Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (KMB)


“OBSTRUKSI INTESTINAL”
Dosen pengampu: Ns. Sri Mulyani, M.Kep.

Disusun Oleh :
Aris Faizzun 2020200049

KELAS 2B
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN DI WONOSOBO
JAWA TENGAH
2021

DAFTAR ISI

1
A. Anatomi Fisiologi...............................................................................3
B. Definisi...............................................................................................5
C. Etiologi...............................................................................................6
D. Manifestasi Klinis...............................................................................7
E. Patofisiologi........................................................................................8
F. Pathway...............................................................................................8
G. Komplikasi.........................................................................................9
H. Penatalaksana Medis..........................................................................9
I. Pengkajian............................................................................................11
J. Diagnosa..............................................................................................12
K Rencana Tindak Keperawatan.............................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................15

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

2
1. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
Longitidinal), dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum). Fungsi usus halus : 1. Menerima zat-zat makanan
yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-
saluran limfe. 2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino. 3.Karbohirat
diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.
2. Usus dua belas jari (Duodenum)
Panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri.
Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut
papila vateri.Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek
dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh

3
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
3. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium.Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti
“kosong”.
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
5. Usus Besar (Kolon)
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm. Usus besar atau kolon dalam
anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri dari : 1. Kolon
asendens (kanan).Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas
dari ileum sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm. 2.Kolon
transversum.Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden

4
dengan panjang ± 28 cm. 3.Kolon desendens (kiri).Terletak dirongga
abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ±
25 cm. 4.Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).Terletak dalam
rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah
berhubungan dengan rectum.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
6. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing (Syaifuddin. 2006).

B. DEFINISI
Obstruksi usus terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan, tetapi peristaltiknya normal,Obstruksi
usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus.Obstruksi usus didefinisikan sebagai
sumbatan bagi jalan distal isi usus (Subaston, 1995)

C. ETIOLOGI

5
Obstruksi usus pada umumnya diklasifikasikan sebagai :
a.Obstruksi Mekanik Obstruksi usus mekanik mempengaruhi kekuatan
dinding usus, disebabkan oleh : 1) Perlekatan
Biasanya terjadi akibat dari pembedahan abdomen sebelumnya,
lengkung usus, menjadi melekat pada area yang sembuh secara lembut atau
pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.
2) Intususepsi
Salah satu bagian dari usus menyusup ke dalam bagian lain yang ada
di bawahnya, invaginasi / pemendekan usus oleh gerakan satu segmen dari
usus ke tempat lain, akibatnya terjadi penyempitan lumen usus.
3) Volvulus
Perputaran yang saling mengunci, usus yang terpelintir, akibatnya
lumen usus menjadi tersumbat, gas dan cairan berkumpul dalam usus yang
terjebak.
4) Hernia
Masuknya usus ke dalam kantung hernia melewati lubang hernia,
akibat lemahnya kelemahan muscular abdomen, peningkatan teanan intra
abdominal, akibatnya aliran usus mungkin tersumbat total dan aliran darah
ke area tersebut dapat juga tersumbat.
5)Tumor
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus atau
tumor di luar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus. Akibatnya
lumen usus menjadi tersumbat sebagian, bila tumor tidak diangkat
mengakibatkan obstruksi lengkap.
b.Obstruksi usus non mekanik
1. Peritonitis
2. Disfungsi motilitas gastro intestinal sebagai akibat tidak normalnya
peristaltik usus.
3. Ileus paralitik akibat dari proses pembedahan dimana visera abdomen
tersentuh.

6
4. Atoni usus dan peregangan gastro intestinal sering timbul menyertai
berbagai kondisi traumatik, terutama setelah fraktur tulang belakang.
5. Terjepitnya batu empedu di dalam usus.

D. MANIFESTASI KLINIS
Semakin tinggi letak penyumbatan, maka semakin cepat terjadi
dehidrasi.
a. Obstruksi usus halus
1. Nyeri
Biasanya tidak nyata seperti pada ileus paralitik, walaupun abdomen
mungkin sensitif (nyeri bila ditekan). Nyeri biasanya menyerupai kejang,
datangnya bergelombang dan biasanya terletak pada umbilikus.
2. Muntah (sering muncul, frekuensinya bervariasi tergantung letak
obstruksi)
3. Konstipasi absolut
4. Peregangan abdomen / distensi abdomen (semakin ke bawah
semakin jelas)
5. Feses dan flatus dapat keluar pada permulaan obstruksi usus halus
6. Tanda-tanda dehidrasi : haus terus-menerus, mengantuk, malaise
umum dan lidah serta membran mukosa menjadi pecah).
b.Obstruksi Usus Besar
Obstruksi usus besar berbeda secara klinis dari obstruksi usus halus.
Dalam hal ini gejala terjadi dan berlanjut relatiflambat, manifestasi yang
timbul pada obstruksi usus besar yaitu :
1. Konstipasi
2. Abdomen menjadi sangat distensi
3. Kram dan nyeri abdomen bawah
4. Muntah fekal
5. Dehidrasi (tingkatan tergantung letak penyumbatan)

7
6. Suara usus besar → pada mulanya mungkin pertanda hiperaktif
proksimal dari obstruksi, kemudian mengalami penurunan.
7. Syok

