Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GEREONTIK PADA LANSIA


Tugas Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah : keperawatan Gerontik
Dosen Pengampuh: Indrawati , S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :
BERSALINA
B0218004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2020

KATA PENGANTAR

Puji Dan SyukurSaya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
Judul ”MAKALAH ASUHAN KEPERAWATANLANSIA“.
Saya menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang
positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
Keperawatan.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Mamasa19 September 2020

BERSALINA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR` ............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................
B. TUJUAN MASALAH .............................................................................................
C. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI LANJUT USIA ......................................................................................
B. BATASAN LANJUT
USIA……………………………………………………………...
C. PENDEKATAN KEPERAWATAN LANJUT USIA ............................................
D. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA ......................................
E. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA.........................................
F. SIFAT KEPERAWATAN LANJUT
USIA……………………………………………….
G. FUNGSI PERAWAT GERONTIK……………………………………………..
H. PERAN PERAWAT GERONTIK………………………………………………
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA ......................................
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................................................
K. PERENCANAAN ...................................................................................................
L. IMPLEMENTASI ...................................................................................................
M. EVALUASI .............................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................................
B. SARAN ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Kondisi kesehatan fisik dan
mental pada orang lansia biasanya mulai menurun.Beberapa perubahan fisik yang
diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas oleh seseorang pengamat biasa
meskipun mereka berdampak pada beberapa lansia lebih dari yang lain.
Saat ini, jumlah masyarakat Indonesia hampir sekitar 250 juta dan komposisi
masyarakatnya juga sangat beragam. Dan Indonesia dikenal sebagai negara yang
memiliki komposisi masyarakat yang disebut “TripleBurden”, dimana jumlah kelahiran
bayi yang masih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus
meningkat. Seiring meningkatnya jumlah lansia, berbagai macam gangguan kesehatan
juga dapat dialami para lansia. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan yang
mampu mengatasi permasalahn lansia, diantaranya dengan tindakan keperawatan.
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang membahas fenomena biologis, psiko dan sosial
serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada
upaya prevensi dan promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal
bagi lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,
implementasi dan evaluasi).

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.
3. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.
C. MANFAAT PENULISAN
diharapkan Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang
landasan teori asuhan keperawatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI LANJUT USIA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlahsuatupenyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkanperubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalammenghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yangbertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik danusia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyakdiantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjutusia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa. MenuaMenua atau menjadi tua adalah suatu
keadaaan yang terjadi di dalam kehidupanmanusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatuwaktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan prosesalamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dantua (Nugroho,
2006).

B. BATASAN LANSIA
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga


katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
C. PENDEKATAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
a. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang
dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat
dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut
usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
b. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
c. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien
usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan
perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.Perawat perlu mengadakan
pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga
menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan,
misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan
kesehatan, Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing
dengan sabar dan ramah. Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat
berarti buat mereka.
d. Pendekatan psikisDalam pendekatan psikis, perawat mempunyai peranan penting
untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan
service.Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu
perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.Bila
perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman
yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia
ini mereka puas dan bahagia.
e. Pendekatan sosialMengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah
satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi
pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lainTidak jarang terjadi
pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan
berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.
f. Pendekatan spiritualPerawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit
atau mendeteksi kematian.Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut
usia yang menghadapi kematian, Dr. Tony setyobudi mengemukakan bahwa maut
sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam
factor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan
kegelisahan kumpul lagi dengan kelurga dan lingkungan sekitarnya. Dalam
menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda,
tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun
kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat
meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang
lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran
lanjut usia.Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan
seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang
iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.Dengan demikian
pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan
perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

D. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


Adapun tujuan memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yaitu, :
a. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan
peningkatan kesehatan (HealthPromotion), pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan. Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
c. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup
klien lanjut usia (Life Support ).
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit /
mengalami gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
e. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertent.
f. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).
E. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
1. Peningkatan kesehatan (helthpromotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

F. SIFAT ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


1. Sifat independen
Secara etimologi kata “Independen” berasal dari bahasa Inggris yaitu Independent yang
berarti merdeka, berdikari, tidak bergantung kepada orang lain, berdikari, berdaulat.
Penggunaan kata independen banyak digunakan pada berbagai hal seperti keuangan,
profesi, politik, ekonomi dan termasuk dunia kesehatan utamanya dalam keperawatan
Gerontik dan lain sebagainya. Dalam dunia keperawatan, utamanya dalam keperawatan
Gerontik, seorang perawat memiliki iFungsi Independent yang Merupakan fungsi
mandiri dan tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lain. Perawat
melaksanakan tugasnya secara mandiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan fisiologis
( O2, nutrisi, cairan dan elektrolit, aktivitas, dll).Sifat holistik
2. Sifat interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan
diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainnya. KeperawatanKeperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.Keperawatan
merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan
teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan
dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
3. Sifat humanistikadalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang
menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan,
kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta
keberhasilan dalam merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik
adalah membantu manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan
merealisasikan potensinya secara utuh. Salah satu pencetus psikologi
humanistik adalah Abraham Maslow.
4. Sifat holistik dimana semua bentuk praktik keperawatan yang tujuannya untuk
membantu kesembuhan seseorang secara menyeluruh
Perawat melihat pasien sebagai manusia secara total dimana ada keterkaitan antara
tubuh, pikiran, emosi, sosial budaya, spirit, relasi, konteks lingkungan.
Asuhan keperawatan yang di dasarkan kepada perawatan pasien secara
total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, ekonomi dan spiritual
seseorang.
Perawat perlu mempertimbangkan respon pasien terhadap penyakitnya dan
mengkaji tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Perawat harus menjadi teman yang mendukung dan memotivasi pasien,
mendorong pasien agar pasien memahami arti kehidupan.
G. FUNGSI PERAWAT GERONTIK
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak
orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong
kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi
resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan
harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative
dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara meny
13. eluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun
masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling
memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal
dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

