Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM KESEHATAN LANSIA DI LUAR NEGRI

DISUSN OLEH:

ANIS VIDDIAH HARDIYANTI


ANGGUN SULISTIAWATI
AYU FENITA DEWI
DESSI RATNASARI
TOPAN PAMUNGKAS A.

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PROGRAM KESEHATAN LANSIA
DI LUAR NEGRI ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
KEPERATAN GERONTIK di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
FAKULTAS KESEHATAN. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang program kesehatan lansia di luar negri bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu,10 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL..........................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang......................................................................................
B. Tujuan penulisan...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Lanjut Usia..............................................................................


B. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia..............................
C. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia..................................................
D. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia............................................
E. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia..............................................
F. Program-Program Kesehatan Lansia....................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050.
Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.
Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010, Lansia yang tinggal di perkotaan
sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%).
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di
perdesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu
sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar
13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini
dapat disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Kebijakan
pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No
13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial
baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan
Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential
(ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia
Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial
sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang
wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Maka dalam hal ini kelompok kami akan membahasa mengenai program-program
pemerintah mengenai kesehatan lansia diluar negri agar dapat menjadi pembelajaran bagi
pembaca sekaligus bisa diguanakn sebagai pacuan dalam melakukan perawatan yang
professional kepada lansia.

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui Definisi Lanjut Usia
b. Untuk mengetahui Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia
c. Untuk mengetahui Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
d. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
e. Untuk mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
f. Untuk mengetahui Program-Program Kesehatan Lansia
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR LANSIA


A. Definisi Lanjut Usia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho
Wahyudi, 2000). Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1) Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2) Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3) Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4) Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

B. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia


Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada
lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga,
Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang
bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada
waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut
usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
a. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:
kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi
kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
b. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif
pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh
anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar
tidak terjadi dekubitus (lecet).

C. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia


a. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang
dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat
dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien
usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan
perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien
lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila
memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan
penjelasan dan penyuluhan kesehatan, Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut
usia membimbing dengan sabar dan ramah. Sentuhan (misalnya genggaman tangan)
terkadang sangat berarti buat mereka.

b. Pendekatan psikis
Dalam pendekatan psikis, perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter ,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai
bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip
” Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari
lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus
selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan
kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini
mereka puas dan bahagia.

c. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama
klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut
usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban
bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, Dr. Tony setyobudi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa
takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidakpastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan kelurga
dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan
memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam
mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan
keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di
tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu
menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang
merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat
perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik
saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama
mereka.

D. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


Adapun tujuan memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yaitu, :
a. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan
peningkatan kesehatan (Health Promotion), pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan. Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
c. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup klien
lanjut usia (Life Support ).
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami
gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
e. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertent.
f. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).
E. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
a. Peningkatan kesehatan (helth promotion)
b. Pencegahan penyakit (preventif)
c. Mengoptimalkan fungsi mental
d. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

II. PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN LANSIA


A. Program kesehatan lansia di Indonesia
Kesehatan merupakan milik kita yang paling berharga. Health is not everything, but
everything without health is nothing. Sehat berarti dapat mengerjakan apa saja yang sesuai
dengan keinginan dan kemampuan. Jadi masalah kesehatan merupakan aspek yang sangat
penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan para lanjut usia.
Salah satu indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia dimana pada RPJMN
Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6 tahun pada 2010
menjadi 72 tahun pada 2014. Sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup maka akan
terjadi perubahan struktur usia penduduk.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa
pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk. Menurut proyeksi Bappenas Jumlah
penduduk lansia 60 tahun atau lebih akan meningkat dari 18.1 juta pada tahun 2010
menjadi dua kali lipat ( 36 juta ) pada tahun 2025.
Selanjutnya disampaikan pula oleh Menkes menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2007 pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah gangguan sendi kemudian diikuti
oleh hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes
mellitus. Sementara penyebab kematian pada umur 65 tahun ke atas pada laki-laki adalah
stroke (20,6%), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5 %), Tuberkulosis Paru (TB)
(8,9 %), hipertensi (7,7 %), NEC (7,0 %), penyakit jantung iskemik (6,9 %), penyakit
jantung lain (5,9 %), diabetes mellitus (4,9 %), penyakit hati (4,4 %), pnemonia (3,8 %).
Sementara pada perempuan adalah stroke (24,4 %), hipertensi (11,2 %), NEC (9,6 %),
penyakit saluran pernafasan bawah kronik (6,6 %), diabetes mellitus (6,0 %), penyakit
jantung iskemik (6,0 %), penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6 %), pnemonia (3,0 %) dan
penyakit hati (2,2%).
Kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini dituangkan dalam Undang – Undang Nomor
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Undang – Undang Nomor 11 Tahun
2009, tentang Kesejahteraan Sosial, Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang
Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan
Lanjut Usia tahun 2010-2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi
Kesejahteraan Rakyat dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004
Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
Adapun Program Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status
kesehatan para lanjut usia adalah sebagai berikut :
1. peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para Lanjut Usia di pelayanan
kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok Lanjut Usia melalui konsep
Puskesmas Santun Lanjut Usia. Saat ini data yang masuk di Kementerian
Kesehatan baru terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut Usia,
2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi Lanjut Usia melalui pengembangan
Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit,
3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi
Usia Lanjut dan sudah disosialisasikan Program Kesehatan lanjut usia ini ke semua
provinsi, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan
Kelompok Usia Lanjut/Posyandu Lansia di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
sebagai salah satu bagian dari kegiatan di desa siaga. Saat ini sudah ada lebih
kurang 69.500 Posyandu lanjut usia yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di
Indonesia, dan peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi Lanjut Usia dalam
keluarga (Home Care). Home care dilaksanakan secara terintegrasi dengan program
Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas maupun di RS..
Tantangan yang kita hadapi dalam upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
lanjut usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang
memberikan layanan kesehatan yang ramah dan mudah diakses oleh lanjut usia. Di
samping itu juga belum memiliki data yang memadai dan data terbaru tentang masalah
kesehatan pada lanjut usia ini. Survey dan penelitian yang terkait dengan lanjut usia masih
sangat terbatas.

