Anda di halaman 1dari 168

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

LAPORAN PENDAHULUAN 7 DIAGNOSA UTAMA

BESERTA INTERVENSI DAN STRATEGI PELAKSANAANNYA

DISUSUN OLEH :

NAMA: PUTRI MUKHLIZA PAPUTUNGAN

NIM : 02010010029

SEMESTER: V (LIMA)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA

KOTAMOBAGU

T.A 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,

Dosen Pengampuh Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Ns. Echa Effendy Siswanto Amir, S.Kep, M.Kep

NIK. 093180012016066

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan rahmat dan

hidayahnya penyusundapat menyelesaikan laporan pendahuluan 7 diagnosa utama

beserta intervensi dan strategi pelaksanaanya, yang di ajukan untuk memenuhi

salah satu tugas Mata kuliah Keperawatan jiwa II.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu

dalam penyusunan tugas ini.

Kami sadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna, maka

dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah

membaca tugas ini, demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Kotamobagu, 17 oktober 2022

Putri m paputungan

iii
DAFTAR ISI

HALMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar belakang .......................................................................................1

B. Rumusan masalah .................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Defisit Perawatan Diri..........................................................................2

B. Halusinansi...........................................................................................27

C. Isolasi Sosial.........................................................................................54

D. Waham..................................................................................................80

E. Perilaku Kekerasan...............................................................................102

F. Harga Diri Rendah ...............................................................................126

G. Resiko Bunuh Diri................................................................................145

BAB III PENUTUP.........................................................................................161

A. Kesimpulan ..........................................................................................161

B. Saran ....................................................................................................161

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................162

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan yang profesional yang

didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus

kehidupan dengan respon psiko-sosial,dengan menggunakan diri sendiri dan

terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk

meningkatkan, mencegah mempertahankan dan memulihkan masalah

keperawatan kesehatan jiwa individu keluarga dan masyarakat ( Riyadi &

purwanto,2009).

Kesehatan jiwa adalah kesejahteraan emosional dan psikologis,

kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, mengatasi stres yang bisa

terjadi dalam kehidupan sehari-hari (steres normal) dan merusakan hal-hal

disekitarnya secara nyata (ANA, 2007).

B. Rumusan masalah

1. Apa saja laporan pendahuluan defisit perawatan diri?

2. Apa saja laporan pendahuluan halusinasi?

3. Apa saja laporan pendahuluan isolasi sosial?

4. Apa saja laporan pendahuluan waham?

v
5. Apa saja laporan pendahuluan perilaku kekerasan?

6. Apa saja laporan pendahuluan harga diri rendah?

7. Apa saja laporan pendahuluan risiko bunuh diri?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dan defisit perawatan diri

2. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari halusinasi

3. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari isolasi sosial

4. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari waham

5. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari perilaku kekerasan

6. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari harga diri rendah

7. Untuk mengetahui laporan pendahuluan dari resiko bunuh diri

vi
BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes

2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Menurut Poter.

Perry (2005).

Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah

2000).

B. Etiologi

vii
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri

adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor Predisposisi

a. Perkembangan, Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis, Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun, Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian

dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial, Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah

kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,

lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu

kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59)

Faktor yang memperngaruhi personal hygiene adalah:

viii
a. Body Image, Gambaran individu terhadap dirinya sangat

mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan

fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial, Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,

maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi, Personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang

semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada

pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan

kakinya.

e. Budaya, Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak

boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang, Ada kebiasaan orang yang menggunakan

produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,

sampo dan lain-lain.

g. Kondisi fisik atau psikis, Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan

untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Jenis – Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

ix
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan

kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk

menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :

2004, 79 ).

D. Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000 : 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor..

d. Gigi kotor disertai mulut bau.

e. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

x
a. Interaksi kurang.

b. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

c. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok

gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

E. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang

sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada

kuku.

2. Dampak psikososial.

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interakisosial.

F. Pohon Masalah

Effect Defisit perawatan diri

Core problem penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Causa Isolasi social : menarik diri

xi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Defisit Perawatan Diri

Tgl No Dx. Perencanaan

Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi

I Defisit TUM : Setelah 3x Bina hubungan saling

Perawatan Klien dapat interaksi klien percaya dengan :

Diri : melakukan menunjukkan  Beri salam setiap

Merawat perawatan tanda – tanda berinteraksi

Kebersihan diri secara percaya pada  Perkenalkan nama,

Diri mandiri perawat : nama panggilan

 Wajah perawat, dan tujuan

TUK 1 : cerah, perawat berinteraksi.

Klien dapat tersenyum  Tanyakan dan panggil

membina  Mau nama kesukaan klien

hubungan berkenalan  Tunjukkan sikap

saling  Ada kontak empati, jujur dan

percaya mata menepati janji setiap

 Bersedia kali berinteraksi.

menceritaka  Tanyakan perasaan

n perasaan klien dan masalah yang

xii
 Bersedia dihadapi klien

mengungkap  Buat kontrak interaksi

kan yang jelas

masalahnya  Dengarkan dengan

empati

 Penuhi kebutuhan dasar

klien

TUK 2 : 2.  Dalam 3x 2. diskusikan dengan klien :

Klien interaksi klien


         Penyebab klien tidak

mengetahui menyebutkan : merawat diri

pentingnya  Penyebab          Manfaat menjaga

perawatan tidak perawatan diri untuk

diri merawat diri keadaan fisik, mental dan

 Manfaat sosial

menjaga          Tanda-tanda perawatan

perawatan diri yang baik

diri          Penyakit atau gangguan

 Tanda-tanda kesehatan yang bisa dialami

bersih dan oleh klien bila perawatan

rapi diri tidak adekuat

 Gangguan

yang dialami

jika

xiii
perawatan

diri tidak

diperhatikan

TUK 3 : Dalam 3x
3.1 diskusika frekuensi menjaga

Klien interaksi klien perawatan diri selama ini

mengetahui menyebutkan  Mandi

cara-cara frekuensi  Gosok gigi

melakukan menjaga  Keramas


perawatan perawatan diri :
 Berpakain
diri  Frekuensi
 Berhias
mandi
 Gunting kuku
 Frekuensi
diskusikan cara praktek
gosok gigi
perawatan diri yang baik dan
 Frekuensi
benar
keramas
 Mandi
 Frekuensi
 Gosok gigi
ganti
 Keramas
pakaian
 Berpakain
 Frekuensi
 Berhias
berhias
 Gunting kuku
 Frekuensi
berikan pujian untuk setiap
gunting
respon kliken yang positif
kuku

xiv
TUK 4 : Dalam 3x Bantu klien saat perawatan

Klien dapat interaksi klien diri :

melaksanaka mempraktekan  Mandi

n perawatan perawatan diri  Gosok gigi

diri dengan dengan dibantu  Keramas


bantuan oleh perawat :
 Berpakain
perawat  Mandi
 Berhias
 Gosok gigi
 Gunting kuku
 Keramas
Beri pujian setelah klien
 Berpakain selesai melaksanakan

 Berhias perawatan diri

 Gunting

kuku

TUK 5 : Dalam 3x Pantau klien dalam

Klien dapat interaksi klien melaksanakan perawatan

melaksanaka melaksanakan diri :

n perawatan praktek  Mandi

secara perawatan diri  Gosok gigi

mandiri secara mandiri :  Keramas

 Mandi 2x  Berpakain
sehari
 Berhias
 Gosok gigi
 Gunting kuku
sehabis
Beri pujian saat klien
makan
melaksanakan perawatan

xv
 Keramas 2x diri secara mandiri

seminggu

 Ganti

pakaian 1x

sehari

 Berhias

sehabis

mandi

 Gunting

kuku setelah

mulai

panjang

TUK 6 : Dalam 3x Diskusikan dengan

Klien interaksi keluarga:

mendapatkan keluarga  Penyebab klien tidak

dukungan menjelaskan melaksanakan

keluarga cara-cara perawatan diri

untuk membantu klien  Tindakan yang telah

meningkatka dalam dilakukan klien selama

n perawatan memenuhi di Rumah Sakit dalam

diri kebutuhan menjaga perawatan diri

perawatan dan kemajuan yang

dirinya telah dialami oleh klien

Dalam 3x  Dukungan yang bisa

xvi
interaksi diberika oleh keluarga

keluarga untuk meningkatkan

menyiapakan kemempuan klien dalam

sarana perawatan diri

perawatan diri Diskusikan denagn keluarga

klien : sabun tentang :

mandi, pasta  Sarana yang diperlukan

gigi, sikat gigi, untuk menjaga

sampo, handuk, perawatan diri klien

pakaian bersih,  Anjurkan kepada

sandal dan alat keluarga menyiapkan

berhias sarana tersebut

Keluarga Diskusikan dengan keluarga

mempraktekan hal-hal yang perlu

perawatan diri dilakukan keluarga dalam

kepada klien perawatan diri :

 Anjurkan keluarga

untuk mempraktekan

perawatan diri (mandi,

gosok gigi, keramas,

ganti baju, berhias dan

gunting kuku)

 Ingatkan klien waktu

mandi, gosok gigi,

xvii
keramas, ganti baju,

berhias dan gunting

kuku

 Bantu jika klien

mengalami hambatan

dalam perawatan diri

 Berikan pujian atas

keberhasilan klien

xviii
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN-1

Pasien : Defisit Perawatan Diri

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien  : Pasien tampak lemah, malas untuk beraktivitas,dan

merasa tidak berdaya, Rambut kotor acak-acakan, badan dan pakaian

kotor serta bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang

dan tidak terawat.