H. PERAN PERAWAT GERONTIK


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting,
seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan
kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di
berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan
klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua
macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist
(CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS
yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen
kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan
bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka
panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu
memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi
kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen
kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang,
dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis
klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan
kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya
memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka
perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya
muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi,
rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based
practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan
mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang
berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti
membantu melakukan pengumpulan data.
c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu,
membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan
sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam
mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang
tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan
kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam
pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang
lainnya.
d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur
seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya
kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan.
Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga
martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan
modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang
menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan
berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen
stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga
harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti
serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.
f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai
inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan
gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan
gerontik.
g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan
fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen
kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Pengkajian
a. Tujuan dalam pengkajian :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
5. Pengkajiam tersebut meliputi aspek :
6. Fisik
Wawancara :
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaanfisik,yaitu : Headto toe dan
Sistem tubuh

Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada

Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan
potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnose keperawatan
adalah bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah.
Melalui identifikasi, dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau menyelidiki
etiologi masalah, akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala atau penyebab.
Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
baik actual maupun potensial.Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses
keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose
keperawatan meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan
sindroma.
Dari hasil pengkajian dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa
keperawatan yang mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang
umum ditemukan pada lansia antara lain:
1. Fisik / Biologi
a. Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
b. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan
hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
c. Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
e. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
2. Psikososial
a. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
b. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e. Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan
pendapat secara tepat.
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat
K. Perencanaan
Dalam perencanaan keperawatan, hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
1. Tentukan prioritas :
a. Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
b. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
c. Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
d. Cegah timbulnya masalah-masalah.
e. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
f. Tulis semua rencana dan jadwal
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar
lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di
rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak
tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
antara lain :
a. kebutuhan nutrisi.
b. Meningkatnya keamanan dan keselamatan.
c. Memelihara kebersihan diri.
d. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif.
L. Implementasi
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan lansia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Berbicara dengan lembut dan sopan.
2. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar.
3. Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya.
M. Evaluasi
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun non
verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan apa yang
telah dianjurkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia dimaksudkan untuk memberikan
bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti
Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat.Dalam keperawatan lanjut
usia diperlukan pendekatan baik fisik, psikis, social maupun spiritual. Keperawatan
lanjut usia berfokus pada peningkatan kesehatan (helthpromotion), pencegahan
penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi mental, dan mengatasi gangguan
kesehatan yang umum.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
keperawatan, hendaknya dapat menguasai konsep asuhan keperawatan lansia dan
memberikan asuhan keperawatan lansia dengan benar dan tepat. Makalah yang saya
buat ini belum sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran dari Dosen
pembimbing maupun dari teman teman untuk perbaikan makalah saya selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, D., & Martini, S. (2018). Hubungan Karakteristik dan Obesitas Sentral
dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6
Nomor 1.

Anggaeny, R. (2013). Faktor ResikoAktifitas Fisik, Meroko dan Konsumsi


Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantingaloang Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswandi, Y. (2013). Seri Asuhan Keperawatan:
Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC.

Buss, J. S., &Labus, D. (2013). Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sngat Mudah.
Dalam H. Hartanto. Jakarta: EGC.
RESUME
Asalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh Saya BERSALINA salah seorang
mahasiswi Universitas Sulawesi Barat prodi S1 keperawatan mendapat tugas mata kuliah
keperawatan Gerontik untuk melakukan interaksi dengan lansia.
Tepat hari ini 20 September 2020, saya melakukan interaksi dengan salah satu lansia yang
rumahnya sekitar sepuluh meter dari rumah saya. Beliau bernama nyonyaLR. Nyonya LR
sudah berusia 75 tahun, tinggal bersama dengan salah satu cucu dari anak ke 4. Anak Ny. LR
13 orang dan semuanya sudah berkeluarga. Ny. LR mengatakan suaminya sudah meninggal
10 tahun yang lalu. Ny. LR sangat ramah, rumah bersih dan terawat, masih kuat beraktivitas.
Ny. LR mengatakan, penglihatannya sudah mulai kabur/rabun jauh sekitar 10 tahun lalu tepat
saat suaminya meninggal, mungkin karena Ny. LR mengalami duka sehingga berdampak
pada Matanya yg saat itu masih sangat bagus penglihatannya. Setelah saya tanyakan soal
pendengaran, Ny. LR mengatakan pendengaran telinga sebelah kanan baik dan sebelah kiri
samar-samar. Ny. LR masih kuat melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, mencuci piring, membersihkan halaman, dan aktivitas ringan lainnya. Ny. LR
setelah di periksa Td = 125/80, dan mengatakan By.LR tidak merasakan pusing sedikit pun
atau beliau merasa nyaman dan sehat. Saya juga menganjurkan Ny. LR untuk memeriksakan
telinganya, dan matanya , namun My. LR menolak dengan alasan sudah berumur dan tidak
ada gunanya lagi untuk memeriksakan telinga dan matanya. Saya pun memberikan sedikit
penjelasan mengenai Lansia yang mempengaruhi pendengaran serta mata Rabun. Beliau
mendengar dengan sangat baik. Akhir pertemuan saya, mengucapkan terimakasih atas waktu
yang baik, dan beliau tersenyum rama. Sekian Wassalamu’alaikumwwb.
Dokumentasi:

Anda mungkin juga menyukai