Disusun oleh :
DI WONOSOBO
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
Kebutuhan memiliki dan dimiliki. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Dasar.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.
3
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki.
Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar
yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri
(Potter dan Patricia, 1997).
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat
digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada
saat memberikan perawatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih
mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karana itu beberapa kebutuhan
harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia seperti
makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia.
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan
untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam
mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan. walaupun setiap orang
mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai
kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi
menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang
dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar
manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa
kebutuhan manusia tertentu lebih dari pada kebutuhan lainnya; oleh karena itu,
beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain.
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
5
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan
klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau
kematian. (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja kebutuhan dasar manusia (KDM)?
2. Apa yang dimaksud dengan Kebutuhan Memiliki dan Dimiliki
3. Seperti apa konsep diri dalam keperawatan?
4. Bagaimana masalah kehilangan dan berduka?
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan
dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan
kesehatan. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori
yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
Hirarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan
prioritas. Tingkatan yang paling dasar, atau yang pertama meliputi kebutuhan
fisiologis seperti: udara, air dan makanan. Tingkatan yang kedua meliputi
kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang melibatkan keamanan fisik dan
psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa
memiliki, termasuk persahabatan, hubungan sosial dan cinta seksual. Tingkatan
yang keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang
melibatkan percaya diri, merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri.
Tingkatan yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi
merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan
yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin
tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
Hal-hal yang mendasari pemahaman KDM, manusia sebagai bagian integral
yang berintegrasi satu sama lainnya dalam motivasinya memenuhi kebutuhan
dasar (fisiologis, keamanan,kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri). Setiap
kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan integral sebagai akibat dari
perubahan dari setiap komponen sistem. Tekanan tersebut dimanifestasikan
dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sampai
terpenuhinya tingkat kepuasan klien.
Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar
manusia bisa mempertahankan hidupnya. Peran yang utama adalah memenuhi
kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta
kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari
8
menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan yang lebih bersifat pribadi seperti
mencari kekasih atau memiliki anak, itu adalah pengaruh dari munculnya
kebutuhan ini setelah kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi.
Manusia secara umum membutuhkan perasaan dicintai oleh keluarga,
diterima oleh teman sebaya dan oleh masyarakat.
Kebutuhan ini meningkat setelah kebutuhan fisiologik dan keselamatan
terpenuhi. Di RS klien terikat dengan aturan, rutinitas, pembatasan lingkungan
dan jam berkunjung. Kemudian ada teori kasih sayang (attachment theory)
Bowlby (1980) menggambarkan pengalaman berkabung. Kasih sayang, suatu
perilaku berdasarkan naluri, menyebabkan perkembangan ikatan kasih sayang
antara anak dan perawat primer mereka. Ikatan hubungan ada dan aktif
sepanjang siklus kehidupan, dan individu selanjutnya akan menyamakannya
dengan individu dalam hubungan yang lain. Perilaku kasih sayang menjamin
ketahanan hidup karena hal itu menjaga individu dekat dengan semua yang
menawarkan cinta, perlindungan, dan dukungan.
C. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalalm
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Selain itu konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Beck, Willian dan Rawlin, 1986).
Perilaku klien dengan gangguan konsep diri:
1. Perilaku yang adaptif :
a. Syok Psikologis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai
reaksi terhadap ansietas. Mekanisme koping yang digunakan seperti
mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan diri.
b. Menarik Diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional.
10
Klien menjadi tergantung, pasif, tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi
dengan gambaran diri yang baru.
2. Perilaku yang maladaptif
a. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
c. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
d. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusasaan.
g. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
h. Depersonalisasi.
i. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
Adapun untuk asuhan keperawatan pada masalah konsep diri dapat
dijabarkan sebagai berikut.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah persepsi diri atau pola
konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap
stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda-tanda ke arah perubahan fisik,
seperti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain-lain.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri (gambaran diri) dikarenakan perubahan fisik atau
kehilangan bagian tubuh.
b. Gangguan konsep diri (harga diri) dikarenakan harapan diri yang tidak
realistis.
c. Gangguan konsep diri (identitas diri) dikarenakan harapan orang tua yang
tidak realistis.
d. Gangguan konsep diri (peran) dikarenakan ketidakmampuan menerima
peran dan pekerjaan baru di masyarakat.