B. Program kesehatan lansia di luar negri


Setiap negara memiliki kebijakan terkait pemberian pelayanan sosial kepada lanjut
Usia. Program tersebut tentu saja memiliki keunikan terkait dengan karakteristik dan
kemapanan sebuah bangsa. Negara maju dengan negara berkembang memiliki perbedaan
dalam pelayanan lansia.
1. Amerika serikat
The National Family Caregiver Support Program (NFCSP) Merupakan
program yang diamanatkan oleh Older Americans Act atau undang-undang Lanjut
Usia di Amerika serikat, program ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
anggota keluarga yang menjalankan peran perawatan kepada seorang lansia di
rumahnya, kebanyakan mereka adalah anggota keluarganya sendiri misalnya (ayah,
ibu, mertua, paman, bibi, atau anggota keluarga yang lain). Program ini
diselenggarakan oleh pemerintah Amerika Serikat mengingat bahwa pemberian
perawatan kepada anggota keluarga lansia adalah lumrah terjadi di Amerika
Serikat, sekitar 21-23 persen rumah tangga amerika serikat memberikan perawatan
gratis (unpaid care) kepada anggota keluarganya. kegiatan ini bertujuan untuk
membatu para caregiver mengelola berbagai tanggung jawab dan beban perawatan.
Bentuk Pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah :
a. Individual counseling,
b. Support group.
c. Pelatihan,
d. Respite care.
Departemen kesehatan dan pelayanan kemanusiaan Amerika Serikat, pada tahun
2004 melalui program ini telah membantu membantu sekitar 4 juta caregiver di
seluruh Amerika serikat dengan memberikan informasi mengenai Program dan
pelayanan kepada lansia, selain itu NFCSP juga memberikan bantuan kepada
436.000 caregiver untuk mengakses pelayanan yang mereka butuhkan dalam
rangka memberikan perawatan yang terbaik kepada keluarga yang mereka rawat,
memberikan pelayanan kepada 180,000 caregiver dengan pemberian konseling dan
pelatihan, serta menyediakan respite care kepada 70.000 caregiver.
Program NFCSP secara konseptual mirip dengan pelaksanaan program home
care yang dilaksanakan oleh kementerian sosial RI melalui panti werdha, yang
berbasis keluarga (family base). Bedanya bahwa NFCSP ini sasaran langsungnya
adalah pihak keluarga yang memberikan perawatan, sementara home care adalah
sasaran langsungnya adalah lansia itu sendiri, baik yang tinggal dengan keluarganya
maupun yang hidup sendiri di rumahnya, berupa pemberian pelayanan kesehatan,
bantuan gizi, termasuk bimbingan sosial dan mental, serta bantuan usaha ekonomi
produktif.
Jika kita lihat bahwa Amerika saja individualis ternyata memiliki program atau
perhatian kepada penduduknya yang memiliki perhatian kepada lansia. Sementara
kita tahu bahwa di Indonesia hampir setiap keluarga memiliki anggota keluarga
lansia dan memberikan perawatan. Program seperti pemberian informasi, konseling
dan pelatihan dirasakan perlu dilakukan kepada para keluarga yang memiliki
tanggung jawab merawat lansia.
Selain itu kelelahan merawat lansia sering kali memicu stress yang dapat
memicu terjadinya kekerasan pada lansia yang dirawatnya, sehingga sesekali
caregiver ini diberikan kesempatan untuk istirahat merawat lansianya dalam kurung
waktu tertentu untuk selanjutnya diambil lagi, solusinya dapat berupa lansia
tersebut dititip untuk sementara waktu pada sebuah panti werdha. Jika kegiatan ini
dilaksanakan dapat mengurangi tindak kekerasan serta perlakuan salah terhadap
lansia. Kurangnya pemahaman, pengetahuan serta keterampilan sering kali
berdampak pada perlakuan salah kepada lansia. Sehingga program ini dirasakan
cukup menarik untuk dikaji lebih jauh untuk dilaksanakan di Indonesia.
2. INGGRIS
a. Komunitas Pensiunan (retirement community)
Program ini merupakan sebuah program yang diselenggarakan oleh pemerintah
inggris. Yakni sebuah program yang dinamakan Berryhill Retirement Village
atau desa pensiunan. Berryhill Retirement Village diperuntukkan bagi mereka
yang berusia diatas 55 tahun atau lansia dan pra-lansia yang berlokasi di wilayah
perkotaan, berupa sebuah bangunan gedung yang berbentuk T, terdiri atas 148
flat yang terdiri atas kamar tidur, sitting room, ruang masuk (hallway), dapur dan
kamar mandi. Semua kamar tidur dan sitting room menghadap keluar. Semua
flats cocok untuk pengguna kursi roda (wheelchair). Semua warga mendapatkan
layanan dukungan setiap hari, dan mereka juga memperolah bantuan berupa,
housekeeping, shopping, pengambilan gaji pension dan laundry.
Kategori warga berdasarkan tingkat bantuan yang diperlukan :
 Level 1 : lansia yang dapat tinggal seorang diri dalam rumah,
membutuhkan bantuan dukungan yang minimal, mungkin sekitar 2 atau 3
kali dalam seminggu melakukan panggilan untuk mendapatkan bantuan.
Berupa bantuan pengambilan pensiun, dan mungkin bantuan untuk mandi.
 Level 2 : sama seperti level satu, masih mampu hidup dalam rumah
mereka sendiri tetapi melakukan panggilan telepon sebanyak 2 atau 3 kali
sehari. Mungkin pada malam dan pagi hari.
 Level 3 : lansia yang pindah ke perawatan utama, menelepon petugas
untuk minta bantuan lebih dari 4 kali sehari, bantuan yang diperlukan
