Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PELAKSAAN TEKNIK NAPAS DALAM DAN RELAKSASI PROGRESIF

PADA PASIEN DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN

OLEH:
1. I KADEK AGUS PRANATA (P07120014001)
2. I MADE NURESTU APRINATA (P07120014004)
3. I MADE OKTA SURIAWAN (P07120014033)
4. IDA BAGUS GEDE YOGI AMBARA (P07120014034)

TINGKAT III.1

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
2016
STRATEGI PELAKSAAN TEKNIK NAPAS DALAM DAN RELAKSASI PROGRESIF
PADA PASIEN DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN

HARI PERTAMA
A. Orientasi
Perawat : Selamat pagi Bapak berdua, silakan duduk, perkenalkan saya perawat Restu.
Sebelumnya saya dengan siapa?
Keluarga : Saya Pak Made, dan ini kakak saya Pak Wayan.
Perawat : Bapak berdua alamatnya dari mana?
Keluarga : Saya dari Batubulan.
Perawat : Dari raut mukanya nampaknya Pak Wayan yang ingin berkonsultasi dan ada
permasalahann. Berapa usianya Pak Wayan?
Klien : 30 pak.
Perawat : Saya ingin tahu sebelumnya Bapak, bagaimana tidurnya kemarin? Dari raut
wajah Bapak, nampaknya kurang tidur. Apakah ini ada hubungannya dengan
masalah Bapak?”
Klien : “Iya, tadi malam saya tidak bisa tidur. Saya masih memikirkan semua masalah
yang menyangkut istri saya.”
Klien : “Baik pak, sebenarnya saya memiliki masalah dengan istri saya. Seperti yang
sempat saya ceritakan sebelumnya terdapat perselisihan paham antara saya
dengan dia. Sehingga saya sering terpancing emosi ketika bertemu dengannya
apalagi sehabis pulang kerja. Setelah menjalin hubungan rumah tangga selama
5 tahun, dan memiliki seorang anak, masalah ini kian timbul. Saya baru
menyadari keluarga semakin tidak terurus ketika istri lebih memilih menjadi
wanita karier.”
Perawat : “Jadi, permasalahan ini timbul karena Bapak tidak sepaham dengan keputusan
istri Bapak sebagai wanita kaeier?”
Keluarga : Iya Pak benar yang disampaikan oleh kakak saya, karena saya tingal serumah
Perawat : Kemudian apa yang Bapak Made lihat ketika di rumah terkait kakaknya?
Keluarga : Iya, kalau pagi sebelum berangkat kerja sering ada ributribut. Terus pulag kerja
biasanya malamnya juga ada saja yang membuat keluarga kaka saya ributribut.
Perwat : “Jadi saya lihat dari semua keterangan yang Bapak jelaskan tadi saya
memperhatikan ada banyak rasa ketidaksetujuan dengan istri Bapak. Apakah
emosi yang Bapak rasakan mengacu pada tindakan kekerasan?”
Klien : “Ya seperti itulah pak. Terkadang jika emosi tersebut memuncak yang saya
ingat saya pernah menampar wajahnya, menjambak rambutnya dan sempat
juga memukulnya dengan semua benda yang ada di sekitar saya.”
Perawat : “Semua benda yang Bapak maksud seperti apa?”
Klien : “Seingat saya, barang yang saya pakai itu seperti kemoceng, sapu, bahkan
mencambuknya dengan memakai ikat pinggang.”
Perawat : Kalau menurut Pak Made, barangbarang apa saja yang pernah bapak liat yang
kakaknya lempar?
Keluarga : Iya sana pak, yang pernha saya liat itu sampai berserakan ada perabotan rumah
tangga di halaman, ada yang pecah, dan rusak.
Perawat : “Nampaknya, dari cerita Bapak perilaku tersebut mengarah pada perilaku
kekerasan. Bagaiman kalau kita membahas lebih lanjut mengenai perilaku
kekerasan tersebut.”
Perawat : Apakah ada upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi hal itu? Dari Pak
Made ada yang pernah lihat dilakukan oleh Pak Wayan sendiri?
Keluarga : Plingan saya hanya melerai
Perawat : “Baiklah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit ke depan.
Dan tempatnya disini saja ya Pak. Nanti kita akan bahas cara-cara
mengendalikan emosi yang berujung pada perilaku kekerasan.”
Klien : “Baik Pak, yang penting saya bisa mengurangi amarah saya.”

