Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di lingkungan masyarakat saat ini sering dikenal istilah
halusinasi.Halusinasi merupakan hilangnya suatu kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar).Pasien memberikan suatu persepsi atau pendapat
mengenai lingkungan tanpa adanya objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh pasien mengatakan bahwa ia mendengar suara padahal
tidak ada orang yang berbicara saat itu (Ade, 2011).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia,
serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa
ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat,
14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk
berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di
Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia
pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang
terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita
(Riskesdas, 2013).Melihat angka dari hasil penelitian tersebut maka di
Indonesia kasus gangguan jiwa khususnya halusinasi cukup tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, maka semua orang hendaknya mengetahui teori
tentang gangguan jiwa tersebut.Diantara masyarakat yang ada, maka
mahasiswa juga ada didalamnya, terutama mahasiswa kesehatan.Dalam
hal ini, maka mahasiswa keperawatan harus mengetahui bagaimana cara

1
penyusunan asuhan keperawatan, sehingga bisa melakukan pelayanan
kesehatan di tengah-tengah masyarakat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka kami menyusun
sebuah makalah yang akan mengupas tentang asuhan keperawatan dan
konsep dasar dari gangguan persepsi sensori halusinasi, sehingga bisa
dipahami dengan maksimal. Dengan pemahaman yang maksimal, maka
mahasiswa akan mampu mengaplikasikannya di sekitar masyarakat.
Didalam makalah ini akan dibahas terkait pengertian halusinasi, jenis
halusinasi, fase halusinasi, dan termasuk juga konsep dasar asuhan
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep gangguan persepsi sensori halusinasi?
2. Bagaimanakah konsep Asuhan keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi?
C. Tujuan
1. Memahami konsep gangguan persepsi sensori halusinasi
2. Memahami konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
halusinasi
D. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI


1. Definisi Halusinasi
a. Halusinasi merupakan hilangnya suatu kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien memberikan suatu
persepsi atau pendapat mengenai lingkungan tanpa adanya objek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh pasien mengatakan
bahwa ia mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara saat itu (Ade, 2011).
b. Halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa yang mana pasien
mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan persepsi
sensori yang palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan (Ade, 2011).
c. Halusinasi adalah persepsi pasien atau seseorang terhadap
lingkungan disekitarnya tanpa suatu stimulus yang nyata dalam
artian pasien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus atau suatu rangsangan dari luar (Ade, 2011).
d. Halusinasi adalah pencerapan tanda adanya rangsang apapun
pada panca indera seseorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organic, fungsional,
psikotik ataupun histerik (Maramis,2000).
e. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal
tanpa stimulus dari luar.halusinasi merupakan pengalaman
terhadar mendengar suara tuhan, suara setan dan suara manusia
yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien
skizovrenia (Stuart & Sundeen,1995)

3
2. Rentang Respon

Adaptif Transisi Maladaptif

1. Pikiran logis 1.Kadang


2. Persepsi kadang 1. Waham
akurat proses 2. Halusinasi
3. Emosi berpikir 3. Kerusakan
konsisten terganggu. Proses
dengan 2.Ilusi Emosi
pengalaman. 3.Emosi 4. Perilaku
4. Perilaku berlebihan tidak
cocok 4.Perilaku yang terorganisasi
5. Hubungan tidak biasa 5. Isolasi
sosial 5.Menarik diri Sosial
harmonis.

(Stuart dan Laraia, 1998 ).

3. Penyebab
Adapun faktor – faktor penyebab halusinasi yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai factor
perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetic
yaitu factor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain:
1) Genetika, telah diketahui bahwa secara genetic schizophrenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun

4
demikian, kromosom yang keberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Anak kembar identic memiliki kemungkinan
mengalami schizophrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami schizophrenia, sementara jika di zigot peluangnya
sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami schizophrenia berpeluang 15% mengalami
schizophrenia, sementara bila kedua orang tuanya
schizophrenia maka peluangnya menjadi 35%,
2) Neurobiologi, ditemukan bahwa korteks preprontal dan korteks
limbic pada pasien dengan schizophrenia tidak pernah
berkembang penuh. Ditemukan juga pada pasien schizophrenia
terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga tidak ditemukan tidak normal,
khususnya dopamine, serotonin, dan glutamate,
3) Neurotransmitter, schizophrenia diduga juga disebabkan oleh
adanya ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine
yang berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin,
4) Perkembangan, jika tugas perkembangan mengalami hambatan
dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan
mengalami stress dan kecemasan,
5) Psikologis, beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi schizophrenia antara lain anak yang diperlakukan
oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tidak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya. Sementara itu hubungan interpersonal yang tidak
harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan
sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan
kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi
realitas,

