KELOMPOK 2
FARMASI
PURWOKERTO
2023
a. Anatomi Usus
1. Usus halus
Usus halus atau usus kecil terletak berlipat-lipat di rongga abdomen, termasuk
bagian terpanjang dari gastrointestinal yakni terbentang dari ostium pyloricum gaster
sampai plica ileocaecale. Bentuknya berupa tabung dengan panjang sekitar 6-7 meter
dan diameternya menyempit dari ujung awal sampai ujung akhir. Usus halus dibagi
menjadi 3 bagian :
a. Duodenum (usus dua belas jari) berbentuk melengkung seperti huruf C, letaknya
dekat dengan caput pankreas dan berada di atas umbilicus. Panjangnya sekitar
20-25 cm dan memiliki lumen paling lebar dibanding bagian lainnya. Duodenum
dibagi menjadi 4 bagian :
1. Pars superior : bagian ini terletak pada ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea dan sering disebut sebagai ampulla.
2. Pars descendens : bagian ini terletak pada collum vesicae fellea sampai ke
tepi bawah vertebra L3. Pada pars descendens terdapat papilla duodeni major
dan papilla duodeni minor. Papilla duodeni major merupakan pintu masuk
ductus pancreaticus dan ductus choledochus, sedangkan pada papilla duodeni
minor merupakan pintu masuk ductus pancreaticus accessorius.
3. Pars inferior : bagian ini merupakan bagian terpanjang dan menyilang pada
vena cava inferior, aorta dan columna vertebralis.
4. Pars ascendens : bagian ini diperkirakan berjalan di sisi kiri atau naik dari
aorta sampai tepi atas vertebra L2 dan berakhir menjadi flexura
duodenojejunalis.
b. Jejunum (usus kosong) terletak 2/5 bagian proksimal, diameternya lebih lebar
dan memiliki dinding yang lebih tebal dibanding ileum. Pada bagian dalam
mukosanya terdapat banyak lipatan yang menonjol mengelilingi lumen yang
disebut plicae circulares. Ciri khas jejunum terdapat arcade arteriae yang tidak
begitu terlihat dan vasa recta yang lebih panjang dibanding milik ileum.
c. Ileum (usus penyerapan) terletak 3/5 bagian distal, memiliki dinding yang lebih
tipis, plicae circulares yang kurang menonjol dan lebih sedikit, terdapat banyak
arteriae arcade dan lemak mesenterium. Ileum akan bermuara di usus besar, yang
merupakan tempat pertemuan sekum dan colon ascendens. Tempat tersebut
dikelilingi 2 lipatan yang menonjol ke dalam usus besar yang disebut plica
ileocaecale.
2. Usus besar
Usus besar dimulai di persimpangan ileocaecal dan terdiri dari usus halus, usus
buntu,usus besar caecum.
a. Caecum dan Appendix Vermiformis
Struktur intraperitoniale dan bagian pertama dari usus besar. Pada dinding
posteromedial melekat appendix vermiformis yakni di ujung ileum. Appendix
vermiformis berbentuk tabung sempit yang berongga dan ujungnya buntu.
Terdapat agregasi jaringan limfatik yang luas di dindingnya dan menggantung
pada ileum terminal oleh mesoappendix yang berisi vasa appendicularis.
b. Kolon
Usus besar jauh lebih tidak bergerak daripada usus kecil karena sebagian besar
terletak retroperitoneal dan melekat pada dinding perut bagian belakang.
Kolon transversal dan kolon sigmoid keduanya dikelilingi oleh peritoneum dan
ditangguhkan dari dinding perut posterior oleh mesocolon transversal dan sigmoid,
masing-masing. Caecum biasanya sepenuhnya diselimuti peritoneum. Ini
memberikan caecum tingkat tertentu mobilitas. Apendiks vermiform juga diselimuti
peritoneum dan biasanya menggantung bebas di mesenteriumnya sendiri, meskipun
kadang-kadang bisa terselip secara ekstraperitoneal di belakang kolon asenden,atau
mungkin melekat pada bagian belakang caecum.
b. Fisiologi Usus
Usus kecil merupakan bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Bentuk usus halus menyerupai tabung yang polos. Panjang
usus halus sekitar 2-8 meter. Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Usus halus merupakan
sebuah saluran mulai dari sfingter pilorus ke usus besar.
