Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI PADA PERAWATAN LANSIA MELIPUTI

POSYANDU LANSIA, LATIHAN KOGNITIF, LATIHAN


MOBILISASI DAN SENAM LANSIA

OLEH:

KELOMPOK 7

KELAS 3.1

NI WAYAN YUNI ANTARI (P07120016012)

WAYAN ERNA SULISTYA CAHYANI (P07120016018)

NI LUH DIAN DAYANA (P07120016019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
rahmat dan karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul
implementasi Pada Perawatan Lansia Meliputi Posyandu Lansia, Latihan
Kognitif, Latihan Mobilisasi Dan Senam Lansia.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami banyak


permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Koordinator
Mata Perkuliahan Keperawatan Gerontik yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan.

Denpasar, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Implementasi Dalam Perawatan Lansia ............................................................... 3
1. Posyandu Lansia ............................................................................................. 3
2. Penerapan Terapi Kognitif-Perilaku pada Lansia........................................... 7
3. Latihan mobilisasi .......................................................................................... 9
4. Senam lansia ................................................................................................. 10
BAB III ....................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................... 14
A. Simpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke


atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan
kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual.
Di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99% dari
seluruh penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun.
Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah baik secara
fisik, biologis, mental dan sosialnya.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan
segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping
itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua
orang dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia
lanjut akan memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat
promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta
menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
Seiring dengan berkembangnya jaman maka semakin banyak lansia karena
taraf kesehatan yang cenderung membaik namun ironisnya makin sedikit anak-

1
anak mereka yang mau merawat orang tuanya yang telah mencapai usia lanjut
karena tuntutan pekerjaan.

1.1 Rumusan masalah


A. Apa saja implementasi perawatan yang dapat diberikan pada lanjut usia?
1. Apakah yang dimaksud dengan posyandu lansia ?
2. Bagaimanakah penerapan terapi kognitif-perilaku pada lansia ?
3. Bagaimanakah latihan mobilisasi pada lansia ?
4. Bagaimanakah penerapan senam lansia ?

1.2 Tujuan
A. Untuk mengetahui implementasi perawatan yang dapat diberikan pada lanjut
usia
1. Untuk mengetahui pengertian posyandu lansia.
2. Untuk mengetahui penerapan terapi kognitif-perilaku pada lansia.
3. Untuk mengetahui latihan mobilisasi pada lansia.
4. Untuk mengetahui penerapan senam lansia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implementasi Dalam Perawatan Lansia

1. Posyandu Lansia
a. Pengertian
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan
dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan mereka. Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
dalam penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu
lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari,
oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Posyandu
lansia merupakan upaya kesehatan lansia yg mencakup kegiatan yankes yg
bertujuan untuk mewujudkan masa tua yg bahagia dan berdayaguna

3
b. Tujuan Posyandu Lansia
Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (2007),
yaitu:
1) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung
2) Memelihara kemandirian secara maksimal
3) Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
4) Melaksanakan pengobatan secara tepat
5) Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
6) Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
7) Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
8) Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan
kebutuhan
c. Sasaran
Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang
berusia 60 tahun keatas (Depkes,2000)
d. Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2000), manfaat dari posyandu lansia adalah :
1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
2) Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
3) Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang
e. Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain:
Lima upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain:
1) Upaya meningkatkan / promosi kesehatan
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya
merupakan upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut
Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam
bentuk pesan “BAHAGIA” yaitu :
 Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
 Aturlah makanan hingga seimbang

4
 Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
 Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang
bermanfaat
 Gerak badan teratur agar terus dilakukan
 Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi
yang menegangkan
 Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
1. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi
kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama).
Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu bulan sekali.
Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan keinginan
lanjut usia yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan
takwa
2. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :
a) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu
pertemuan yang diadakan disuatu tempat tertentu atau cara
tertentu misalnya pengajian rutin, arisan pertemuan rutin,
mencoba memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat
sederhana dan dini. Sederhana karena kita menciptakan sistem
pelayanan yang diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu
lansia dengan kader yang juga direkrut dari kelompok pra usia
lanjut. Bersifat dini karena pelayanan kesehatan tersebut
dilaksanakan rutin tiap bulan dan diperuntukkan bagi seluruh
lanjut usia baik yang merasa sehat maupun yang merasa
adanya gangguan kesehatan. Selain itu aspek preventif
mendapatkan porsi penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.
b) Penyuluhan gizi
c) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
d) Olah raga