11
pada akhirnya digantikan oleh sesuatu yang berbeda atau lebih baik. Namun,
beberapa rasa kehilangan menyebabkan kita mengalami perubahan permanen
dalam hidup kita dan mengancam perasaan kita tentang kepemilikan dan
keamanan. Kematian seseorang yang kita cintai, perceraian, atau kehilangan
kebebasan akan mengubah hidup kita selamanya dan secara signifikan
mengganggu kesehatan fisik, psikologis,dan spiritual. Kehilangan
maturasional (maturasional losses) adalah suatu bentuk dari kehilangan yang
penting dan melibatkan semua harapan hidup yang secara normal berubah
disepanjang kehidupan. Rasa kehilangan maturasional berhubungan dengan
transisi kehidupan yang normal akan membantu individu mengembangkan
keterampilan beradaptasi untuk digunakan ketika mengalami rasa kehilangan
yang tidak direncakan, tidak diinginkan, atau tidak diharapkan.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
1. Fase I
Shock dan tidak percaya, seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan
mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara
fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa
istirahat, insomnia dan kelelahan.
2. Fase II
Berkembangnya kesadaran, seseoarang mulai merasakan kehilangan secara
nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
3. Fase III
14
4. Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis
atau fisik)
5. Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat, atau
diri sendiri)
Selanjutnya adapun untuk dampak yang ditimbulkan akibat kehilangan
antara lain:
1. Pada masa anak-anak kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk
berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk
ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan
disintegrasi dalam keluarga.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup,
dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat
hidup orang yang ditinggalkan.
Dalam permasalahan kehilangan dan berduka, perawat pun dianjurkan
berkontribusi dalam upaya pemenuhan kebutuhan memiliki dan dimiliki yang
asuhan keperawatan pada masalah kehilangan dan berduka antara lain sebagai
berikut.
1. Pengkajian
Pengkajian masalah ini adalah adanya faktor predisposisi yang
memengaruhi respons seseorang terhadap perasaan kehilangan yang di hadapi,
antara lain:
a. Faktor genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat
depresi akan sulit memngembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan, termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
b. Kesehatan fisik
Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung
mempunyai kemampuan dalam mengatasi stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
c. Kesehatan mental
17
lain: sesak didada dan tenggorokan, nafas yang pendek, perasaan lesu, sulit
tidur dan tidak nafsu makan. Individu juga mengalami kerinduan dari dalam
yang hebat terhadap individu atau objek yang hilang. Fase ini dapat
berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih panjang lagi.
3. Kekacauan dan keputusasaan (disorganization and despair), seorang
individu akhirnya memeriksa bagaimana dan mengapa kehilangan terjadi
atau mengungkapkan kemarahan pada seseorang yang sepertinya
bertanggung jawab terhadap rasa kehilangan tersebut. Individu yang
berduka menceritakan kembali kisah kehilangan tersebut berulang kali.
Secara bertahap, indivudu menyadari bahwa kehilangan tersebut bersifat
permanen.
4. Reorganisasi, yang biasanya memakan waktu satu tahun atau lebih, individu
mulai menerima perubahan, menerima peran yang belum dikenal,
membutuhkan keterampilan baru, dan membangun hubungan baru. Individu
yang melakukan reorganisasi mulai membuka dirinya dari hubungan mereka
yang hilang tanpa merasakan bahwa mereka mengurangi kepentingannya.
E. Masalah Menjelang Kematian
Konsep ansietas, ansietas adalah ketakutan atau kekhawatiran pada sesuatu
yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan tidak menentu dan tak
berdaya (helplessness). Karakteristik ansietas merupakan emosi yang bersifat
subyektif , takut- sumber tidak jelas, bisa ditularkan, terjadi akibat adanya
ancaman pada harga diri dan identitas diri, perlu adanya keseimbangan antara
keberanian dan kecemasan. Untuk tingkat ansietas sendiri adalah sebagai
berikut:
1. Ansietas ringan: pada kehidupan sehari-hari individu sadar, lahan persepsi
meningkat (mendengar, melihat, meraba lebih dari sebelumnya). Perlu
untuk memotivasi belajar, pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang: lahan persepsi menyempit (melihat, mendengar, meraba
menurun daripada sebelumnya) fokus pada perhatian segera.
