KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM KESEHATAN LANSIA DI LUAR NEGRI
DISUSN OLEH:
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PROGRAM KESEHATAN LANSIA
DI LUAR NEGRI ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
KEPERATAN GERONTIK di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
FAKULTAS KESEHATAN. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang program kesehatan lansia di luar negri bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL..........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................
B. Tujuan penulisan...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050.
Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.
Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010, Lansia yang tinggal di perkotaan
sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%).
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di
perdesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu
sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar
13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini
dapat disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Kebijakan
pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No
13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial
baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan
Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential
(ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia
Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial
sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang
wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Maka dalam hal ini kelompok kami akan membahasa mengenai program-program
pemerintah mengenai kesehatan lansia diluar negri agar dapat menjadi pembelajaran bagi
pembaca sekaligus bisa diguanakn sebagai pacuan dalam melakukan perawatan yang
professional kepada lansia.
B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui Definisi Lanjut Usia
b. Untuk mengetahui Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia
c. Untuk mengetahui Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
d. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
e. Untuk mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
f. Untuk mengetahui Program-Program Kesehatan Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pendekatan psikis
Dalam pendekatan psikis, perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter ,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai
bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip
” Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari
lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus
selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan
kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini
mereka puas dan bahagia.
c. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama
klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut
usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban
bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, Dr. Tony setyobudi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa
takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidakpastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan kelurga
dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan
memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam
mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan
keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di
tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu
menghantui pikiran lanjut usia.
Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang
merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat
perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik
saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama
mereka.
b. Rojin home jauh lebih baik dibanding panti werdha di Indonesia. Rojin home
di kawasan perdesaan Sendai, memiliki fasilitas yang cukup lengkap dengan
kamar pribadi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan para lansia. Mulai dari
ruang tidur, kamar mandi, ruang makan, dapur, dan fasilitas lainnya telah
dilengkapi dengan perlengkapan dan peralatan yang ramah lansia. Bahkan
terdapat rojin home yang telah dilengkapi dengan sistem keamanan
kebakaran, gempa dan tsunami. Selain fasilitas yang terjamin, makanan dan
kesehatan dari para lansia juga menjadi perhatian pengelola rojin home.
Bahan makanan sebelum dimasak terlebih dahulu diperiksa kebersihan dan
disesuaikan dengan kondisi kesehatan dari para lansia itu sendiri. Begitu juga
denganpara tenaga medis, sepertidokter dan perawat yang selalu siap di
tempat, serta kelengkapan obat-obatan untuk para lansia yang cukup lengkap.
c. Daycare Pelayanan publik untuk lansia ini jauh lebih sederhana dibanding
dengan silver center ataupun rojin home. Fasilitas yang disediakan juga tidak
selengkap dengan dua fasilitas sebelumnya. Sistem daycare layaknya tempat
penitipan bayi dan balita yang waktunya dibatasi dari pagi hingga sore hari.
Biasanya waktu pelayanan antara jam 8.00 pagi sampai jam 17.00 sore.
Lansia diberikan makan dua kali dan dimandikan sebelum dijemput oleh
keluarga pada sore hari. Kegiatan yang dilakukan selama di day care antara
lain bermain bersama, menonton, berbincang, tidur siang, dan lain
sebagainya. Kisaran usia lansia yang ada di day care adalah 65-99 tahun.
Daya tampung juga tidak sebanyak kedua fasilitas sebelumnya.Day care
untuk lansia menjadi pilihan bagi masyarakat yang tidak dapat mengurus
orang tua karena tuntutan waktu bekerja.Kendala dari day care ini adalah
minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berminat untuk bekerja sebagai
penjaga lansia (care giver). Hal ini karena minimnya gaji yang didapatkan
jika bekerja sebagai petugas di day care.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Kelopok
lanjut usia dibedakan menjadi 2 yaitu : Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan
keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal dan Untuk lanjut usia yang mengalami
pasif, yang tergantung pada orang lain.
Adapun program kesehatan lanjut usia di Indonesia adalah : peningkatan dan pemantapan
upaya kesehatan para Lanjut Usia, Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi Lanjut Usia,
Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi Usia.
Program kesehatan lansia di Amerika serikat adalah The National Family Caregiver
Support Program (NFCSP)Bentuk Pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah :
Individual counseling, Support group, Pelatihan, Respite care.
Program kesehatan lansia di INGGRIS adalah :Komunitas Pensiunan (retirement
community) , Program Bantuan menjelang kematian, Program Living Arrangement
bagi lansia
Program kesehatan di JEPANG adalah : Silver center , Rojin home , Daycare.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin kelompok ampaikan kepada pembaca adalah upayakan tetap
memberikan pelayan kesehatan kepada lansia secara maksimal meskipun sarana dan prasarana
yang belum memadai sayangilah lansia sebagaimana menyayangi orang tua kita sendiri yang
telah merawat kita sejak kecil.
Daftar pustaka
https://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/population-dynamics/50-kajian-
kependudukan/keluarga-dan-kesehatan/287-fasilitas-kesejahteraan-bagi-penduduk-lansia-
sebuah-catatan-perjalanan-di-sendai-jepang.
https://gaumabaji.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=33