5
6) Teori Virus, paparan virus influenza pada trimester ketiga
kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi schizophrenia,
7) Factor sosiokultural, berbagai factor dimasyarakat dapat
menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat pasien dibesarkan,
8) Faktor Biokimia, mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan yang
dialami seseorang, maka tubuh akan menghasilkan suatu zat
yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dmp (dimitytraferase) (Stuart, Laraia, 2005).
b. Faktor Presipitasi
Adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman atau tuntunan yang memerlukan energy
ekstra. Adapun factor-faktor pencetus respon neurobiologis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Proses pengolahan informasi pada system saraf yang menerima
dan memproses informasi ditalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik yang tidak normal
3) Adanya gejala – gejala pemicu, seperti kondisi kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku (Stuart, Laraia, 2005).
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan pasien dengan halusinasi
(Struat, Laraia, 2005) meliputi :
a. Regresi : menjadi malas beraktifitas
b. Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada oranglain atau sesuatu
benda.
c. Menarik diri: sulit mempercayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh pasien .

6
5. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi dapat berkembang melalui 4 fase diantaranya yaitu:
a. Fase Pertama
Bisa disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang
menyenangkan.Pada tahapan ini, masuk ke dalam golongan non
psikotik. Karakteristik dari fase ini yaitu pasien mengalami stress,
cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan. Pasien mulai melamun
dan memikirkan hal – hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara. Adapun perilaku pasien diantaranya:
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, pergerakan bibir tanpa
suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika
sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri (Ade,
2011).
b. Fase Kedua
Fase ini disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yang
merupakan halusinasi yang menjijikan, termasuk dalam psikotik
ringan. Karakteristiknya berupa: pengalaman sensori menjijikan
dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir
sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak
jelas. Pasien tidak ingin orang tahu dan ia tetap dapat
mengontrolnya. Perilaku pasien diantaranya: meningktanya tanda
– tanda system saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Pasien asyik dengan halusinasinya dan tidak
mampu membedakan realitas (Ade, 2011).
c. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat, yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa.Termasuk dalam gangguan psikotik.
Adapun karakteristiknya berupa: bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol pasien. Pasien

7
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Adapun perilaku pasien pada fase ini adalah: kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda – tanda fisik berupa pasien berkeringat, tremor,
dan tidak mampu mematuhi perintah atau intruksi (Ade, 2011).
d. Fase Keempat
Ini merupakan fase conquering atau fase panic yaitu pasien lebur
dengan halusinasinya.Ini termasuk dalam psikotik berat. Adapun
karakteristik pada fase ini berupa: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi pasien. Pasien menjadi
takut tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan
secara nyata dengan orang lain dilingkungannya. Adapaun
perilaku pasien pada fase ini yaitu: perilaku terror akibat panik,
potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
kakatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks
dan tidak mampu bersepon lebih dari satu orang (Ade, 2011).
6. Jenis dan Tanda – Tanda Halusinasi
Adapun tanda dan jenis dari halusinasi yaitu :
Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
a. Bicara atau tertawa sendiri a. Mendengar suara atau
b. Marah – marah tanpa kegaduhan
sebab b. Mendengar suara yang
Halusinasi Pendengaran c. Mengarahkan telinga kea mengajak bercakap - cakap
rah tertentu c. Mendengar suara yang
d. Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Pengelihatan a. Menunjuk – nunjuk kea Melihat bayangan, sinar
rah tertentu bentuk geometris, bentuk
b. Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau

8
yang tidak jelas. monster.
a. Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
Halusinasi Penghidu membaui bau-bauan bau darah, urine, feses,
tertentu. kadang-kadang bau itu
b. Menutup hidung. menyenangkan.
Halusinasi Pengecap a. Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,
b. Muntah urine atau feses.
Halusinasi Perabaan a. Menggaruk-garuk Menyatakan ada serangga
permukaan kulit dipermukaan kulit, berasa
tersengat listrik.
Canesthetic - Merasakan fungsi tubuh
seperti aliran darah di vena
atau arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan
urine
Kinesthetic - Merasakan pergerakan saat
berdiri tanpa bergerak.

Stuart dan Laraia (2005)

7. Validasi Informasi Tentang Halusinasi


Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
a. Isi Halusinasi, yang dialami pasien. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan suara siapa yang didengar dan apa yang dikatakan
berkata jika halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar.
Bentuk bayangan yang dilihat jika halusinasi pengelihatan dan
tergantung jenis halusinasi yang dialami pasien.
b. Waktu dan Frekuensi Halusinasi, ini dapat dikaji dengan
menanyakan kapan pengalaman halusinasi muncul.