2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus :

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri4.

4. Tindakan Keperawatan

a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

xix
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. Orientasia.

a. Salam terapuetik

Selamat pagi ? Perkenalkan nama saya Perawat Putri, Saya adalah

Mahasiswa keperawatan STIKES Graha Medika Kotamobagu yang

sedang praktek disini. Saya praktek disini selama tujuh hari. Nama

ibu siapa ya? Senangnya dipanggil apa? Oh, jadi anda senangnya

dipanggil Ny. H saja. 

b. Evaluasi / Validasi 

Saya lihat dari tadi Ny.H menggaruk-garuk kepala, gatal ya?

c. Kontrak

Topik : Bagimana kalau kita berbincang tentang kebersihan diri?

Waktu : Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, Jadi Ny.H

maunya kita ngobrol-ngobrolnya 20 menit. Tempat : Baiklah

mau dimana kita  ngobrolnya  Ny.H? Oh, jadi kita ngobrolnya diruang

ini saja.

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)

Berapa kali Ny. H mandi dalam sehari? Apakah Ny. H sudah mandi

hari ini? Menurut Ny. H apa kegunaannya mandi ? Menurut Ny. H

apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-

tanda orang  yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya…?,

badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga

kebersihan diri masalah apa menurut Ny.H yang bisa muncul ?” Betul

xx
ada kudis, kutu dan sebagainya. Menurut Ny. H mandi itu seperti apa?

Sebelum mandi apa yang biasanya  Ny. H  persiapkan?  Benar sekali, 

Ny. H  perlu menyiapkan pakain ganti yang bersih, handuk kering,

sikat gigi, odol, shampo dan sabun mandi. Menurut Ny. H tempat

mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar mandi, bagaimana

kalau kita ke kamar mandi sekarang, saya akan bantu melakukannya.

Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat gigi yang

sudah di kasih odol kemudian sikat gigi dengan gerakan memutar dari

atas ke bawah kemudian Ny.H berkumur kumur dengan air  bersih.

Bagus  sekali  Ny. H,  sekarang buka pakaian Ny. H, siram seluruh

tubuh Ny. H dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil

shampoo sedikit dan gosokkan ke atas kepala Ny. H sampai berbusa

lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali Ny. H, sekarang ambil sabun

dan gosokan keseluruh tubuh Ny.H secara merata dan di mulai dari

bagian sebelah kanan lalu siram dengan air sampai bersih, pastikan

bersih tidak ada sisa sabunyang menempel. Setelah selesai disiram

dengan air sampai bersih keringkan tubuh Ny. H dengan handuk

kering yang sudah disiapkan. Bagus sekali Ny. H melakukannya.

Selanjutnya Ny.H menggunakan pakaian bersih yang sudah di siapka

3. Terminasia.

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi klien/ subjektif : Bagaimana perasaan Ny. H setelah

mandi dan mengganti pakaian? Coba Ny. H sebutkan lagi apa saja

cara-cara mandi yang baik yang sudah Ny. H lakukan tadi? Bagus

xxi
sekali sekarang Ny. H sudah tahu manfaat dan cara mandi yang

baik.

 Evaluasi perawat/ objektif : Ternyata Ny. H masih memiliki

kemampuan yang baik dalam menjaga kebersihan diri. Nah

kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumahsetelah pulang.

b. Tindak lanjut klien

Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Mau

berapakali sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan

sore. Kalau pagi jam berapa ? kalau sore ? Beri tanda M (mandiri)

kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru

dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.

c. Kontrak yang akan dating

Topik :Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdandan

Waktu : Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 7 pagi

setelah Ny.H melakukan kegiatan mandi

Tempat : Ny. H mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam

kamar Ny. H besok bagaimana?

xxii
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-2

Pasien : Defisit Perawatan Diri

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien Ny.H terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil memegang

rambut yang basah. Klien terlihat menggunakan pakaian dengan kancing

baju yang tidak terpasang. Klien mengatakan merasa segar setelah mandi.

2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus :

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan

Membantu klien latihan berhias, Berpakaian, Menyisir rambut.

xxiii
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. Orientasia

a. Salam terapuetik

Selamat pagi ? masih ingat Ny. H dengan saya?

b. Evaluasi / Validasi

Saya lihat dari tadi Ny. H memegang kepala, kenapa Ny. H?

Bgaimana perasaan Ny. H setelah melakukan kegiatan mandi?

c. Kontrak

Topik : Bagimana kalau kita berbincang tentang berhias diri?

Waktu : Mau berapa lama kira-kira  kita  ngobrolnya?  Oke, Jadi 

Ny.H maunya kita ngobrol-ngobrolnya 20 menit.

Tempat : Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. H? Oh, jadi kita

ngobrolnya diruang ini saja.

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)

a. Bagaimana perasaan Ny. H setelah mandi? Apa yang Ny. H lakukan

setelah mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan 

berdandan

b. Apa Ny. H sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang

bersih dan kering. Berganti pakain yang bersih 2 kali seharai.

Sekarang coba  Ny. H  lakukan  mengganti  pakaian.  Bagus  sekali

Ny. H kerja yang bagus. Sekarang setelah menggunakan pakaian

yang baik kita akan latihan berdandan supaya Ny. H tampak rapi dan

cantik

xxiv
c. Kira kira apa alat yang Ny, H butuhkan untuk berdandan? Bagus

sekali Ny. H alat yang dibutuhkan sisir, bedak dan kaca

d. Setelah Ny.H memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambut

yang rapi, bagus Ny. H, sekarang ambil bedak dan bedaki muka

Ny.H rata dan tipis. Bagus sekali Ny. H bisa melakukan dengan baik

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi klien/subjektif

Bagaimana perasaan Ny. H setelah latihan berdandan?

 Evaluasi perawat/ objektif Ny. H terlihat segar dan cantik 

b. Tindak lanjut klien

Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny.H Sehabis

Ny.H melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan yang

benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (mandiri)

kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru

dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.

c. Kontrak yang akan dating

Topik :Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan cara

makan yang baik dan benar. Waktu : Kalau begitu kita akan latihan

cara makan nanti siang atau sesuai jadwal makan Ny. H

Tempat : Siang nanti kita latihan makan yang baik di ruang makan

xxv
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-3

Pasien : Defisit Perawatan Diri

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien Ny. H terlihat duduk di salah satu kursi di dekat meja makan. Ny. 

Hterlihat rapi dengan rambut yang di sisir.

2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus :

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan

a. Menjelaskan cara persiapkan makanan 

b. Menjelaskan cara makan yang tertip

c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. Orientasi

a. Salam terapuetik

Selamat siang Ny. H ? Bagus sekali Ny. H terlihat rapi siang ini

b. Evaluasi / Validasi

Bagaimana perasaan Ny. H siang hari ini?

c. Kontrak

xxvi
Topik : Bagimana kalau kita latihan cara makan yang baik?

Waktu : Mau berapa lama kira-kira  kita  ngobrolnya?  Oke,  Jadi 

Ny.H maunya kita ngobrol-ngobrolnya 25 menit.