5
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan
pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang,
apabila dilakukan secara baik dan benar. Manfaat latihan fisik
bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis kegiatan yang dapat
dilakukan, salah satunya adalah olah raga. Jenis olah raga yang
bisa dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia adalah
pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau berlari-lari,
berenang, bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan
tenis lapangan
e) Rekreasi
3. Peningkatan ketrampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang
sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa
mendatangkan rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat
yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang kebetulan anak
cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang selalu
berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
 Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
 Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
 Latihan kesenian bagi lansia
4. Upaya pencegahan/prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :
1. Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan
kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi
belum menderita penyakit
2. Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan
kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko.
Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga awal
timbulnya gejala atau keluhan

6
3. Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan
kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah
memperlihatkan gejala penyakit.

2. Penerapan Terapi Kognitif-Perilaku pada Lansia

Terapi Kognitif-Perilaku merupakan latihan yang dilakukan bagi lansia


yang mengalami depresi yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian,
terutama dalam kecepatan memberikanterapi. Terapi Kognitif-Perilaku untuk
lansia yang mengalami depresi biasanyadiberikan dalam tiga fase besar, yaitu
(Laidlaw, Thompson, Gallagher-Thompson& Dick-Siskin, 2003):
1) Fase awal
Pada fase ini, terdapat lima komponen yang perlu dipenuhi, yaitu:
a) membangkitkan harapan lansia terhadap terapi yang akan ia
dapatkan,
b) menjelaskan karakteristik Terapi Kognitif-Perilaku yang
bersifatkolaboratif, sehingga membutuhkan partisipasi aktif lansia
sebagai klien
c) mengklarifikasi bahwa Terapi Kognitif-Perilaku memiliki
batasanwaktu dan sesi-sesi yang sudah tersusun dengan jelas
d) menekankanfokus Terapi Kognitif-Perilaku untuk membahas
masalah yang sifatnya“here-and-now”
e) membangun tujuan-tujuan yang akan dicapaiselama sesi-sesi
selanjutnya. Seluruh komponen ini dikaitkan denganmasalah depresi
yang dialami oleh lansia. Fase ini akan diisi denganperkenalan dan
pengantar mengenai proses terapi, sekaligus penjelasanmengenai
Terapi Kognitif-Perilaku itu sendiri yang dikaitkan dengandepresi.
2) Fase pertengahan
Pada fase ini, isi dari Terapi Kognitif-Perilaku mulai diberikan dan
lansiadiperkenalkan dengan alat-alat bantu dalam terapi, misalnya alat
untuk mencatat kegiatan sehari-hari, lembar kerja saat sesi, dan lain-lain.

7
Padafase ini juga, terapis dapat memberi pekerjaan rumah kepada lansia
yangterkait dengan tujuan sesi. Di fase ini, lansia diajak untuk
menjalankanperan aktifnya dalam mengatasi depresi dalam
kesehariannya. Fase iniakan berisi pemberian terapi berupa teknik
monitor perasaan, rencanakegiatan harian, relaksasi, teknik memecahkan
masalah, mengenali pikirannegatif, hingga restrukturisasi kognitif atau
pikiran, termasuk pemberiantugas yang perlu dikerjakan secara mandiri
oleh lansia yang menjadipartisipan.
3) Fase akhir
Pada fase akhir, lansia dipersiapkan untuk mengakhiri terapi
bersamaterapis dan membuat rencana untuk mencegah terjadinya
kekambuhan masalah depresi dalam dirinya (relapse prevention). Lansia
perlu diajakuntuk membahas materi-materi yang pernah diberikan dalam
terapi danmembuka catatan untuk dapat mengingatnya dengan mudah.
Cara ini bisamembuat lansia merasa dihargai dan percaya diri bahwa ia
masih bisabelajar dari terapi yang diberikan walaupun usianya sudah tua.
Fase iniberisi upaya membahas dan mengerjakan ulang seluruh teknik
yang sudah diberikan dalam proses terapi menjelang terminasi, agar
lansia yang menjadi partisipan semakin memahami teknik-teknik yang
sudahdiberikan dan terdorong untuk mencegah kekambuhan depresi
dalamdirinya.
Walaupun memerlukan penyesuaian dalam penerapannya,
TerapiKognitif-Perilaku terbukti efektif menangani depresi pada lansia
karena dapat mengurangi tendensi berpikir negatif pada lansia yang dianggap
berkontribusi besar terhadap kemunculan depresi dalam diri mereka (Blazer,
2003). Efek dari Terapi Kognitif-Perilaku pada lansia yang mengalami
depresi pun tercatat dapatbertahan sampai 2 tahun untuk mengurangi
kecenderungan depresi pada dirilansia, hingga dinilai cukup efektif untuk
jangka panjang (Mackin & Arean,2005).