9
c. Situasi Pencetus Halusinasi, perawat perlu mengidetifikasi situasi
yang dialami pasien sebelum mengalami halusinasi.
d. Respon Pasien, untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi pasien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang
dilakukan pasien saat mengalami halusinasi. Apakah pasien bisa
mengontrol stimulus atau tidak berdaya. (Struat, Laraia, 2005).
8. Penatalaksanaan Secara Medis Pada Halusinasi

Penatalaksanaan pasien skizoprenia yang mengalami


halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain
(Struat, Laraia, 2005) yaitu:

a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada halusinasi


pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien
schizophrenia adalah obat antipsikosis. Adapun kelompok yang
umum digunakan adalah fenotiazin azetofenazin, klorpromazin,
fluzenazin, mezoridazine perfenazine dan sebagainya.
b. Terapi kejang listrik atau Electro Compulsive Therapy (ECT)
c. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
d. Psikoterapi dan Rehabilitasi.(Maramis, 2004)
Psikoterapi sportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi
kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang
lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien
tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi music

10
Fokus: mendengar, mempermainkan alat music,
bernyanyi. Yaitu menikmati dengan relaksasi music yang
disukai pasien.
b) Terapi Seni
Fokus: untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagi
pekerjaan seni.
c) Terapi menari
Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi Relaksasi
Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok.
Rasional: untuk koping atau perilaku maladaptive atau
deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenangan
pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.(Maramis,
2004)

11
B. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. R
Ruang Rawat : Sinabung
MR No : 02.30.80
Tanggal Masuk RS : 18 Oktober 2018
Tanggal Pengkajian :18 Oktober 2018
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Informan : Klien dan Status Klien
b. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Klien Awalnya marah-marah tanpa sebbab, suka menyendiri,
melamun, sering bicara sendiri, mondar mandir, pergi dari rumah,
mendengar suara-suara tanpa wujud, bicaranya ngawur, senyum-
senyum sendiri, dan sering mengarahkan telinganya ke tempat-
tempat tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Halusinasi
a. Faktor penyebab
1) Faktor Predisposisi
Faktor Bagian-Bagian Contoh
Penyebab
Factor Factor Usia bayi, tidak terpenuhi
Predisposisi Perkembangan kebutuhan makanan, minum, dan
terlambat rasa aman.
Usia balita, tidak terpenuhi
kebutuhan otonomi
Usia sekolah mengalami

12
perisyiwa yang tidak terselesaikan
Factor psikologis Mudah kecewa, mudah putus asa,
kecemasan tinggi, menutup diri,
ideal diri tinggi, harga diri rendah,
identitas diri tidak jelas, krisis
peran, gambaran diri negative, dan
koping destriktif.
Factor Isolasi sosial pada yang usia
Sosial lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
Budaya lingkungan yang terlalu tinggi.
Factor biologis Adanya kejadian terhadap fisik,
berupa: atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan
bentuk sel korteks dan limbik

Fator genetic Adanya pengaruh herediter


(keturunan) berupa anggota
keluarga terdahuluyang
mengalami schizophrenia dan
kembar monozigot.
Perilaku Perilaku yang Bibir komat-kamit, tertawa
( Prepitasi ) sering tampak sendiri, bicara sendiri, kepala
pada klien dengan mengangguk-angguk, seperti
halusinasi antara mendengar sesuatu, tiba-tiba
lain menutup telinga, gelisah, bergerak
seperti mengambil atau
membuang sesuatu, tiba-tiba

13
marah dan menyerang, duduk
terpaku, memandang satu arah,
menarik diri.
Fisik ADL Nutrisi tidak adekuat bila
halusinasi memerintahkan untuk
tidak makan, tidur terganggu
karena ketakutan, kurang
kebersihan diri karena tidak
mandi, tidak mampu dalam
berpartisipasi dalam kegiatan
aktifitas fisik yang berlebih,
agitasi gerakan atau kegiatan
ganjil.
Kebiasaan Berhenti dari minuman keras,
penggunaan obat-obatan, zat
halusinogen, tingkah laku
merusak diri.
Riwayat Schizofrenia, delirium
kesehatan berhubungan dengan riwayat
demam dan penyalahgunaan obat.
Fungsi 1. Perubahan berat badan,
sistem hipertermia (demam)
tubuh 2. Neurological perubahan mood,
disorientasi
3. Ketidakefektifan endokrin oleh
peningkatan temperatur
Status emosi Afek tidak sesuai, perasaan
bersalah atau malu, sikap negative
dan bermusuhan, kecemasan berat

14
atau panic, suka berkelahi.
Status Gangguan persepsi, pengelihatan,
intelektual pendengaran, penciuman dan
kecap, isi piker tidak realistis,
tidak logis dan sukar diikuti atau
kaku, kurang motivasi, koping
regresi dan denial serta sedikit
bicara.
Status sosial Putus asa, menurunnya kualitas
kehidupan, ketidakmampuan
mengatasi stress dan kecemasan.
(Stuart,Laraia, 2005).