Tempat : Kita akan latihan cara makan yang baik jadi kita latihan

langsung di ruang makan

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)

a. Bagaimana menurut Ny.H cara makan yang baik? Bagus Ny.H

sebelum kita makan kita cuci tangan dengan air dan sabun

b. Setelah mencuci tangan dengan air dan sabun, Ny.H bias mengambil

makanan di atas meja dengan menggunakan piring.

c. Sebelum makan Ny. H dapat berdoa. Bagus sekarang Ny. H

dapat berdoa sebelum makan. Suap makanan dengan pelan-pelan, 

Ya,bagus Ny.H  sekarang  sudah bias melakukan dan menyuap

makanan dengan baik dan benar.

d. Setelah makan Ny. H harus membereskan piring dan gelas

yangkotor, Setelah di bereskan sekarang Ny.H dapat mencuci

tangankembali dengan air dan sabun. Setelah itu keringkan tangan

dengansaputangan yang bersih.

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi klien/ subjektifBagaimana perasaan Ny. H setelah

latihan cara makan yang baik?

 Evaluasi perawat/ objektif Ny. H terlihat rapi dan bersih. 

b. Tindak lanjut klien

xxvii
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis

Ny. H melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan

cara makanyang baik dan benar sesuai dengan latihan kita hari ini.

Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan)

kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.

c. Kontrak yang akan dating

Topik : Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan cara

BAK/BAB yang baik

Waktu : Kalau begitu kita akan latihan cara BAB/BAK besok jam

10 pagi atau sesuai jadwal kapan Ny. H merasa ingin BAB/BAK

Tempat : Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik di ruangan

ini.

xxviii
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-4

Pasien : Defisit Perawatan Diri

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien Ny. H terlihat duduk di salah satu sisi kamar. Ny. H terlihat rapi de

nganrambut yang di sisir.

2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus :

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan

a. Mengajarkan klien melakukan BAB/BAK secara mandiri 

b. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

c. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK

d. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK

xxix
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

1. Orientasi

a. Salam terapuetik

Selamat siang Ny. H ? Sudah di lakukan jadwal harian yang telah

kitalakukan kemaren?Bagus sekali Ny. H dapat melakukan secara

mandirisemua latihan yang telah kita lakukan,

b. Evaluasi / Validasi

Bagaimana perasaan Ny. H siang hari ini?

c. KontrakTopik : Bagimana kalau kita latihan cara BAB/BAK yang ba

ik?

d. Waktu : kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit, bagamana

menurut Ny. H? Tempat : Kita akan latihan cara BAB/BAK yang

baik jadi kita latihan langsung di tempat BAB/BAK

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)

a. Menurut Ny. H dimana kita BAB/BAK yang benar? Benar Ny.H kita

BAB/BAK di ruang tertutup dan ada saluran pembuangan kotoran.

Jadi kita tidak boleh BAB/BAK di sembarang tempat.

b. Sekarang coba Ny. H sebutkan bagaiman cara membersihkan atau

cebok? Bagus Ny.H cebok itu adalah cara membersihkan bokong

atau tempat keluar BAB/BAK dengan air yang bersih dan jernih.

c. Setelah Ny. H cebok  pastikan  juga  tidak  ada BAB/BAK yang

tersisa di WC dengan cara menyirami WC dengan air bersih. Setelah

xxx
di pastikan bokong dan WC bersih baru NY. H mencuci tangan

dengan air dan sabun.

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

 Evaluasi klien/ subjektif

Bagaimana perasaan Ny.H setelah latihan cara BAB dan BAK 

yang baik?

 Evaluasi perawat/ objektif  Ny. H terlihat tersenyum dan wajah

yang segar 

b. Tindak lanjut klien

Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis

Ny. H melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan

cara makanyang baik dan benar, jika Ny.H merasakan keinginan

BAB/BAK Ny.H dapat melakukan latihan yang telah kita lakukan.

Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan)

kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.

c. Kontrak yang akan dating

Topik : Baiklah Ny. H sekarang kita  akhiri  pertemuan  ini, Kalau

Ny.H masih ada yang ingin ditanyakan atau ada masalah yang ingin

dibicarakan boleh kepada suster lain yang dinas diruangan ini.Saya

permisi dulu ya Ny.H Assalamualaikum.

xxxi
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Definisi

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan pancidera

(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi

dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu

penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan

yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren :

persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah

(Stuart, 2007).

Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi

di atas, maka penulis  mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah

persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus

atau rangsangan yang nyata.

B. Klasifikasi

Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :

1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara orang,

biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa

yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

xxxii
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran

cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang

luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3. Halusinasi penghidu (olfactory)

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang

menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau

harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

4. Halusinasi peraba (tactile)

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa

stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari

tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi pengecap (gustatory)

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan

menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

6. Halusinasi sinestetik

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah

mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan

urine.

7. Halusinasi Kinesthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Etiologi

Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1. faktor predisposisi

a. biologis

xxxiii
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis

yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-

penelitian sebagai berikut:

1) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofren

2) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang

berlebihan

3) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan

kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. sosial budaya

Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti

kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi

4. faktor presipitasi

Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,

putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah

koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).

Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a. biologis

xxxiv
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

otak akibat ketidak mampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. sterss lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stresor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

D. Fase halusinasi

Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):

1. Comforting

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian,

rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang

menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau

tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan

mata yang cepat, diam dan asyik.

2. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.

Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak

dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan

tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-

tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan

pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan

halusinasi dengan realita.

3. Controling

xxxv
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap

halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar

berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu

mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat

menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

4. Consquering

Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien

mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,

menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan

tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat

membahayakan.

E. Tanda gejala

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan

duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum

atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,

gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga

keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang

dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis

berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis:

a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Gerakan mata cepat

xxxvi
d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis:

a. Cemas

b. Konsentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis:

a. Cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti

petunjuk).

4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis:

a. Pasien mengikuti halusinasi

b. Tidak mampu mengendalikan diri

c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

xxxvii
F. Pohon masalah

Risiko Mencederai Diri dan Orang Lain


Effect

Gangguan Masalah Presepsi Sensori :


Core Problem Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

2. Melaksanakan program terapi dokter

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang

ada

4. Memberi aktivitas pada pasien

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

xxxviii
Intervensi keperawatan : Halusinasi

No Dx Perencanaan

Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Gangguan TUM: Klien Setelah 1x interaksi 1. Bina hubungan saling

sensori dapat klien menunjukkan percaya dengan

persepsi: mengontrol tanda – tanda percaya menggunakan prinsip

halusinasi halusinasi kepada perawat : komunikasi terapeutik :

(lihat/dengar/pe yang 1.Ekspresi wajah


a. Sapa klien dengan
nghidu/raba/kec dialaminya bersahabat.
ramah baik verbal
ap) Tuk 1 : 2.Menunjukkan rasa
maupun non verbal
senang.
Klien dapat b. Perkenalkan nama,
3.Ada kontak mata.
membina nama panggilan dan
4.Mau berjabat tangan.
hubungan tujuan perawat
5.Mau menyebutkan
saling percaya berkenalan
nama.
c. Tanyakan nama
6.Mau menjawab
lengkap dan nama
salam.
panggilan yang
7.Mau duduk
disukai klien
berdampingan dengan
d. Buat kontrak yang
perawat.
jelas
8.Bersedia
e. Tunjukkan sikap jujur
mengungkapkan
dan menepati janji
masalah yang
setiap kali interaksi
dihadapi.

xxxix
f. Tunjukan sikap

empati dan menerima

apa adanya

g. Beri perhatian kepada

klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

h. Tanyakan perasaan

klien dan masalah

yang dihadapi klien

i. Dengarkan dengan

penuh perhatian

ekspresi perasaan

klien

TUK 2 : Setelah 1x interaksi 1. Adakan kontak sering

Klien dapat klien menyebutkan : dan singkat secara

mengenal 1.Isi bertahap

halusinasinya 2.Waktu 2. Observasi tingkah

3.Frekunsi laku klien terkait

4.Situasi dan kondisi dengan halusinasinya

yang menimbulkan (dengar /lihat

halusinasi /penghidu /raba

/kecap), jika

menemukan klien

yang sedang

xl
halusinasi:

a. Tanyakan apakah

klien mengalami

sesuatu

( halusinasi

dengar/ lihat/

penghidu /raba/

kecap )

b. Jika klien

menjawab ya,

tanyakan apa

yang sedang

dialaminya

c. Katakan bahwa

perawat percaya

klien mengalami

hal tersebut,

namun perawat

sendiri tidak

mengalaminya

( dengan nada

bersahabat tanpa

menuduh atau

menghakimi)

xli
d. Katakan bahwa

ada klien lain

yang mengalami

hal yang sama.

e. Katakan bahwa

perawat akan

membantu klien

3. Jika klien tidak

sedang berhalusinasi

klarifikasi tentang

adanya pengalaman

halusinasi,

diskusikan dengan

klien :

a. Isi, waktu dan

frekuensi

terjadinya

halusinasi ( pagi,

siang, sore,

malam atau sering

dan kadang –

kadang )

b. Situasi dan

kondisi yang

xlii
menimbulkan

atau tidak

menimbulkan

halusinasi

Setelah 1x interaksi 1. Diskusikan dengan

klien menyatakan klien apa yang

perasaan dan responnya dirasakan jika terjadi

saat mengalami halusinasi dan beri

halusinasi : kesempatan untuk

 Marah mengungkapkan

 Takut perasaannya.

