Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TERAPI MODALITAS

Disusun Oleh :
1. Fidia 04021381621070
2. Heru 04021381621060
3. Afisyah Dara Natasha 04021381621062
4. Ayuessa Putri Anjani 04021381621072
5. Dhea Indah Varera 04021381621064
6. Heidiyati Saleha 04021381621075
7. Sri Rizki 04021381621065
8. Jessica Nuryanda P. 04021381621084
9. Khailiana 04021381621074
10. Meliya 04021381621083
11. Mustari 04021381621069
12. Putri Hutapea 04021381621044
13. Sherli Nanda Siwi D. 04021381621050
14. Yulianti 04021381621056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidahyalah kami dapat menyelesaikan proposal
kegiatan ini denga baik, meskipun banyak kekurangan dalam makalah ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan kerjasama
yang baik sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat ditrima. Kami minta maaf
apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan kepada Allah SWT kami
mohon ampun.

Indralaya, 08 September 2019


Penulis

II
HALAMAN JUDUL ................................................................................... .... I
KATA PENGANTAR .................................................................................... II
DAFTAR ISI .................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4
1.3.2. Tujuan khusus ....................................................................... 4
1.4 Manfaat .......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5


2.1. Terapi modalitas ............................................................................... 5
2.1.1 Pengertian terapi modalitas ....................................................... 5
2.1.2 Tujuan terapi modalitas ............................................................. 5
2.1.3 Jenis Terapi Modalitas .............................................................. 6
2.1.4 Peran perawat dalam terapi modalitas ....................................... 7
2.2. Terapi berkebun ................................................................................. 7
2.2.1 Definisi Terapi Berkebun ........................................................... 7
2.2.2 Manfaat Berkebun ....................................................................... 7
2.2.3 Keuntungan ................................................................................. 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 12


3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 12
3.2 Saran .................................................................................................. 12

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO, lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang
berumur 60 tahun atau lebih. Makin baiknya pelayanan kesehatan, maka ada
kecenderungan meningkatnya umur harapan hidup sehingga berdampak pada
semakin meningkatnya populasi Lansia dari tahun ke tahun. Data World
Population Prospects the 2015 Revision, jumlah lansia di dunia pada tahun
2015 dan 2030 jumlah orang berusia 60 tahun lebih diproyeksikan akan tumbuh
sekitar 56% dari 901 juta menjadi 1,4 milyar dan pada tahun 2050 populasi
lansia diproyeksikan lebih dari 2 kali lipat di tahun 2015, yaitu mencapai 2,1
milyar. Selama 15 tahun kedepan, jumlah lansia diperkirakan akan meningkat.
Amerika latin dan Karibia dengan proyeksi peningkatan 71%, penduduk usia
60 tahun atau lebih diikuti oleh Asia 66%, Afrika 64%, Ocemia 47%, Amerika
Utara 41% dan Eropa 23%. Hal ini akan cenderung meningkatkan angka
prevalensi kejadian penyakit degeneratif (Nations, 2015). Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2000 meningkat menjadi 14,4 juta jiwa (7,18%) dari
jumlah penduduk di Indonesia dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada
tahun 2006 angka meningkat hingga dua kali lipat menjadi 19 juta jiwa (8,9%)
dari jumlah penduduk di Indonesia dengan usia harapan hidup 66,2 dan
diperkirakan tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) dari jumlah
penduduk di Indonesia dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Agustina, 2014).
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang
diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada
akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat
dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu
perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik
dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan
dengan waktu. Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-
kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis

1
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik
fisik maupun psikis.
Darmojo (2011), mengatakan menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Secara alamiah lansia itu mengalami
kemunduran baik fisik, biologis maupun mentalnya. Watson (2003),
mengungkapkan bahwa dalam proses menua, sel otak juga mengalami
penuaan.
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia ini memberikan suatu perhatian
khusus pada lansia yang mengalami suatu proses menua. Permasalahan–
permasalahan yang perlu. perhatian khusus untuk lansia berkaitan dengan
berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya perubahan fisik,
kognitif, perasaan, sosial, dan seksual (Agustina, 2014).
Pada lanjut usia terjadi penurunan kebugaran dan kesegaran jasmani.
Faktor predisposisi penurunan kesegaran jasmani adalah kurangnya melakukan
aktivitas fisik, seorang lansia biasanya akan mengalami keterbatasan dalam
melakukan aktivitas sehingga cenderung kurang beraktivitas juga tidak adanya
program kegiatan bagi lansia yang berada di lingkungan sekitar (Hilda fauziah,
2012). Salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif lansia adalah
dengan menggunakan terapi modalitas. Terapi modalitas merupakan suatu
bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan
kemandirian secara manual, kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri
dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental
pasien. Terapi modalitas bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan
fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari,
produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi stimulasi dan
fasilitasi. Terapi modalitas meningkatkan kemampuan individu untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Salah satu jenis dari terapi modalitas
ialah berkebun, Kegiatan berkebun dapat memberikan kesempatan kepada