2) Faktor Presipitasi
a) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respons
neurobiologik yang maladaptif temasuk gangguan dalam
putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
dan adanya abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi rangsangan.
b) Pemicu gejala
Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode
baru suatu penyakit yang biasanya terdapat pada respons
neurobiologis yang maladaftif berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.
(1) Kesehatan, seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan,
infeksi, obat, system saraf pusat, gangguan proses

15
informasi, kurang olahraga, alam perasaan abnormal
dan cemas.
(2) Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan
dalam hubungan interpersonal, masalah perumahan,
stress, kemiskinan, tekanan terhadap penampilan,
perubahan dalam kehidupan dan pola aktivitas sehari-
hari, kesepian( kurang dukungan) dan tekanan
pekerjaan.
(3) Perilaku, seperti konsep diri rendah, keputuasaan,
kehilangan motivasi, tidak mampu memenuhi
kebutuhan spiritual, bertindak berbeda dengan orang
lain, kurang ketermapilan sosial, perilaku agresif dan
amuk.
d. Validasi Informasi Halusinasi
1) Jenis Halusinasi : Halusinasi Pendengaran
2) Isi Halusinasi : pasien mendengar suara yang memanggil
namanya dan menyuruhnya untuk bunuh diri atau melakukan
tindakan berbahaya
3) Waktu dan Frekuensi Halusinasi: halusinasi muncul saat pasien
sendiri dan biasanya 2 kali dalam sehari
4) Situasi pencetus Halusinasi: Situasi sepi dan sendiri
5) Respon Pasien: Pasien biasanya melempar barang ke arah suara
e. Fisik
Tanda vital
TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37,5 0 C, P : 20 x/menit
TB : 174 cm, BB : 63 Kg
Klien tidak memiliki keluhan fisik, klien merasa badannya sehat-
sehat saja..
f. Konsep diri
1) Gambaran diri : Klien menyukai keseluruhan bagian tubuhnya.

16
2) Identitas Diri : Klien anak ke 1 dari 4 bersaudara
3) Peran Diri : klien berperan sebagai anak yang sudah dewasa
tetapi tidak mampu melakukan perannya
4) Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul
dengan keluarga
5) Harga diri : Klien merasa tidak dihargai oleh
keluarga karena berada di RSJ
g. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti : istri dan anaknya
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Sebelum
dirawat jarang ikut kegiatan-kegaitan di masyarakat, dan jarang
mengikuti kegiatan ibadah
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien malu
berhubungan dengan orang lain.
h. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam. Klien
menganggap bahwa seharusnya gangguan jiwa tidak perlu
dijauhi.
2) Kegiatan ibadah : Klien selalu berdoa sebelum tidur dan bangun
pagi di RSJD Provsu Medan
i. Analisa Data
Data Fokus Masalah
Ds:
Pasien mengatakan
1. Adanya halusinasi. Halusinasi
2. Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
3. Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap

17
4. Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
5. Melihat bayangan, sinar, bentuk
geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
6. Mencium bau-bauan seperti bau
darah, urin, feses, kadang-
kadang bau menyenangkan
7. Merasakan rasa seperti darah,
urin atau feses
8. Merasa takut atau senang
dengan halusinasinya
9. Mengatakan sering mendengar
sesuatu pada waktu tertentu
saaat sedang sendirian
10. Mengatakan sering
mengikuti isi perintah
halusinasi
Do:
1. Menyeringai atau tertawa
yang tidak sesuai.
2. Menggerakan bibirnya
tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan bola mata cepat.
4. Respon verbal lamban atau
diam.
5. Diam dan dipenuhi oleh
sesuatu yang mengasyikan,

18
terlihat bicara sendiri.
6. Bergerak seperti membuang
dan mengambil sesuatu,
peka rangsang.
7. Duduk terpaku, memandang
sesuatu, tiba-tiba berlari ke
ruangan lain.
8. Disorientasi (waktu, tempat,
orang), perubahan perilaku
dan pola komunikasi.
9. Gelisah, ketakutan, ansietas.
Ds : Isolasi Sosial
1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman di
tempat umum
3. Merasa berbeda dengan
orang lain
4. Merasa asyik dengan
pikiran sendiri
5. Merasa tidak mempunyai
tujuan yang jelas
Do :
1. Menarik diri
2. Tidak berminat atau
menolak berinteraksi
dengan orang lain atau
lingkungan
3. Afek datar, afek sedih,
riwayat ditolak

19
4. Menunjukan permusuhan
5. Tidak mampu mememnuhi
harapan orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata,
perkembangan terlambat
dan tidak bergairah atau
lesu

Ds : Resiko Perilaku Kekerasan


1. Mengancam
2. Mengumpat dengan kata
kata kasar
3. Suara keras dan bicara ketus
Do :
1. Menyerang orang lain
2. Melukai diri sendiri atau
orang lain, merusak
lingkungan, perilaku agresif
atau amuk
3. Mata melotot atau
pandangan tajam
4. Tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah
dan postur tubuh kaku
SDKI, 2016

20
j. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori halusinasi

Isolasi sosial

Nita Fitriani 2010

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori Halusinasi
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
3. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi yang dilakukan kepada pasien dengan halusinasi
adalah :

Waktu No Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional


Dx
18 1 TUM Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Menciptakan
Oktober Pasien dapat tindakan saling percaya suasana aman
2018 terbebas dari Keperawatan 2. Bantu pasien da nyaman
Pukul halusinasi yang selama 1x15 menit, mengenal bagi pasien
08.00 dialaminya pasien dapat: halusinasi (isi, dan perawat
TUK 1 1. Menyebutkan waktu 2. Mencegah
Pasien mampu salam, nama terjadinya, respon agresif
Mengenali dan frekuensi, situasi dari perintah
halusinasi yang perasaannya pencetus, halusinasi
dialaminya 2. Isi, waktu, perasaan saat 3. Mampu

21
frekuensi, terjadi mengontrol
situasi pencetus, halusinasi) halusinasi
perasaan 3. Latih 4. Mengetahui
3. Mampu mengontrol cara yang
memperagakan halusinasi benar dalam
cara dalam dengan cara menghardik
mengontrol menghardik halusinasi
halusinasi. 4. Jelaskan cara 5. Pasien mampu
menghardik memahami
halusinasi cara
5. Peragakan cara menghardik
menghardik 6. Pasien mampu
6. Minta pasien mengaplikasik
memperagakan an cara
ulang menghardik
7. Pantau 7. Evaluasi
penerapan cara tingkat
ini, beri pemahaman
penguatan pasien
perilaku pasien. 8. Mengatur
8. Masukkan waktu pasien
dalamjadwal dalam
kegiatan pasien mengulang
cara
mengontrol
halusinasinya
Pukul TUK 2 Setelah dilakukan 1. Evaluasi 1. Mengetahui
08.15 Pasien mampu tindakan kegiatan yang perkembangan
Mengontrol keperawatan lalu respon pasien

22
halusinasinya selama 1x 15 , 2. Latih berbicara terhadap
pasien mampu: /bercakap implementasi
1. Menyebutkan dengan orang yang telah
kegiatan yang lain saat dilakukan
sudah dilakukan halusinasi 2. Mengontrol
2. Memperagakan muncul agar tidak
cara bercakap- 3. Masukkan dalam terlarut dalam
cakap dengan jadwal kegiatan halusinasi
orang lain. pasien. 3. Mengatur
waktu pasien
dalam
mengulang
cara
mengontrol
halusinasinya
Pukul TUK 3 Setelah dilakukan 1. Evaluasi 1. Mengetahui
08.30 Pasien mampu tindakan kegiatan yang perkembangan
melakukan keperawatan lalu respon pasien
aktivitas untuk selama 1x 15 2. Jelaskan terhadap
mengontrol menit, pasien pentingnya implementasi
halusinasi mampu : aktivitas yang yang telah
1. Menyebutkan teratur untuk diberikan
kegiatan yang mengatasi 2. Pasien
sudah halusinasi memahami
dilakukan 3. Diskusikan pentingnya
2. Membuat aktivitas yang halusinasi
jadwal kegiatan biasa dilakukan 3. Menentukan
sehari-hari dan pasien aktivitas yang
mampu 4. Latih pasien sesuai

23
memperagakan melakukan 4. Untuk
nya aktivitas mengurangi
5. Susun jadwal halusinasi
aktivitas sehari- yang terjadi
hari sesuai 5. Menentukan
dengan aktivitas aktivitas
yang telah secara teratur
dilatih (dari dan
bangun tidur perkembangan
sampai tidur nya
malam) 6. Evaluasi
6. Pantau perkembangan
pelaksanaan pasien dalam
jadwal kegiatan, beraktivitas
berikan
penguatan
terhadap
perilaku yang
positif

Pukul TUK 4 Setelah dilakukan 1. Evaluasi 1. Mengetahui


08.45 Pasien mampu tindakan kegiatan yang perkembangan
Mengikuti keperawatan lalu respon pasien
program selama , pasien 2. Tanyakan 2. Mengetahui
pengobatan mampu: program pengobatan
1. Menyebutkan pengobatan yang
nama, bentuk 3. Jelaskan dilakukan
dan warna obat pentingnya pasien
2. Menyebutkan penggunaan obat 3. Pasien lebih

24
manfaat dari pada gangguan memahami
program jiwa pentingnya
pengobatan 4. Jelaskan akibat pengobatan
3. Mengikuti bila tidak 4. Pasien
program digunakan memahami
pengobatan secara program efek lali
dengan teknik 6 5. Jelaskan akibat dalam
B bila putus obat pengobatan
6. Jelaskan cara 5. Memahami
menggunakan efek jika
obat 6 B berhenti
7. Latih pasien berobat tanpa
minum obat tuntas
8. Masukkan dalam 6. Pasien
jadwal harian mengetahui
pasien cara
pemakaian
obat sesuai
prinsip
7. Mampu
minum obat
secara mandiri
8. Mengatur
waktu pasien
dalam terapi
obatnya.

