pemberian terapi nebulizer 1-2x/jam
- Pantau pemberian terapi O2.
-
Situations Backgrounds
“dr. Ahmad, saya Ida, perawat Klien tersebut pasca operasi
Ruang Fresia 2, saat ini Klienbedah digestif satu hari yang lalu.
dokter yaitu Ibu Lina dengan Riwayat penyakit jantung dan
tanggal lahir 4 Oktober 1955 paru-paru tidak ada. Frekuensi
mengeluh sesak nafas” napas 40 kali per menit dan
saturasinya 70%.
Assessment Recomendation
Suara nafasnya menurun di Saya rasa sebaiknya Klien harus
area dada kanan dengan adanya ditangani segera. Apakah dokter
rasa nyeri akan datang ? Ataukan Klien
perlu segera dipindahkan ke ICU
?

Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig,


K.M., dkk., 2006) :
Situation (S) - Sebutkan nama Anda dan unit
- Sebutkan identitas pasien dan nomor
kamar pasien.
- Sebutkan masalah pasien tersebut
(misalnya sesak nafas, nyeri dada, dsb.
Background (B) - Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien
sesuai kebutuhan :
- Status kardiovaskular (nyeri dada, tekanan
darah, EKG, dsb.)
18

- Status respirasi (frekuensi pernafasan,


Sp02, analisis gas darah, dsb.)
- Status gastro-intestinal (nyeri perut,
muntah, perdarahan, dsb.)
- Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb.)
- Hasil laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya.
Assessment (A) Sebutkan problem pasien tersebut :
- Problem kardiologi (syok kardiogenik,
aritmia maligna, dsb.)
- Problem gastro-intestinal (perdarahan
massif dan syok)
Recommendation Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan) :
(R) - Saya meminta dokter untuk :
- Memindahkan pasien ke ICU
- Segera datang melihat pasien
- Mewakilkan dokter lain untuk datang
- Konsultasi ke dokter lain
- Pemeriksaan atau terapi apa yang
diperlukan
- Foto rontgen
- Pemeriksaan analisi gas darah
- Pemeriksaan EKG
- Pemberian oksigenasi
- Beta 2 agonis nebulizer

2.4.2 Skenario TBAK (Keterampilan Menerima Komunikasi dengan


Metode TBAK):
Dokter Y: Saya dokter Y, Pasien saya yang bernama Nona X, 20
tahun, dengan diagnosa DHF, di kamar no 1, mohon untuk dilakukan
pemeriksaan DL setiap hari, serta diberikan Parasetamol 500mg bila
panas. Bila leukositnya naik > 12.000, tolong diberikan injeksi
Ceftriakson 2 x 1 gram iv.

Informasi/ instruksi pada skenario TBAK di atas yang perlu


dikonfirmasi:
- Nona X di kamar / bed berapa?
- DHF maksudnya?
- DL maksudnya?
19

- Pemberian parasetamol secara?


- Iv atau im? (terdengar kurang jelas). Jika iv, maksudnya
intravena?
- Ceftriakson perlu dilakukan skin test dulu?

Contoh Komunikasi TBAK:


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, pada prinsipnya, komunikasi efektif
merupakan penyampaian informasi dengan benar, tidak terjadi salah persepsi
antara pemeberi informasi maupun penerima informasi. Sehingga, sebelum
komunikasi dihentikan, dilakukan klarifikasfi baik oleh pemberi informasi
maupun penerima informasi (read back). Penggunaan SBAR dalam
komunikasi merupakan keharusan dalam program keselamatan pasien dengan
harapan meminimalkan kesalahan dalam berkomunikasi. Dengan diterbitkan
pedoman komunikasi efektif ini, diharapkan semua petugas yang menangani
pasien melaksanakan melaksanakannya.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai tuntunan untuk
membahas lebih lanjut tentang mata ajar manajemen keperawatan. Dimakalah
ini masih banyaknya kekurangan jadi mohon bimbingan dari dosen untuk
melengkapi makalah selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aimone, E., Andreoli, a., Baker,G.R., Boaro, N., Fancott, C., Sinclair, L., Tardif,
G., & Velji K (2010). Efektivitas sebuah alat komunikasi SBAR
diadaptasiuntuk pengaturan rehabilitasi, Healthcare Quarterly, 11(Sp)
2008: 72-79

Alvarado, K., Boblin, S., Chritiffersen, E., Fram, N., Lee, R., Lucas, J., & Poole,
N. (2006). Transfer of accountability: Transforming shift handover to
enhance patient safety. Healthcare Quarterly 9, Special issue.

Byres D, Cohen M, Cook H, Dickie J, Eastman N, Neden S, and Pipe L. 2009.


Let’s talk, A Guide For Collaborative Structured Communication for Care
Aides, Licensed Practical Nurses. Registered Nurses and All Members of
the Health Care Team November 25: 1-24

Dufour, K. M. (2012). Implementation of the SBAR checklist to improve patient


safety in the united states air force aeromedical evacuation. College of
Nursing and Health Student Publications.

Iyer, P.W., Nancy H.C. (2005). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC. Joint
Comission International. (2007). Communication during patient
handovers.

Joint Comission Resource. Suicide Prevention: Toolkit for Implementing National


Patient Safety Goal 15A. The Joint Comission on Acreditation of
Healthcare Organization :USA. 2007.

Joint Commission Accreditation of Health Organization. (2010). National patient


safety goals.

Kesten, K.S. (2011). Role-Play Using SBAR Technique to Improve Observed


Communication Skills in Senior Nursing Students. Journal of Nursing
Education, 50(2): 79-87.

Panduan komunikasi efektif. Subko Sasaran Keselamatan Pasien II RSUD Dr. M.


Soewandhie Kota Surabaya 2014.

Rina, F. (2015). Motivasi Perawat Pelaksana tentang Teknik Komunikasi SBAR di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda
Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Sukesih & Istanti P,Y. (2015). Peningkatan Patient Safety dengan Komunikasi
SBAR. The 2nd University Research Coloqioum. ISSN 2407-9189.

21
Supinganto, A., Misroh, M., & Suharmanto. (2015). Indentifikasi komunikasi
efektif SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) Di
RSUD Kota Mataram. Jurnal Keperawatan (Publikasi).

Triwibowo. (2017) Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta :


TIM

Wahyuni. (2014). Efektifitas Pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan


Mutu Operan Jaga (Hand Over) di Bangsal Wardah RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana
Universitas Muhamadyah.

WHO Patient Safety (2007), Komite Keselamatan Paseien Rumah Sakit PERSI
(KKP-RS PERSI), Joint Commission Internasional/JCI (2011),
PERMENKES RI No 169/MenKes/PER/VIII/2011, Joint Comission on
Accreditation of Healthcare Organization National Patient Safety Goals
(2006).

22

Anda mungkin juga menyukai