Fungsi usus kecil yaitu untuk mencerna dan mengabsorpsi makanan. Terdapat
tonjolan seperti rambut yang disebut “vili” di membran mukosa usus kecil. Setiap vili
mengandung pembuluh limfe dan pembuluh darah.
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter dan penampang 5,5 cm
(Syaifuddin, 2016). Walaupun usus besar memiliki diameter yang lebih besar dari pada
usus halus, namun luas permukaan epitelnya jauh lebih kecil karena usus besar lebih
pendek dari pada usus halus, permukaannya tidak berbelit-belit, dan mukosanya tidak
memiliki vili yang terdapat pada usus halus.
Fungsi utama organ tersebut untuk menyerap air dan feses. Selain itu usus besar
memiliki fungsi yang lain yaitu :
Untuk menembus barrier membran, bahan obat harus memiliki kelarutan dalam
lemak yang baik. Bahan-bahan obat yang bersifat asam dan basa diabsorpsi
berdasarkan pH lingkungannya. Pada mekanisme absorbs di usus, basa lemah lebih
mudah diabsorpsi pada pH > 7 daripada di lambung karena di lambung basa lemah
terutama dalam bentuk proton, yakni dalam keadaan terionisasi. Faktor utama yang
dapat memengaruhi absorpsi obat melalui jalur oral adalah faktor biologisnya yaitu
diantaranya permeabilitas membran, adanya pH garam empedu, adanya makanan
didalam usus saat transit, volume cairan tubuh, metabolisme pada hati, dan
pengikatan protein obat.
2. Distribusi Obat
Proses pendistribusian obat pada farmakokinetika organ usus merujuk pada
perpindahan obat itu sendiri dari usus ke dalam aliran darah yang kemudian
didistribusikan ke dalam seluruh bagian tubuh. Proses ini melibatkan beberapa
faktor, termasuk sifat fisikokimia obat, permeabilitas membran sel, dan aktivitas
enzim pada usus.
Setelah obat diabsorpsi dari usus ke aliran darah, obat akan didistribusikan ke
seluruh bagian tubuh melalui sirkulasi darah. Faktor-faktor seperti volume
distribusi, ikatan protein, dan lipofilisitas obat juga dapat mempengaruhi distribusi
obat ke dalam jaringan tubuh.
Sifat fisikokimia obat, seperti ukuran molekul, muatan listrik, kelarutan, dan
ionisasi, dapat mempengaruhi kemampuan obat untuk menyeberangi membran sel
pada usus dan dapat memasuki aliran darah. Obat yang mempunyai sifat lipofilik
cenderung lebih mudah menyeberangi membran sel usus dan masuk ke dalam aliran
darah.
Permeabilitas membran sel juga berperan penting dalam proses distribusi obat
pada organ usus. Sel usus dilapisi oleh lapisan mukosa dan epitelium yang
melindungi usus dari bahan kimia yang berbahaya, termasuk obat-obatan.
Permeabilitas membran sel usus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
kondisi kesehatan pasien, keberadaan obat lain, dan faktor genetik.
Selain itu, aktivitas enzim pada usus juga dapat mempengaruhi distribusi obat.
Enzim seperti esterase dan sitokrom P450 dapat memetabolisme obat di dalam usus
sehingga mempengaruhi biodisponibilitas obat.
3. Metabolisme Obat
Proses selanjutnya yaitu Interaksi yang terjadi pada proses metabolisme obat.
