Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 1

PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA, PRINSIP DAN ETIKA

DI SUSUN OLEH :

1. AIBA HAJJAH NURAINI


2. AZIZA INAYAH
3. FIKRI DERMAWAN
4. HELFI NOVRIANI

DOSEN PENGAMPUH

Ns. NEHRU NUGROHO .,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sertakarunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “pendekatan perawatan lansia, prinsip dan etika”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dansaran yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan sertadalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga makalah ini dapat memberikanmanfaat bagi kita sekalian

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1. Latar belakang........................................................................................................4
2. Tujuan Penulisan....................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Pengertian Lansia...................................................................................................6
B. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia..............................................................6
C. Pemeliharaan dan Pelayanan...............................................................................11
D. Prinsip Moral Etik terhadap Lansia.......................................................................12
E. Aspek Hukum Dan Etika.......................................................................................13
F. Permasalahan pada Lanjut Usia Ditinjau dari Aspek Hukum dan Etik..................14
BAB III...............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
A. KESIMPULAN........................................................................................................16
B. SARAN..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada


organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu
dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses
menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga
tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap)
yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu
pelayanan konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi.
Pelayanan ini tidak lain untuk meningkatkan taraf  kesejahteraan lansia,
mewuujudkan kemandirian usaha  sosial ekonomi lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat
menjadi 11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki
potensi kerja yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu
membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam
praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang prima.
Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral
dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar
langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan
sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi tindakan keperawatan, dan
bahan pengambilan keputusan. Kesadaran menejer keperawatan terhadap
nilai penelitian yang potensial akan memberikan dampak yang
menguntungkan bagi organisasi, misalnya kinerja keperawatan yang
meningkat dan out come klien yang optimal.
2. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Instruktusional umum


Agar keluarga dan masyarakat mengetahui bagaimana cara
pelayanan yang baik dan bermutu bagi lansia.

2. Tujuan Instruktusional khusus


a. Agar  keluarga/perawat dapat memahami keinginan klien lansia
b. Agar kebutuhan lansia baik secara bilogis, psikologi, sosiologi,
psilkologi dan spiritualnya dapat terpenuhi secara baik dan benar
c. lansia dapat berbagi pada keluarga /perawat tentang masalah yang
sedang dihadapinya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia

Lansia merupakan kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.


(Hardywinoto dan setiabudhi; 1999).
Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secaara perlahan-lahansehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi.
(Constantinides ;1994)
B. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam


memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial,
kesehatan, dan perawatan lanjut usia serta meningkatkan mutu pelayanan
bagi lansia.
Fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia,
pusat informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan
sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.

1. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


a.  Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan
fisik melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang
dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau
progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat
dibagi atas dua bagian, yaitu:
a) Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik
yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya
sendiri.
b) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat  harus
mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama
tentang hal yang terhubung dengan kebersihan perseorangan
untuk mempertahankan kesehatannya.

b. Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan
sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan
service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap. Perawat ahrus mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya
tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa
puas dan bahagia di masa lanjut usianya.

c.  Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah
satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama sesame klien lanjut usia
berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini
merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik
antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia
untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu
dirangsang untuk membaca surat kabar dan majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi, baik dengan sesama mereka maupun petugas yang
secara lansung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi
lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia dipanti sosial tresna
wherda.

2. Tempat Yang Dapat Dijadikan Sebagai Aspek Pelayanan Bagi Lansia


a. Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi
lanjut usia yangdlakukan di rumah sendiri atau dalam lingkungan
keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan adalah
membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah
lansia sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap
tinggal di lingkungan keluarganya.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a) Perseorangan : perawat, pemberi asuhan
b) Keluarga
c) Kelompok
d) Lembaga / organisasi sosial
e) Dunia usaha dan pemerintah

Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan,


bantuan melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan
perawatan kesehatan, penyuluhan gizi. Pelayanan diberikan secara
kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau
keluarganya membutuhkan.
b. Foster Care Service
Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah
pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia di luar keluarga
sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga lain
karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang
dibutuhkannya atau berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan
dan mengatasi masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya.
Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat dilayani
oleh keluarganya sendiri.
Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa
a) Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan member makanan
b) Peningkatan gizi
c) Bantuan aktivitas
d) Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan
e) Pendampingan rekreasi
f) Olah raga dsb

c. Pusat Santunan Keluarga (pusaka)


Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang
tidak jauh daritempat tinggal lansia. Tujuan pelayanan ini adalah
membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi permasalahan,
memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus
member kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan
keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam
lingkungan keluarga sendiri atau keluarga pengganti. Lansia masih
sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan ekonomi.
d. Panti Sosial Tresna Wherda
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani,
rohani, sosial dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia
agar dapat memiliki kehidupan secara wajar.Pelayanan yang
diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
a) Kegiatan rutin
i. Pemenuhan makan 3x/hari
ii. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam
gerak latih otak dsb)
iii. Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama
iv. Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda)
v. Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke,
berkebun)

b) Kegiatan waktu luang


i. Bermain (catur, pingpong)
ii. Berpantun/baca puisi
iii. Menonton film
iv. Membaca Koran