B. Kerja
Perawat : “Baik Pak.
Bapak, coba ceritakan lebih dalam lagi penyebab emosi yang berujung pada
perilaku kekerasan terhadap istri Bapak.”
Klien : “Begini Pak. Ini berawal dari istri saya yang bekerja di perusahaan menjadi
seorang sekretaris. Ia mulai bekerja ketika anak saya berumur 2 tahun. Dari
sejak itu anak mulai tidak ada yang mengurus. Tidak hanya itu saja,
pekerjaannya menjadi sekretaris membuat saya cemburu apalagi jam kerjanya
hingga larut malam. Sehingga ia juga jarang melayani saya sebagai suaminya.”
Perawat : “Sebelumnya Bapak sempat mengatakan bahwa Bapak emosi karena tidak
sepaham dengan istri Bapak. Apa yang Bapak rasakan ketika emosi tersebut
datang?”
Klien : “Saya merasa sangat kesal terhadap istri saya, saya sangat ingin menampar dan
memukulnya.”
Perawat : “Apakah ketika Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
Klien : “Iya Pak, dada saya terasa berdebar-debar, dan tangan saya mengepal dengan
sangat kuat. Dan seakan-akan ada dorongan untuk menjatuhkan kepalan tangan
di wajahnya.”
Perawat : “Kemudian apa yang Bapak lakukan? “
Klien : “Bila hal itu muncul ingin sekali rasanya saya akan menamparnya,
memukulnya dengan menggunakan barang-barang yang ada disekitar.”
Perawat “Jadi, menurut Bapak apakah dengan melakukan semua itu dapat
menyelesaikan masalah Bapak?”
Klien : “Tidak sih Pak tetapi selama ini cara tersebut yang saya anggap tepat untuk
melampiaskan amarah saya.”
Perawat : “Menurut Bapak apakah hal tersebut merugikan?”
Klien : “Hm... Bila dipikir-pikir kini saya menyadari itu merugikan Pak. Istri saya
sering meninggalkan rumah dan malah membuat permasalahan semakin
bertambah.”
Perawat : “Nah Bagus, Bapak sudah menyadarinya. Betul sekali Pak, istri Bapak jadi
marah, istri bapak kesakitan dan ujung-ujungnya masalah tidak terselesaikan.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik untuk mengungkapkan
kemarahan Bapak?”
Klien : “Iya Pak saya mulai sadar dengan semua itu. Untuk caranya jujur saja saya
belum tahu. Karena ketika emosi datang saya sangat sulit mengontrolnya dan
saya sering terbawa emosi.”
Perawat : “Bapak mari kita belajar mengontrol emosi tersebut. Saya memiliki beberapa
cara atau pilihan.
Keluarga : Bagaimana caranya itu pak?
Erawat : Baik pilihan itu seperti menerapkan teknik napas dalam, melampiaskannnya
dengan memukul bantal serta dengan menyalurkan marah secara verbal.”
“Nah mari kita bahas satu persatu. Seperti yang saya katakan sebelumnya mari
kita melakukan latihan napas dalam. Bagaimana apa Bapak bersedia?”
Klien : “Bersedia Pak, tolong ajarkan saya untuk mengontrol emosi kemarahan karena
setiap saya marah selalu terbawa emosi.”
Perawat : “Sebelumnya apa Bapak pernah mendengar mengenai teknik napas dalam
tersebut?”
Keluarga : “Saya belum pernah mendengarnya. Apa sebernatnya artinya pak?”
Perawat : “Begini Pak Made dan Pak Wayan, napas dalam tersebut dilakukan dengan
menghirup udara melalui hidung hingga perut mengembang dan udara
dikeluarkan melalui mulut. Intinya disini menggunakan napas perut, bukan
napas dada.
Klien : Oh jadi seperti itu ya pak. Nah seperti apa cara melakukannya pak?”
Perawat : Begini Pak, pertama-tama Bapak berdiri, lalu letakkan kedua tangan Bapak di
bawah ulu hati, tarik napas dalam dari hidung sampai perut Bapak terasa
mengembung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melalui mulut
sampai telapak tangan terasa seperti terlipat ke dalam.
Klien : (Pasien memperhatikan penjelasan perawat)
Perawat : “Silahkan Bapak berdiri terlebih dahulu.” (Perawat ikut berdiri)
Klien : (Pasien berdiri)
Perawat : “Namun sebelumnya apakah Bapak sudah nyaman, baik kalau sudah sekarang
Bapak tarik napas melalui hidung kemudian keluarkan. Ayo coba lebih dalam
lagi Pak. Tarik napas dari hidung, bagus.. tahan, dan keluarkan perlahan-lahan
melalui mulut.
“Sekali lagi lebih dalam lagi tahan sebentar, ya hembuskan lebih panjang
lagi.”
Klien : “Sudah Pak”
(Pasien mengikuti instruksi perawat)
Perawat : “Nah, bila sudah merasa lega dan nyaman mari kita mulai mempraktikkan
teknik napas dalam.
“Pertama-tama seperti yang saya sampaikan tadi letakan tangan kiri Bapak di
bawah ulu hati lalu tangan yang satunya di bawahnya tepat di perut Bapak.”
“Bapak nampaknya tangan bapak masih keliru.”
“Jadi seperti ini Bapak”
(Perawat memperbaiki posisi tangan pasien)
“Selanjutnya tarik napas perlahan melalui hidung hingga perut Bapak
mengembang.”
“Tahan sebentar dan hembuskan melalui mulut sampai seolah-olah tangan
Bapak terlipat.”
“Ya bagus sekali Bapak.”
Klien : “Baik Pak, saya akan melakukannya.”
(Pasien mempraktikkannya)
Perawat : “Coba kita lakukan berulang – ulang Pak ya.”
Klien : “Iya Pak”
Perawat : “Bapak silahkan latih terus teknik ini di rumah Pak ya. Bapak bisa terapkan
saat emosi Bapak muncul.”
Klien : “Iya pak saya akan melakukannya.”
Perawat : “Sebelum saya lanjutkan bagaimana ada yang Bapak ingin tanyakan mengenai
teknik napas dalam ini?”
Klien : “Sejauh ini tidak ada Pak.”

C. Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan melakukan
latihan teknik napas dalam selama 15 menit?”
Klien : “Saya merasa lebih baik Pak.”
Perawat : “Oke, Apakah Bapak masih ingat cara melakukan teknik napas dalam yang
saya ajarkan tadi? Coba Bapak praktikan lagi sekali.”
Klien : “Saya masih ingat Pak.” (mempraktikan teknik napas dalam)
Perawat : “Nah caranya sudah benar Pak
Keluarga : Kalau mau dilatih di rumah, gak ada jadwal khussusnya pak?
Perawat : Pertanyaannya bagus, sebenarnya mau saya sampaikan juga masalah
pengaturan jadwal latihan. Pak wayan jam berapa mmiliki waktu luang?
Apakah di pagi hari, siang, sore atau malam?
Klien : Sore
Perawat : “Iya, Jam berapa saja Bapak mau latihannya?”
Klien : “Jam 5 setalah bangun tidur.
Perawat : “Baik, nanti jam 5 di setiap harinya silakan dilatih. Pak Made silkan lihat dan
ikut memantau latiahan dari Pak Wayannya
Keluarga : Iya pak
Perawat : Besok silakan dating lagi ke sini. Di jam yang sama untuk melihat
perkembangan bapaknya dan bisa melanjutkan ke latihan Relaksasi progresif.
Tempatnya disini saja ya Pak.”
Klien : “Iya Pak, disini saja.”
Perwat : “Baik Pak. Sampai jumpa pertemuan berikutnya, semoga Bapak lebih baik
lagi.”
Klien : “Iya. Terimakasih banyak Pak.”
Perwat : “Sama-sama Pak” (Menjabat tangan pasien)
Klien : (Menyambut jabatan tangan perawat)