3. Ansietas berat: lahan persepsi sangat sempit, hanya bisa memusatkan
perhatian pada yang detil tidak yang lain. Semua prilaku ditujukan untuk
menurunkan ansietas
23
Ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk, klien merasa
terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien
banyak berdiam diri dan menyendiri.
5. Acceptance (penerimaan)
Reaksi psikologis semakin memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah
pada keadaan atau putus asa.
Menurut Rando (1984) ada tiga kebutuhan utama klien menjelang ajal yaitu
pengendalian nyeri, pemulihan jati diri dan makna diri, dan cinta serta afeksi.
Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan
ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan
tentang pilihan perawatan yang diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal
ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat
keputusan.
Faktor psikososial, peran perawat adalah mengamati perilaku pasien
terminal, mengenali pengaruh kondisi terminal terhadap perilaku, dan
memberikan dukungan yang empatik. Perawat harus mengkaji bagaimana
interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien
cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi dan
sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidak yakinan dan keputus
asaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali
tanmda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan
sosial, bisa dari teman dekat, kerabat atau keluarga untuk selalu menemani
klien.
Faktor spiritual, perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan
proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada tuhan ataukah semakin berontak akan
keadaannya. Perawat juga harus mengetahui saat-saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat terkhirnya.
Asuhan keperawatan pada masalah menejelang kematian dan kematian antara
lain.
1. Pengkajian Keperawatan
27
a. Perawatan jenazah
1) Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2) Singirkan pakaian atau alat tenun.
3) Lepaskan semua alat kesehatan.
4) Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda.
5) Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung kepercayaan agama).
6) Tempatkan satu bantal dibawah kepala.
7) Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup bisa menggunakan kapas
basah.
8) Katupkan rahang dan mulut, kemudian ikat dan letakan gulungan
handuk d bawah dagu.
9) Letakan alat di bawah glutea.
10) Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain titpis.
11) Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga.
12) Beri kartu atau tanda pengenal.
13) Bungkus jenazah dengan kain panjang.
b. Perawatan jenazah yang akan diotopsi
1) Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
2) Beri label pada pembungkus jenazah.
3) Beri label pada alat protesa yang digunakan.
4) Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.
c. Perawatan terhadap keluarga
1) Dengarkan ekspresi keluarga.
2) Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah selama
beberapa saat.
3) Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka.
4) Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta perencanaan pada
jenazah.
5) Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.
29
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai
dari kemampuan untuk menghadapi atau menerima makna kematian, reaksi
terhadap kematian, dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kematian merupakan bagian dari kebutuhan memiliki dan dimiliki dimana
individu mengalami proses kehilangan dan berduka. Dalam hidupnya juga
setiap individu pasti akan mengalami kematian, adapun dalam melewati proses
menjelang kematian tersebut manusia akan dihadapkan pada masalah
fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Akan tetapi perawat sebagai
komponen dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia memiliki peran yang
sangat penting dalam meminimalisir masalah yang mungkin timbul saat terjadi
kehilangan, duka dan menjelang kematian pada pasien. Oleh sebab itu asuhan
keperawatan yang optimal adalah tugas seorang perawat.
B. Saran
Adapun saran dalam materi kebutuhan memiliki dan dimiliki adalah seorang
perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang dapat meminimalisir stres
akibat tekanan baik kehilangan, berduka maupun menjelang kematian sehingga
tercapai kenyaman, ketenangan bahkan kematian yang damai.
31
DAFTAR ISI
Herlambang, Yanuar. "Participatory Culture dalam Komunitas Online
sebagai Representasi Kebutuhan Manusia." Jurnal Teknologi Informasi dan
Komunikasi (Tematik) 2.1 (2014): 61-71.
Andesta, Dian. "Analisis kebutuhan anak usia dasar dan Implikasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan." JIP (Jurnal Ilmiah PGMI) 4.1 (2018): 82-97.