Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI PADA PERAWATAN LANSIA MELIPUTI POSYANDU

LANSIA, LATIHAN KOGNITIF, LATIHAN MOBILISASI DAN SENAM


LANSIA

OLEH:

NI NYOMAN PUTRI ANTINI (P07120017087)

I GUSTI AYU KADE CINTYA PURNAMI (P07120017101)

IDA BAGUS ALDHI WIDYANUGRAHA (P07120017115)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah untuk memenuhi tugas keperawatan gerontik dengan judul
Implementasi Pada Perawatan Lansia Meliputi Posyandu Lansia, Latihan Kognitif,
Latihan Mobilisasi Dan Senam Lansia ini dapat tersusun hingga selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Kepada bapak pembimbing mata kuliah keperawatan gerontik, kepada
teman-teman kelompok yang udah bekerjasama, serta teman-teman yang sudah
mendukung pembuatan paper ini.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 26 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................5

1.3 TUJUAN..............................................................................................................5

1.4 MANFAAT..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

2.1 POSYANDU LANSIA........................................................................................6

2.2 LATIHAN KOGNITIF......................................................................................11

2.3 LATIHAN MOBILISASI..................................................................................12

2.4 SENAM LANSIA..............................................................................................13

BAB III PENUTUP.....................................................................................................18

3.1 SIMPULAN.......................................................................................................18

3.2 SARAN..............................................................................................................18

DAFTAR PUTAKA....................................................................................................19

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Lansia adalah  tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk
mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya.
Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan
kepekaan secara individual.
Di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari
seluruh penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun.
Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara
fisik, biologis, mental dan sosialnya.Dengan makin bertambahnya penduduk usia
lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun
selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain.
Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen
populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.Usia lanjut juga
dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan memerlukan
tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif maupun preventif,
agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna
dan bahagia.
Seiring dengan berkembangnya jaman maka semakin banyak lansia karena
taraf kesehatan yang cenderung membaik namun ironisnya makin sedikit anak-
anak mereka yang mau merawat orang tuanya yang telah mencapai usia lanjut

4
karena tuntutan pekerjaan. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas
implementasi perawatan lansia agar nantinya mampu menjawab tantangan yang
berkembang di masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja implementasi perawatan yang dapat diberikan pada lanjut usia?
2. Apa itu Posyandu Lansia?
3. Apa itu Latihan Kognitif ?
4. Apa itu Latihan Mobilisasi ?
5. Apa itu Senam Lansia?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagian dari implementasi yang diberikan pada lanjut usia
2. Untuk mengetahui mengenai posyandu lansia
3. Untuk mengetahui mengenai latihan kognitif pada lansia
4. Untuk mengetahui mengenai latihan mobilisasi yang dapat diberikan pada lansia
5. Untuk mengetahui mengenai senam lansia

1.4 MANFAAT
1. Manfaat Umum
Pembaca mengetahui tentang implementasi yang dapat diberikan pada lanjut usia
2. Manfaat Praktis
Pembaca khusunya perawat dapat mengaplikasikan implementasi yang sesuai
diberikan kepada lansia

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 POSYANDU LANSIA


A. Pengertian
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang udah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu lansia merupakan perkembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan pemerintah bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat, dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
B. Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah:
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
C. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran poyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (49-59 tahun), usia lanjut
(60-69 tahun), dan usia risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia
lanjut berumur 60 atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak
langsung adalah keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat tempat lansia
berada, organisasi sosial, petugas kesehatan, dan masyarakat luas.
D. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sitem 5 meja, pelayanan
yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota

6
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia item 5 meja
seperti posyandu balita, ada juga yang hanya menggunakan sistem pelayanan
3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Meja 1: pendaftaran lansia, pegukuran, dan penimbangan berat badan
dan/atau tinggi badan
2) Meja 2: melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indek massa
tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja ini.
3) Meja 3: melakukan kegiatan penyuluhan atau koneling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gigi.