 Sedih 2. Diskusikan dengan

 Senang klien apa yang

 Cemas dilakukan untuk

 Jengkel mengatasi perasaan

tersebut.

3. Diskusikan tentang

dampak yang akan

dialaminya bila klien

menikmati

halusinasinya. S

TUK 3 : 1. Setelah 1x interaksi 1. Identifikasi bersama

Klien dapat klien menyebutkan klien cara atau

mengontrol tindakan yang tindakan yang

xliii
halusinasinya biasanya dilakukan dilakukan jika terjadi

untuk halusinasi (tidur,

mengendalikan marah, menyibukan

halusinasinya diri dll)

2. Setelah 1x 2. Diskusikan cara

interaksi klien yang digunakan

menyebutkan cara klien,

baru mengontrol  Jika cara yang

halusinasi digunakan

3. Setelah 1x interaksi adaptif beri

klien dapat pujian.

memilih dan  Jika cara yang

memperagakan digunakan

cara mengatasi maladaptif

halusinasi diskusikan

(dengar/lihat/pengh kerugian cara

idu/raba/kecap ) tersebut

4. Setelah 1x interaksi 3. Diskusikan cara baru

klien melaksanakan untuk memutus/

cara yang telah mengontrol

dipilih untuk timbulnya halusinasi

mengendalikan :

halusinasinya a. Katakan pada diri

5. Setelah 1x sendiri bahwa ini

xliv
pertemuan klien tidak nyata ( “saya

mengikuti terapi tidak mau dengar/

aktivitas kelompok lihat/ penghidu/

raba /kecap pada saat

halusinasi terjadi)

b. Menemui orang lain

(perawat/teman/angg

ota keluarga) untuk

menceritakan

tentang

halusinasinya.

c. Membuat dan

melaksanakan

jadwal kegiatan

sehari hari yang

telah di susun.

d. Meminta

keluarga/teman/

perawat menyapa

jika sedang

berhalusinasi.

4. Bantu klien memilih

cara yang sudah

dianjurkan dan latih

xlv
untuk mencobanya.

5. Beri kesempatan

untuk melakukan

cara yang dipilih dan

dilatih.

6. Pantau pelaksanaan

yang telah dipilih

dan dilatih , jika

berhasil beri pujian

7. Anjurkan klien

mengikuti terapi

aktivitas kelompok,

orientasi realita,

stimulasi persepsi

TUK 4 : 1. Setelah 1x 1. Buat kontrak dengan

Klien dapat pertemuan keluarga, keluarga untuk

dukungan dari keluarga pertemuan ( waktu,

keluarga menyatakan setuju tempat dan topik )

dalam untuk mengikuti 2. Diskusikan dengan

mengontrol pertemuan dengan keluarga ( pada saat

halusinasinya perawat pertemuan keluarga/

2. Setelah 1x interaksi kunjungan rumah)

keluarga a. Pengertian

menyebutkan halusinasi

xlvi
pengertian, tanda b. Tanda dan gejala

dan gejala, proses halusinasi

terjadinya halusinasi c. Proses terjadinya

dan tindakan untuk halusinasi

mengendali kan d. Cara yang dapat

halusinasi dilakukan klien

dan keluarga untuk

memutus

halusinasi

e. Obat- obatan

halusinasi

f. Cara merawat

anggota keluarga

yang halusinasi di

rumah ( beri

kegiatan, jangan

biarkan sendiri,

makan bersama,

bepergian

bersama,

memantau obat –

obatan dan cara

pemberiannya

untuk mengatasi

xlvii
halusinasi )

g. Beri informasi

waktu kontrol ke

rumah sakit dan

bagaimana cara

mencari bantuan

jika halusinasi

tidak tidak dapat

diatasi di rumah

TUK 5 : 1. Setelah 1x interaksi 1. Diskusikan dengan

Klien dapat klien menyebutkan; klien tentang

memanfaatkan a. Manfaat minum manfaat dan

obat dengan obat kerugian tidak

baik b. Kerugian tidak minum obat, nama ,

minum obat warna, dosis, cara ,

c. Nama,warna,dos efek terapi dan efek

is, efek terapi samping penggunan

dan efek obat

samping obat 2. Pantau klien saat

2. Setelah 1x interaksi penggunaan obat

klien 3. Beri pujian jika klien

mendemontrasikan menggunakan obat

penggunaan obat dengan benar

dgn benar 4. Diskusikan akibat

xlviii
3. Setelah 1x interaksi berhenti minum obat

klien menyebutkan tanpa konsultasi

akibat berhenti dengan dokter

minum obat tanpa 5. Anjurkan klien

konsultasi dokter untuk konsultasi

kepada

dokter/perawat jika

terjadi hal – hal yang

tidak di inginkan .

xlix
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1

Pasien : Halusinasi

A. Prosedur keperawatan

1. Kondisi pasien

Subject : klien mengatakan sering mendengar suara yang ingin

mencelakakan dirinya.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensorik : halusinasi pendengaran

3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Ekspresi wajah bersahabat

c. Klien bersedia diajak berjabat tangan

d. Ada kontak mata dan klien bersedia menyebutkan nama

e. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.

f. Membantu klien mengenal halusinasinya

g. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik

halusinasi

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

Selamat pagi, assalamualaikum boleh saya kenalan dengan Bapak? Nama

saya Putri Mukliza Paputungan boleh panggil saya Putri, saya mahasiswa

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU, Saya sedang praktik di sini

dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh

l
Saya tahu nama bapak siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?

Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam, Ada

keluhan tidak? Apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?

Menurut bapak sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita

ngobrol tentang alasan bapak di bawah kesini? Berapa lama kira-kira kita

bisa ngobrol? Bapak maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit?

Bisa? Di mana kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu

saja.

2. Fase Kerja

Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan

suara itu? Apakah bapak melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau

mahluk? Seperti apa yang kelihatan? Apakah terus-menerus terlihat dan

terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja? Kapan paling sering bapak

melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut, Berapa kali sehari bapak

mengalaminya? Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri? Apa yang

bapak rasakan pada saat melihat sesuatu? Apa yang bapak lakukan saat

melihat sesuatu? Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara tersebut?

Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang? Bagaimana

kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak

muncul? Bapak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.

Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.

Keempat, minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu

cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya seperti ini:

li
a. Saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang dalam hati,

“Pergi Saya tidak mau dengar. Saya tidak mau dengar. Kamu suara

palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi.

Coba bapak peragakan, Nah begitu bagus. Coba lagi. Ya bagus

bapak sudah bisa.

b. Saat melihat bayangan itu muncul, langsung bapak bilang, pergi

Saya tidak mau lihat. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu

diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba bapak

peragakan. Nah begitu bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah

bisa.”

3. Terminasi

Bagaimana perasaan bapak dengan obrolan kita tadi?

Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak

muncul lagi. Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan bapak

coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam

berapa saja latihannya? Bapak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi

tentang caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara

itu muncul? Kira-kira waktunya kapan ya, Bagaimana kalau besok jam

09.30 WIB. Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya,

Sampai jumpa besok.

lii
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-2

Pasien : Halusinasi

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

3. Tujuan : Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain.

4. Intervensi Keperawatan : Diskusikan dengan klien cara mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase orientasi

Selamat pagi, Bagaimana kabarnya hari ini? bagaimana perasaan bapak hari

ini? Kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi. sesuai dengan

kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruang tamu mengenai

cara-cara mengontrol suara yang sering bapak dengar dulu agar suara itu

tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan

orang lain. Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10

menit saja, bagaimana Bapak setuju? dimana tempat yang menurut bapak

cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?

2. Fase kerja

liii
kalau bapak mendengar suara yang kata bapak kemarin mengganggu dan

membuat bapak jengkel. Apa yang bapak lakukan pada saat itu? Apa yang

telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan? cara yang kedua adalah

bapak langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat bahwa bapak

mendengar suara. nanti perawat akan mengajak bapak mengobrol sehingga

suara itu hilang dengan sendirinya.

