Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : Manajemen Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan

Dosen Pengampu : Nurjannah Supardi S.ST., M.Keb

KEBIJAKAN GLOBAL TENTANG PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. NURHALIMAH SAHAR ( A1 A221069)

2. HANAWATI. N ( A1 A221 051)

3. SUCI ( A1 A221 085)

UNIVERSITAS MEGA REZKY

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah

Manajemen Kepemimpinan dan Isu-Isu dalam Pelayanan Kebidananyang berjudul

“Kebijakan Global Tentang Pelayanan Kebidanan” yang alhamdulillah selesai tepat

pada waktunya.

Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah kami,

Ibu Nurjannah S.ST.,M.Keb yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh

karena itu, kritik dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi lebih baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dansemoga Allah

SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bone, 24 Agustus 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
C. TUJUAN.............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. PENGERTIAN KEBIJAKAN GLOBAL..........................................................3
B. PELAYANAN KEBIDANAN...........................................................................3
C. BENTUK DAN JENIS PELAYANAN KEBIDANAN.....................................8
1. Pelayanan kebidanan tingkat pertama (primer)..............................................8
2. Pelayanan kebidanan tingkat kedua (sekunder)..............................................9
3. Pelayanan kebidanan tingkat ketiga (tersier)..................................................9
D. KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN SELAMA PANDEMI
COVID 19................................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................16
PENUTUPAN.............................................................................................................16
A. KESIMPULAN................................................................................................16
B. KRITIK DAN SARAN....................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan kebidanan dilaksanakan oleh bidan mulai dari pelayanan kesehatan

tingkat primer, sekunder dan tertier. Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang

berkualitas diperlukan tenaga bidan yang memiliki kemampuan dalam aspek

intensitas kognitif tidak hanya level tahu, komprehensif dan aplikasi, tetapi perlu

memiliki kemampuan analisis, sintesa dan evaluasi, sehingga mampu berpikir kritis

dalam suatu pengambilan keputusan yang tepat serta mampu memehami perasaan

klien yang ditangani.

Bidan sebagai pemberi pelayanan harus memjamin pelayanan yang

profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Karena itu

bidan harus memiliki pengetahuan dan kompetensi serta memahami tentang hukum

yang berhubungan dengan ibu, bayi serta kliennya. Landasan komitmen yang kuat

dengan basis hukum dan moral yang baik diperlukan untuk mencapai mutu pelayanan

kebidanan yang baik.

Kehidupan masyarakat yang hidup bersama secara teratur dan tertib tersebut

dalam perkembangannya semakin lama semakin pudar, tergeser oleh pengaruh

perkembangan teknologi dan komunikasi sosial yang semakin komplek. Pergeseran

sosial yang diikuti dengan konflik sosial, konflik budaya dan konflik norma, jelas

akan diikuti dengan pelanggaran-pelanggaran norma sosial termasuk norma

1
2

hukumnya, salah satu bentuk konkrit dari pelanggaran norma tersebut adalah

kejahatan atau crime. Sangat penting bagi seorang bidan untuk menyadari segala

konsekuensi dari setiap tindakan dan respon yang diberikan kepada kliennya. Setiap

tindakan bisa berdampak baik pada dirinya, klien dan karirnya. Bidan merupakan

tenaga kesehatan yang telah dipercaya oleh masyarakat. Baik dalam memberikan

pelayanan kebidanan maupun dalam hal lainnya yang berkaitan dengan kesehatan di

masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada

perubahan pola pikir manusia. Masyarakat semakin kritis sehingga terjadi penguatan

tuntutan terhadap mutu pelayanan. Landasan komitmen yang kuat dengan basis

hukum dan moral yang baik diperlukan untuk mencapai mutu 5 pelayanan yang baik.

Agar tidak merugikan masyarakat, dalam memberikan pelayanan disamping

membekali diri dengan kompetensi yang baik, bidan harus memperhatikan

kewenangan dan peraturan yang berlaku.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan kebijakan global tentang pelayanan kebidanan?

2. Apa saja yang di pelajari dalam materi kebijakan global tentang pelayanan

kebidanan?

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan kebijakan global tentang pelayanan

kebidanan

2. Mengetahui apa saja materi kebijakan global tentang pelayanan kebidanan


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN GLOBAL

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara

bertindak. Sedangkan global adalah kata sifat yang artinya secara umum dan

keseluruhan, secara garis besar, yang meliputi seluruh dunia. Jadi kebijakan

global adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman di seluruh dunia.