HARI KEDUA

A. Orientasi
Perawat : Selamat pagi pak,silakan duduk.
Keluarga : Iya Pak.
Perawat : Kita langsung saja, Pak Wayan masih ingat dengan saya?
Perawat : Masih pak, yang kemarin ngajarin nafas dalam itu.
Baik kita sekarang akan membahas apa?
Keluarga : Masih ingat Bli Wayan?
Klien : relaksasi progresif.
Perawat : Bagaiman tidurnya tadi malam?
Klien : saya sudah lebihm mendingan dan lebih dapat tidur setelah semakin rileks
akibat latihan nafas dalam yang bapak ajarkan kemarin.
Pewawat : Sesuai dengan kesepakan kemarin, kita akan melakukan latihan relaksasi
progresif. Apakah bapak sudah mengenal tentang relaksasi progresif?
Keluarga : Belum pak. Apa itu relaksasi progresif?
Perwat : Jadi relaksasi progresif itu merupakan salah satu tindakan yang dapat
digunakan untuk mengurangi ketegangan.
Keluarga : Marahmarah seperti itu bisa dibilang tegang juga pak?
Perawat : saat marah tentu Pak wayan akan merasakan ketegangan seperti yang sudah
kita bahas kemarin.
Nah di sini ada caranya, pertama dengan rileks dan diawali dengan nafas
dalam. kemuian mulai dengan menciptakan ketegangan di seluruh bagian
tubuh.
Keluarga : Nafas dalam yang kayak kemarin itu pak?
Perawat : Iya benar pak. Nanti kita mulai dari kepala dan wajah, turun ke bahu dan
tangan, turun ke area perut, dan terakhir di area kaki. Silakan awali dengan
tarik napas kemudian rasakan semakin rileks dalam pikiran dan katakan dalam
hati rileks dan pergi sambil mengeluarkan napas lewat mulut.
Sehingga ketefgangan yang bapak rasakan semakin berkurang dan hilang.
Bagaimana kalau kita praktikan sekarang? Waktunya kirakira 10‐15 menit pak
ya. Untuk tempatnya kita latihan di sebelah sana saja. Apakah bapak bersedia?
Keluarg : Posisinya bagaimana pak?
Perawat : Ya senyamannya pak, boleh berdiri atau boleh sambil duduk.
Sebelum melakukan latihan, silakan lepaskan jam tangan, sepatu dan kaos kaki
atau ikat pinggang yang dapat menggganggu kenyamanan.
Sekarang saya akan contohkan caranya pak.
Namun mari kita ulangi untuk teknik nafas dalam yang sudah saya ajarkan
kemarin. Saya mau lihat hasil latihan bapak. Silakan ambil posisi yang
nyaman.
Baik jadi apakah bapak sudah merasa nyaman?
Klien : Sudah pak.
Perwat : saya akan contohkan mulai dari wajah, pertama tarik nafas dari hidung rasakan
ketegangan memuncak di area wajah. Setelah itu silakan hembuskan nafas
perlahan‐lahan lewat mulut dan katakana rileks dan pergi dalam hati.
Cara ini dilakukan di setiap area bagian tubuh yang saya katakana tadi yaitu di
are bahu dan tangan, kemudian area perut dan terakhir di area kaki.
(Perawat mencontohkan setiap cara melakukan relaksasi progresif di setiap
bagian tubuh)
Klien : Ouwh ya, jadi seperti itu pak. Iya saya sudah mengerti. (memperhatikan
penjelasan perawat dan langsung mengikuti instruksi perawat)
Perawat : sekarang silakan bapak praktikkan sambil saya akan membantu untuk
memandu bapak.
Klien : (Mempraktikkan sesuai instruksi)
Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah mempraktikannya?
Klien : Saya merasa lebih rileks.
Perawat : Iya nanti di rumah bisa dicoba dipraktikan lagi. Silakan lakukan secara rutin.
Keluarga : Sama seperti yang kemarin latihannya, barengan itu pak?
Perawat : Iya boleh, dasarnya teknik nafas dalam, jadi bisa dilakukan bersamasama pak.
Klien : Berapa lama latiahn ini dilakukan pak?
Perawat : Sebaiknya 10‐15 menit, tapi tergantung dari keinginan bapak juga seberapa
lama bapak bisa merasakan rileks. Dan jangan sampai merasa kelelahan.
Klien : Iya pak
Perawat : Nanti kita akan bertemu lagi untuk membahas cara mengontrol tindakan
kekerasan lainnya. Sekarang silakan latih teknik ini terlebih dahulu.
Semoga Bapak merasa lebih baik lagi.”
Keluarga : “Iya. Terimakasih banyak Pak.”
Perawat : “Sama-sama Pak” (Menjabat tangan pasien)
Klien : (Menyambut jabatan tangan perawat)
B. Kerja
Perawat : “Baik Pak.
Bapak, coba ceritakan lebih dalam lagi penyebab emosi yang berujung pada
perilaku kekerasan terhadap istri Bapak.”
C. Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dan melakukan
latihan teknik napas dalam selama 15 menit?”

Anda mungkin juga menyukai