25
4. Implementasi Keperawatan
Waktu Diagnosa Implementasi Respon Paraf
19 Gangguan 1. Membina Hubungan saling
Oktober persepsi percaya
2018 sensori ”Selamat pagi bapak, Saya perawat “selamat pagi, nama saya
08.00 halusinasi Marhen yang bertugas hari ini dari Bapak R.Y, saya senang
pukul 07.00-14.00, sebelumnya dipanggil bapak R.”
boleh saya tahu nama bapak siapa
dan senang dipanggil siapa?”

”Bagaimana perasaan bapak hari ini? “saya tidak bisa tidur


Apa keluhan bapak saat ini” dengan nyenyak, dan saya
mendengar suara-suara
yang memanggil saya ”
”Baiklah, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang suara yang “iya bu”
selama ini bapak dengar tetapi tak
tampak wujudnya? Di mana kita
duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit”
2. Membantu pasien mengenal
halusinasi
08.05
”Apakah bapak mendengar suara “iya bu. Meminta saya
tanpa ada wujudnya?Apa yang untuk melakukan sesuatu”
dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar “saya mendengar suara


atau sewaktu-waktu? Kapan yang saat tertentu terutama saat
paling sering R dengar suara? Berapa saya sendiri”

26
kali sehari bapak alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang bapak rasakan pada saat “saya menjawab apa yang
mendengar suara itu dan apa yang disampaikan dan
bapak lakukan saat mendengar suara terkadang melakukan yang
itu? diminta dan menutup
telinga ”

3. Melatih mengontrol halusinasi


dengan menghardik
”Bagaimana kalau kita belajar cara- “iya bu”
cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?”

“Bapak , ada empat cara untuk “ iya bu ”


mencegah suara-suara itu muncul.
08.20
Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu “baiklah bu”


cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
4. Menjelaskan cara menghardik

27
halusinasi
”Caranya sebagai berikut: saat suara- “Baik bu”
suara itu muncul, langsung
bapak bilang, pergi saya tidak mau
dengar”
5. Memperagakan cara
menghardik
” Akan saya contohkan dahulu ya, “ Baik bu, Saya tidak mau
Saya tidak mau dengar. Kamu suara dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang-ulang sampai palsu!”
suara itu tak terdengar lagi. ”
6. Meminta pasien
memperagakan ulang
Coba bapak peragakan! Nah begitu, ”Pergi, saya tidak mau
… bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak dengar. Kamu suara
R sudah bisa” palsu!”
7. Memantau penerapan cara
ini, beri penguatan perilaku
pasien
“ Baiklah bapak, nanti bapak bisa ” Iya bu”
teruskan latihan, dan bisa juga
langsung digunakan saat halusinasi
itu muncul”
8. Memasukkan tindakan dalam
jadwal kegiatan pasien
“ Bagaimana kalau tindakan ini, kita ” Baik bu”
tambahkan ke jadwal kegiatan harian
bapak?”
”Bagaimana perasaan R setelah

28
peragaan latihan tadi?” Kalau suara- ”Baik bu, saya akan
suara itu muncul lagi, silakan coba melakukannya jika suara
cara tersebut” itu muncul lagi.”

”Bagaimana kalu kita buat jadwal ”Disini saja 2 jam lagi ya


latihannya dan bertemu lagi untuk bu”
belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua?
Jam berapa R?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya”

”Baiklah, saya permisi pak” ”iya bu”


10.20 1. Mengevaluasi kegiatan yang
lalu
“Selamat pagi bapak, sesuai dengan “Selamat pagi bu”
kontrak kita sebelumnya saya datang
lagi pak ”

”Bagaimana perasaan bapak hari “Saya merasa lebih baik,


ini? Apakah suara-suaranya masih suara itu masih muncul
muncul ? “ bu”

“Apakah sudah dipakai cara yang “Iya bu, sudah dan mampu
telah kita latih? Bagaimana apakah mengurangi suara yang
suara-suaranya menghilang?” saya dengar”

“Sesuai janji kita tadi saya akan latih “ iya bu”


cara kedua untuk mengontrol

29
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di
10.25 sini saja?
2. Melatih berbicara/ bercakap
dengan orang lain saat
halusinasi muncul
“Cara kedua untuk “ Baik bu, saya mengerti”
mencegah/mengontrol halusinasi
yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau
bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk
diajak ngobrol. Minta teman untuk
ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar
suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan:
bu, ayo ngobrol dengan bapak
sedang dengar suara-suara.”