D. PELAYANAN KEBIDANAN

Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat

manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpecaya dalam mendampingi dan

menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sengat

dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,

membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu

dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam

menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang

dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang

dimilikinya.

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam

menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi

asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang

memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya, biopsikososial. Di tengah

3
masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan

mengubah perilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yang tidak

sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap

masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, bidan harus menpunyai pendekatan

manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur-unsur yang terlibat dalam

pelayanannya dengan baik dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan

anak.

Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan yang

telah terdaftar memperoleh SIPB (Surat Ijin Praktek Bidan) dari dinas kesehatan.

Pelayanan kebidanan merupakan seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab

praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan

meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan

keluarga dan masyarakat.

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,

yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya

keluarga yang berkualitas. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga

dan masyarakat, yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan

pemulihan. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:

1. Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya

menjadi tanggung jawab bidan.

2. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan

sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau

4
sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan

kesehatan.

3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan

dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau

sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima

rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang

dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara

horisontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan

kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan

ibu serta bayinya.

Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pelayanan kebidanan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat

kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik

dan standart pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan.

Ukuran pelayanan kebidanan bermutu:

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kebidanan yang baik adalah pelayanan

kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat

kesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya

dalam masyarakat adalah setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima dengan wajar

5
Syarat pokok kedua pelayanan kebidanan yang baik adalah yang dapat

diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan

tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan

masyarakat. Pelayanan kebidanan yang bertentangan dengan adat

istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan kepercayaan masyarakat serta

bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kebidanan yang baik.

3. Mudah di capai

Syarat pokok ketiga pelayanan kebidanan yang baik adalah yang mudah

dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan

disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat

mewujudkan pelayanan kebidanan yang baik, maka pengaturan

dustribusi saranan kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan

kebidanan yang terlalu terkonsetrasidi daerah perkotaan saja, dan

sementara itu tidak ditemukan di daerah perdesaan, bukanlah pelayanan

kebidanan yang baik.

4. Mudah dijangkau

Syarat pokok keempat pelayanan kebidanan yang baik adalah yang

mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang

dimaksud adalah disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat

mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat dijangkau biayanya.

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan

berkesinambungan, bidan harus memahami falsafah, kode etik, dan regulasi yang

terkait dengan praktik kebidanan. Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 4

6
Tahun 2019 tentang Kebidanan bahwa dalam menyelenggarakan praktik

kebidanan, Bidan memberikan pelayanan meliputi pelayanan kesehatan ibu,

pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana, serta pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang,

dan/atau pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu, dan dalam Pasal

47 mengatakan Bidan dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kebidanan,

pengelola pelayanan kebidanan, penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing,

dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan

perempuan dan/atau peneliti dalam penyelenggaraan praktik kebidanan.

Perkembangan pelayanan kebidanan sejalan dengan kemajuan pelayanan

obstetri dan ginekologi. Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa

mempertahankan profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Profesionalitas terkait erat dengan kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang profesional (kompetensi profesional). Bidan

profesional yang dimaksud harus memiliki kompetensi klinis (midwifery skills),

sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan advokasi dan pemberdayaan dalam

mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan,

keluarga dan masyarakat.

Standar Kompetensi Bidan yang disusun ini, merupakan penyempurnaan

dari Standar Kompetensi Bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan yang

tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007

tentang Standar Profesi Bidan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun

2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Standar tersebut disusun

7
berdasarkan body of knowledge, falsafah dan paradigma pelayanan kebidanan

serta pola hubungan kemitraan (partnership) Bidan dan perempuan yang berfokus

pada kebutuhan perempuan. Standar kompetensi ini memuat standar kompetensi

lulusan pendidikan profesi Bidan dengan sebutan Bidan dan lulusan pendidikan

Diploma III (tiga) Kebidanan dengan sebutan Ahli Madya Kebidanan.

Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien,

dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang

dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

E. BENTUK DAN JENIS PELAYANAN KEBIDANAN

1. Pelayanan kebidanan tingkat pertama (primer)

Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan

dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh: Dokter Umum (Tenaga Medis),

Perawat Mantri (Tenaga Paramedis).

Pelayanan kebidanan primer (primary bealth care), adalah pelayanan

kebidanan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat

mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary bealth care pada

pokoknya ditunjukkan kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di

pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah diperkotaan. Pelayanan

kebidanan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory services). Diperlukan untuk

masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan. Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

8
2. Pelayanan kebidanan tingkat kedua (sekunder)

Pelayanan kebidanan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat

spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas.