seperti, waktu makan, bangun tidur, berangkat tidur, dan sebagainya.
 Pada level 4 ini orang ini sangat tergantung. Membutuhkan bantuan sama
seperti pada level 3 tapi hampir sepanjang malam, karena itu perlu
dikunjungi setiap 3-4 jam dalam sehari semalam.
Berryhill memiliki beberapa fasilitas untuk penghuni termasuk ruang senan
(gym) dan Jacuzzi (ruang untuk mandi), ruang keterampilan, bengkel kayu, dan
ruang komputer, Aula, area bar dan restauran, green house, dan kebun bersama,
telepon umum.
Pengembangan program dilakukan dengan cara pembentukan kelompok
berdasarkan minat yang dimulai dengan sebuah pertemuan bersama untuk
mengidentifikasi cara dan alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut. Seorang staf bertugas sebagai koordinator kegiatan dan
mendukung pelaksanaan kegiatan ini. Untuk pengembangan partisipasi warga,
maka dilakukan pertemuan bulanan yang dilaksanakan di jalan
b. Program Bantuan menjelang kematian.
Bantuan menjelang kematian bagi lansia yang mengalami sakit kronis dan
mengalami sebuah penderitaan yang sangat luar biasa yang sering dikenal
dengan istilah Euthanasia. Bantuan ini tentu saja masih sangat kontroversial,
kecuali di beberapa Negara yang telah melegalkannya seperti Belanda. Secara
konseptual euthanasia dibagi atas euthanasia aktif dan euthanasia pasif.
Euthanasia aktif merupakan tindakan sengaja untuk memendekkan umur sebagai
upaya mengakhiri penderitaan yang berpenyakit permanen, untuk dapat
meninggal dengan terhormat, seperti dengan pemberian suntik mati. Euthanasia
pasif adalah tindakan disengaja untuk menunda atau menghentikan perawatan,
sistem penunjang kehidupan, atau selain makan yang dapat memperpanjang
kehidupan pasien dengan penyakit tak tersembuhkan.
Meskipun kontroversi, secara tidak sadar bahwa masyarakat telah sering
mempraktekkan euthanasia pasif dalam bentuk penghentian pengobatan.
Sehingga dalam pemberian layanan kepada lansia di PSTW meskinya kita
berhati-hati untuk melaksanakan euthanasia pasif ini, minimal ada sebuah case
conferencee yang membahas kasus tersebut untuk dihasilkan sebuah kesepakan
untuk melakukan penghentian pengobatan dengan alasan kemanusiaan.
Penghentian pengobatan sebaiknya berdasarakan atas kesepakatan atau
permintaan pasien dan atau keluarga, disetujui dokter dan termasuk pihak
PSTW.
c. Program Living Arrangement bagi lansia
1. Retirement hotel. Bangunan hotel atau apartemen yang didesain ulang untuk
memenuhi kebutuhan kemandirian lansia. Pelayanan hotel secara umum
meliputi : layanan operator, layanan kamar, dan pusat pesan.
2. Perumahan bersama. Rumah dapat dibagi secara informal oleh orang tua dan
anak atau bersama teman, terkadang beberapa lembaga sosial menyatukan
antara orang-orang yang membutuhkan tempat tinggal dengan orang-orang
yang memiliki rumah atau apartemen dengan kamar ekstra. Lansia biasanya
memiliki kamar pribadi tetapi berbagi tempat untuk memasak, makan, dan
dapat bertukar layanan seperti pengerjaan pekerjaan rumah sebagai biaya
sewa.
3. Congregate Housing. Kompleks apartemen sewaan swasta atau disubsidi
pemerintah yang didesain untuk lansia, menyediakan makanan, pengerjaan
urusan rumah tangga, transportasi, aktivitas sosial, rekreasi, dan terkadang
perawatan kesehatan. Salah satu tipe perumahan Congregate Housing adalah
group home, yakni menyewa seorang pembantu untuk berbelanja, memasak,
melakukan pekerjaan bersih-bersih rumah, dan memberikan konseling.
4. Foster care home. Sebuah keluarga menerima seorang lansia untuk tinggal
bersama dengan mereka dengan memberikan makanan, perawatan, dan
perlindungan, dimana diantara mereka tidak terdapat hubungan keluarga.
3. JEPANG
Penanganan penduduk lansia di Jepang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah
saja, namun keterlibatan pihak swasta pun banyak ditemukan. Bentuk kebijakan
bagi lansia yang jelas terlihat antara lain adalah didirikannya pusat fasilitas
kesehatan dan kesejahteraan lansia (silver center), panti werdha (rojin home), dan
pelayanan penitipan lansia harian (day care).
a. Silver center yang terdapat di Kota Sendai. Silver center merupakan salah
satu program dari Health Welfare Organization Kota Sendai. Silver center
didirikan khusus untuk penduduk lansia yang berdomisili di Kota Sendai.
Anggaran fasilitas ini selain berasal dari iuran yang diberikan oleh anggota,
juga didukung dana oleh Pemerintah Kota Sendai. Pembayaran dari anggota
berasal dari asuransi yang mereka bayarkan selama masih produktif bekerja.
Fasilitas yang dimiliki oleh pusat pelayanan lansia ini sangat lengkap.Mulai
dari fasilitas olahraga, ruang pertemuan, ruang pertunjukkan, pemandian,
sampai ruangan kerajinan tangan. Kesemua fasilitas tersebut tentu saja
dengan memperhitungkan lansia yang memiliki keterbatasan fisik dan usia
dari lansia itu sendiri. Penduduk lansia yang terdaftar menjadi anggota
memiliki akses ke seluruh fasilitas yang ada tiap harinya. Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara, banyak lansia yang menggunakan fasilitas
umum kota ini secara rutin, khususnya fasilitas olahraga yang cukup
beragam.

