Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT

“KOMPETENSI DUKUN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

DOSEN PEMBIMBING

UDIN MUSTAKIM, SKM., MSi

DISUSUN OLEH

DIAN RAHMAYANI

(PO7124318030)

DIV KEBIDANAN III A (REGULER)

POLTEKKES KEMENKES PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat rahmat dan karunia-NYA sehingga makalah “KOMPETENSI DUKUN
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun susunan bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang
membangun sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya
berharap agar ini dapat memberi manfaat.

Palu, 06 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3

A. KOMPETENSI...............................................................................................3

B. DUKUN..........................................................................................................6

C. PELAYANAN KEBIDANAN.......................................................................8

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................9

A. PEMBINAAN / KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN.......................................................................9

B. PERAN DUKUN DALAM PERODE KEHAMILAN................................12

C. PERAN DUKUN DALAM PERIODE PERSALINAN..............................14

D. PERAN DUKUN DALAM PERIODE NIFAS...........................................15

E. PERAN DUKUN DALAM MERAWAT BAYI..........................................17

BAB IV PENUTUP..............................................................................................18

A. KESIMPULAN............................................................................................18

B. SARAN.........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengobatan di Indonesia mengenal dua sistem pengobatan yaitu


pengobatan medis dan pengobatan tradisional. Pengobatan medis sering
menggunakan obat, dilakukan oleh tenaga yang mendapat pendidikan
formal kesehatan dengan menggunakan cara, alat atau bahan yang sudah
mendapat standar medis/kedokteran. Pengobatan tradisional adalah
pengobatan yang dilakukan secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan
resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat,
baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional (Rahayu, D.A, 2012).

Masyarakat banyak yang menggunakan jasa dukun untuk melakukan


perawatan, alasannya biaya lebih murah, dan ini telah menjadi kebiasaan
masyarakat secara turun temurun.

Perawatan oleh dukun juga wajib mendapatkan perhatian dari tenaga


kesehatan, mengingat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
dukun bayi diperoleh tidak melalui pendidikan formal yang sistematis.

Selain bidan, paraji atau dukun bayi berkontribusi secara langsung


dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titaley, Hunter, Dibley &


Heywood (2010) mengatakan budaya dan kepercayaan, persepsi yang
kurang baik tentang keterampilan bidan desa, kesulitan ekonomi dan
sulitnya menjangkau akses pelayanan kesehatan menjadi beberapa faktor
penyebab mengapa dukun bayi masih mendapat tempat ditengah
masyarakat pedesaan.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Tindakan apa yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi


pelayanan kesehatan oleh dukun yang merugikan masyarakat ?

2. Apa saja peran dukun dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan pada
bayi baru lahir / neonatus ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui cara mengantisipasi pelayanan kesehatan oleh


dukun yang merugikan masyarakat

2. Untuk mengetahui peran dukun dalam kehamilan, persalinan, nifas


serta bayi baru lahir / neonatus

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KOMPETENSI

Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung-


jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Kompetensi merupakan hubungan yang spesifik dan saling terkait.


Kompetensi menyatukan atribut-atribut dan kemampuan individual serta
penampilan kinerjanya/tindakan kebidanan dalam setiap situasi praktik.

Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang ada hubungan


sebab-akibatnya dengan prestasi kerja yang luar biasa atau dengan
efetivitas kerja (Spenser, 1993).

Menurut lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan


sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Menurut Achsan kompetensi
adalah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
sebaik-baiknya.

Spenser dan Spenser (1994) mengungkapkan bahwa ada tiga komponen


utama pembentuk kompetensi, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang,
keterampilan, dan perilaku individu. Yang mana ketiga komponen tersebut
dipengaruhi oleh konsep diri, sifat bawaan diri, dan motif.

Aspek yang terkandung dalam kompetensi :

1. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki yang memampukan


seseorang untuk dapat secara percaya diri memahami sesuatu.

3
2. Keterampilan adalah kemampuan yang dipelajari melalui pendidikan
dan pelatihan atau akuisisi melalui pengalaman.

3. Sikap adalah pandangan seseorang (nilai dan kepercayaan) tentang


sesuatu, proses atau orang lain yang sering menggiring kearah reaksi
yang positif dan negatif.

Area kompetensi adalah sejumlah / keseluruhan kompetensi baku yang


diperlukan dalam melaksanakan tugas / pekerjaan tertentu suatu bidang
keahlian. Area kompetensi bidan adalah keseluruhan kompetensi yang
harus dimiliki bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan yaitu :

1. Etik legal dan keselamatan pasien

Termasuk menghargai hak-hak perempuan dan keluarganya, dan


selalu mengutamakan keselamatan pasien.

2. Komunikasi efektif

Mampu bertukar informasi secara verbal dan non-verbal dengan


pasien / perempuan, keluarganya, masyarakat di lingkungan
perempuan, sesama profesi, antar profesi kesehatan, dan stakeholder.

3. Pengembangan diri dan profesionalisme

Mampu mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan


ilmu dan teknologi terkini, serta menyadari keterbatasan diri berkaitan
dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap
profesi bidan.

4. Landasan ilmiah ilmu kebidanan

Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan


pelayanan yang berkualitas tinggi dan pendidikan kesehatan

4
5. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan

Bidan memiliki keterampilan tentang ilmu kebidanan, neonatologi,


ilmu-ilmu sosial, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan
asuhan yang tepat untuk perempuan, bayi yang baru lahir.

6. Promosi kesehatan dan konseling

Melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai kesehatan


masyarakat pada umumnya, dan kesehatan perempuan sesuai dengan
tahap perkembangan siklus reproduksinya

7. Manajemen kepemimpinan dan kewirausahaan

Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya dibawah


tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif sumber
daya di wilayah kerjanya dengan memanfaatkan IPTEK untuk
menghasilkan langkah-langkah strategis pengembangan organisasi.

Kompetensi merupakan faktor pendukung yang sangat berkaitan erat


dengan peningkatan kinerja dan sangat dipengaruhi oleh motivasi
seseorang. Kompetensi ini sangat berpengaruh dengan hasil kinerja dan
kepuasan pelanggan.

Di era desentralisasi, bidan desa mempunyai tugas dan tanggung jawab


yang cukup berat selain melaksanakan tugas kebidanan sebagai tupoksi,
juga mempunyai beban tugas tambahan yaitu sebagai pembina kesehatan
di wilayah tugasnya, termasuk membina dukun.

Setidaknya dukun di wilayah kerja bidan tersebut juga memiliki


sebagian kompetensi seperi pengetahuan dan sikap, agar pelayanan dapat
terus berlangsung dengan baik.

5
B. DUKUN

Dukun bayi adalah seseorang dengan kemampuan, keahlian baik turun


temurun atau tidak, dapat membantu jalannya proses persalinan, yang
kemudian memakai ramuan herbal sebagai obat penyembuhan persalinan.

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
kebutuhan masyarakat.

Dukun merupakan actor lokal yang dipercaya warga secara turun


temurun sebagai tokoh kunci di masyarakat terutama yang berhubungan
dengan kesehatan dan keselamatan. Bersalin pada dukun adalah suatu hal
yang menjadi tradisi.

Dukun mendapatkan pengetahuan dan ketrampilannya secara turun


temurun yang biasanya dilakukan dengan membantu ibunya yang
sebelumnya juga berprofesi sebagai dukun (Hastuti, 2018).

Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan


masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun
dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40
tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005). Mereka tidak mendapatkan ilmu
pertolongan persalinan secara teori, tetapi hanya berdasarkan pengalaman
dan menggunakan alat yang seadanya.

Status dukun umumnya tidak saja di dapat dari faktor keturunan,


namun juga didapat melalui latihan-latihan khusus dan selanjutnya di
praktekkan untuk menolong dan menyembuhkan klien. Panggilan dukun
dalam kehidupan bermasyarakat dapat menunjukkan status atau tingkat
sosial tertentu dalm masyarakat.

Fenomena dukun beranak menjadi fenomena yang menarik, karena


nilai-nilai kearifan local yang mereka jaga, mereka menganggap memiliki
ilmu, kekuatan supranatural yang umumnya di dapatkan dari warisan.

6
Dukun bayi menggunakan kemampuan supranatural dan
pengalamannya untuk melindungi ibu dan bayi.

Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu dukun bayi
terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan dukun bayi tidak terlatih,
adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau
dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Faktor yang mempengaruhi masyarakat ke dukun :

1. Pelayanan kesehatan kurang memadai dan kurang memuaskan,


sehingga masyarakat memilih kedukun.

Pelayanan kesehatan, dalam hal ini dapat dijumpai apabila sistem


pelayanan yang diberikan kurang baik, maka dapat mempengaruhi
seseorang dalam berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2010) .

Pelayanan yang diberikan dukun (sanro) lebih memuaskan, ramah,


lebih disenangi, dan dekat dengan masyarakat.

2. Jarak ke dukun lebih dekat dibandingkan jarak dengan fasilitas


kesehatan

3. Tidak ada dukungan dari petugas kesehatan sehingga kurang terjadinya


komunikasi antar masyarakat

4. Faktor Pengalaman

Faktor pengalaman adalah salah satu faktor pendukung kembalinya


ibu memilih dukun bayi sebagai penolong persallinannya. Pengalaman
melahirkan dengan bantuan dukun bayi yang telah dilakukan berulang
kali oleh ibu membuat mereka telah terbiasa untuk melakukannya.

7
5. Asumsi masyarakat

Asumsi di masyarakat, bidan hanya memiliki keahlian dalam


memeriksakan kehamilan, persalinan dan nifas, tetapi mereka tidak
memiliki pengetahuan tentang keharusan dan larangan atau adat
istiadat mereka selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

C. PELAYANAN KEBIDANAN

Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung


jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak.

Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan


kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk
kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yg diberikan oleh bidan yg telah terdaftar (teregister) yg dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.(Suryani 2008 : 4-5).

Tujuan pelayanan kebidanan ialah menjamin, agar setiap wanita hamil


dan wanita yang menyusui bayinya dapat memelihara kesehatannya
sesempurna-sempurnanya agar wanita hamil melahirkan bayi sehat tanpa
gangguan apa pun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik.

Pelayanan kebidanan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada


perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan
dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum. Pelayanan
kebidanan yang semula berfokus pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara berangsur – angsur dialihkan ke pelayanan promotif dan preventif.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMBINAAN / KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN

Walaupun sekarang sudah zaman modern kita masih memerlukan


tenaga dukun sebagai pendamping dalam mengawasi kehamilan disaat
tenaga bidan tidak bisa melakukan pengawasan secara penuh dan di suatu
daerah yang masih kurangnya tenaga bidan.

Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu


dan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan harus kerjasama dengan
paraji untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat mengenal tanda-
tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera meminta
pertolongan pada bidan. Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan
kemampuannya.

Dalam meningkatkan mutu pelayanan kita bisa melakukan pelatihan-


pelatihan atau pembinaan kepada dukun sehingga para dukun diharapkan
bisa menambah pengetahuannya. Terutama dalam hal kesterilan termasuk
mencuci tangan. Dukun harus sadar bahwa pengetahuannya masih kurang
dan bersedia menerima bimbingan bidan.

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang


masyarakat pemerintah dalam rangka meningkatkan keterampilan dan
mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang diberikan kepada dukun
oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada pengingkatan
pengetahuan dukun yang bersangkutan. Pembinaan dukun merupakan

9
suatu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun
dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan


peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal, karena tidak
mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan.
Langkahnya :

1. Pendaftaran dukun

2. Pelatihan, lalu diberikan sertifikat

Pendidikan yang dapat diberikan kepada dukun antara lain :

1. Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan post partum

2. Cara pencegahan infeksi saat proses persalinan

3. Perawatan dan pemotongan tali pusat

4. Perawatan neonatus

Termasuk memandikan bayi saat baru lahir, tidak boleh langsung


dimandikan tetapi tetapi setelah enam jam kelahiran baru boleh
dimandikan untuk mencegah hilangnya panas tubuh pada bayi baru
lahir.

5. Perawatan ibu post partum

6. Peningkatakan kerja sama dalam bentuk rujukan ke bidan atau


puskesmas

Menurut (Retnasih, 2004) bahwa pembinaan harus dilakukan secara


teratur ataupun terus-menerus dan berkesinambungan untuk mencapai
tujuan yaitu paraji mengetahui dan terampil dalam cara menolong
persalinan secara aman dan dalam perawatan ibu dan anak, sedangkan jika

10
pembinaan tidak dilaksanakan secara berkesinambungan maka pencapaian
tujuan tidak akan terlaksana.

Peran dukun yang awalnya menolong persalinan menjadi rekan bidan


dalam memantau perkembangan kesehatan ibu selama periode kehamilan
sampai masa nifas. Kemitraan merupakan salah satu solusi untuk
menurunkan masalah kematian ibu dan bayi yang terutama akan
menguntungkan daerah-daerah terpencil dimana akses terhadap pelayanan
kesehatan sangat terbatas (Anggorodi, 2007).

Kemitraan merupakan suatu bentuk kerja sama antara bidan dengan


dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan,
kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan
bayi.

Kemitraan ini juga bertujuan agar dukun yang telah ada sejak lama
tidak tersingkirkan dengan kehadiran tenaga dan fasilitas kesehatan.

Pengetahuan dukun terhadap kemitraan adalah untuk menambah dan


mengembangkan ilmu, suatu bentuk kerja sama yang dapat menambah
pendapatan. Sikap yang dimiliki dukun terhadap kemitraan adalah dukun
mampu menentukan penanganan yang tepat. Terdapat perubahan cara
asuhan ke pasien dan lebih dipercaya. Dukun mengikuti kemitraan untuk
menaati peraturan. Kesimpulan : Dukun yang mengikuti kemitraan telah
memiliki pengetahuan tentang kemitraan antara bidan dan dukun sehingga
mempengaruhi sikap dukun terhadap pasien. Misalnya dukun tersebut
menjadi tau apa saja yang masih boleh dan tidak boleh lagi dilakukannya.

Dukun bayi dan bidan bisa saling membagi tugas. Bidan berperan
dalam menangani masalah medis dan persalinan, sedangkan dukun bayi
melakukan tugas “rumahan” dan memberikan edukasi kepada ibu. Edukasi
yang dilakukan oleh dukun bayi juga dipantau oleh bidan sehingga dapat
dipastikan bahwa edukasi tersebut sesuai dengan peraturan kesehatan.

11
B. PERAN DUKUN DALAM PERIODE KEHAMILAN

Tak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan


pemeriksaan melalui indra raba (palpasi). Agar janin lahir normal, dukun
biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan cara
pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa. Calon ibu mendapat perawatan
khusus, selain perutya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung
kepala hingga ujung kaki. Malah biasanya ada yang disisir dan dibedaki
agar ibu hamil tetap cantik meskipun perutnya makin lama makin besar.

Ibu hamil yang pergi kedukun biasanya untuk menghilangkan pegal-


pegal, rasa sakit, serta meminta jamu untuk menambah kesehatan.

Bidan harus membina dan memberikan pemahaman kepada dukun agar


tidak lagi melakukan pemijatan untuk memutar perut (mengurut janin)
serta membuat ramuan karena secara fisiologi janin tersebut akan berputar
dengan sendirinya dan sebaiknya ramuannya diganti dengan pemberian
tablet FE, kalsium.

Yang boleh dilakukan dukun dalam kehamilan :

1. Membantu bidan dalam merencanakan kunjungan ke posyandu, kelas


ibu hamil

2. Mendampingi bidan dalam melaksanakan kunjungan

3. Melaporkan jika menemui ibu hamil

4. Memijat badan ibu hamil (tapi jangan diperut), sekaligus memberikan


edukasi

Dukun bayi bisa melakukan pemijatan dan pengurutan kepada ibu


hamil sembari melakukan edukasi. Dukun bayi bisa memberikan
penjelasan tentang pentingnya kebersihan yang meliputi cara mandi
minimal dua kali sehari dan menggosok gigi, hal-hal yang perlu
dipersiapkan sebelum persalinan, cara agar air susu dapat keluar

12
dengan lancer (mengompres payudara dengan baby oil selama 5
menit), dan pijat payudara.

5. Mendoakan, serta membedaki atau menyisir ibu hamil (sesuai adat


setempat)

Dukun beranak biasa meniup perut ibu hamil disertai dengan doa-
doa agar proses melahirkan lancer dan baik ibu maupun bayinya
selamat.

6. Memantau kondisi ibu hamil dan memberikan solusi, serta merujuk ibu
hamil ke petugas kesehatan

Dukun harus menganjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan


diri kepada tenaga kesehatan khususnya bidan. Terutama jika beresiko,
mislanya umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, tinggi badan ibu hamil kurang dari 135 cm, tekanan darah
tinggi, dan kaki bengkak.

7. Memberi nasihat kepada ibu hamil tentang asupan gizi / yang tidak
bertentangan dengan ilmu kesehatan.

8. Masih boleh mengusap perut sang ibu dengan air yang dicampur
beberapa tumbuhan / sesuai kebiasaan maisng-masing daerah yang
penting tidak membahayakan kesehatan

9. Membuat acara syukuran / upacara kehamilan (tidak boleh ada


tindakan yang membahayakan kesehatan ibu)

Banyak masyarakat yang menganggap bahwa kehamilan dan persalinan


adalah keadaan yang tidak menentu sehingga perlu dilakukan ritual-ritual
tertentu agar fase bahaya dalam kehamilan dan persalinan dapat dilalui
dengan selamat.

Terkadang, peran bidan dan bukan hanya sebagai tenaga kesehatan


yang memeriksa kehamilan dan memberi nasihat medis, tetapi peran bidan

13
dan dukun juga bisa menjadi tempat bercerita dan tempat berkeluh kesah
para ibu hamil.

C. PERAN DUKUN DALAM PERIODE PERSALINAN

Faktor yang menyebabkan masyarakat bersalin di dukun :

1. Kemiskinan

2. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman

Cara pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun tidak jauh


berbeda dari cara pertolongan persalinan oleh bidan, hanya saja dalam
penerapannya mereka kurang memperhatikan kesterilan dan alat-alat yang
digunakan maish seadanya.

Sejak tahun 2014, persalinan dengan bantuan dukun bayi sudah tidak
diperbolehkan. Hal ini diatur dalam Permenkes RI Nomor 97 Tahun 2014.
Manuaba (1998) mengatakan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi
seringkali menimbulkan masalah kesehatan yang berujung pada kematian
ibu dan bayi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau
infeksi yang di derita ibu yang melahirkan tidak dapat dilakukan. Misalnya
kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar atau
partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut
kurang professional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.

Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada sekitar
masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan
pertolongan persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan.

Tetapi kadang untuk menolong suatu persalinan tersebut kadang bidan


juga menyuruh memanggil dukun untuk membantunya. Alasannya adalah
dengan memanggil dukun juga untuk membantu persalinan, maka bidan
bisa ambil mengajari dukun mengenai cara menolong persalinan.

14
Yang boleh dilakukan dukun dalam persalinan :

1. Merujuk ibu bersalin ke petugas kesehatan atau menyarankan pasien


untuk bersalin di fasilitas kesehatan, dukun tidak boleh menolong
hanya membantu

2. Memberikan motivasi kepada ibu bersalin

3. Mengawasi ibu saat kontraksi

4. Membantu bidan dalam menolong persalinan

5. Membuat upacara persalinan (tidak boleh bertolak belakang dengan


kesehatan / membahayakan kesehatan ibu)

D. PERAN DUKUN DALAM PERIODE NIFAS

Masa nifas merupakan fase kritis dalam kehidupan seorang ibu, karena
terdapat banyak perubahan besar yg terjadi pada masa ini. Namun,
perawatan kesehatan yang berkualitas pada masa ini sering kali tidak
dilakukan dengan benar dan tentunya ini dapat berakibat fatal dan dapat
menyebabkan kematian ibu (Mujahidah, Suryono, & Widyawati, 2019).

Peran tenaga kesehatan sangat penting untuk memberikan perawatan


yang baik pada masa nifas, akan tetapi pada praktiknya ibu nifas masih
banyak menggunakan jasa dukun bayi terutama bagi mereka yang tinggal
di daerah pedesaan (Hastuti, 2018).

Yang bisa dilakukan oleh dukun / diajarkan dahulu oleh tenaga


kesehatan pada masa nifas antara lain :

1. Ikut dengan bidan untuk mengunjungi ibu nifas

2. Memberikan pengetahuan/ edukasi kepada ibu nifas mengenai


perawatan bayi sehari-hari agar ibu dapat mandiri merawat bayinya

15
3. Melakukan pijat / urut pada ibu nifas

Menurut Kasnodiharjo : 2014 dalam penelitiannya menyebutkan


dukun bayi masih dibutuhkan keberadaaanya khususnya dalam pijat
walik. Pijat walik merupakan pijat yang dilakukan oleh ibu nifas yang
biasanya dilakukan pada hari ketujuh, hari ke duapuluh satu dan hari
keempat puluh. Selain memberikan perawatan kepada ibunya, dukun
bayi juga memijat bayi atau anak balita sehingga mereka tidak rewel.

4. Mandi nifas / memandikan ibu sekaligus mencuci rambut ibu

5. Memotivasi ibu untuk segera ber KB

6. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif

7. Mengajarkan ibu cara membersihkan vagina

8. Memberikan edukasi kepada ibu tersebut terkait cara menyusui yang


benar dan cara menyendawakan bayi

9. Memberikan penjelasan akan pentingnya imunisasi menghimbau ibu


yang baru saja melahirkan untuk segera mengantarkan anaknya ke
posyandu untuk mendapatkan imunisasi

10. Ikut serta dalam gerakan keluarga berencana, seperti :

a. Membagikan kondom

b. Membagikan pil KB

c. Melakukan rujukan KB

11. Membuat upacara nifas (tidak boleh bertolak belakang dengan


kesehatan / membahayakan kesehatan ibu)

16
E. PERAN DUKUN DALAM MERAWAT BAYI

Tenaga paraji merupakan perpanjangan tangan dari petugas kesehatan


khususnya bidan dalam perawatan ibu nifas dan bayinya. Mereka perlu
dibekali dengan pengetahuan tentang perawatan bayi sehari-hari dengan
benar.

Ibu yang baru saja melahirkan biasanya mengalami kesulitan untuk


mengurus bayinya sendirian. Biasanya ibu pada masa nifas membutuhkan
bantuan orang lain untuk memandikan dan memijat bayinya. Oleh karena
itu dukun bayi menjadi perpanjangan tangan dari petugas kesehatan
khususnya bidan setelah ibu dan bayi diperbolehkan pulang dari fasilitas
pelayanan kesehatan sampai masa nifas selesai (Hastuti, Sumiyati,
Rusmini, & Amalia, 2018)

Yang boleh dilakukan dukun pada bayi adalah :

1. Membantu merawat bayi

2. Perawatan tali pusat

3. Memandikan bayi

4. Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi

5. Menstimulasi dengan memijat bayi

6. Mencukur rambut bayi

17
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kompetensi adalah aspek yang mengandung pengetahuan,


keterampilan dan sikap. Kompetensi ini mendukung peningkatan kinerja
dan sangat dipengaruhi oleh motivasi yang berepengaruh pada kepuasan
pelanggan. Dukun juga harus memiliki sebagian kompetensi tersebut agar
pelayanan dapat berlangsung dengan baik.

