Anda di halaman 1dari 41

DEFISIT PERAWATAN DIRI

MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Hj Ermawati dalami, S.Kp,M.Kes

Di Susun Oleh Kelompok VI

Dyah Ayu Putri Sundari (P27901117050)


Feny Pratiwi (P27901117052)
Indira Mulya Ranti (P27901117060)
Siti Nurhayati (P27901117080)
Yulianingsih (P27901117088)

TINGKAT IIIB / SEMESTER V

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “DEFISIT PERAWATAN DIRI
“dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam menuntut ilmu. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungannya
kepada :
1) Ibu Hj Ermawati dalami, S.Kp,M.Kes selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Jiwa.
2) Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Tangerang, Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri .........................................................3
2.2 Etiologi ...................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala ...................................................................................5
2.4 Jenis-Jenis ..............................................................................................6
2.5 Rentang Respon .....................................................................................6
2.6 Proses Terjadinya Masalah ....................................................................7
2.7 Pohon Masalah .......................................................................................9
2.8 Mekanisme Koping ................................................................................9
2.9 Penatalaksanaan .....................................................................................9
2.10 Akibat ...................................................................................................11
2.11Asuhan Keperawatan Teoritis ...............................................................11
BAB III GAMBARAN KASUS
3.1 Kasus ......................................................................................................29
3.2 Analisa Data ...........................................................................................29
3.3 Intervensi Keperawaatan ........................................................................30
3.4 Catatan Perkembangan ...........................................................................35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................37
4.2 Saran ......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi individu baik
yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan
sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi menyadari kemampuan dirinya secara
penuh. Mampu menghadapi problem situasi yang yang berat dan mampu berada
dengan orang lain (keliat, dkk 2009).
Menurut WHO kesehatan jiwa berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keseimbangan kepribadian. Prilaku yang baik maupun yang di luar
dari kebiasaan (rusdi, 2011). Berdasarkan pencatatan rekam medis rumah sakit jiwa
daerah surakarta pada priode pada bulan junuari 2015 di temukan pada klien rawat
inap dan rawat jalan yaitu Halusinasi 4.021 klien, Resiko Isolasi Sosial 1.871 klien,
Defisit Perawatn Diri 1.754 klien, Harga Diri Rendah 1.026 klien, Waham 401 klien.
Data di atas Defisit Perawat Diri mempunyai urutan ke 4.

1.2 Rumusan Maslah


1.2.1 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
2. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
4. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.

1
5. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
6. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
7. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
8. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
10. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
11. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan
Diri.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).
Menurut Kelompok VI Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (Hygine),
berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting).

2.2 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes RI (2000) penyebab
kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjaakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri

3
3) Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya termasuk perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

4
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

5
2.4 Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

2.5 Rentang Respon


Adaptif maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).

6
2.6 Proses Terjadinya Masalah
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan
diri yang signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi
terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-
ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari (stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan
dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi
riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial masing-
masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah mengatur
persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005).
Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan
menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan
kebribadian (Kaplan, Saddock & Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam
perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik
(Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi
serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak
mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini
menunjukkan gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).

7
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan
motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi
sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini
sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih
banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart
& Laraia, 2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan
dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd
& Nihart,1998 ; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab
gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang
menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari,
2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
(alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika
terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah
maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti :
mandi, berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan dapat
mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung
negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan
toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati, 2002).

8
2.7 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

2.8 Mekanisme Koping


Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

2. 9 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.