3. Prinsip Pelayanan
Dalam memberi asuhan keperawatan pada lansia, dilaksanakan
dengan memperhatikan bebrapa prinsip:
a. Tidak memberi stigma, pada dasarnya proses menua disertai masalah
seperti kesepian, berkurang pendengaran, kurangnya penglihatan dan
lemah fisik. Hal tersebut merupakan proses alamiah.
b. Tidak mengucilkan
c. Tidak membesar-besarkan masalah
d. Pelayanan yang bermutu
e. Pelayanan yang cepat dan tepat
f. Pelayanan secara komprehensif
g. Menghindari sikap belas kasihan
h. Pelayanan yang efektif dan efesien
i. Pelayanan yang akuntabel

C. Pemeliharaan dan Pelayanan

Pelayanan lansia (termasuk pelayanan kesehatan dan perawatan)


mempunyai tujuan kesejahteraan dan kemampuan lansia. Oleh karena itu,
pelayanan keperawatan harus diberikan kepada lansia, baik dalam dalam
keadaan sehat maupun sakit dengan membantu mempertahankan dan
memberi semangat hidup mereka.
Sasaran upaya pelayanan kesehatan dan kesejahteraan lansia adalah:
1. Lansung
a. lanjut usia aktif
i. komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai gizi, kesehatan dll
ii.  mempertahankan kesehatan agar tetap mandiri

b. Lanjut usia pasif (pelayanan promotif, preventif, kuratif dan


rehabilitative, asuhan keperawatan.

2. Tidak lansung
a. keluarga lansia, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial
masyarakat
b. pemeliharaan kesehatan masyarakat di PSTW pada umumnya
dilaksanakan oleh petugas kesehatan puskesmas secara berkala
c. keperawatan lansia yang sakit, lansia yang mengalami sakit yang
cukup serius dan perlu dirawat secra intensif, dirujuk ke rumah sakit
yang lebih bagus.

Lansia yang sehat secara fungsional masih bisa mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain. Aktivitas sehari-hari maish penuh dan mampu
merawat diri sendiri. Asuhan keperawatan yang diperlukan adalah
pencegahan primer yang mengutamakan peningkatan derajat kesehatan dan
pencegahan penyakit.
D. Prinsip Moral Etik terhadap Lansia

Prinsip Moral Etik Terhadap Lansia


1. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai atau menghormati hak-hak klien.
2. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih perawatan yang terbaik untuk dirinya.
3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan pasien)
Kewajiban perawat untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien atau
orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan
pasiennya
4. Non-Maleficence (Utamakan tiak mencederai pasien)
Kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian
atau cidera, yaitu dengan prinsip jangan membunuh, menghilangkan
nyawa, jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada klien dan jangan
melukai perasaan klien.
5. Confidelity (Hak Kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dipercayakan pasien kepada perawat.
6. Justice (Keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri
berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
7. Fidelity (Loyal / Ketaatan)
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab
terhadap kesepakatan yang telah diambil. Pada era modern, pelayanan
kesehatan berbentuk Upaya Tim (tanggung jawab tidak hanya pada satu
profesi) akan tetapi 80% kebutuhan dipenuhi oleh perawat.
8. Veracity (Kejujuran)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran. Terkait erat dengan prinsip
otonomi, khususnya terkait informed-consent. Prinsip ini mengikat pasien
dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.
E. Aspek Hukum Dan Etika

Nilai etik dapat membei dampak dalam keperawatan lanjut usia. Menurut
hasil penelitian LiseLotte Jonasson, MSc., et.all (2011), berdasarkan
pengamatan pada lansia usia 65 tahun dan wawancara tindak lanjut dengan 20
perawat dan data dianalisis dengan analisis komparatif konstan menunjukkan
adanya pengaruh etik dalam perawat lansia yaitu tiga kategori diidentifikasi
berupa pertimbangan, hubungan dan perawatan. Kategori ini membentk dasar
kategori inti yaitu “Penguatan”. Dalam upaya penguatan, fokusnya adalah
pada orang ang membutuhkan integritas dan penentuan nasib sendiri yaitu
berupa prinsip otonomi. Pembenaran menempatkan tanggung jawab khusus
pada perawat akan manfaat pasien ang lebih ta melalui dukungan dan
pemberian kekuatan. Penguatan tawaran lainnya dilakukan dengan dukungan
dan interaksi. Hal ini tidak cukup untuk menjadi pertimbangan baik yaitu
untuk mendapatkan keuntungan seseorang dan juga menutun perawat hars
menghubungkan dan merawat orang tua yaitu menunjukkan non sifat
mencelakakan untuk menguatkan lansia tersebut dapat meningkatkan etika
asuhan keperawatan. Prinsip keadilan tidak secara khusus diidentifikasika
sebagai tindakan keperawatan pada pasien. Namun, semua pasien
lanjut usia menerima pengobatan, perawatan, dan penerimaan secara setara
atau sama tanpa ada perbedaan. 
Hukum tentang Lanjut Usia dan penerapannya disuatu negara merupakan
gambaran sampai berapa jauh perhatian negara terhadap para Lanjut Usianya.
Baru sejak tahun 1965 di indonesia diletakkan landasan hukum, yaitu Undang-
Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Bantuan bagi Orang Jompo. Bila
dibandingkan dengan keadaan di negara maju, di negara berkembang
perhatian terhadap Lanjut Usia belum begitu besar.
F. Permasalahan pada Lanjut Usia Ditinjau dari Aspek Hukum dan
Etik