2
lansia untuk melakukan aktivitas fisik, pelepasan energi fisik serta lebih
menonjolkan gerakan gerakan fisik (Wells & Nancy, 2014).
Berkebun merupakan salah satu bagian terapi modalitas yang dapat
dijadikan sebagai alternatif rekreasi yang cocok dengan aktivitas gaya hidup
sehat. Melakukan sesuatu yang didasari oleh hobi akan lebih mudah dilakukan
karena tidak dijadikan sebagai beban, atau tuntutan yang malah memberatkan
lansia. Salah satu hobi yang biasa dijadikan sebagai alternatif terapi adalah
berkebun (Sari A.P. dkk. 2014). Terapi berkebun memberi kepuasan emosional
saat panen, rasa memiliki, mendorong adanya komunikasi karena dilakukan
bersama-sama, yang merupakan bentuk ekspresi diri yang dapat memungkinkan
penyaluran bagi emosi sehingga menimbulkan rasa nyaman.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari terapi modalitas?
2. Apa tujuan dari terapi modalitas?
3. Apa saja jenis terapi modalitas?
4. Bagaimana peran perawat dalam meberikan terapi modalitas?
5. Apakah definisi dari terapi berkebun?
6. Apa saja manfaat dari terapi berkebun?
7. Apa saja keuntungan dari terapi berkebun?

3
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari terapi modalitas
2. Mengetahui tujuan dari terapi modalitas
3. Mengetahui jenis terapi modalitas
4. Mengetahui peran perawat dalam meberikan terapi modalitas
5. Mengetahui definisi dari terapi berkebun
6. Mengetahui manfaat dari terapi berkebun
7. Mengetahui keuntungan dari terapi berkebun
1.3.3. Tujuan khusus
1. Memahami tentang terapi modalitas dan terapi berkebun
2. Mengetahui peran perawat dalam memberikan terapi
modalitas dan terapi berkebun

1.4. Manfaat
Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai terapi
modalitas dan terapi berkebun

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Terapi modalitas


2.1.1 Pengertian terapi modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang bagi lansia (Siti Maryam, 2008). Terapi
modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan
keperawatan baik di 35 institusi pelayanan maupun di masyarakat
yang bermanfaat bagi kesehatan lansia dan berdampak terapeutik.
Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan
kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia. Terapi
modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di
institusi maupun di masyarakat yang bermanfaat dan berdampak
terapeutik (Riyadi dan Purwanto, 2009).

2.1.2 Tujuan terapi modalitas


Tujuan terapi modalitas menurut Maryam (2008) :
a. Mengisi waktu luang bagi lansia.
b. Meningkatkan kesehatan lansia.
c. Meningkatkan produktivitas lansia.
d. Meningkatkan interaksi sosial antarlansia.
Tujuan yang spesifik dari terapi modalitas menurut “Gostetamy
1973” dalam Riyadi dan Purwanto, (2009).
a. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien.
b. Mengurangi gejala.
c. Memperlambat kemunduran.
d. Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang.
e. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti.
f. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri.
g. Meningkatkan aktivitas.
h. Meningkatkan kemandirian.

5
2.1.3 Jenis Terapi Modalitas
Ruang lingkup terapi modalitas yaitu:
1) Terapi lingkungan (berkebun, bermain dengan binatang,
rekreasi)
2) Terapi keluarga (rekreasi)
3) Terapi modifikasi perilaku (mendengarkan musik)
4) Terapi rehabilitasi (okupasi “keterampilan/kejuruan, kegiatan
fisik”)
5) Psikoanalisa psikoterapi (kegiatan keagamaan)
6) Terapi psikodarma (drama, cerita “pengalaman pribadi (life
review terapi)”)
7) Terapi aktivitas kelompok (cerdas cermat, mengisi TTS,
prakarya)

Jenis kegiatan terapi modalitas yaitu menurut Maryam (2008)


a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat
dipilih sesuai dengan masalah lansia.
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan
kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, mengubah
perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-
leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar,
dan lain-lain.
c. Terapi music
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
gairah hidup dann dapat mengenang masa lalu.
d. Terapi berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang.