9
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan
tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien. Penatalaksanaan manurut herman (Ade,
2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

10
2.10 Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine
adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.11 Asuhan Keperawatan Teoritis


2.11.1 Pengkajian
A. Identitas
Identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga
yang dapat dihubungi.
B. Alasan Masuk
Apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat
murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan
mulai mengganggu orang lain.
C. Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan
mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan
dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga

11
perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas
sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan
situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri.
D. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital (TTV),
pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe
yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
E. Psikososisal
1) Genogram
Menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai
dan tidak disukai.
b. Identitas Diri
Dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan
pasien sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c. Peran Diri
Meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan

12
yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d. Ideal Diri
Berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar,
serta harapan pasien terhadap penyakitnya
e. Harga Diri
Mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan,
penilaian pasien terhadap pandangan atau penghargaan
orang lain.
f. Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang
sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g. Spiritual
(a) Nilai Keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama
pasien terganggu karna tidak menghirauan lagi
dirinya.
(b) Kegiatan Ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.

13
h. Status Mental
(a) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi,
tidak tahu cara berpakaian, dan penggunaan
pakaian tidak sesuai.
(b) Cara Bicara
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu
memulai pembicaraan.
(c) Aktivitas Motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
(d) Alam Perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa
dihina.
(e) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul,
emosi pasien berubah-ubah, kesepian, apatis,
depresi/sedih
dan cemas.
(f) Interaksi Selama Wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak
kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang
serta curiga yang menunjukan sikap atau peran
tidak percaya kepada pewawancara atau orang
lain.

14
(g) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan
terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi
pendengaran, penglihatan serta halusinasi
perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami
depersonalisasi.
(h) Proses Pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan
asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik satu ke
topik lainnya dan kadang pembicaraan berhenti
tiba-tiba.
i. Kebutuhan Pasien Pulang
(a) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan
pasien terganggu serta pasien tidak memiliki
kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
(b) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian,
tidak bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan
tidak bisa berdandan.
(c) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara
mandi, tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut,
tidak menggunting kuku, tubuh pasien tampak
kusam dan badan pasien mengeluarkan aroma
bau.

15
(d) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
(e) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
(f) Penggunaan Obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien
minum obat tidak teratur.
(g) Aktivitas Dalam Rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua
aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena
pasien selalu merasa malas.
j. Mekanisme Koping
(a) Adaftip
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan
orang lain, tidak bisa menyelesikan masalah yang
ada, pasien tidak mampu berolahraga karena
pasien selalu malas.
(b) Maladaftip
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau
kadang berlebihan, pasien tidak mau bekerja
sama sekali, selalu menghindari orang lain.
(c) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial
seperti berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya

16
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang,
masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
(d) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak
mampu mengambil keputusan.
k. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap
pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan
sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber
koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang efektif.
2.11.2 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit
perawatan diri menurut Fitria (2012), adalah sebagai berikut:
1) Defisit perawatan diri
2) Harga diri rendah
3) Isolasi sosial

17
2.11.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No. Intervensi
Keperawatan TUM TUK
1. Defisit perawatan diri Pasien tidak 1. Klien dapat mebina Bina hubungan saling
: kebersihan diri, mengalami defisit hubungan saling percaya dgn
berdandan, makan, perawatan diri. percaya. menggunakan prinsip
BAB/BAK. Kriteria Evaluasi : komunikasi terapeutik
Dalam :
berinteraksi klien 1. Sapa pasien dengan
menunjukan ramah, baik verbal
tanda-tanda maupun non verbal.
percaya pada 2. Perkenalkan diri
perawat: dengan sopan.
a. Wajah cerah, 3. Tanyakan nama
tersenyum. lengkap dan nama
b. Mau panggilan yang di
berkenalan. sukai pasien.
c. Ada kontak 4. Jelaskan tujuan
mata. pertemuan. Jujur
d. Menerima dan menepati janji.
kehadiran 5. Tunjukkan sikap
perawat. empati dan
e. Bersedia menerima pasien
menceritakan apa adanya.
perasaannya. 6. Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.