Mekanisme interaksi dapat berupa penghambatan (inhibisi) metabolisme, induksi
metabolisme, dan perubahan aliran darah hepatik. Hambatan ataupun induksi enzim
pada proses metabolisme obat terutama berlaku terhadap obat-obat atau zat-zat yang
merupakan substrat enzim mikrosom hati sitokrom P450 (CYP). Beberapa isoenzim
CYP yang penting dalam metabolisme obat, antara lain yaitu :
a. CYP2D6 yang dikenal juga sebagai debrisoquin hidroksilase dan merupakan
isoenzim CYP pertama yang diketahui, aktivitasnya dihambat oleh obat-obat
seperti kuinidin, paroxetine, terbinafine.
b. CYP3A yang memetabolisme lebih dari 50% obat-obat yang banyak digunakan
dan terdapat di usus halus, antara lain dihambat oleh ketokonazol, itrakonazol,
eritromisin, klaritromisin, diltiazem, nefazodon.
c. CYP1A2 merupakan ezim pemetabolis penting di hati untuk teofilin, kofein,
klozapin dan R-warfarin, dihambat oleh obat-obat seperti siprofloksasin dan
fluvoksamin.
4. Ekskresi
Proses dalam farmakokinetika yang terakhir yaitu proses ekskersi yang
merupakan eliminasi akhir obat dari tubuh yang membuat tabulasi berbagai jalur
ekskresi yang tersedia untuk obat-obatan. Obat-obatan dan metabolitnya banyak
diekskresikan melalui penghalang biologis oleh protein khusus yang disebut
transporter dan meminta beberapa protein transporter utama bersama dengan contoh
obat yang mereka transpor.
Salah satu jalur eksresi obat adalah melalui empedu dan usus berupa feses.
Eksresi melalui usus terjadi pada zat-zat yang memiliki BM > 400. Contohnya
Digitoksin yang dihidrolisis di hati mengeluarkan dalam cairan empedu, kemudian
mencapai usus halus dan akan diuraikan oleh beta-glukuronisade bakterial.
Digitoksin yang bersifat lipofil tidak terurai, sehingga akan diabsorbsi lagi lewat
pembuluh darah porta Kembali ke hati. Hal tersebut menjadikan proses obat sangat
panjang.
Daftar Referensi
"Anatomy of the caecum,appendix, and colon".Peter J Bazira
Agustina, A. N., Tavip Dwi Wahyuni, B., Pranata, L., Damayanti, D., Pangkey, B. C.,
Indrawati, I., ... & Ernawati, N. (2022). Anatomi Fisiologi. Yayasan Kita Menulis.
Astutik, H. (2023). BAB 2 KONSEP FARMAKOKINETIK. Farmakologi Pada
Kebidanan, 13
dr. Ahmad Husairi, M. M. d. D. D. S. M. M. d. I. Y. M. D. R. P. S. M. d. A. M. D. d. T.
M., 2020. SISTEM PENCERNAAN - TINJAUAN ANATOMI, HISTOLOGI,
BIOLOGI, FISIOLOGI DAN BIOKIMIA, Banjarmasin: CV IRDH.
Ginting, D. S., Andera, N. A., Sendra, E., Rini, D. S., Setiyorini, E., Juwariah, T., ... &
Sulupadang, P. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Get Press.
Gitawati, R. (2008). Interaksi obat dan beberapa implikasinya. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 18(4 Des).
Richard L Drake, et al. 2014. Gray’s Anatomy:Anatomy of the Human Body. Elsevier;
Amsterdam.
Tangkeallo, M. E. (2021). KAJIAN FARMAKOLOGI OBAT PADA ANAK DAN
ORANG DEWASA (Kajian Literature Review) (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Valerie C Scanlon, et al. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology; fifth edition. F.
A. Davis Company; Philadelphia.
Widowati, H. & Rinata, E. 2020. Buku Ajar Anatomi, Sidoarjo: UMSIDA Press.
WULANDARI, R. (2009). Profil Farmakokinetik Teofilin Yang Diberikan Secara
Bersamaan Dengan Jus Jambu Biji (Psidium guajava L.) Pada Kelinci Jantan
(Doctoral dissertation, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta).
Wulansari, N. (2009). Pengaruh Perasan Buah Apel (Maulus Domestica Borkh) Fuji
Rrc Terhadap Farmakokinetika Parasetamol Yang Diberikan Bersama Secara Oral
Pada Kelinci Jantan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).