”Coba bapak lakukan seperti saya “Bu, saya mulai


tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! mendengar suara itu lagi,
Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih ayo temani saya untuk
10.45 terus ya bapak!” mengobrol, tentang apa
saja”
“Bagaimana perasaan bapak setelah
latihan ini? Jadi sudah ada berapa “ saya merasa lebih lega,

30
cara yang bapak pelajari untuk saya sudah mengetahui 2
mencegah suara-suara itu? ” cara untuk mengatasi
halusinasi ini”
”Bagus, cobalah kedua cara ini kalau “iya bu ”
bapak mengalami halusinasi lagi.”
3. Memasukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
”Bagaimana kalau kita masukkan “ Baiklah bu”
dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Mau jam berapa latihan bercakap-
cakap? Nah nanti lakukan secara
teratur serta sewaktu-waktu suara itu
muncul”

”Besok pagi saya akan ke mari lagi. “ Baik bu jam 08.00


Bagaimana kalau kita latih cara yang WITA, disini saja”
ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di
mana/Di sini lagi?

”Kalau begitu saya tinggal dulu pak “ Iya bu, selamat pagi”
ya, Sampai besok ya. Selamat pagi”
20 1. Mengevaluasi kegiatan yang
Oktober lalu
2018 “Selamat pagi bapak Bagaimana “Selamat pagi bu, iya
08.00 perasaan bapak hari ini? Apakah sudah saya gunakan dan
suara-suaranya masih muncul ? suaranya bisa menghilang
Apakah sudah dipakai dua cara yang perlahan”

31
telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya?”

“Sesuai janji kita, hari ini kita akan “Baik bu, saya bersedia”
belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau
di mana kita bicara? Baik kita duduk
di ruang tamu. Berapa lama kita
08.05 bicara? Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Menjelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
”Bapak, sebelumnya informasi yang “Baik bu”
saya sampaikan tentang cara
mengendalikan halusinasi adalah
aktivitas, itu merupakan hal penting
karena mampu mengalihkan
perhatian dari halusinasinya”
3. Mendiskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan
“Apa saja yang “ iya bu ,saya biasa
biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa melakukan kegiatan
kegiatannya, terus jam memenuhi kebutuhan
berikutnya (terus ajak sampai dasar, biasanya membaca
didapatkan kegiatannya sampai koran”
08.25 malam).
4. Melatih pasien melakukan
aktivas

32
”Wah banyak sekali kegiatannya. “ Baiklah bu”
Mari kita latih dua kegiatan hari
ini (latih kegiatan tersebut). ”
5. Menyusun jadwal aktivitas
sehari-hari
”Bagus sekali bapak bisa lakukan. “Baik bu”
Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita
latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.”
6. Memantau pelaksanaan jadwal
kegiatan
“Bagaimana perasaan bapak setelah “ Saya semakin tenang”
kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara?”

”Coba sebutkan 3 cara yang telah “ saya sudah bisa


kita latih untuk mencegah suara- menghardik suara,
suara. Bagus sekali. ” mengobrol dengan teman
dan beraktivitas “
”Mari kita masukkan dalam jadwal “Baik bu, saya mengerti ”
kegiatan harian bapak Coba lakukan
sesuai jadwal ya, (Saudara dapat
melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi
seluruh aktivitas dari pagi sampai
malam) ”

33
”Bagaimana kalau menjelang makan “ Baiklah bu, selamat
siang nanti, kita membahas cara pagi”
minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 12.00 pagi?Di ruang
makan ya.Sampai jumpa.”
12.00 1. Mengevaluasi kegiatan yang
lalu
“Selamat pagi bapak Bagaimana “ Pagi bu, saya sudah
perasaan bapak hari ini? Apakah minum obat “
suara-suaranya masih muncul ?
Apakah sudah dipakai tiga cara yang
telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ?
Apakah pagi ini sudah minum obat?”

“Hari ini kita akan mendiskusikan “ Baiklah bu”


tentang obat-obatan yang bapak
minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan
siang. Di sini saja ya bapak?”
2. Menanyakan program
pengobatan
12.05 “Bapak adakah bedanya setelah “ Iya bu, bisa berkurang”
minum obat secara teratur. Apakah
suara-suara berkurang/hilang?”
3. Menjelaskan pentingnya
penggunaan obat
” Minum obat sangat penting supaya “ Baiklah bu, saya

34
suara-suara yang bapak dengar dan mengerti”
mengganggu selama ini tidak muncul
lagi. Berapa macam obat yang bapak
minum ?” (Perawat menyiapkan
obat pasien)
”Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali “Iya bu, saya mengerti ”
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang
putih (THP)3 kali sehari jam nya
sama gunanya untuk rileks dan tidak
kaku. Sedangkan yang merah
jambu (HP) 3 kali sehari jam nya
sama gunanya untuk pikiran biar
tenang.”
4. Jelaskan akibat bila putus obat
” Kalau suara-suara sudah hilang “Baik bu, saya mengerti”
obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, bapak akan
kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula.”
Kalau obat habis bapak bisa minta
ke dokter untuk mendapatkan obat
lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini.”
5. Menjelaskan penggunaan obat
dengan benar
”Pastikan obatnya benar, artinya

