PENDAHULUAN
Latar Belakang
keluhan. Biasanya, penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi dan
adalah cek tekanan darah. Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku
berisiko seperti merokok, diet tidak sehat, kurang konsumsi sayur dan buah, dan
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, penyakit degenaratif ini banyak terjadi
dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas
hidup dan produktifitas seseorang. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) adalah suatu
kondisi dimana tekanan sistolik darah > 140 mmHg dan/atau diastolik > 90 mmHg
(WHO, 2013).
adanya pergeseran pola penyakit di Indonesia. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi
maju. Beradasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit
Tidak Menular (PTM) di Indonesia mencapai 647 per 100.000 penduduk. Menurut
Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat 582.300 laki-laki dan
Data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita hipertensi di seluruh
dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu sebesar 30%. Prevalensi
terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%. Secara umum laki-laki memiliki
prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Data WHO (World
hipertensi, hanya 36,8% diantaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di
dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar
orang yang terkena hipertensi, diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1% tertinggi
Hipertensi terjadi pada kelompok 31-44 tahun (31,6%), umur 45-55 tahun (45,3),
orang. Penduduk berusia 18 tahun keatas yang dilakukan pengukuran tekanan darah,
sebanyak 160.975 orang atau 11,55%, sebanyak 54.127 orang atau 33,62% yang
pada laki-laki yaitu sebesar 45,61%, sedangkan pada perempuan hanya sebesar
30,21%. Data ini berasal dari semua kabupaten/kota, data diatas menjadi acuan
Kesehatan Buton Selatan terdapat XII Desa yang menjadi Wilayah Kerja Puskesmas
Batauga dimana berdasarkan data kunjungan April sampai Agustus terdapat 532
pasien yang datang berobat ke puskesmas Batauga 38% diantaranya yakni 204 pasien
dengan hipertensi.
cara hidup (pola makan), kegemukan, merokok, kurang aktivitas fisik, diet tinggi
Psikososial dan stres. Pola makan bergeser dari pola makan tradisional yang banyak
komposisi yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan sedikit
serat. Hal ini juga didukung oleh kurangnya peran keluarga dalam pengelolaan pada
salah satu anggota keluarga yang menderita Hipertensi. Selain juga pola makan, gaya
hidup yang sangat sibuk, tidak adanya kesempatan untuk rekreasi atau olah raga
samping cara hidup dan gaya hidup, peran keluarga dalam pengelolaan pasien
Hipertensi jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, syaraf dan
lain-lain. Dengan pengalaman yang baik, yaitu kerja sama antara pasien, keluarga,
dan petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik Hipertensi akan dapat dicegah,
Demikian pula adanya para petugas kesehatan sebagai penyuluh bagi keluarga dalam
penyuluhan bagi para petugas kesehatan sangat diperlukan agar informasi yang
diberikan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Hipertensi
bermanfaat.