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang? nanti kalau

suara itu terdengar lagi, bapak terus praktekkan cara yang telah saya ajarkan

agar suara tersebut tidak menguasai pikiran bapak bagaimana kalau besok

kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara

yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat. jam

berapa bapak bisa? Bagaimana kalau besok jam ? besok kita berbincang-

bincang di sini atau tempat lain? Termakasih sudah berbincang-bincang

dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.

liv
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-3

Pasien : Halusinasi

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak

jelas

2. Diagnosa Keperawatan : halusinasi

3. Tujuan:

Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan aktifitas / kegiatan harian.

4. Intervensi Keperawatan

Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian

klien.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi :

Selamat pagi, bapak tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini?

apakah bapak masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin?

Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang

tentang suara- suara yang sering bapak dengar agar bisa dikendalikan

dengan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian. dimana tempat yang

menurut bapak cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di

ruang tamu? kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit.

lv
2. Fase kerja

cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang

cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu cara

ketiga adalah bapak menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang

bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja. jika bapak

mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan

seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan lain.

3. Fase Terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang? tolong nanti bapak

praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi?

Bagaimana bapak kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara

mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat.

jam berapa bapak bisa? Bagaimana kalau jam 08.00, bapak setuju? Besok

kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih bapak sudah

mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.

lvi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN-4

Pasien : Halusinasi

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

Klien tenang, Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang

tidak jelas

2. Diagnosa Keperawatan: halusinasi

3. Tujuan : Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.

4. Interensi keperawatan

Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi :

Selamat pagi, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih ingat dengan

kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah bapak masih mendengar suara-suara

yang kita bicarakan kemarin. Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang

berbincang-bincang tentang obat-obatgan yang bapak minum. dimana tempat

yang menurut bapak cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana kalu

di ruang tamu? kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit.

2. Fase Kerja

ini obat yang harus diminum oleh bapak. Obat yang warnanya ini berfungsi

untuk mengendalikan suara yang sering bapak dengar sedangkan yang

warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai

efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah

lvii
terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas? Tolong nanati bapak sampaikan ke

dokter apa yang bapak rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus

diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian

bapak jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti

yang apak alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus

diperhatikan oleh bapak pada saat mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis,

benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya bapak..?

3. Fase Terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang? coba bapak jelaskan

lagi obat apa yang diminum tadi? tolong nanti bapak minta obat ke perawat

kalau saatnya minum obat. bagaimana bapak kalau kita akan mengikuti

kegiatan TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) yaitu menggambar sambil

mendengarkan musik. jam berapa bapak bisa? Bagaimana kalau jam 10

Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang tamu. Terimakasih bapak sudah

mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.

lviii
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian isolasi sosial

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidak mampuan untuk

mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya

secara wajar dalam khalayaknya sendiri yang tidak realistis. Isolasi sosial

adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh  seseorang karena orang lain

mengatakan sikap negatif atau mengancam. (Dalami dkk, 2009).

Gangguan hubungan sosial merupakan suatu ganggguan hubungan

interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang

menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

berhubungan sosial. (Riyadi Sujono, 2009).

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya. (Dr.Keliat, 2009).

B. Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya

perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu

tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, tidak mampu merumuskan

keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku

tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri,

menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan. (Farida,

2010)

lix
C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain :

1. Menyendiri dalam ruangan

2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata

3. Sedih, afek datar

4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya

5. Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak

bermakna

6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain

7. Tidak ada sosiasi antara ide satu dengan yang lainnya

8. Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)

9. Menggunakan kata yang tak berarti

10. Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara Klien cenderung

menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.

(Farida, 2010)

D. Faktor penyebab

1. faktor predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social

berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi

sampai usia lanjut untuk dapat  mengembangkan hubungan social yang

positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan

sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan

respon social maladaptif.

lx
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku.

1) Sikap bermusuhan/hostilitas

2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya.

4) Kurang kehangatan

5) Ekspresi emosi yang tinggi

6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat

bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

c. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh

karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti

anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden

tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang

menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar

monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,

sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur

otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume

lxi
otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan

skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian

karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini

dapat menimbulkan isolasi sosial.

a. Stresor Biokimia

1) Teori dopamine yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal dan

mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia.

2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan

meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO

adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya

MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada

pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan

karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan

maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan

tingkah laku psikotik.

4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala

psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-

sel otak.

lxii
b. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

c. Stresor Psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas

kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan

individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah

gangguan berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa

perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan

yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien

psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini

berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak

pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu

terhambat.

E. Mekanisme Koping

Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan

berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme

tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, W

Staurt  2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian

antisosial antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping

yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi

reksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan

identifikasi proyeksi.

lxiii
F. Pohon masalah

Effect Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Core Problem Isolasi sosial

Causa Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis :

1. Electro Convulsive Therapy (ECT)

Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana

arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang

ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut

menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan

terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya

perubahan faal dan biokimia dalam otak.

Indikasi :

a. Depresi mayor

1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada

perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan

yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.

lxiv
2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan

respon membaik pada ECT.

3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan

atau klien tidak dapat menerima antidepresan.

b. Maniak

Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau

terapi lain berbahaya bagi klien.

c. Skizofrenia

Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat

pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.

d. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian

penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:

memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang

terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien

untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,

sopan dan jujur kepada klien.

e. Terapi Okupasi

Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang

dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan

maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri

seseorang.

lxv
Intervensi keperawatan : Isolasi Sosial

No. DX. Rencana Tindakan Keperawatan

Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi TUM : Klien Setelah 2 X interaksi 1. Bina hubungan saling

Sosial mampu klien menunjukan percaya dengan :

berinteraksi tanda-tanda percaya  beri salam setiap

dengan orang kepada atau terhadap berinteraksi

lain perawat :  Perkenalkan nama,

nama panggilan
 Wajah cerah,
perawat, dan tujuan
tersenyum
TUK 1 : Klien
perawat berkrnalan
 Mau berkenalan
dapat membina
 Tanyakan dan
hubungan saling  Ada kontak mata
panggil nama
percaya  Bersedia
kesukaan klien
menceritakan
 Tunjukan sikap
perasaan
jujur dan menepati
 Berseddia
janji setiap kali
mengungkapkan
berinteraksi
masalahnya
 Tanyakan perasaan

dan masalah yang

dihadapi klien

 Buat kontrak

interaksi yang jelas

lxvi
 Dengarkan dengan

penuh perhatian

ekspresi perasaan

klien

TUK 2 : Setelah 2 kali interaksi 1. Tanyakan pada klien

klien dapat tentang :


Klien mampu
menyebutkan minimal  Orang yang tinggal
menyebutkan
satu penyebab menarik serumah atau dengan
penyebab  tanda
diri : sekamar klien
dan gejala isolasi
 Orang yang paling
sosial -Diri Sendiri
dekat ddengan klien
- Orang lain
dirumah atau
- Lingkungan diruangan perawatan

 Apa yang membuat

klien dekat dengan

orang tersebut

 Orang yang tidak

dekat dengan klien

dirumah atau

diruangan perawat

 Apa yang membuat

klien tidak dekat

dengan orang

lxvii
tersebut

 Upaya yang sudah

dilakukan agar dekat

dengan orang

tersebut

2. Diskusikan dengan

klien penyebab

menarik diri / tidak

mau bergaul dengan

orang lain

3. Beri pujian terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan

perasaanya

TUK 3 : Setelah 2 X interaksi 1. Tanyakan pada klien

dengan klien dapat tentang :