E. PATOFISIOLOGI
Secara normal 7 sampai 8 liter cairan kaya elektrolit dari sekresi oleh
usus dan kebanyakan direabsorbsi. Bila usus tersumbat akumulasi, isi usus,
cairan dan gas akan terjadi di daerah atas usus yang mengalami obstruksi,
hal ini akan menimbulkan distensi. Bila cairan ini tertahan terus-menerus
akan terjadi refluks muntah yang akan menyebabkan dehidrasi. Distensi
menyebabkan distensi sementara peristaltik saat usus berusaha mendorong
material melalui area tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan
peristaltik berakhir dan usus menjadi flacid. Dengan peningkatan distensi,
tekanan dalam lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan
kapiler vena dan arteri. Hal ini akan menyebabkan iskemia, nekrosis dan
akhirnya ruptur dinding usus, yang dapat menyebabkan pelepasan bakteri
dan toksin dari usus ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik yang dapat
mengakibatkan peritonitis dan septike
F. PATHWAY

Obstruksi usus

Poliferasi bakteri yang


Distensi berlangsung cepat Kehilangan H2o dsn
elektrolit

Tekanan intralumen

Iskemia dinding usus Volume EFC

8
Kehilangan cairan
menuju
ruangperitoneum Syok hipovolemik

Pelepasan bakteri dan


toksin dari usus yang
nektrotik kedalam
peritoneum dan sirkulasi

Peritonitis septikemia

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
e. Pneumonia aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk kedalam
saluran pernafasan dan menumpuk di saluran pernafasan
Efek terburuk adalah pasien meninggal karena tidak tertolong

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
a. Resusitasi

9
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda –
tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu
diberikan cairan intravena seperti ringer laktat, konsentrasi elektrolit bisa
dipantau dengan mengamati pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital,
tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratorium berurutan.. Respon
terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital dan
jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi
distensi abdomen
b. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang
ditempatkan intralumen
dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil
kesempatan aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan
ke dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa
menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.
c. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri
berlebihan bersama
dengan produk endotoksin dan eksotoksin. Pemberian obat – obat
antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah
2. Operatif
Tergantung dari etiologi masing-masing: Operasi dilakukan setelah rehidrasi
dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi
diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan
pada obstruksi ileus.

10
a. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan
bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya
pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
b. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan
sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri
maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid
obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan
operasi dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan
pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan
meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik
bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat

I. PENGKAJIAN
a.Pengkajian
1) Data biografi (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin)
2) Cairan
Gejala : muntah banyak dengan materi fekal, berbau
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis

11
3)Ketidaknyamanan / nyeri
Gejala : flatus (-), konstipasi
Tanda : wajah klien tegang, tampak meringis, distensi abdomen
4)Eliminasi
Gejala : flatus (-), konstipasi
Tanda : distensi abdomen, penurunan bising (dari hiperaktif
ke
hipoaktif), feses (-), tergantung letak obstruksi, jika ada feses hanya
sedikit (berbentuk pensil).
5) Aktivitas
Gejala : kelemahan Tanda : kesulitan ambulasi
6)Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok)

J. DIAGOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
b.d output berlebih
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distensi abdomen
3. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, pemeriksan
diagnosa dn tindakannya

K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Dx.Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi
1.Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan
volume cairan : tindakan keperawatan kulit dan membran
kurang dari selama 3x24 mukosa
kebutuhan tubuh b.d jamdiharapkan pasien 2. Kaji intake output

12
output berlebih menunjukkan tidak klien
terjadinya 3. Ukur tanda-tanda
kekurangan cairan vital (TD, nadi, suhu)
selama masa 4. Kaji penghisapan
perawatan dengan selang nasogastric
kriteria hasil : dehidrasi.
1.Intake cairan klien 5. Kolaborasi dalam
kembali adekuat. pemberian cairan
2.Membran mukosa parenteral sesuai

2.Gangguan rasa lembab indikasi.

nyaman nyeri b.d 3. Tidak muntah

distensi abdomen 4. Intake output


normal
1.Monitor TTV

Setelah dilakukan 2.Kaji skala nyeri


tindakan keperawatan pasien
selama 3x24 jam 3.Ajarkan tehnik

diharapkan nyeri relaksasi


pasien berkurang atau kan menurunkan nyeri
hilang dengan kriteria dan ketidaknyamanan
3. Ansietas b.d kurang
hasil : 4.Kolaborasi dalam
pengetahuan tentang
1. Nyeri berkurang pemberian analgetik
penyakit, pemeriksan
2. Pasien tampak sesuai kebutuhan dan
diagnosa dn evaluasi keberhasilan.
rileks
tindakannya
3. Skala nyeri
berkurang 1.Observasi prilaku
klien, misal : gelisah,
kontak mata kurang /
Setelah dilakukan peka rangsang
tindakan keperawatan 2.Berikan informasi

13
selama 3x24 jam tentang proses
diharapkan ansietas penyakit dan faktor
pasien berkurang pencetus.
dengan kriteria hasil: 3.Dorong pasien untuk
1.Klien tampak rileks mengungkapkan
2.Klien dapat perasaannya, berikan
menyebutkan kembali umpan balik.
tentang prognosis 4.Libatkan pasien atau
penyakit orang terdekat dalam
rencana perawatan dan
dorong partisipasi
maksimum pada
rencana perawatan.
5.Bantu pasien belajar
mekanisme koping
baru, misal : tekhnik
mengatasi stress,
ketrampilan organisasi.
6.Berikan lingkungan
tenang dan istirahat.

14
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, (2015). ASUHAN
KEPERAWATAN
Author : Nova Fradillah, S.Ked Files of Drs Med – FK UNRI, ileus
obstruksi.hhtp://www.files-of-
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih
bahasa Agung waluyo, dkk, Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Price A. silvia & wilson M` lorraine, (2007). patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit Edisi 6, Volume 1. Jakarta : EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai