Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Aspek Seni Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III, Dan IV Pada
Suku Kaili, Jawa Dan Bali “ ini dengan baik. kami berharap semoga makalah ini
bisa berguna dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun susunan bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat memberi manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusa Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Peulisan.............................................................................................2
A. Pengertian Persalinan....................................................................................3
A. Suku Kaili...................................................................................................16
B. Suku Jawa...................................................................................................18
C. Suku Bali.....................................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan bayi saat persalinan. Untuk itu seorang bidan agar dapat
melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-
budaya yang berkaitan dengan persalinan. Oleh karena itu kami dari
kelompok 3 membuat makalah dengan judul “Aspek Sosial Budaya Selama
Persalinan Kala I, II, III, dan IV”.
B. Rumusa Masalah
1. Bagaimaa aspek seni budaya suku Kaili pada persalian kala I, II,III, dan IV
?
2. Bagaimaa aspek seni budaya suku Jawa pada persalian kala I, II,III, dan IV
?
3. Bagaimaa aspek seni budaya suku Bali pada persalian kala I, II,III, dan
IV ?
C. Tujuan Peulisan
1. Untuk mengetahui bagaimaa aspek seni budaya suku Kaili pada persalian
kala I, II,III, dan IV
2. Untuk bagaimaa aspek seni budaya suku Jawa pada persalian kala I, II,III,
dan IV
3. Untuk bagaimaa aspek seni budaya suku Bali pada persalian kala I, II,III,
dan IV
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks.
1. Kala I Persalian
a. Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks
membuka lengkap (10 cm).
b. Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu:
1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks
membuka 3 cm, dan umumnya fase laten berlangsung selama 8
jam.
2) Fase aktif
(a). Fase akselerasi; dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm - 4 cm.
(b).Fase dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan serviks
berlangsung cepat, dari 4 cm - 9 cm.
(c). Fase deselerasi; pembukaan serviks menjadi lambat, dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm - lengkap 10 cm.
3
a. Perubahan Fisiologis Kala I
a. Mengidentifikasi masalah
b. Pemeriksaan abdomen;
c. Menilai data dan membuat diagnosis
d. Membuat rencana asuhan.
2) Penggunaan partograf
3) Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis
4) Pengenalan tanda bahaya kala I, seperti:
4
a. Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah
b. Persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu)
c. Ketuban pecah dan air keruban bercampur mekonium disertai
tanda-tanda gawat janin.
5) Pendokumentasian kala I
2. KALA II PERSALINAN
a. Pengertian
c. 7 cardinal movement
1) Engagement : kepala melayang sebelum masuk pintu atas panngul
2) Descen :kepala masuk PAP mengalami penurunan (descent) dan
fleksi
3) Fleksi : kepala bayi mengalami penurunan lebih dalam disertai
putara paksi dalam
4) Putaran paksi dalam : putaran paksi dalam selesai kepala mulai
melakukan ekstensi
5) Ekstensi : kepala mengalami ekstensi lengkap
6) Putaran paksi luar : terjadi putaran paksi luar
7) Ekspulsi :lahirnya bahu anterior serta bahu posterio
5
d. Alur penatalaksanaan fisiologis persalinan kala II
Rujukan segera
Tanda pasti persalinana kala 2 yaitu :
pembukaan serviks lengkap atau kepala bayi
terlihat dari introitus vagina
Dorongan spontan Ya
untuk meneran
Lanjutkan dengan Bayi lahir dalam
penatalaksanaan fisiologis 60 menit pada
: multipara atau
a. Anjurkan
120 menit
perubahan a. Aminotomi jika primipara
posisi ketuban belum pecah
b. Lakukan b. Anjurkan untuk mulai
stimulasi meneran
puting susu c. Nilai DJJ, kontraksi,
c. Kosongkan tanda vital, kandung
kandung kemih kencing secara rutin
Ya
d. Anjurkan d. Anjurkan minum
minum e. Anjurkan perubahan
e. Nilai DJJ, posisi
kontraksi,
tanda vita
f. Evaluasi dalam
60 menit
Dorongan untuk
meneran ?
Ya
a. Bimbingan ibu
untuk meneran Bayi lahir dalam Lakukan :
Tidak
saat kontraksi waktu 60 menit atau Ya
a. Manajemen
b. Anjurkan minum kelahiran bayi akan
aktif kala III
c. Peeubahan posisi segera terjadi
d. Stimulasi puting b. Asuhan bayi
susu baru lahir
e. Nilai DJJ tiap 5-10
menit Tidak
Rujukan segera
6
e. Langkah Asuhan Persalinana Normal APN Kala II
7
3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hatidari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT
b) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pemeriksaan
lengkap
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara rendam dalam larutan
clorin 0,5 %
d) Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi untuk mengetahui DJJ
pada batas normal (120-160 kali/menit)
8
d) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
(lahirnya bahu)
d) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal sehingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu anterior melahirkan bahu
belakang
e) Setelah kedua bahu lahir geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas
f) Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong tungkai dan kaki
9
(3) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
b. Keringkan tubuh bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan vernik
c. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidaka ada lagi bayi
dalam uterus
d. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
e. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin 10
1
unit IM di paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspspirasi
3
sebelum menyuntikkan oksitosin)
f. Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal
ibu dan jepit kembali pusat pada 2cm distal dan klem pertama
g. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
(1) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut
(2) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisidan melingkarkan kemali barang tersebut dan
mengikatnya pada simpul kunci pada sisi lainnya
(3) Lepaskan klem dan masukkan kedalam wadah yang telah
disediakan
h. Letakkan bayi tengkurap didada ibu agar ada kontak kulit ibu
kekulit bayi (IMD) biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusui.
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, miometrium
10
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya
bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
pelekatan plasenta. Karena pelekatan plasenta menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
11
Mengeluarkan plasenta
a.Lakukan penegangan dan dorongan dorso- kranial hingga plasenta
terlepas. Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros
jalan lahir ( tetap lakukan terkanan dorso- kranial. Jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva dan lahirkan pasenta. Jika plasenta tidak terlepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat :
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
b. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudianlahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput, kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
12
Menilai perdarahan
a. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam
kantung plastik atau tempat khusus.
b. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan akif, segera lakukan
penjahitan.
4. Kala IV Persalinan
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua
jam setelah itu.
a. Selama 2 jam post partum :
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan
darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan
setiap 30 menit selama 1 jam kedua.
2) Masase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 meint selama 1 jam
kedua.
3) Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca
persalinan
4) Nilai pendarahan.
13
b. Evaluasi
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong.
2) Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
4) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
5) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 kali/menit).
Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk ke rumah sakit.
Jika bayi nafas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan
bayi ke kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan
satu selimut
14
6) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,
lepaskan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
7) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudia
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
8) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi
baru lahir.
9) Dalam waktu satu jam, beri antiboitika salep mata pencegahan, dan
vitamin K1 1mg intramuscular di paha kiri antereolateral. Setelah
itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pantau setiap 15
menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5ºC ).
10) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
11) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan
klorin 0,5 %.
12) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengakir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
d. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala 4.
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Suku Kaili
16
1. Pada Kala I, biasanya mereka memberi air yang ditiup oleh sando
(orang pintar), yang dipercaya dapat mempercepat persalinan. Orang
pintar yang dimaksud disebut Topo tawui dalam adat kaili. Topo
Tawui adalah orang yang cukup disegani di masyarakat bahkan
beberapa orang diantaranya adalah ketua adat. Topo tawui melakukan
pengobatan dengan dengan cara meniup bagian yang sakit sambil
membaca mantera (dowa). Topo tawui juga dapat membantu
persalinan yang dilakukan dengan metode tradisional.
17
persalinan dapat diganggu oleh makhluk halus yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayi. Tidak semua tempat dapat dijadikan tempat
bersalin bahkan sebagian masyarakat Kaili Da’a mempercayai bahwa
persalinan tidak boleh dilakukan di rumah tempat ibu hamil tinggal.
Oleh karena itu menjelang persalinan tiba suami ibu hamil akan
meminta bantuan topo tawui untuk menentukan tempat yang baik
untuk ibu melahirkan. Biasanya ibu akan melahirkan di pondok kecil
berupa rumah tinggi yang terbuat dari bambu. Lokasi pondok biasanya
dekat dengan rumah yang ibu hamil tinggali sehari-hari.
B. Suku Jawa
1. Tradisi Paraji
Tradisi paraji pada persalinan dimulai dari proses kehamilan ibu
bayi. Paraji akan mendeteksi kehamilan seorang ibu pada usia
kandungan dua bulan melalui teknik urut (pijit). Bahkan untuk
menentukkan posisi bayi dalam kandungan sang ibu, paraji biasanya
menunggu sekitar 15 hari hingga 1 bulan dengan 5 kali proses urut
(pemijatan). Pada proses pesalinan, paraji menggunakan media air
18
berupa setengah gelas air matang yang dibacakan doa dan
jangjawokan kemudian diminumkan kepada sang ibu dan sisanya di
usapkan ke perut sang ibu sebanyak 3 kali hal ini biasanya dilakukan
pada saat kala 1 persalinan. Teknik mengurut (pijat) dilakukan pada
proses persalinan dengan diiringi bacaan doa-doa yang berisi ayat-ayat
Al-Qur’an dan jangjawokan.
2. Ramuan
Dalam persalinan, orang jawa biasanya menyiapkan kuning telur
ayam kampung dan gula aren lalu diaduk dan kemudian diberikan
kepada ibu yang akan melahirkan. Hal ini bertujuan agar
mempermudah dalam persalinan ibu. Ramuan ini biasanya diberikan
pada saat ibu mengalami pembukaan (kala 1 persalinan).
3. Tradisi Babaran/mbabar
Tradisi ini dapat diartikan sebagai sudah selesai atau sudah
menghasilkan dalam wujud yang sempurna. Istilah babaran juga
dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. ubarampe
yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran yaitu Brokohan.
Ada macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman ini
Brokohan terdiri dari beras, telur, mie instan kering, gula, teh
dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang
terkandung dalam selamatan bayi lahir, Brokohan cukup dengan
empat macam ubarampe saja yaitu:
a. kelapa, dapat utuh atau cuwilan
b. gula merah atau gula Jawa
c. dawet
d. telor bebek
makna dari keempat macam umbarampe
a. Kelapa : daging kelapa yang berwarna putih adalah
manifestasi dari sukra (bahasa Jawa kuna) yaitu sperma,
19
benihnya laki-laki, bapak.
b. Gula Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita
(bahasa Jawa kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.
c. Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu:
1) Santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma,
benihnya Bapak.
2) Juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari
sel telur, benihnya Ibu.
3) Cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik
kehidupan.
d. Telor bebek. Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek,
tidak memakai telor ayam.
1) Alasan yang pertama : telor bebek kulitnya berwarna
biru, untuk menggambarkan langit biru, alam awang-
uwung, kuasa dari atas.
2) Alasan kedua : biasanya telur bebek dihasilkan dari
pembuahan bebek jantan tidak dari endog lemu atau
bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian telor
bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa
ada roh kehidupan di dalam telor bebek.
C. Suku Bali
20
masih mempercayai kebiasaan-kebiasaan terdahulu. Adapun adat istiadat
yang masih diterapkan dalam persalinan yaitu :
1) Ngatur Uning
Saat menjelang persalinan orang Bali biasanya ngatur uning
(momohon keselamatan dan kelancaran dalam persalinan kepada Sang
Hyang Widhi Wasa berserta leluhur semoga ibu dan bayi dilahirkan
dengan selamat), dalam proses ngatur uning orang bali biasanya
menghaturkan banten atau sesajen yang berupa canang sari untuk
nunas tirta atau air suci yang akan dipercikan kepada ibu yang akan
melahirkan dan diusapkan ke perut ibu serta ibu yang akan melahirkan
diminta untuk meminum air suci atau tirta tersebut sebanyak 3 teguk.
Disebelah atau dibatas tempat tidur ibu yang akan melahirkan
biasanya diletakkan bawang merah dan kayu mesui hal ini dilakukan
untuk menjaga agar ibu dan bayi yang dilahirkan terhindar dari
gangguan roh jahat atau hal-hal mistis yang diyakini oleh suku Bali
yang dapat mengganggu kenyamanan dalam proses persalinan, bahkan
beberapa suku bali meyakini dengan menaburkan garam, abu arang
dapur dan air laut di pekarangan rumah (sekeliling rumah) hal ini
diyakini agar terhindar dari hal-hal negatif yang akan datang
mengganggu proses persalinan dan kenyamanan si bayi setelah lahir.