b. Rojin home jauh lebih baik dibanding panti werdha di Indonesia. Rojin home
di kawasan perdesaan Sendai, memiliki fasilitas yang cukup lengkap dengan
kamar pribadi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan para lansia. Mulai dari
ruang tidur, kamar mandi, ruang makan, dapur, dan fasilitas lainnya telah
dilengkapi dengan perlengkapan dan peralatan yang ramah lansia. Bahkan
terdapat rojin home yang telah dilengkapi dengan sistem keamanan
kebakaran, gempa dan tsunami. Selain fasilitas yang terjamin, makanan dan
kesehatan dari para lansia juga menjadi perhatian pengelola rojin home.
Bahan makanan sebelum dimasak terlebih dahulu diperiksa kebersihan dan
disesuaikan dengan kondisi kesehatan dari para lansia itu sendiri. Begitu juga
denganpara tenaga medis, sepertidokter dan perawat yang selalu siap di
tempat, serta kelengkapan obat-obatan untuk para lansia yang cukup lengkap.

c. Daycare Pelayanan publik untuk lansia ini jauh lebih sederhana dibanding
dengan silver center ataupun rojin home. Fasilitas yang disediakan juga tidak
selengkap dengan dua fasilitas sebelumnya. Sistem daycare layaknya tempat
penitipan bayi dan balita yang waktunya dibatasi dari pagi hingga sore hari.
Biasanya waktu pelayanan antara jam 8.00 pagi sampai jam 17.00 sore.
Lansia diberikan makan dua kali dan dimandikan sebelum dijemput oleh
keluarga pada sore hari. Kegiatan yang dilakukan selama di day care antara
lain bermain bersama, menonton, berbincang, tidur siang, dan lain
sebagainya. Kisaran usia lansia yang ada di day care adalah 65-99 tahun.
Daya tampung juga tidak sebanyak kedua fasilitas sebelumnya.Day care
untuk lansia menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak dapat mengurus
orang tua karena tuntutan waktu bekerja.Kendala dari day care ini adalah
minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berminat untuk bekerja sebagai
penjaga lansia (care giver). Hal ini karena minimnya gaji yang didapatkan
jika bekerja sebagai petugas di day care.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Kelopok
lanjut usia dibedakan menjadi 2 yaitu : Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan
keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal dan Untuk lanjut usia yang mengalami
pasif, yang tergantung pada orang lain.
Adapun program kesehatan lanjut usia di Indonesia adalah : peningkatan dan pemantapan
upaya kesehatan para Lanjut Usia, Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi Lanjut Usia,
Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi Usia.
Program kesehatan lansia di Amerika serikat adalah The National Family Caregiver
Support Program (NFCSP)Bentuk Pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah :
Individual counseling, Support group, Pelatihan, Respite care.
Program kesehatan lansia di INGGRIS adalah :Komunitas Pensiunan (retirement
community) , Program Bantuan menjelang kematian, Program Living Arrangement
bagi lansia
Program kesehatan di JEPANG adalah : Silver center , Rojin home , Daycare.

B. SARAN
Adapun saran yang ingin kelompok ampaikan kepada pembaca adalah upayakan tetap
memberikan pelayan kesehatan kepada lansia secara maksimal meskipun sarana dan prasarana
yang belum memadai sayangilah lansia sebagaimana menyayangi orang tua kita sendiri yang
telah merawat kita sejak kecil.
Daftar pustaka

Kholifah, Siti nur.2016. Keperawatan gerontik. Kemenkes RI

https://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/population-dynamics/50-kajian-
kependudukan/keluarga-dan-kesehatan/287-fasilitas-kesejahteraan-bagi-penduduk-lansia-
sebuah-catatan-perjalanan-di-sendai-jepang.

https://gaumabaji.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=33

Anda mungkin juga menyukai