Klien mampu
menyebutkan  Manfaat
menyebutkan
keuntungan hubungan
keuntungan
berhubungan sosial, sosiial
berhubungan
misalnya :  Kerugian
sosial dan
menarik diri
kerugian menarik  Banyak teman
2. Diskusikan bersama
diri  Tidak kesepian
klien tentang manfaat
 Saling menolong
berhubungan sosial

lxviii
Dean kerugian dan kerugian menarik

menarik diri misalnya diri

: 3. Beri pujian terhadap

kemampuan klien
 Sendiri,
mengungkapkan
 Kesepian
perasaannya
 Tidak bisa

diskusi

TUK 4 : Setelah 2 X interaksi 1. Observasi perilaku

klien dapat klien tentang


Klien dapat
melaksanakan berhubungan sosial
melaksanakan
hubungan soosial 2. Beri motivasi dan
hubungan sosial
secara bertahaap bantuu klien untuk
secara bertahap
dengan : berkenalan /

berkomunikasi dengan
 Perawat
perawat lain, klien
 Perawat lain
lain, kelompok
 Kelompok
3. Libatkan klien dalam

terapi aktivitas

kelompok sosialisasi

4. Diskusikan jadwal

harian yang dilakukan

untuk meningkatkan

kemampuan klien

lxix
bersosialisasi

5. Beri motivasi klien

untuk melakukan

kegiatan sesuai jadwal

yang telah dibuat

6. Beri pujian terhadap

kemampuan klien

memperluas

pergaulanya melalui

aktifitas yang

dilaksanakan

TUK 5 : Setelah 2X interaksi 1. Diskusikan dengan

klien dapat klien tentang


Klien mampu
menyebutkan perasaanya setelah
menjelaskan
perasaanya setelah berhbungan sosial
perasaanya setelh
berhubungan sosial dengan :
berhubungan
dengan :  Orang lain
sosial
 Kelompok
 Orang lain
2. Beri pujian terhadap
 Kelompok
kemampuan klien

mengungkapkan

perasaaanya

TUK : 6 1. Setelah 2X kali 1. Diskusikan pentingya

pertemuan, peran serta

lxx
Klien mendapat keluarga dapat keluarganay sebagai

dukungan menjelaskan : pendukung untuk

keluarga dalam  pengertian mengatasi perilaku

memperluas menarik diri menarik diri

hubyngan sosial  tanda dan 2. Diskusikan potensi

gejala menarik keluarga untuk

diri membantu klien

 penyebab dan mengatasi perilaku

akibat menarik menarik diri

diri 3. Jelaskan pada

 cara merawat keluarga tentang :

klien menarik  pengertian

diri menarik diri

2. Setelah 2X  tanda dan gejala

pertemuan, menarik diri

keluarga dapat  penyebab dan

mempraktekkan akibat menarik diri

cara merawat klien  cara merawat klien

menarik diri menarik diri

4. Latih keluarga cara

merawat klien

menarik diri

5. Tanyakan perasaan

keluarga setelah

lxxi
mencoba cara yang

dilatihkan

6. Beri motivasi

keluarga agar

membantu klien

bersosialisasi

7. Beri pujian pada

keluarga atas

keterlibatannya

merawat klien

dirumah sakit

TUK 7 : 1. Setelah 2X 1. Diskusikan dengan

interaksi klien klien tentang manfaaat


Klien dapat
menyebutkan : dan kerugian tidak
memanfaatkan
 manfaat minum obat, nama,
obat dengan baik
minum obat warna, dosis, cara,

 kerugian tidak efek terapi, dan efek

meminum samping penggunaan

obat obat.

 nama, warna, 2. Pantau klien saat

dosis, efek penggunaan obat

terapi, efek 3. Beri pujian jika klien

samping obat menggunakan obat

2. Setelah...kali dengan benar

lxxii
interaksi klien 4. Diskusikan berhenti

mendemonstrasika minum obat tanpa

n penggunaan konsultasi dengan

obat dengan benar dokter

3. Setelah...kali 5. Anjurkan klien untuk

interaksi klien konsultasi kepada

dapt menyebutkan dokter atau perawat

akibat berhenti jika terjadi hal-hal

minum obat tanpa yang tidak diinginkan

konsultasi dokter

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1

Pasien : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien

Data subjektif :

a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.

b. Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.

c. Klien merasa orang lain tidak selevel.

Data objektif :

a. Klien tampak menyendiri.

b. Klien terlihat mengurung diri.

lxxiii
c. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.

3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.

c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan

orang lain.

d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.

e. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.

f. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

B. Strategi pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum. selamat pagi bu perkenalkan nama saya putri , biasa

dipanggil putri. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam

14:00 siang. Nama ibu siapa, senangnya ibu di panggil apa? Bagaimana

perasaan ibu hari ini? Apakah Ibu masih suka menyendiri ? Baiklah ibu,

bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan ibu dan

kemampuan yang Bu miliki. Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?

Bagaimana kalau 10 menit saja ya Ibu mau berbincang-bincang dimana,

Bagaimana kalau di ruang tamu?

2. Fase kerja

lxxiv
Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu?

apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut? Siapa anggota

keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang membuat

ibu tidak dekat dengan orang lain? Apa saja kegiatan yang biasa ibu

lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana dengan teman-teman yang

lain? Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul

dengan orang lain? Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau

bercakap-cakap dengan orang lain? Menurut ibu apa keuntungan kita

kalau mempunyai teman? Wah benar, kita mempunyai teman untuk

bercakap-bercakap. Apa lagi ibu? Nah kalau kerugian kita tidak

mempunyai teman apa ibu? jadi banyak juga ruginya tidak punya teman

ya. Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain? Nah

untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih

dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang

lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.

Contohnya: nama saya Evita Podomi, senang sipanggil Evita.

Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.

Contohnya nama Bapak siapa, senangnya dipanggil apa? Ayo bu coba

dipraktekkan, misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu

berkenalan dengan saya. Ya bagus sekali ibu. coba sekali lagi ibu bagus

sekali ibu.Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol

tentang hal-hal yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang

hobi, pekerjaan dan sebagainya, Nah bagaimana kalau sekarang kita

lxxv
latihan bercakap-cakap dengan teman ibu. (dampingi pasien bercakap-

cakap).

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan? Baiklah ibu,

dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan

teman, Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada

jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah

bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu tidak melakukanya

maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Nah bagus ibu. Baik lah ibu

bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman ibu

bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap

dengan topik tertentu. Ibu mau jam berapa, Bagaimana kalau jam 11:00,

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang, Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah bu sampai ketemu besok.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-2

Pasien : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien.

Data subjektif : Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain

Data objektif : Klien menyendiri di kamar.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3. Tujuan.

lxxvi
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.

b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang

dengan orang lain.

B. Strategi pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini?

Apakah masih ada perasaan kesepian, bagaimana semangatnya untuk

bercakap-cakap dengan teman?mBagai mana perasaan ibu setelah mulai

berkenalan? Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan

bagai mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu

semakin banyak teman. Berapa lama ibu mau berbincang-bincang, Bagaimana

kalau 10 menit? Ibu mau berbincang-bincang dimana?

Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di

ruangan Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan, apakah ibu masih ingat

bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien

lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai

(fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu,

selain nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui tetang perawat C

dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus sekali,

Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? Bagaimana kalau

kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di ruang

lxxvii
makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang

lain. apa yang ingin ibu bincangkan dengan teman ibu. ooh tentang cara

menyusun piring diatas meja silahkan ibu coba ibu tanyakan bagaimana cara

menyusun piring di atas meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak?

Silahkan bu, apalagi yang ingin bu bincangkan silahkan.oke sekarang

piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu melakukan

menyusun gelas diatas meja bersama. silahkan bercakap-cakap ibu.

3. Fase Terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan

bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang

makan? Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?

Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan

bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang.

Mau jam berapa ibu latihan? ketika makan pagi dan makan siang. Baik lah ibu

bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan dengan 4 orang

lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, apakah

ibu bersedia, Ibu mau jam berapa, Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu

besok saya akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi

Assalamualaikum.

lxxviii
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-3

Pasien : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien.

Data subjektif :Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.

Data objektif :

a. Klien tampak sudah mau keluar kamar.

b. Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

lxxix
3. Tujuan.

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.

b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.

b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.

c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Bagaimana

dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian? Apakah

ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain? Apa kegiatan

yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan jadwal

berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus ibu. Baiklah

sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi bu

berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap

dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu bersedia,

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit. Ibu

mau berbincang-bincang dimana Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak

sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang disana.

Bagaimana jika kita berangkat sekarang?

Apakah ibu sudah siap bergabubg dengan banyak orang?

lxxx
Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan

diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa

orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat

sekarang ya bu.Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman

saat melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin ibu lakukan?

merapikan kamar baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. E?

baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya

bu.

3. Terminasi.

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur ?

Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu

bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-

teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur

kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu akan berlatih?

Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.Baik lah ibu bagaimana

kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam melakukan berbincang-bincang

saat menjemput pakaian ke laundry. apakah ibu bersedia? Ibu mau jam

berapa, Bagaimana kalau jam 11:00 Ibu maunya dimana kita berbincang-

bincang, Bagaimana kalau di ruang tamu? Baiklah B besok saya akan kesini

jam 11:00 sampai jumpa besok B. saya permisi Assalamualaikum.

lxxxi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-4

Pasien : Isolasi Sosial

A. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien

Data subjektif :

a. Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.

b. Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.

Data objektif :

a. Klien sudah mau keluar kamar.

lxxxii
b. Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3. Tujuan.

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.

b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.

b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.

c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu.

Apakah ibu masih kenal dengan saya?

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini?

Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu

dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan

kegiatan sosial.

Apakah ibu bersedia, Berapa lama ibu mau berbincang-bincang?

Bagaimana kalau 20 menit, Ibu mau berbincang-bincang dimana, Bagai mana

kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?

baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry. Nah ibu caranya yang

lxxxiii
pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti, setelah itu ibu bertanya

kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada?

Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya. setelah selesai, minta ibu siti

menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu

siti. Nah sekarang coba ibu mulai.

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke

ruangan laundry?

Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan

melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry. Baik lah bu

bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kebersihan diri.

apakah ibu bersedia,Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 Ibu

maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?

Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu. saya

permisi Assalamualaikum.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

WAHAM

A. Definisi

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan

latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan

dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih

sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).

lxxxiv
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak

sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang

budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah

dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

(Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).

Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat

dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

B. Tanda dan Gejala :

1. Klien tampak tidak mempunyai orang lain

2. Curiga

3. Bermusuhan

4. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

5. Takut, sangat waspada

6. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

7. Ekspresi wajah tegang

8. Mudah tersinggung

C. Macam – macam waham yaitu :

1. Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan

supranatural atau alat supranatural

2. Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh

3. Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa

4. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak

percaya dengan orang lain

5. Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar

lxxxv
6. Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya

7. Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

D. Penyebab

1. Faktor presdisposisi

a. Faktor perkembangan

Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal

seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir

dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif

b. Faktor sosial budaya

Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan

timbul nya waham

c. Faktor psikologis

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat

menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap

kenyataan.

d. Faktor biologis

Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel

di otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik

e. Faktor genetik

Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

2. Faktor presipitasi

a. Faktor sosial budaya

lxxxvi
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti

atau di asingkan dari kelompok.

b. Faktor biokimia

Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi

penyebab waham pada seseorang

c. Faktor psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk

mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk

menghindari kenyataan yang menyenagkan.

E. Tanda-tanda dan Gejala Waham

1. Menolak makan

2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri

3. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan

4. Gerakan tidak terkontrol

5. Mudah tersinggung

6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan

8. Menghindar dari orang lain

9. Mendominasi pembicaraan

10. Berbicara kasar

11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

F. Pohon masalah

lxxxvii
Effect Resiko kerusakan komunikasi verbal

Core problem Perubahan proses pikir: waham

Causa Gangguan konsep diri: harga diri rendah: kroni

Intervensi Keperawatan : Waham

Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM : 1.1 Setelah ... X Bina hubungan saling percaya

proses Klien dapat interaksi klien : dengan klien

pikir : mengontrol a. Mau menerima a. Beri salam

waham wahamnya kehadiran perawat b. Perkenalkan diri,

TUK : disampingnya Tanyakan nama, serta

1. Klien dapat b. Mengatakan mau nama panggilan yang

membina menerima bantuan disukai

hubungan perawat c. Jelaskan tujuan

saling c. Tidak menunjukkan interaksi

percaya tanda-tanda curiga d. Yakinkan klien dalam

dengan d. Mengijinkan duduk keadaan aman dan

perawat disamping perawat siap menolong

dan mendampinginya

e. Yakinkan bahwa

lxxxviii
kerahasiaan klien akan

tetap terjaga

f. Tunjukkan sikap

terbuka dan jujur

g. Perhatikan kebutuhan

dasar dan bantu pasien

memenuhinya

TUK : 1.2 Setelah ... X Bantu klien untuk

2. Klien dapat interaksi Klien : mengungkapkan perasaan dan

mengidentif a. Klien pikirannya

ikasi menceritakan a. Diskusikan dengan

perasaan ide-ide dan klien pengalaman yang

yang perasaan yang dialami selama ini

muncul muncul secara termasuk hubungan

secara berulang dalam dengan orang yang

berulang pikirannya berarti, lingkungan

dalam kerja, sekolah, dsb

pikiran b. Dengarkan pernyataan

klien klien dengan empati

tanpa mendukung atau

menentang pernyataan

wahamnya

c. Katakan perawat dapat

memahami apa yang

lxxxix
diceritakan klien

TUK : 1.3 Setelah ... X Bantu klien mengidentifikasi

3. Klien dapat interaksi klien kebutuhan yang tidak

mengidentif a. Dapat terpenuhi serta kejadian yang

ikasi stresor menyebutkan menjadi faktor pencetus

atau kejadian sesuai wahamnya

pencetus dengan urutan a. Diskusikan dengan klien

wahamnya waktu serta harapan tentang kejadian-

atau kebutuhan kejadian traumatik yang

dasar yang tidak menimbulkan rasa takut,

terpenuhi seperti ansietas maupun

harga diri, rasa perasaan tidak dihargai

aman, dsb b. Diskusikan kebutuhan

b. Dapat atau harapan yang belum

menyebutkan terpenuhi

hubungan antara c. Diskusikan cara-cara

kejadian traumatik mengatasi kebutuhan

kebutuhan tidak yang tidak terpenuhi dan

terpenuhi dengan kejadian traumatik

wahamnya d. Diskusikan dengan klien

antara kejadian-kejadian

tersebut dengan

wahamnya

TUK 1.4 Setelah ... X - Bantu klien

xc
4. Klien dapat interaksi klien mengidentifikasi

mengidentif menyebutkan keyakinan yang salam

ikasi perbedaan tentan situasi yang nyata

wahamnya pengalaman nyata (bila klien sudah siap)