Pelayanan kebidanan sekunder dan tersier (secondary abd tertiary bealth care),

adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut

(rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah

sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A. pelayanan kebidanan dilakukan

oleh : Dokter spesialis dan Dokter subspesialis terbatas.

Pelayanan kebidanan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat

(inpantient services). Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan

prawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.

Contoh : Rumah sakit tipe c dan Rumah sakit tipe D.

3. Pelayanan kebidanan tingkat ketiga (tersier)

Pelayanan kebidanan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan

pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kebidanan dilakukan

oleh Dokter Subspesialis dan Dokter Subspsialis Luas. Pelayanan kebidanan ini

sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitas).

Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat

ditangani oleh pelayanan kebidanan sekunder. Contohnya Rumah sakit A dan

Rumah sakit tipe B

9
F. KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN SELAMA

PANDEMI COVID 19

WHO mengumumkan pada tanggal 30 Januari 2020 terjadinya wabah

global pandemi Covid-19. Hal tersebut menyebabkan resah seluruh dunia,

termasuk masyarakat di Indonesia.

Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia selain berdampak terhadap

perekonomian, pendidikan dan sosial masyarakat, juga berdampak terhadap

kesehatan salah satunya yaitu berdampak pada pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan. Pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan adalah bentuk

keharusan atau tidak bisa ditunda. Adapun pelayanan itu di antaranya pelayanan

pada Ibu hamil, bersalin, Nifas dan pelayanan Keluarga Berencana (KB).

Merupakan salah satu pelayanan profesional , merupakan bagian integral

dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri,

kolaborasi, dan atau rujukan. Ditengah pandemi global Covid -19, termasuk di

Indonesia sangat di butuhkan sinergitas seluruh tenaga kesehatan termasuk peran

bidan dan perawat yang merupakan profesi yang mulia. Peran bidan

melaksanakan beberapa aksi inovasi, melakukan edukasi dalam memutus mata

rantai perjalanan penularan dengan memberikan informasi pola hidup bersih ,rajin

mencuci tangan, jaga jarak, menjauhi kerumunan dan melakukan penyemprotan

disinfektan.

Peran bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan digarda terdepan tentu

diharapkan tetap semangat tanpa pamrih memberikan asuhan kebidanan yang

berkualitas namun harus lebih hatihati dan waspada terhadap “ High Risk “

10
terpapar nya penularan covid -19 karena di era new normal bukan berarti bebas

resiko penularan covid -19. Pelayanan di Era new normal Bidan dalam

memberikan pelayanan harus tetap mengacu pada pedoman dan prinsip - prinsip

manajemen Covid -19 yang sudah di tetapkan oleh pemerintah baik fasilitas,

penggunaan APD, maupun prosedur (SPO) pencegahan peutusan mata rantai

penularan infeksi.

Edukasi pada Bagi klien ibu Hamil , bersalin ,nifas , bayi baru lahir ibu

menyusui:

1. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20

detik (cara cuci tangan yang benar pada buku KIA hal. 28).

2. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung

alkohol 70%, jika air dan sabun tidaktersedia

3. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil

(BAK), dan sebelum makan .

4. Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah

memegang bayi dan sebelum menyusui

5. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum

dicuci.

6. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

7. Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau

segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di

luar.

11
8. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang

tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan

batuk sesuai etika batuk.

9. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang

sering disentuh.

10. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara

pencegahanpenularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi Covid -19.

Bagi Ibu Hamil:

1. Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan setelah usia

kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin (minimal 10 gerakan per 2

jam)

2. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi

makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap

mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil / yoga / peregangan

secara mandiri dirumah agar ibu tetap bugar dan sehat.

3. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan

oleh tenaga kesehatan

4. Kelas ibu hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi bebas dari

pandemik Covid-19.

Bagi Ibu Bersalin :

1. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

2. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke fasilitas

kesehatan jika sudah ada tandatanda persalinan.

12
3. Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksana

persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.

4. Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Bagi Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir:

1. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas (lihat

Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke

tenaga kesehatan.

2. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu KF

1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca

persalinan; KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai 7 (tujuh) hari KF 3 :

pada periode 8 (delapan) hari sampai 28 hari KF 4 : pada periode 29 (dua

puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca

persalinan.

Seperti pelayanan bidan di belahan dunia ini, pada awalnya bidan hanya

mempersiapkan ibu hamil agar dapat melahirkan secara alamiah, membantu ibu

dalam masa persalinan dan merawat bayi, namun demikian karena letak geografis

Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga banyak daerah yang sulit

dijangkau oleh tenaga medis dan banyaknya kasus risiko tinggi yang tidak dapat

ditangani terutama di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan mendorong

pemberian wewenang kepada bidan untuk melaksanakan tindakan

kegawatdaruratan pada kasus-kasus dengan penyulit terbatas misalnya manual

placenta, forsep kepala letak rendah, infus dan pengobatan sederhana.