8
3. Latihan mobilisasi

Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis


dari imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan
penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami
komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh yang telah
terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat dengan
tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih
lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat seseorang menjadi
tergantung. Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia termasuk
memperlambat proses penuaan, memperpanjang usia. Fungsi kardiovaskular
yang lebih baik dan peningkatan perasaan sejahtera.Penatalaksaan pada lansia
dengan gangguan mobilisasi yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi
system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal
1) Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan
mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikan
kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan.
2) Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima
oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
b. Pencegahan sekunder
Imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.
Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian tentang berbagai
faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan

9
penuaan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
latihan ROM aktif maupun pasif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
klien
c. Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan
keluarga serta teman-teman untuk mendukung kesehatan lansia misalnya
dengan memberikan lingkungan kondusif.

4. Senam lansia

a. Konsep Teori
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise
atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu
jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan
manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa Yunani yaitu
gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut
orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar
keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau
(Suroto, 2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh
untuk mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan
gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina.
Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu
perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan
tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).

10
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran
jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam
lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti
wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi
senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut.

b. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini
sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn)
dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur
akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,
cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness. Apabila orang
melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga
akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang
dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan
gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira,
bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar. Senam lansia disamping
memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga

11
berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah
latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi
sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung
sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara
osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan
osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat
berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan
stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-
tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila
otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur
sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang
yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga
persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-
usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis.
Faktor fisiologi dan metabolic yang dikalkulasi termasuk penambahan
sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat
kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan,
bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria
serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan
(Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat
memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah,
menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu
dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal,
membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi
jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur
nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

12
c. Gerakan Senam Lansia
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam
setiap latihan,meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan
(pendinginan)(Sumintarsih, 2006).
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan
menyiapkanfungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan
yang lebih beratpada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh
siap menerimapembebanan antara lain detak jantung telah mencapai
60% detak jantungmaksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan
berkeringat. Pemanasanyang dilakukan dengan benar akan
mengurangi cidera atau kelelahan.
b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau
gerakan intiyakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan
model latihan yangsesuai dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial.
Tahap inibertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum
berlatih denganmelakukan serangkaian gerakan berupa stretching.
Tahapan ini ditandaidengan menurunnya frekuensi detak jantung,
menurunnya suhu tubuh, dansemakin berkurangnya keringat. Tahap
ini juga bertujuan mengembalikandarah ke jantung untuk
reoksigenasi sehingga mencegah genangan darahdiotot kaki dan
tangan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi sehingga diperlukan berbagai implementasi
untuk meningkatkan taraf hidupnya terutama melalui tindakan preventif
danpromotif. Berbagi implementasi itu diantaranya adalah diadakannya posyandu
lansia, latihan kognitif, latihan mobilitas serta senam lansia untuk mewujudkan
lansia yang bahagia dan berdayaguna. Implementasi yang diterapkan bagi lansia
sangat penting untuk diterapkan karena dapat menunjang kesehatan bagi lansia itu
sendiri. Maka perlu ditingkatkan dan terus diterapkan.

B. Saran
Semoga nantinya makalah ini mampu menjadi sumber referensi bagi makalah
makalah mengenai perawatan lansia dan mampu menjadi pedoman bagi
mahasiswa perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada lansia

14
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Suroto. 2004. Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan

Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum.

Khoir, Nurul. 2013. Keperawatan Lansia.

(Http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahU
KEwiToaX0gYnPAhUFNI8KHcl2AWcQFgggMAA&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unimus.ac
.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F116%2Fjtptunimus-gdl-nurulkhoir-5757-2-
babii.pdf&usg=AFQjCNEOKaWc6xYIGs3ERl8neYiVQi3gjg&sig2=BGZfZ6yNyYKciVgdP6
Wasg diakses pada 25 September 2018 pukul 14.00 )

Kusmana, D. 2006.Olahraga untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung


Trias Sok dan Senam 10 Menit. Jakarta :FKUI

Lidiawa, Mia. 2011. Senam Lansia.

(Http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=9908 diakses pada 25 September


pukul 14.00 )
Sumintarsih. 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora

Volume 13

15

Anda mungkin juga menyukai