Mekanisme pelayanan dengan 7 meja:

1) Meja 1: pendaftaran
2) Meja 2: pemeriksaan kesehatan
3) Meja 3: pengukuran tekanan darah, tinggi badan dan berat badan, serta di
catat di KMS
4) Meja 4: penyuluhan
5) Meja 5: pengobatan
6) Meja 6: pemeriksaan gigi
7) Meja 7: PMT (pemberian makanan tambahan)

Mekanisme pelayanan 5 meja:

1) Meja 1: pendaftaran
2) Meja 2: pengukuran dan penimbangan berat badan
3) Meja 3: pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan,
indeks massa tubuh, dan mengisi KM
4) Meja 4: penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi, serta pemberian
makanan tambahan
5) Meja 5: pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pengisian data-data hasil
pemeriksaan kesehatan pada kms. Dan diharapkan setiap kunjungan para

7
lansia dianjurkan untuk membawa kms lansia guna memantau status
kesehatannya.
E. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu.
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan
lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari- harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,
lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup seha
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2) Jarak rumah dengan lokasi poyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu
tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau
lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keelamatan bagi lansia. Jika lasia merasa aman atau merasa mudah
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau
motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian,
keamanan ini merupakan faktor ekternal dari terbentuknya motivasi untuk
menghadiri posyandu lansia.
3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lani untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyedikan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke

8
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau
sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar aas kesiapan atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan poyandu. Dengan sikap yang
baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk beraksi
dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu proses.
F. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan fisik
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan kartu menuju sehat
(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyaki yang diderita (deteksi dini) atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada lanjut usia di posyandu lansia berupa pemeriksaan aktivitas
kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar.
1) Kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air kecil/besar dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui pelalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh.
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
5) Pemeriksaan hemogrobin menggunakan talquist, sajli, atau cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabete melitus).

9
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
8) Pemeriksaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1-7.
9) Penyuluhan kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi


setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan meperhatikan
aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olahraga, seperti senam
lanjut usia dan gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan di posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang yaitu: tempat kegiatan (gedung ruangan, tempat terbuka),
meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa,
meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

G. Program Kesehatan Lansia


Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok
lansia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui
beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah posyandu
lansia, pelayanan kesehatan tingkat dasar adalah puskesmas, dan pelayanan
kesehatan lansia tingkat lanjutan adalah rumah sakit.
Sebagai pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat, posyandu lansia
memiliki arti penting. Sama halnya dengan posyandu balita, posyandu lansia
adalah kegiatan kesehatan dasar untuk para lansia yang diselenggarakan dari,
oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi,
posyandu lansia merupakan kegiatan swadaya dari mayarakat di bidang
kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa. pelayanan kesehatan lansia
yang dimaksud adalah penduduk usia 45 tahun keatas yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga keehatan, baik di puskesmas
maupun di posyandu.

10
2.2 LATIHAN KOGNITIF
Terapi Kognitif-Perilaku merupakan latihan yang dilakukan bagi lansia yang
mengalami depresi yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian, terutama dalam
kecepatan memberikan terapi. Terapi Kognitif-Perilaku untuk lansia yang
mengalami depresi biasanya diberikan dalam tiga fase besar, yaitu
1) Fase awal
Pada fase ini, terdapat lima komponen yang perlu dipenuhi, yaitu:
a) membangkitkan harapan lansia terhadap terapi yang akan ia dapatkan,
b) menjelaskan karakteristik Terapi Kognitif-Perilaku yang bersifat
kolaboratif, sehingga membutuhkan partisipasi aktif lansia sebagai klien
c) mengklarifikasi bahwa Terapi Kognitif-Perilaku memiliki batasan waktu
dan sesi-sesi yang sudah tersusun dengan jelas
d) menekankanfokus Terapi Kognitif-Perilaku untuk membahas masalah
yang sifatnya“here-and-now”
e) membangun tujuan-tujuan yang akan dicapaiselama sesi-sesi selanjutnya.
Seluruh komponen ini dikaitkan denganmasalah depresi yang dialami
oleh lansia. Fase ini akan diisi denganperkenalan dan pengantar
mengenai proses terapi, sekaligus penjelasan mengenai Terapi Kognitif-
Perilaku itu sendiri yang dikaitkan dengan depresi.
2) Fase pertengahan
Pada fase ini, isi dari Terapi Kognitif-Perilaku mulai diberikan dan
lansia diperkenalkan dengan alat-alat bantu dalam terapi, misalnya alat untuk
mencatat kegiatan sehari-hari, lembar kerja saat sesi, dan lain-lain. Pada fase
ini juga, terapis dapat memberi pekerjaan rumah kepada lansia yang terkait
dengan tujuan sesi. Di fase ini, lansia diajak untuk menjalankanperan aktifnya
dalam mengatasi depresi dalam kesehariannya.
Fase ini akan berisi pemberian terapi berupa teknik monitor perasaan,
rencanakegiatan harian, relaksasi, teknik memecahkan masalah, mengenali
pikiran negatif, hingga restrukturisasi kognitif atau pikiran, termasuk

