Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEORI DAN MODEL KEPEARAWATAN GERONTIK

DI SUSUN OLEH :

RIKI

4201016003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON

BAUBAU 2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji Syukur tercurahkan kepada Allah SWT karena atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok
ini tepat pada waktunya. Dengan judul makalah teori dan model keperawatan gerontik
Banyak kesulitan yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, semangat dari kerja kelompok kami sehingga
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini dan
bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Baubau , 10 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
D. Manfaat ................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi keperawatan gerontik ................................................................... 7
B. Teori dan Model keperawatan gerontik menurut ahli ................................. 8
C. Teori proses menua...................................................................................... 11
D. Fungsi perawat gerontik............................................................................... 13
E. Lingkup keperawatan gerontik .................................................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan
pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus
Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga
lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%
(Kinsella dan Taeuber, 1993).
Proyeksi penduduk oeleh Biro Pusat Statistik menggabarakn bahwa antara
tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19
juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan
tingkat perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka
harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat
mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansai mulai
mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi
logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup
dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat
yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki
pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam
pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik
dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan,
maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dann masyarakat
(GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional
kesehatan, serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dikerjakan
pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga,
Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda (STW), Sarana
Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan

4
Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat
Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1996
di Semarang Oleh Presiden Soeharto merupakan bukti dan penghargaan
pemerintah terhadap lansia.
Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang
sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit
sekali prevalensi kepikunaannya. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari
makanan modern, banyak mengonsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik yang tinggi,
sosialisasidengna warga lainnya, serta hidup ditempat yang sangant bersih dan jauh
dari polusi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan
kesehatan dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya,
keluarga maupun masyarakat.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi keperawatan gerontik ?
2. Apa teori dam model keperawatan gerontik menurut ahli
3. Bagaimana teori proses menua
4. Apa fungsi perawat geontik
5. Bagaimana lingkup kepeprawatan gerontik
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
serta mengetahui definisi, teori dan model keperawatan gerontik.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui definisi keperawatan gerontik
b. Agar mahasiswa mengetahui model keperawatan gerontik
c. Agar mahasiswa mengetahui teori tentang proses menua
d. Agar mahasiswa mengetahui fungsi perawat gerontik
e. Agar mahasiswa mengetahui lingkup keperawatan gerontik

5
D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :


1.   Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan
kesehatan
2.   Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pembanding tugas serupa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi keperawatan gerontik


Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik
adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang
berusia lanjut. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk
bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan kepadd klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluaraga, kelompok, dan masyarakat.
1. Batasan Lansia
a. Menurut WHO
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang dikatakan
lanjut usia tersebut dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1) Usia lanjut : 60-74 tahun
2) Usia tua : 75-89 tahun
3) Usia sangat lanjut : lebih dari 90 tahun

b. Menurut Dep. Kes.RI


Departemen Kesehatan Republik Indonesia membaginya lanjut usia menjadi
sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3) Kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.

3. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Maryam, 2008).
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

7
a. Tipe bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dnegan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tak acuh.
B. Teori dan Model Keperawatan Gerontik Menurut Ahli

1.    Model Konseptual Adaptasi Callista Roy


Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang berfokus
pada kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam
penerapannya Roy menegaskan bahwa individu  adalah makhluk  biopsikososial
sebagai satu kesatuan  utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua
yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh pada perkembangan manusia. Sehat
adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri, respon yang
menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan
dan menyebabkan individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya
atau prilaku tertentu. Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien
beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
2.    Model Konseptual Human Being Rogers
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia menyajikan
lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai kesatuan yang
dengan individualitas. Manusia secara kontinyu mengalami pertukaran energi

8
dengan lingkungan. Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan
emosi. Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan
perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan
pengetahuan tentang bagian - bagiannya.
1. Lingkungan terdiri dari semua pola yang ada di luar individu. Keduanya,
individu dan lingkungan dianggap sistem terbuka. Lingkungan merupakan,
tereduksi terpisahkan, energi lapangan pandimensional diidentifikasi dengan
pola dan integral dengan bidang manusia (Rogers, 1992).
2.      Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik kemanusiaan.
Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan arah
pembangunan manusia. Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses
perubahan sehingga orang dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992).
3.      Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari
komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia
memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan
kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah
sebuah nilai.
3. Model Konseptual Keperawatan Neuman
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh
dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang mempertahankan semua
variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. Melalui penggunaan
model keperawatan dapat membantu individu, keluarga dan kelompok untuk
mencapai dan mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan
keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel yang mana
mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981) menyatakan bahwa dia
memandang model sebagai sesuatu yang berguna untuk semua profesi kesehatan
dimana mereka dan keperawatan mungkin berbagi bahasa umum dari suatu
pengertian. Neuman juga percaya bahwa keperawatan dengan perspektif yang luas
dapat dan seharusnya mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya
fragmentasi pelayanan dapat dicegah.
4. Model Konseptual Keperawatan Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki
keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan
hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat

9
merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna
memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.
Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekeuatan, atau
kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.
5. Model Konseptual Budaya Leininger
Model konseptual Leininger sering disebut sebagai Trancultural Nursing
Theory atau teori perawatan transkultural.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya
culture shock atau culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar
(perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok
budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan
disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan. Sedangkan
culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan,
dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok
dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada
budaya kelompok lain.
6. Model Konseptual Perilaku Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana
klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress actual atau
potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan
adalah menurunkan stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati
masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan
dasar yang mengacu pada pengelompokkan perilaku berikut:
1.      Perilaku mencari keamanan
2.      Perilaku mencari perawatan
3.      Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi
prestasi
4.      Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural
5.      Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan
cultural
6.      Perilaku seksual dan identitas peran
7.      Perilaku melindungi diri sendiri

10
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori
perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien
berfungsi secara efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi ketika stres
mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak
jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan
memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.
7. Model Konseptual Self Care Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi
kebutuhan klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.
a.    Teori Self care deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai
keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya.
b.    Teori Self care
Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri maka deficit
perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan
tugas perawatan dirinya
c.    Teori nursing system
Perawat menentukan, mendesain, dan menyediakan perawatan yang
mengatur kemampuan individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai
dengan tiga tingkatan
C. Teori tentang Proses menua

1. Teori Biologik

a. Teori Genetik dan Mutasi


Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah.
c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

11
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan
organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.

2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial

b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai


melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontrol sosial

3) Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan


lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif


dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada

12
Pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan

2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

3. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia


(Maslow1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi
dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari


seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke
arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu,
dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

D. Fungsi Perawat Gerontik

Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah:


1.       Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2.       Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3.       Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati
hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal
yang sama).

13
4.       Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).
5.       Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta
mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6.       Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan).
7.       Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya).
8.       Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9.       Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan
dan harapan).
10.   Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
11.   Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan
restoratif dan rehabilitatif).
12.   Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).
13.   Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner (
Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh).
14.   Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15.   Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).
16.   Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other
(Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).
17.   Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern
(Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja).
18.   Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19.   Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

14
E.      Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan
ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan
kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifat nya
adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Yang dikatakan Usia lanjut adalah tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No. 13 tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. Batasan Lansia Menurut WHO Badan Kesehatan
Dunia (World Health Organization) yang dikatakan lanjut usia tersebut dibagi
kedalam tiga kategori yaitu : usia lanjut : 60-74 tahun, usia tua : 75-89 tahun, usia
sangat lanjut : lebih dari 90 tahun. Ada beberapa tipe pada lansia bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya, tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut tipe bijaksana, tipe
mandiri, tipe pasrah, tipe bingung. Adanya 3 perubahan pada lansia yaitu : perubahan
fisiologis, psikologis dan mental. Gangguan persarafan yang terdapat pada lansia
yaitu stroke, penyebab dari stroke itu sendiri adalah thrombosis akibat plak
aterosklerosis dari arteri otak dan disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma dari
charcot atau etat crible di otak. Manifestasi klinis dari stroke adalah kehilangan
motorik, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan
efek psikologis. Pemeriksaan penunjang yaitu angiografi, CT-scan, EEG, fungsi
lumbal, MRI dan ultrasonografi. Penatalaksanaan medis pada stroke adalah
membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung (3-6 jam
pertama), mencegah perburukan neurologis yang berhubungan dengan stroke yang
masih berkembang, tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh cepat-
cepat diturunkan, pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada klien dengan
tanda klinis atau radiologis, pertimbangkan konsul bedah saraf untuk dekompresi
dengan infark serebelum yang luas dan pertimbangkan pemeriksaan darah.
B. Saran
1. Mahasiswa/i

Sebagai mahasiswa/I calon tenaga kesehatan kerja, diharapkan lebih memperdalam


tentang konsep teori dan model kperewatan gerontik, dan mengetahui asuhan
keperawatan.

16
2. Perawat
Peran perawat sangat diperlukan untuk mencapai taraf hidup kesehatan masyarakat
yang lebih baik, sehingga diharapkan perawat lebih meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan penanganan pada keperawatan gerontikdan keperawatan di bidang
lain pula.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made

Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:


pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

_______(2009) Konsep Keperawatan


Gerontik,http://www.scribd.com/doc/54276751/2/Pengertian-Lansia

18
_______(2010) Keperawatan Gerontik
http://duniakreasinyanova.blogspot.com/2009/03/keperawatan-
gerontik.html?zx=6d31635b4755f3ea

Rona, 2012, Perubahan Psikologis Lansia


http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/86097

Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek


Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama

Nugroho, Wahjudi SKM. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC

Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas,


fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta

Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI

Pirma Siburian Sp PD (2009), empat belas masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia, http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=3812:empat-belas-masalah-
kesehatan-utama-pada-lansia&catid=28:kesehatan&Itemid=48)

19

Anda mungkin juga menyukai