13
Kewenangan bidan untuk saat ini diatur dalam Permenkes

No.1464/Menkes/PER/2010, namun sebelumnya kita lanjutkan dulu mengikuti

perkembangan pelayanan bidan.

Pada tahun 1952 diperkenalkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di

Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Pada tahun 1960, Kesehatan Ibu dan

Anak menjadi program layanan bidan di seluruh Puskesmas. Selanjutnya

pelayanan Keluarga Berencana dikembangkan secara Nasional pada tahun 1974

dan bidan diizinkan memberikan layanan Keluarga Berencana (KB) dengan

metode sederhana, metode hormonal (KB pil, suntik, Implan) dan IUD (Intra

Uterine Device). Pada tahun 1990 perkembangan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

mengarah pada keselamatan keluarga dan pelayanan bidan berkaitan dengan

peningkatan peran wanita dalam mewujudkan kesehatan keluarga. Sidang Kabinet

tahun 1992 Presiden Suharto mengemukakan perlunya dididik bidan untuk bidan

desa. Adapun tugas pokok bidan desa adalah pelaksana layanan KIA, khususnya

layanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan Bayi Baru Lahir termasuk

pembinaan dukun bayi, KB, pembinaan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu, dan

mengembangkan pondok bersalin.

Pada tahun 1994 dengan adanaya ICPD, pelayanan bidan di Indonesia

juga terpengaruh yaitu pelayanan bidan lebih menekankan pada kesehatan

reproduksi dan memperluas area pelayanan bidan yang meliputi Safemotherhood

(program penyelamatan selama masa reproduksi), Family Planning (Keluarga

Berencana), Penyakit Menular Sexual termasuk infeksi saluran reproduksi,

kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi lanjut usia (lansia). Saat ini

14
dengan adanya Millenium Development Goals (MDG’s) pelayanan kebidanan

lebih difokuskan untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015 terutama pencapaian

tujuan nomor 4 yaitu penurunan angka kematian anak dan nomor 7 yaitu

peningkatan derajad kesehatan ibu.

Beberapa peraturan – peraturan pemerintah yang mengatur tentang tugas,

fungsi dan wewenang bidan:

1. Permenkes No.5380/IX/1963: wewenang bidan terbatas pada pertolongan

persalinan normalsecara mandiri dan didampingi tugas lain.

2. Permenkes No.363/IX/1980 diubah menjadi Permenkes 623/1989:

Pembagian wewenang bidan menjadi wewenang umum dan khusus.

Dalam wewenang khusus bidan melaksanakan tugas di bawah pengawasan

dokter.

3. Permenkes No.572/VI/1996: mengatur registrasi dan praktik bidan. Bidan

dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang mandiri yaitu

mencakup: KIA, KB dan kesehatan masyarakat.

4. Kepmenkes No.900/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan,

penyempurnaan dari Permenkes 572/VI/1996 sehubungan dengan

berlakunya UU no 32 tahun 1999 tentang otonomi daerah.

5. Permenkes No.1464/Menkes/PER/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan

praktik bidan yang merupakan penyempurnaan dari Permenkes No.

HK.02.02/Menkes/149/I/2010.

15
16
17

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Kebijakan global adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi

pedoman di seluruh dunia.Pelayanan Kebidanan adalah setiap kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan berupa asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral

dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri,

kolaborasi, dan/atau rujukan.

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam

menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi

asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang

memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya, biopsikososial. Di tengah

masyarakat, bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan

mengubah perilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yang tidak

sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap

masyarakat dan keluarga.


G. KRITIK DAN SARAN

Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, sehingga

kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

penyempurnaan makalah ini.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Asry Novianty, M. K. (2017). Konsep Kebidanan. Jakarta : Fakultas Kedokteran

dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta .

Bappenas. (2015 ). Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2015-

2019. . Jakarta: Bappenas .

Hubaedah, A. (2019). Mutu Pelayanan Kebidanan. Semarang: SPASI MEDIA.

Kh Endah Widhi Astuti, M. M. (2016). Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam

Praktik Kebidanan. Bandung: Dr. Atit Tajmiati, S.Kep., M. Pd .

Mamik. (2017). Pelayanan Kesehatan Kebidanan. 2014: Zifatama Jawara.

Meleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.


20

Anda mungkin juga menyukai