Disusun :
ANGGOTA
Yulianti 04021381621056
Febrianti 04021381621067
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, Observasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Bengkel Las ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
bimbingan dan arahan kepada penyusun.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Observasi
2. Mengetahui gambaran perilaku pekerja mengenai K3.
3. Mengetahui gambaran pengetahuan pekerja tentang K3.
4. Mengetahui gambaran persepsi pekerja tentang K3.
5. Mengetahui sikap pekerja terhadap K3.
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
Tempat yang kami observasi adalah sebuah bengkel las di kawasan universitas
sriwijaya ogan ilir indralaya. Bengkel las yang kami kunjungi bernama Bengkel Las Listrik
Cahaya. Bengkel ini terletak dipinggir jalan diseberang klinik UNSRI. Lokasinya berada
dipinggir jalan raya dan tempatnya lumayan luas. Tempatnya cukup luas dan teratur, namun
banyak juga barang-barang yang tidak beraturan.
Kami mengobservasi bengkel las tersebut selama dua hari pada hari pertama kami
hanya melihat keadaan awal bengkel las tersebut, dikarenakan para pekerja sibuk dengan
pekerjaannya. Kami juga melihat bahwa para pekerja hanya menggunakan masker muka saja
tanpa kaca mata untuk melindungi dirinya dan menggunakan sendal tidak menggunakan
sepatu. Pada hari kedua kami mewawancarai seorang narasumber. Narasumber kami pada
observasi dibengkel las adalah seorang bapak berusia 26 tahun yang bernama Pak juliansyah.
Beliau merupakan pemilik bengkel las saman ini. Beliau mengatakan ada 8 orang pekerja.
Para pekerja diperkerjakan selama sembilan jam, yaitu mulai dari pukul delapan pagi sampai
dengan jam lima sore. Beliau juga memberikan waktu istirahat kepada pekerja yaitu pada
pukul dua belas siang sampai dengan jam satu siang. Beliau mengatakan bahwa para pekerja
sudah diberikan alat-alat keselamatan kerja seperti kaca mata, sepatu, dan efek peredam suara
oleh pihak pemilik bengkel las. Beliau juga mengatakan banyak sekali pekerja yang tidak
menggunakan alat pelindung diri. Menurutnya, para pekerja juga sangat minim akan
pengetahuan tentang alat pelindungan diri. Dan para pekerja sangat tidak mempedulikan
keselamatan kerjanya. Dan pada saat kami melihat situasi pada hari kedua, kebanyakan para
pekerja sudah menggunakan APD yang baik. Menurut keterangan pemilik, para pekerja
memang terkadang memakai semua perlengkapan APDnya, namun itu hanya bertahan selama
2 minggu saja, dikarenakan alasan malas dan gerah.
1. Pelindung muka
Bentuk dan pelindung muka ada beberapa macam tetapi secara prinsip pelindung
muka mempunyai fungsi yang sama, yaitu melindungi mata dan muka dari pancaran
sinar las dan percikan bunga api. Pelindung muka mempunyai kacamata yang
terbuat dari bahan tembus pandang yang berwarna sangat gelap dan hanya mampu
ditembus oleh sinar las.Kacamata ini berfungsi melihat benda kerja yang dilas
dengan mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke mata.
2. Kacamata bening
Untuk membersihkan torak atau untuk proses finishing misalnya penggerindaan,
mata perlu perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung muka las. Mata tidak mampu
melihat benda kerja karena kacamata yang berada pada pelindung muka sangat
gelap. Oleh karena itu, diperlukan kacamata bening yang mampu digunakan untuk
melihat benda kerja dan sangat ringan sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.
3. Masker wajah
Masker berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan dihirup oleh sistem
pernapasan manusia. Masker digunakan untuk pengelasan ruangan yang sistem
sirkulasi udaranya tidak baik. Karena proses pengelasan akan menghasilkan gas-gas
yang membahayakan sistem pernapasan jika dihirup dalam jumlah besar. Jika gas
hasil pengelasan tidak segera dialirkan ke luar ruangan maka akan dihirup oleh
operator.
4. Pakaian las
Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan bunga api dan pancaran
sinar las. Pakaian las terbuat dari bahan yang lemas sehingga tidak membatasi gerak
si pemakai.Selain bahan pakaian yang digunakan lemas, juga harus ringan, tidak
mudah terbakar, dan mampu menahan panas atau bersifat isolator.Model lengan dan
celana dibuat panjang agar mampu melindungi seluruh tubuh dengan baik.