2) Mendem Ari-ari
Pada saat plasenta atau ari-ari lahir langsung diberikan kepada si
ayah dari bayi tersebut untuk dilakukan ritual penguburan ari-ari atau
plasenta (mendem ari-ari). Sebelum ari-ari (plasenta) ini di kubur
terlebih dahulu ari-ari (plasenta) dibersihkan yang mana adalah bagian
terpenting setelah bayi lahir kedunia, bahkan menjadi prioritas
sebelum merawat tubuh bayi. Ritual tersebut bagi suku Bali adalah
bentuk penghormatan dan rasa syukur orang tua. Upacara mendem
ari-ari yaitu salah satu upacara yang wajib dilakukan oleh masyarakat
Bali, sebab ari-ari merupakan bagian terpenting dari perkembangan
21
jantug didalam rahim ibu. ritual mendem ari-ari sebagai simbol dari
kekuatan local genius yaitu kanda pat. kanda pat adalah warisan dari
leluhur yang ada di Bali , dalam Fatma kanda dituturkan bahwa
manusia yang lahir ke Dunia dibantu empat saudara antara lain ari-ari
(plasenta), lamas (lemak), getih (darah), dan yeh nyom (air ketuban).
Saudara empat ini diyakini menjaga bayi dalam kandungan serta
membantu dalam proses persalinan.
Sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang maka sumber
hidup pertama bayi yakni plasenta atau ari-ari yang harus
diperlakukan dengan baik. Adapun sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam tradisi penguburan ari-ari dan fungsinya, yakni
sebagai brikut :
a) Kelapa. Kelapa yang telah dihilangkan serabutnya dibelah dua
bagian dan diusahakan ukurannya sama besar sehingga mudah
untuk disatukan kembali. Kelapa berfungsi untuk membungkus
ari-ari.
b) Sepit (alat penjepit yang dibuat dari bambu). Sepit ini digunakan
untuk memegang ari-ari saat dipotong.
c) Ngad (pisau yang dibuat dari bambu). Ngad berfungsi untuk
memotong ari-ari bayi.
d) Kunyit dan masem (kunyit dan lemon). Kunyit berfungsi untuk
memberikan warna pada ari-ari agar kuning dan jeruk lemon
merendam bauk busuk yang ditimbulkan dari ari-ari.
e) Tengeh (kunyit yang diparut kemudian dicampurkan dengan
pamor (kapur sirih) dan lemon). Fungsi dari tengeh ini adalah
untuk menghilangkan bau amis dan busuk dari ari-ari yang
ditimbulka dari proses biologis.
f) Anget-anget (penghangat) terdiri dari merica, digunakan untuk
menghangatkan ari-ari.
g) Abu dapur, abu dapur digunakan untuk mersapkan ari-ari
sehingga tidak berbau amis.
22
h) Pamor (kapur sirih), digunakan untuk merekatkan tempurung
kelapa yang sudah berisi ari-ari.
i) Tali, merupakan tali yang dibuat dari bambu yang mempunyai
bentuk ikatan khusus uang digunaakan untuk mengikat
tempurung kelapa.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Aspek sosial dan budaya
sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Salah satu hal yang di
pengaruhi oleh budaya dan adat istiadat adalah persalinan. Di kota Palu
terdapat banyak sekali suku bangsa yang hidup berdampingan, salah satunya
yaitu suku kaili yang merupakan suku asli provinsi Sulawesi Tengah, suku
Jawa dan Bali. Di era yang modrn ini masih banyak persalinan yang
berlandaskan budaya tanpa terkecuali suku Kaili, Jawa dan Bali, dalam proses
persalinan mereka masih mempercayai adat istiadat mereka dalam kelancaran
persalinan seperti memberikan ramuan atau air yang telah didoakan oleh orang
yang dianggap memiliki ilmu. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan
dan pengetahuan budaya seperti ini seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan bayi saat persalinan.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri & dkk. 2016. Health Seeking Behaviour Pada Persalinanan Suku
Kaili Da’a di Desa Wulai Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat. Surabaya :
https://www.scribd.com/document/326819097/Aspek-Sosial-Budaya-Persalinan
https://mitaerdila.wordpress.com/2013/01/06/budaya-kehamilan-dan-persalinan
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-dan-pengertian-adat-serta-
kebudayaan-89.
25