18
2. Klien mampu Melatih pasien cara-
melakukan cara perawatan
kebersihan diri kebersihan diri :
secara mandiri. 1. Menjelasan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-
alat untuk
menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-
cara melakukan
kebersihan diri.
4. Melatih pasien
mempraktekkan
cara menjaga
kebersihan diri

3. Klien mampu Melatih pasien


melakukan berdandan/berhias :
berhias/berdandan 1. Untuk pasien laki-
secara baik. laki latihan
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Bercukur

19
2. Untuk pasien
wanita, latihannya
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Berhias

4. Pasien mampu Melatih pasien makan


melakukan makan secara mandiri :
dengan baik. 1. Menjelaskan cara
mempersiapkan
makan.
2. Menjelaskan cara
makan yang tertib.
3. Menjelaskan cara
merapihkan
peralatan makan
setelah makan.
4. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik.
5. Pasien mampu Mengajarkan pasien
melakukan melakukan
BAB/BAK secara BAB/BAK secara
mandiri. mandiri :
1. Menjelaskan

20
tempat BAB/BAK
yang sesuai.
2. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB dan
BAK.
3. Menjelaskan cara
membersihkan
tempat BAB dan
BAK

2.11.4 Tindakan Keperawatan


1. Tindakan Keperawatan pada Pasien
Tujuan Keperawatan :
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
Tindakan Keperawatan :
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
 Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
 Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir
rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan

21
meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
 Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
 Menjelaskan cara makan yang tertib.
 Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
 Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan
cara:
 Menjelaskan tempat BAB?BAK yang sesuai.
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,
dan bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(menjeaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan
diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK).
SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara
merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik).
2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
defisit perawatan diri.

22
Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat
meneruskan melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien
dalam perawatan diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat lakukan
adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati).
5) Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.
SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
2.11.4 Evaluasi Keperawatan
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI DAN
KELUARGANYA
Nama :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :

23
Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
Tanggal
No. Kemampuan

A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menyebutkan cara membersihkan
diri.
3. Mempraktikan cara membersihkan
diri dan memasukkan dalam
jadwal.
4. Menyebutkan makan yang baik.
5. Mempraktikan cara makan yang
baik dan memasukkan dalam
jadwal.
6. Menyebutkan cara BAB/BAK
yang baik.
7. Mempraktikan cara BAB/BAK
yang baik dan memasukkan dalam
jadwal.
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikkan cara berdandan
dan memasukkan dalam jadwal.
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit

24
perawatan diri.
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri.
3. Mempraktikan cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang).

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN


DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan instrumen
Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP.
c. Masukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris
nilai SP.
Tanggal
No. Kemampuan

A. Pasien
SP 1 Pasien
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga

25
kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara menjaga kebersihan diri.
4. Mengajukan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

26
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktikan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan
cara merawat langsung pasien
dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung pasien defisit
perawatn diri.
Nilai SP Keluarga

27
SP 3 Keluarga
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien
setelah pulang.
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai: SP Pasien + SP
Keluarga
Nilai Rata-Rata

28
BAB III
GAMBARAN KASUS
3.1 Kasus
Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 19 agustus 2019 pada pukul
16.00 WIB di RSJ Grogol, pada saat datang ke RS pasien mengeluh sulit merawat
dirinya, sulit berpakaian, dan merasa depresi. Pasien mengatakan sulit untuk berfikir
dan bertingkah seperti orang yang depresi, tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau
dan tampak kotor, tidak sikat gigi, rambut acak-acakan klien mengatakan merasa
dirinya tidak berguna, keluarga klien menatakan klien sering marah marah tanpa
sebab dan menghancurkan benda benda yang ada di sekitarnya.