6
e. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi
hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang.

2.1.4 Peran perawat dalam terapi modalitas


Peran perawat menurut Purwaningsih, dkk, 2009 yaitu:
a. Distribusi kekuatan Petugas kesehatan mendistribusikan
pengetahuan, pengalaman kepada seluruh staf sesuai dengan
wewenang masing-masing agar kebutuhan yang dibuat
bertujuan sama dan yang terbaik untuk pasien.
b. Komunikasi terbuka Komunikasi dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan informasi guna menetapkan keputusan.
c. Memperhatikan struktur interaksi Struktur interaksi meliputi :
1. Sikap bersahabat
2. Penuh prihatin
3. Lembut dan tegas

2.4. Terapi berkebun


2.2.1. Definisi Terapi Berkebun
Terapi berkebun adalah salah satu bentuk terapi aktif. Terapi
berkebun telah menjadi bagian penting dari perawatan pasien karena
dapat meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan semangat serta
kualitas hidup. Terapi berkebun adalah terapi yang unik karena
terapi ini membuat pasien berhubungan dengan makhluk hidup yaitu
tumbu-tummbuhan yang memerlukan perawatn yang tidak boleh
diskrimtinatif (Yosep, 2011).

2.2.2. Manfaat Berkebun


Beberapa adalah manfaat berkebun terhadap kesehatan
menurut kumar (2015):
a) Meningkatkan kebugaran orang dapat menjalani gaya hidup
aktif secara fisik ketika orag tersebut memiliki hobi

7
berkebun. Ketika melakukan banyak gerakan, tingkat
kebugaran cenderung meningkatkan. Selain itu, dengan
membawa dan menggunakan alat-alat berkebun seperti
cangkul dan pemotong rumput akan memberikan beberapa
latihan yang baik untuk kesehatan.
b) Meningkatkan kreativitas pikiran akan jauh lebih
bersemangat, berkebun juga bisa meningkatkan kreativitas.
Ketika banyak melihat tanaman hijau, pikiran akan lebih
positif dan jauh lebih produktif.
c) Menjadikan pikiran rileks menghirup udara segar atau
menyentuh tanah akan memberikan pengalaman baru,
pikiran akan jauh lebih santai. Bahkan tanpa disadari
sebelumnya, aktivitas ini membuat pikiran rileks dan
membuat penggiatnya semakin sehat.
d) Mengurangi stress orang dapat meminimalkan tingkt stress
dengan cara berkebun dihalaman belakang rumah. Sebuah
studi mengungkapkan bahwa orang-orang yang
menghabiskan waktu berkebun cenderung memiliki tingka
stress yang lebih rendah.
e) Meningkatkan sirkulasi darah ada banyak sekali gerakan
yang dapat dilakukan ketikan berkebun seperti mencangkul
tanah, mengisi polibag atau memotong rumput. Hal ini tentu
saja dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah sehingga
peredran darah menjadi lancar. Jadi aktivitas berkebun
sangat baik sebagai alternatif latihan.

8
2.2.3. Keuntungan
Terapi berkebun memberikan keuntungan bagi empat area
dasar yaitu kognitif, sosial, perkembangan psikologis dan fisik
(Friends Hospital, 2005) :
a) Keuntungan kognitif yaitu mempelajari kemampuan membuat
keptusan dan memecahkan masalah, disamping kemampuan
untuk mempeljri instruksi yang kompleks. Pasien mampu
bekerja secara mandiri sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap lingkungan disekitar mereka.
b) Terapi berkebun membuat pasien bekerja di dalam kelompok
dengan cara berbagi, berinteraksi dan berkompromi untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan. Berinteraksi sosial
didslsm kelompok membantu pasien lebih baik.
c) Perkembangan psikologis termasuk peningkatan harga diri dan
percaya diri. Bekerja dengan tanaman membuat pasien
merasakan rasa tanggung jawab. Mengetahui mereka
bertangguang jawab untuk memelihara dan merawat tumbuhan
hidup membuat pasien merasa lebih produktif dan mersa
termotivasi. Pasien merasa tenang dan menjadi lebih terbuka
untuk berbicara mengenai masalah mereka.
d) Peningkatan fisik terjadi karena pasien bekerja pada udara segar,
menggerakkan tubuh dan beradaptasi terhadap perubahan fisik
dan lingkungan. Terapi berkebun dapat melatih otot dengan
meransang perkembangan motorik kasar dan motorik halus
untuk membntu pasien memperoleh rasa terhadap warna,
tekstur, bentuk dan penciuman.