35
bapak harus memastikan bahwa itu “ Saya merasa lebih paham
obat yang benar-benar punya bapak tentang obat saya”
Jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar.
12.25 Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya”
6. Melatih pasien minum obat
”bapak juga harus perhatikan berapa “Baik bu, saya mengerti”
jumlah obat sekali minum, dan harus
cukup minum 10 gelas per hari”

“Bagaimana perasaan bapak setelah “Saat bercakap-cakap,


kita bercakap-cakap tentang obat? ” halusinasi itu tidak
datang”
”Sudah berapa cara yang kita latih “ saya sudah belajar
untuk mencegah suara-suara? Coba menghardik, mengobrol
sebutkan?!” dengan teman, melakukan
aktivitas rutin sehari-hari
dan hari ini minum obat”
7. Memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
”Mari kita masukkan jadwal minum “Baik bu, saya setuju “
obatnya pada jadwal kegiatan bapak
Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita

36
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4
cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. ”
”Selamat siang bapak sampai “Selamat siang bu,
jumpa.” terimakasih ”

5. Evaluasi keperawatan
Waktu Diagnosa Evaluasi Paraf
21 Gangguan TUK 1
Oktober persepsi S:Pasien mampu menyebutkan jenis
2018 sensori halusinasi,waktu halusinasi muncul, frekuensi
08.20 halusinasi halusinasi
O: Pasien tampak mampu memperagakan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik
suara
A: Tujuan 1 tercapai, masalah teratasi
P: lanjutkan dengan intervensi 2
08.50 Gangguan TUK 2
persepsi S:Pasien mampu menyebutkan aktivitas
sensori keseharian
halusinasi O: Pasien tampak mampu memperagakan cara
mengontrol halusinasi dengan aktivitas yang
sederhana
A: Tujuan 2 tercapai, masalah teratasi
P: lanjutkan dengan intervensi 3
09.10 Gangguan TUK 3
persepsi S:Pasien mampu menyampaikan aktivitas yang
sensori sudah dilakukan

37
halusinasi O: Pasien tampak mampu memperagakan cara
mengontrol halusinasi dengan mengobrol
dnegan teman
A: Tujuan 3 tercapai, masalah teratasi
P: lanjutkan dengan intervensi 4
09.50 Gangguan TUK 4
persepsi S:Pasien mampu menyampaikan waktu minum
sensori obat dan jenis obat yang diminum
halusinasi O: Pasien tampak mengikuti instruksi perawat dan
paham mengenai obat yang dijelaskan
A: Tujuan 4 tercapai, masalah sudah teratasi
P: Perencanaan pasien pulang

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa yang mana pasien
mengalami perubahan persepsi sensori: merasakan persepsi sensori yang
palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Penyebabnya ada dua jenis yaitu faktor predisposisi dan prepitasi.Setiap
klien yang mengalami halusinasi akan memberikan respon, tergantung
dengan pribadinya. Terdapat tiga jenis respon yaitu adaptif, transisi dan

38
maladaptif.Selain dari respon tersebut maka klien juga akan mengalami
beberapa fase dari fase non psikotik sampai pada psikotik berat. Bagi
klien yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi akan
diberikan pelayanan dengan konsep asuhan keperawatan seperti asuhan
pada umumnya dengan lima proses keperawatan. Adapun perbedaan
yang menonjol itu terlihat dari intervensi yang berbentuk strategi
pelaksanaan.
B. SARAN
Setiap mahasiswa hendaknya memahami materi konsep asuhan
keperawatan ini dengan baik, sebelum melaksanakan praktikum di
lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Terjemahan. Edisi 8.


Jakarta: ECG

Fitriani, Nita. 2010. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Herman, Ade. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :


Nuha Medika

39
Herdman, T.H & Kamitsuru, S.2014.NANDA Internasional Nursing
Diagnose: Definitions & Clasification, 2015-2017. 10nd ed.
Oxford: Wiley Blackwell
Iyer, P.W., et al.1996. Nursing process and Nursing diagnosis. Philadelphia :
W.B. Saunders Company
Maramis, W. F., 2000. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.
Surabaya.
Muhith, Abdul.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa, Teori dan
Aplikasi.Yogyakarta: CV Andi Offset
Riskesdas, 2013.Persentase penderita gangguan jiwa menurut
WHO.http://scholar.unand.ac.id/21975/2/Microsoft%20Word%2
0%20BAB%20I.docx.pdf. Diakses pada 4 september
2018,pukul13.00 wita
Stuart, GW & Sundeen S.J. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Psikiatri. Terjemahan. Edisi 3. Jakarta. ECG
Stuart, G.W. and Laraia.2005.Principles and practice of Psychiatric
Nursing, 8ed. Philadelphia : Elsevier Mosby
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakart: Dewan Pengusus Pusat PPNI

40

Anda mungkin juga menyukai