Permasalahan yang masih terdapat pada Lanjut Usia, bila ditinjau dari aspek
hukum dan etika, dapat disebabkan ole factor, seperti berikut :
1. Produk Hukum
Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak, belum semua
produk hukum dan perundang-undangan mempunyai Peraturan
Pelaksanaan. Begitu juga belum diterbirkan Peraturan Daerah, Petunjuk
Pelaksanaan serta Petunjuk Teknisnya, sehingga penerapannya di
lapangan sering menimbulkan permasalahan. Undang-undang terakhir
yang diterbitkan yaitu Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, baru
mengatur kesejahteraan sosial Lanjut Usia, sehingga perlu
dipertimbangkan diterbitkannya undang-undang lainnya yang dapat
mengatasi permasalahan Lanjut Usia secara spesifik.
2. Keterbatasan prasarana
Prasarana pelayanan terhadap Lanjut Usia yang terbatas di tingkat
masyarakat, pelayanan tingkat dasar, pelayanan rujukan tingkat I dan
tingkat II, sering menimbulkan permasalahan bagi para Lanjut Usia.
Demikian pula, lembaga sosial masyarakat dan organisasi sosial dan
kemasyarakatan lainnya yang menaruh minat pada permasalahan ini
terbatas jumlahnya. Hal ini mengakibatkan para Lanjut Usia tak dapat
diberi pelayanan sedini mungkin, sehingga persoalanya menjadi berat
pada saat diberikan pelayanan.
3. Keterbatasan sumberdaya Manusia
Terbatasntya kuantitas dan kualitas tenaga yang dapat memberi
pelayanan serta perawatan kepada Lanjut Usia secara bermutu dan
berkelanjutan mengakibatkan keterlambatan dalam mengetahui tanda-
tanda dini adanya suatu permasalahan hukum dan etika yang sedang
terjadi. Dengan demikian, upaya mengatasinya secara benar oleh tenaga
yang berkompeten sering dilakukan terlambat dan permasalahan sudah
berlarut. Tenaga yang dimaksud berasal dari berbagai disiplin ilmu, antara
lain :
1. Tenaga ahli gerontology
2. Tenaga kesehatan : dokter spesalis geriatric, psikogeriatri, neurogeriatri,
dokter spesialis dan dokter umum terlatih, fisioterapis, speech therapist,
perawat terlatih.
3. Lembaga sosisal : sosiolog, petugas yang mengorganisasi kegiatan
(case managers), petugas sosial masyarakat, konselor.
4. Ahli hukum: sarjana hukum terlatih dalam gerontology, pengacara
terlatih, jaksa penuntut umum, hakim terlatih.
5. Ahli psikolog : psikolog terlatih dalam gerontology, konselor.
6. Tenaga relawan : kelompok masyarakat terlatih seperti sarjana,
mahasiswa, pramuka, pemuda, ibu rumah tangga, pengurus lembaga
ketahanan masyarakat desa, Rukun Warga/RW, Rukun Tetangga/RT
terlatih.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lansia merupakan kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.


Fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat
informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh
daritempat tinggal lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu
keluarga/lanjut usia dalam mengatasi permasalahan, memenuhi kebutuhan,
memecahkan masalah lansia sekaligus member kesempatan kepada lansia
untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga. Nilai etik dapat membei dampak
dalam keperawatan lanjut usia.
fokusnya adalah pada orang ang membutuhkan integritas dan
penentuan nasib sendiri yaitu berupa prinsip otonomi. Pembenaran
menempatkan tanggung jawab khusus pada perawat akan manfaat pasien
ang lebih ta melalui dukungan dan pemberian kekuatan.

B. SARAN

1. Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik/saran demi


kesempurnaan makalah ini.
2. Diharapkan kepada pembaca untuk membaca buku atau referensi lain
yang berkaitan dengan Riset Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Amar. 2017. Hubungan pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi
lansia di Desa Kebondalem Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto: Sain Med
Jurnal Kesehatan Vol. 9 No.1. Surabaya: Kantor Kopertis Wilayah VII Amal,
Ahmad Ikhlasul. 2017.

Identifikasi komunikasi antara keluarga dengan pasien presbiakusis yang tinggal


dalam satu rumah. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah. Jurnal Online
diakses dari http://jurnal.unissula.ac.id, tanggal 07 Mei 2019

Ayunityas, Fitria & Prihatiningsih, Witanti. 2017. Komunikasi Terapeutik pada


Lansia di Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari, Depok. Media Tor Vol 10 (2).
Jurnal Online: diakses dari https://upnvj.ac.id tanggal 01 Mei 2019

Mulyana, Dedy. 2017. Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Bandung: Rosdakarya.

Musliha & Fatmawati, Siti. 2010. Komunikasi keperawatan plus materi komunika

Anda mungkin juga menyukai