5. Pelindung badan (apron)
Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan dari percikan
bunga api dan pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada
bagian badan perlu dilindungi sperti halnya pada bagian muka, karena baju las yang
digunakan belum mampu sepenuhnya melindungi kulit dan organ tubuh pada bagian
dada.
6. Sarung tangan
Kontak dengan panas dan listrik sering terjadi yaitu melewati kedua tangan, contoh:
penggantian elektroda atau memegang sebagian dari benda kerja yang memperoleh
panas secara konduksi dari proses pengelasan. Untuk melindungi tangan dari panas
dan listrik maka operator las harus menggunakan sarung tangan, karena mempunyai
sifat mampu menjadi isolator panas dan listrik (mampu menahan panas dan tidak
menghantarkan listrik).
7. Sepatu las
Sepatu las dapat melindungi telapak dan jari-jari kaki kemungkinan tergencet benda
keras, benda panas atau sengatan listrik. Dengan memakai sepatu las bebarti tidak
ada aliran arus listrik dari mesin las ke ground (tanah) melewati tubuh kita, karena
bahan sepatu berfungsi sebagai isolator listrik.
c. Pengendalian Bahaya
1) Fisik
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa
kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatur ekstrim. Faktor-faktor ini
penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap
kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara
kumulatif.Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yang tidak
dikehendaki yaitu dalam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda
padat, cair dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena ada
rangsangan pada telinga oleh getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh
2 faktor yaitu frekuensi dan intensitas suara.Identifikasi kebisingan di
tempat kerja. Kebisingan dapat muncul di tempat kerja karena penggunaan
peralatan produksi yang mengeluarkan suara (seperti mesin-mesin
produksi). Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja
adalah:
a) Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-
mesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara generator.
b) Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus melainkan
terputus-putus.
c) Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin
atau peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan-hentakan.
Setelah selesai bekerja keselamatan kerja juga perlu mendapat perhatian. Sebab
akibatakibat yang sering terjadi setelah selesai bekerja ini diantaranya terjadi
kerusakan pada peralatan dan mesinmesin, juga memungkinkan terjadinya
kecelakaan terhadap si pekerja dan lingkungan tempat bekerja. Di samping itu
kelalaian yang sering terjadi adalah lupa mematikan panel kontrol listrik. Hal ini
sangat membahayakan bagi pekerja lainnya yang tidak mengetahui seperti tanpa
sengaja menekan tombol mesin atau terpijaknya kabel arus listrik dan lainya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kami terhadap penerapan prinsip manajamen K3 di Bengkel Las
Listrik cahaya, maka dapat dikatakan bahwa manajemen K3 disana belum sepenuhnya
diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari belum digunakannya APD yang sesuai oleh para
pekerja, rendahnya pengawasan dari pemilik usaha, dan belum terciptanya lingkungan kerja
yang nyaman serta kondusif bekerja. Hambatan-hambatan penerapan prinsip K3 di bengkel
las tersebut dapat terjadi karena pemilik usaha dan pekerja menganggap remeh terhadap
bahaya yang mungkin terjadi dan juga faktor pemberi kerja atau pemilik bengkel yang tidak
memberikan pelatihan dan menyediakan alat pelindungan yang memadai. Tingkat pendidikan
pekerja pun bisa mempengaruhi perilaku pekerja, karena dengan tingkat pendidikan atau
pengetahuan yang rendah, pekerja pada umumnya tidak begitu memahami mengenai prinsip
K3 dan kurang mawas diri dalam melakukan pencegahan untuk dirinya sendiri dari setiap
bahaya yang mungkin terjadi. Dalam usaha penerapan manajemen risiko di bengkel las
tersebut, maka perlu adanya kerjasama antara kedua belah pihak yaitu pekerja dan pemilik
usaha.
4.2 Saran
Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk upaya perbaikan diantaranya:
A. Bagi Pengusaha
1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko bahaya di tempat kerja.
2. Memberikan promosi dan edukasi tentang prinsip-prinsip K3 di tempat kerja.
3. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kebutuhan pekerja.
4. Meningkatkan pengawasan dan ketanggapan terhadap manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja untuk seluruh pekerja.
5. Menyediakan lingkungan kerja yang ergonomis untuk seluruh pekerja.
B. Bagi Pekerja
1. Menggunakan APD yang sudah disediakan oleh pengusaha pada setiap a kegiatan
operasional.
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan risiko bahaya.Menaati
sistem manajamen K3 yang dibentuk oleh pemilik usaha.
DAFTAR PUSTAKA