11
pemberian tugas yang perlu dikerjakan secara mandiri oleh lansia yang
menjadi partisipan.
3) Fase akhir
Pada fase akhir, lansia dipersiapkan untuk mengakhiri terapi bersama
terapis dan membuat rencana untuk mencegah terjadinya kekambuhan
masalah depresi dalam dirinya (relapse prevention). Lansia perlu diajak untuk
membahas materi-materi yang pernah diberikan dalam terapi dan membuka
catatan untuk dapat mengingatnya dengan mudah. Cara ini bisamembuat
lansia merasa dihargai dan percaya diri bahwa ia masih bisa belajar dari terapi
yang diberikan walaupun usianya sudah tua.
Fase ini berisi upaya membahas dan mengerjakan ulang seluruh teknik
yang sudah diberikan dalam proses terapi menjelang terminasi, agar lansia
yang menjadi partisipan semakin memahami teknik-teknik yang
sudahdiberikan dan terdorong untuk mencegah kekambuhan depresi
dalamdirinya.

2.3 LATIHAN MOBILISASI


Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari
imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit
kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi
ini imobilitas mempengaruhi tubuh yang telah terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat dengan
tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut
atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat seseorang menjadi tergantung.
Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia termasuk memperlambat proses
penuaan, memperpanjang usia. Fungsi kardiovaskular yang lebih baik dan
peningkatan perasaan sejahtera. Penatalaksaan pada lansia dengan gangguan
mobilisasi yaitu:
a) Pencegahan primer

12
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan,
moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system musculoskeletal,
kardiovaskuler, pulmonal
1) Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan
mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikan
kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan.
2) Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima
oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
b) Pencegahan sekunder
Imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.
Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian tentang berbagai faktor
yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan latihan ROM aktif
maupun pasif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki klien
c) Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga
serta teman-teman untuk mendukung kesehatan lansia misalnya dengan
memberikan lingkungan kondusif

2.4 SENAM LANSIA


A. Konsep Teori
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

13
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan
suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta
pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh.
Senam berasal dari bahasa Yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang
berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam
harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk
mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam
latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan.
Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan
fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok
lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah
diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik
kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah
serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
B. Manfaat Senam

14
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan
untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn
ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan
persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan
neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak,
sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin
yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan
gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa
tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan
mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut
nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung
sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan
osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang
sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada
pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat
memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada
impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka
muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik,
akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan
menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah
cedera (Suroto, 2004).

15
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha
yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi
dan metabolic yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan
enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik),
bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang
mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim
untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006).
Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa
manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan
merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu
pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit,
merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan,
memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.
C. Gerakan Senam Lansia
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam
setiap latihan,meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan
(pendinginan)(Sumintarsih, 2006).
a) Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan
menyiapkanfungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang
lebih beratpada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap
menerimapembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak
jantungmaksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat.
Pemanasanyang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau
kelelahan.
b) Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau
gerakan intiyakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model
latihan yangsesuai dengan tujuan program latihan.

16
c) Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial.
Tahap inibertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih
denganmelakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini
ditandaidengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu
tubuh, dansemakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikandarah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darahdiotot kaki dan tangan.

17
BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi sehingga diperlukan berbagai implementasi
untuk meningkatkan taraf hidupnya terutama melalui tindakan preventif
danpromotif. Berbagi implementasi itu diantaranya adalah diadakannya posyandu
lansia, latihan kognitif, latihan mobilitas serta senam lansia untuk mewujudkan
lansia yang bahagia dan berdayaguna.

3.2 SARAN
Semoga nantinya makalah ini mampu menjadi sumber referensi bagi
makalah makalah mengenai perawatan lansia dan mampu menjadi pedoman bagi
mahasiswa perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada lansia

18
DAFTAR PUTAKA

Artinawati,Sri. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik. Bogor: In Media

Sumintarsih. 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora


Volume 13

Sunaryo, dkk.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: CV. Andi Offset

Suroto. 2004. Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan
Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum.

Suryanto. 1998. Kesehatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora Th

19

Anda mungkin juga menyukai