9
SOP (Standar Operasional Prosedur)
Terapi Modalitas Berkebun
Tindakan
Pengertian Terapi berkebun adalah salah satu bentuk terapi aktif.
Terapi berkebun telah menjadi bagian penting dari
perawatan pasien karena dapat meningkatkan kesehatan
tubuh, pikiran dan semangat serta kualitas hidup
Manfaat 1. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain,
meningkatkan rasa kasih sayang tehadap seseorang
atau lingkungan.
2. Meningkatkan kebugaran
3. Meningkatkan kreativitas
4. Menjadikan pikiran rileks
5. Mengurangi stress
6. Meningkatkan sirkulasi darah
7. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan
Indikasi 1. Lansia yang masih bisa bergerak dan sehat secara fisik
2. Marah, gusar dan kesepin
3. Gangguan emosi
4. Stress dan kecemasan
5. Anti sosial
prosedur 1. Persiapan alat
- Tanah
- Polybag/pot
- Alat perkakas
- Bibit tanaman
- Ember
- Air
- Gayung
- Pupuk
2. Orientasi
- Membuka acara

10
- Melakukan perkenalan
- Memberikan penjelasan tentang kegiatan yang
akan dilakukan
- Menjelaskan tujuan dan tahap pelaksanaan
- Kontrak waktu
3. Fase kerja
1. Menginstruksikan kepada peserta untuk menggali
tanah
2. Kemudian mengisi sebagian tanah yang sudah
digali ke dalam polybag atau pot
3. Memberikan bibit tanaman ke peserta lalu
menginstruksikan untuk menanmnya di dalam
polybag atau pot yang sudah diisi dengan tanah
4. Tutup bibit tanaman dengan tanah
5. Lalu diberi pupuk
6. Serta siram dengan air
Terminasi 1. Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti
terapi berkebun
2. Memberikan pujian atas apa yang telah dilakukan
3. Evaluasi
4. Salam penutup.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Lansia merupakan proses penuaan yang terjadi pada individu diatas
60 tahun yang mengalami perubahan fungsi dan jumlah sel sehingga
mengakibatkan terganggunya fungsi dan seluruh sistem dalam tubuhnya.
Terapi modalitas adalah kegiatan dalam memberikan askep yang
bermanfaat bagi kesehatan lansia dan berdampak terapeutik (Riyadi &
Purwanto, 2009). Salah satu dari terapi modalitas adalah terapi berkebun
dengan tujuan membuat lansia berhubungan dengan makhluk hidup yaitu
tumbuh-tumbuhan yang juga memerlukan perawatan dan tidak boleh
diskriminatif. Terapi berkebun memiliki beberapa manfaat diantaranya
untuk aspek kognitif, sosial, psikologis maupun dari fisik lansia (Friends
hospital, 2005). Peran perawat dalam terapi ini diharapkan dapat
memperhatikan struktur interaksi meliputi sikap bersahabat, penuh
perhatian, lembut dan juga tegas.

3.2. Saran
Terapi modalitas memiliki tujuan dan fungsi penting bagi lansia. Hal
ini diharapkan untuk semua tenaga kesehatan baik di institusi maupun di
masyarakat untuk dapat menerapkan dan bisa melibatkan keluarga
mengenai terapi berkebun yang mana merupakan bagian dari terapi
modalitas. Untuk itu nantinya akan membuat lansia lebih bersemangat dan
selalu berpikiran positif dalam melakukan kehidupannya sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Habibullah, M. (2018). Pengaruh Penerapan Terapi Modalitas Berkebun Terhadap


Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Posyandu Desa Pelem Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Magetan. skirpsi. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun. Jawa Timur

Magfirah, Alifariki. (2018). Pengaruh Terapi Berkebun Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari. Journal Of Islamic Nursing. Volume 3 Nomor 2.

Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika

Riyadi, S. dan Purwanto, T. (2009). Asuham Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Hamzah, H. (2014).Pengaruh Terapi Modalitas Okupasi Terhadap Tingkat


Kemandirian Lansia Di Panti Social Tresna Werdha Gan Mabaji Kab.
Gowa. Skripsi.Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ilmu Islam Negeri
Alaudin Makassar.

13

Anda mungkin juga menyukai