3.2 Analisa Data


No Data Masalah
1 DS : Defisit Perawatan
klien menngatakan malas untuk merawat diri Diri
DO :
 Klien tampak tidak rapi
 Badanya kotor dan bau
 Rambut kotor berketombe
 Giginya terlihat kotor
 Kuku kotor
2 DS : Harga Diri
Klien merasa tidak berguna dengan dirinya yang Rendah
sekarang.
DO :
 Klien tampak memisahkan diri
 Terlihat menyendiri

29
 Kontak mata (-)

3 DS : Resiko Perilaku
Keluarga klien mengatakan klien sering marah-marah Kekerasan
DO :
 Klien terlihat mudah tersinggung

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit perawatan diri : berpakaian dan mandi
2. Harga diri rendah
3. Resiko perilaku kekerasan

3.4 Intervensi Keperawatan


Dx Kep Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Defsit 1. Klien dapat 1. Klien SP 1 :
Pereawatan melakukan mampu 1. Jelaskan pentingnya 1. Meningkatkan
Diri kebersihan diri menyebutk kebersihan diri. pengetahuan klien
secara mandiri an tentang tanda-tanda
2. Klien dapat penyebab erawatan diri yang
melakukan tidak 2. Jelaskan cara menjaga baik.
berdandan/berhias merawat kebersihan diri. 2. Klien dapat menjaga
diri 3. Bantu pasien kebersihan dirinya
2. Klien memperaktekan cara secara mandiri.
mampu menjaga kebersihan 3. Membantu klien
menyebutk diri meningkatkan harga
an manfaat 4. Anjurkan klien dirinya
menjaga memasukan jadwal

30
perawatan kegiatan harian. 4. Menghindari adanya
diri perubahan peran
3. Klien SP 2 : akibat adanya HDR
mampu 1. Meningkatkan
menyebutk pengetahuan klien
an tanda- tentang tanda-tanda
tanda perawatan diri yang 1. Untuk mengatasi
bersih dan baik. kemajuan klien
rapih 2. Klien dapat menjaga dalam berinteraksi
4. Klien kebersihan dirinya dan menilai
mampu secara mandiri kebersihan dalam
menyebutk 3. Membantu klien strategi pelaksanaan.
an meningkatkan harga 2. Menambah
gangguan dirinya pengetahuan klien
yang di 4. Menghindari adanya tentang
alami jika perubahan peran berdabdan/berhias.
perawatan akibat perasaan HDR
diri jika 3. Meninkatkan rasa
tidak di percaya diri klien
perhatikan
5. Klien
dapat 4. Menghindari adanya
melaksana perubahan peran
kan akibat perasaan HDR
perawatn
diri secara
mandiri
dalam hal :

31
 Kebersihan
diri
 Berdandan
Harga Diri 1. Klien 1. Klien SP 1 :
Rendah dapatmengidentifi mampu 1. Identifikasi 1. Aspek sangat
kasi kemampuan menyebutka kemampuan dan aspek penting untuk
dan aspek positif n aspek positif yang dimiliki meningkatkan PD
yang dimiliki positif dan klien serta harga diri.
2. Klien dapat kemampuan 2. Bantu klien menilai
menilai yang kemampuan klien 2. Mmvalidasi dan
kemampuan yang dimiliki yang masih ada menguatkan apa
dapat di gunakan klien 3. Bantu klien memilih yang sudah
3. Klien dapat 2. Klien kegiatan yanga akan disampaikan secara
menetapkan mampu dilatih sesuai dengan lisan
/memilih kegiatan menyebutka kemampuan klien. 3. Mencari cara yang
yang sesuai n 4. Latih klien sesuai konstruktif dan
4. Klien dapat kemampuan dengan kemampuan menunjukan potensi
berlatih kegiatan yang dapat yang dipilih yang dimiliki klien
yang sudah dipilih dilaksanaka 5. Beri pujian yang wajar untuk mengubah
sesuai kemampuan n SP 2 : dirinya lebih baik
3. Klien 1. Evaluasi jadwal dan berharga.
mampu kegiatan harian klien. 4. Meningkatkan harga
membuay diri serta memancing
rencan klien.
kegiatan
harian 2. Latih kemampuan
4. Klien kedua yang telah
mampu dipilih oleh klien