Dukun adalah orang yang dinggap memiliki kemampuan untuk


menolong persalinan. Dukun bayi dipercaya oleh masyarakat, dan
pengetahuannya di dapatkan secara turun-temurun. Dukun bayi ini
biasanya memiliki kemampuan supranatural untuk melindungi ibu hamil
dan bayi. Ada beberapa fakor yang mempengaruhi masyarakat pergi ke
dukun, diantaranya : pelayanan kesehatan, jarak, pengalaman, dan asumsi
di masyarakat. Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab bidan.

Di zaman modern yang seperti sekarang, masih terdapat dukun


sehingga bidan harus memberikan pelatihan kepada dukun untuk
meningkatkan pengetahuan dukun terutama dalam pencegahan infeksi.
Pelatihan yang dapat diberikan yaitu pelatihan yang sesuai dengan
pelayanan kebidanan yang biasa dukun lakukan. Kemitraan bertujuan agar
dukun tidak tersingkirkan. Dukun dan bidan bisa saling membagi tugas.
Misalnya bidan menangani masalah, dukun memberikan edukasi.

Peran dukun dalam kehamilan : Membantu bidan dalam posyandu dan


kunjungan ibu hamil, melaporkan ke bidan, memijat ibu hamil sekaligus
memberikan edukasi (tidak memijat bagian perut), melakukan upacara
kehamilan (tidak bertolak belakang dengan kesehatan).

18
Peran dukun dalam persalinan : Persalinan oleh dukun sudah tidak
diperbolehkan karena seringkali menimbulkan masalah yang berujung
pada kematian, dukun hanya menyarankan pasien untuk bersalin di
fasilitas kesehatan dan membantu bidan menolong persalinan.

Peran dukun dalam periode nifas : Memberikan edukasi untuk


perawatan bayi sehari-hari, melakukan pijat, memandikan ibu nifas,
memotivasi KB ASI ekslusif, membuat upacara nifas.

Peran dukun dalam merawat bayi : Perawatan tali pusat, memandikan


bayi, dan memijat bayi.

B. SARAN

Sebagai bidan perlu memberikan penyuluhan atau bimbingan secara


berkala misalnya setiap bulan untuk memberikan pengetahuan kepada
dukun, sehingga yang dilakukan oleh dukun baik dan benar.

Sebagai dukun harus mau menerima bimbingan dan mau belajar untuk
menambah pengetahuan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muzakkir. 2018. Dukun dan Bidan dalam Perspektif Sosiologi. Makassar : CV.
Sah Media (Google Book)

Syarkawi, Andi dan Muh Anwar. 2017. Gambaran Pengetahuan Sikap dan
Dukungan Keluarga Oleh Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Kebidanan di
Wilayah Puskesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 3 No 2.

Tonasih. 2015. Program Kemitraan Bidan-Dukun.Yogyakarta : Deepublish


(Google Book)

Hastuti, P. 2018. Pelatihan Dan Pendampingan Perawatan Bayi Sehari-Hari


Pada Tenaga Paraji (Dukun Bayi). LINK Vol 14 No 1

Mariyati, T. 2015. Peran Dukun Bayi Dalam Menolong Persalinan. Jurnal Ilmu
Keperawatan, Vol 3 No 2

Tosepu, Ramadhan, La Ode Ali Imran Ahmad dan Devi Safitri Efendi. 2016.
Kesehatan Masayrakat Pesisir. Kendari : Yayasan Cipta Anak Bangsa
(Google Book)

20

Anda mungkin juga menyukai