32
melakukan 3. Anjurkan klien 1. Untuk mengetahui
kegiatan memasukan ke dalam kemajuan klien
sesuai jadwal kegiatan dalam berinteraksi
jadwal yang harian. dan menilai
di buat. SP 3 : kebersihan dalam
1. Evaluasi jadwal strategi pelaksanaan.
kegiatan klien 2. Menambah
kemampuan/pengeta
huan klien

2. Melatih kemampuan 3. Menghindari adanay


ke tigs perubahan peran
3. Anjurkan klien akibat perasaan
memasukan ke dalam HDR.
jadwal
1. Untuk mengetahui
kemajuan dalam
berinteraksi dan
menilai kebersihan
dalam startegi
pelaksanaan.
2. Menambah
kemampuan
klien/pengetahuan
3. Menghindari adanya
perubahan peran
akibat HDR

33
Resiko membina hubungan SP 1 :
Perilaku saling percaya, 1. Menbina hubungan 1. Kepercayaan dari
Kekerasaan mendiskusikan saling percaya. klien merupakan hal
penyebab perilaku yang mutlak serta
kekerasan yang akan memudahlkan
pernah dilakukan dan dalam melakukan
perasaannya jika pendekatan dan
dilakukan perilaku tindakan
kekekrasan, klien keperawatan kepada
dapat mengontrol klien.
atau mengendalikan 2. Mengidentifikasikan 2. Untuk mengetahui
perilaku kekerasan penyebab dari marah penyebab perilaku
yang dimilikinya kekerasan yang
pernah dilakukan
klien.
3. Diskusikan pada 3. Untuk mengetahui
klien perilaku perilaku kekerasan
kekerasan yang biasa yang pernah
dilakukan klien dilakukan klien
4. Diskusikan bersama 4. Membantu klien
klien akibat dari melihat dampak
perilaku kekerasan yang di timbulkan
yang pernah akibat perilakku
dilakukannya kekerasan yang
dilakukan klien

34
3.5 Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal No DX Implementasi Evaluasi (SOAP)
Senin 19 I SP 1 S:
Agustus 1. Membina  Nama sayan Tn.A suka
2019 hubungan saling di panggil A aja.
percaya.  Klien mengatakan
2. Menjelaskan sudah mengerti begitu
pentingnya pentingnya kebersihan
kebersihna diri pada dirinya
3. Menjelaskan  Klien mengatakan
cara menjaga sakan selalu menjaga
kebersihan diri kebersihan dirinya dan
dan cara mandi akan mandi
4. Membantu klien  Klien mengatakan
mempraktekan senang bisa di bantu
cara menjaga dalam kebersihan
kebersihan diri tubuhnya.
dan mandi O:
5. Menganjurkan  Klien menjawab dengan
klien suara pelan
memasukan ke A : Masalah teratasi sebagian
dalam jadwal P : pertemuan selanjutnya jam
kegiatan harian 13.00 WIB dengan topik cara
klien berdandan yang baik dan benar
SP 2 S:
1. Mengevaluasi klien mengatakan sudah tahu
jadwal kegiatan cara berdandan yang baik
harian klien. O:

35
2. Menjelaskan  Kien mampu
cara berdandan mempraktikan cara
3. Membantu klien berdandan yang baik
memperaktekan dan benar
cara berdandan  Klien mulai bersih dan
4. Menganjurkan mau berdandan
klien A : Tujuan tercapai
memasukan ke P : Pertahankan SP
dalam jadwal
kegiatan harian

36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien
dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko
menjadi isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai landasan
untuk membina saling percaya sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatkan
dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri mengenai
penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian pemberian
pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri
membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.

4.2 Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan
oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien.
Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk
mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama

Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan Defisit
Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di Ruangan Abimanyu
RSJ Daerah Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ellya. 2014. Keperawatan Jiwa: Landasan Teori Defisit Perawatan Diri.


https://ellya70.wordpress.com/2014/04/21/keperawatan-jiwa.Diakses pada tanggal 09
Juli 2019.

iii

Anda mungkin juga menyukai