dengan pengalaman a. Diskusikan dengan

wahamnya klien pengalaman

wahamnya tanpa

berargumentasi

b. Katakan kepada klien

akan keraguan

perawat tehadap

pernyataan klien

c. Diskusikan dengan

klien respon perasaan

terhadap wahamnya

d. Diskusikan frekuensi,

intensitas dan durasi

terjadinya waham

e. Bantu klien

membedakan situasi

nyata dengan situasi

yang dipersepsikan

salah oleh klien

TUK 1.5 Setelah ... X - Diskusikan tentang

xci
5. Klien dapat interaksi klien pengalaman-pengalaman

mengidentif menjelaskan yang tidak

ikasi gangguan fungsi menguntungkan sebagai

konsekuensi hidup sehari-hari akibat dari wahamnya

dari yang diakibatkan seperti :Hambatan dalam

wahamnya ide-ide atau berinteraksi dengan

pikirannya yang keluarga, Hambatan

tidak sesuai dengan dalam interaksi dengan

kenyataan seperti : orang lain dalam

a. Hubungan melakukan aktivitas

dengan keluarga sehari-hari

b. Hubungan - Ajak klien melihat

dengan orang bahwa waham

lain tersebut adalah

c. Aktivitas sehari- masalah yang

hari membutuhkan

d. Pekerjaan bantuan dari orang

e. Sekolah lain

f. Prestasi, dsb - Diskusikan dengan

klien tentang orang

atau tempat ia dapat

meminta bantuan

apabila wahamnya

timbul atau sulit di

xcii
kendalikan

TUK 1.6 Setelah ...X interaksi - Diskusikan hobi atau

6. Klien dapat klien melakukan aktivitas yang disukainya

melakukan aktivitas yang - Anjurkan klien memilih

teknik konstruktif sesuai dan melakukan aktivitas

distraksi dengan minatnya yang membutuhkan

sebagai cara yang dapat perhatian dan

menghentik menglihkan fokus keterampilan

an pikiran klien dari wahamnya - Ikut sertakan klien dalam

yang aktivitas fisik yang

terpusat membutuhkan perhatian

pada sebagai pengisi waktu

wahamnya luang

- Libatkan klien pada topik-

topik yang nyata

- Anjurkan klien untuk

bertanggung jawab secara

personal dalam

mempertahankan atau

meningkatkan kesehatan

dan pemulihannya

- Beri penghargaan bagi

setiap upaya klien yang

positif

xciii
TUK 1.7 Setelah ... X - Diskusikan pentingnya

7. Klien interaksi keluarga peran keluarga sebagai

mendapat dapat menjelaskan pendukung untuk

dukungan tentang cara mengatasi waham

keluarga mempraktekkan cara - Diskusikan potensi

merawat klien keluarga untuk

waham membantu klien

mengatasi waham

- Jelaskan pada keluarga

tentang

a. Pengertian waham

b. Tanda gejala

waham

c. Penyebap dan

akibat waham

d. Cara merawat

klien waham

- Latih keluarga cara

merawat waham

- Tanyakan perasaan

keluarga setelah

mencoba cara yang

dilatih

- Beri pujian pada

xciv
keluarga atas

keterlibatannya merawat

klien di rumah

TUK 1.8 Setelah ... X - Diskusikan dengan klien

8. Klien dapat interaksi dengan tentang manfaat dan

memanfaatk klien, dapat kerugian tidak minum

an obat mendemonstrasikan obat

dengan baik penggunaan obat - Pantau klien saat

dengan baik penggunaan obat, beri

pujian jika klien

1.9 Setelah ... X menggunakan obat

interaksi klien dengan benar

menyebutkan akibat - Diskusikan akibat klien

berhenti minum obat berhenti minum obat

tanpa konsultasi tanpa konsultasi dengan

dengan dokter dokter

- Anjurkan klien untuk

konsultasi kepada

perawat atau dokter jika

terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

xcv
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1

Pasien : Waham

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi

2. Diagnosa Keperawatan : Waham Kebesaran

3. Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

4. Tindakan Keperawatan

a. Memberikan salam terapeutik

b. Memperkenalkan diri kepada pasien

c. Memberitahu tujuan interaksi kepada pasien

d. Melakukan kontrak waktu yang tepat dengan pasien

xcvi
e. Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang untuk berinteraksi

f. Mengajak pasien mengobrol ringan mengenai kehidupannya.

g. Mengobservasi respon verbal dan non verbal dari pasien

h. Menunjukkan sikap empati kepada pasien

i. Memberikan reinforcemen positif pada setiap jawaban yang diberikan oleh

pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Fase orientasi

Selamat pagi . Perkenalkan, saya perawat Evita. Mulai hari ini saya bertugas

untuk merawat Ibu selama 1 minggu ke depan. Nama ibu siapa, nama

lengkapnya, suka dipanggil siapa? Saya panggil ibu saja ya. Hari ini saya

jaga pagi dari jam 8 sampai jam 2 sore. Jadi, jika ibu ada keperluan, bisa

mencari saya di ruang perawat. Bagaimana kabarnya hari ini, ibu? Hari ini

kita akan berbincang-bincang untuk saling mengenal lamanya 15 menit,

bagaimana ibu? Kita akan ngobrol dari jam 10 sampai jam 10 lewat 15

menit nanti ya? Kita ngobrol dimana, ibu, Bagaimana jika di teras depan

kamar ibu?

2. Fase Kerja

Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-

bincang? ibu tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman.

Saya dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu

Mbok, bisa saya bertanya tentang identitas ibu, baik alamat, keluarga, hobi

atau mungkin keinginan untuk saat ini? Bagus sekali ibu sudah dapat

menceritakannya dengan sangat detil. ibu dulu bekerja dimana? Ibu suka

xcvii
dengan pekerjaan itu? Bagaimana dengan teman-teman di sana? Bagaimana

dengan teman-teman sekamar ibu? Ibu sudah kenal dengan mereka semua?

Ada berapa orang semuanya? bagus sekali ibu bisa menghafal semua nama

teman-temannya dengan baik. Wah terima kasih ibu karena sudah mau

berkenalan dengan saya dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya,

ibu mau kan mendengarkan? Nah karena kita sudah saling mengenal maka

sekarang kita berteman, jadi ibu tidak perlu sungkan lagi. Bila ada masalah

bisa diceritakan pada saya, ibu mau kan berteman dengan saya?

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? Pasien mau

menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta mampu bercerita

dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah perawat. Coba bisa diulang

tadi, nama saya siapa? Wah, bagus sekali ibu bisa ingat nama saya. Saya

sangat senang bisa berkenalan dengan ibu dan ibu sudah bisa

mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan berteman

dengan saya. Baiklah, sesuai janji di awal, hari ini kita akan berbincang-

bincang selama 15 menit dan ternyata waktunya sudah habis. Jika ada yang

ingin Mbok bicarakan, ibu bisa mencari saya di ruang perawat Bagaimana

jika besok kita berbincang-bincang lagi? Besok kita akan membahas

tentang cara mempraktekkan membina hubungan dengan orang lain dan

membicarakan kemampuan yang ibu miliki. Mau dimana kita bincang-

bincang? Bagaimana kalau tetap disini? Kira-kira 15 menit lagi ya. Kalau

begitu, Saya pamit dulu. Terima kasih ibu. Sampai jumpa besok.

xcviii
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-2

Pasien : Waham

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, sambil duduk di meja makan.

2. Diagnosa Keperawatan

Waham Kebesaran

3. Tujuan khusus

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

4. Tindakan Keperawatan

a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

xcix
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan

saat ini yang realistis.

c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk

melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan

perawatan diri).

d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan

waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

Selamat pagi ibu. Apa kabar pagi ini? Kemarin kita sudah berkenalan. ibu

masih ingat dengan nama saya? bagus sekali ibu masih mengingat nama saya.

Melanjutkan pertemuan kita kemarin dan sesuai dengan kesepatan kita, hari

ini kita akan mencoba mempraktekkan kembali dalam membina hubungan

dengan orang lain dengan cara berkenalan baik dengan sesama klien maupun

dengan perawat, dan kita juga akan membicarakan tentang kemampuan yang

dimiliki ibu. kita ngobrol 20 menit hari ini, bagaimana ibu? Bagaimana kalau

ngobrolnya di lobi depan saja?

2. Fase Kerja

Penampilan ibu hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, ibu. Hal seperti

ini harus dipertahankan. ibu, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya

ingin melihat ibu berkenalan dengan teman (klien) dan perawat, coba

sekarang ibu praktekkan. Bagus sekali, ternyata ibu mampu berkenalan.

Bagaimana rasanya, ibu? senang kan punya banyak teman. ibu sudah tahu

nama teman-temannya yang berada di sini ya? Bisa ibu sebutkan kembali?

c
wah, hebat sekali ibu. Sekarang ibu berkenalan dengan perawat juga ya. Ayo

ini ada Ibu perawat, silahkan berkenalan juga. Wah hebat ibu sudah berani

berkenalan dengan Bu perawat yang baru dilihat. Bagaimana, ibu? senang

kan mempunyai kenalan banyak? Nah, coba sebutkan dengan siapa saja tadi

yang sudah diajak berkenalan. Hebat sekali, ibu. Daya ingatannya bagus

sekali. ibu, sekarang kita akan membicarakan kemampuan yang dimiliki oleh

ibu. Kalau saya lihat selama di ruangan ini ibu jarang beraktivitas, Jadi saya

ingin tahu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh ibu apa saja?

Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri, dll. Wah hebat

sekali. Selain itu apa lagi ibu? Bagus sekali ternyata ibu pandai menari ya. ibu

kalau di rumah sering menari ya? Kalau di rumah aktivitas sehari-hari apa

yang ibu kerjakan? Oh ya, di sini ibu bisa juga melakukannya, tempat ini bisa

dianggap rumah sendiri jadi harus dipertahankan kemampuan yang dimiliki.

Terus, ibu bisa juga menonton TV, melakukan aktivitas seperti di rumah

ataupun merawat diri seperti mandi, gosok gigi, keramas dll.

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang. Sementara cukup di

sini dulu ya, pembicaraan kita. Saya senang ibu mau mengobrol dengan saya.

Tadi ibu sudah bagus bisa berkenalan dan mengungkapkan kemampuan apa

yang dimiliki dengan baik, pertahankan. Besok kita akan bertemu lagi,

berbincang lagi tentang kebutuhan-kebutuhan ibu yang belum terpenuhi, ibu

setuju? Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap disini?

Jam 10 lagi ya, ibu. Kita akan ngobrol kira-kira 20 menit lagi ya. Baik, saya

ci
permisi dulu, ibu bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya terimakasih ya atas

waktunya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-3

Pasien : Waham

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien :

Keadaan umum klien tenang, klien sering mengatakan bahwa dirinya adalah

presiden, baju yang dipakai tampak kurang rapi, kontak mata bagus saat

diajak bicara.

2. Diagnosa Keperawatan: Waham Kebesaran

3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.

4. Tindakan Keperawatan

cii
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, menanyakan kepada

klien masih ingat tidak dengan perawat, lakukan kontrak waktu dan

jelaskan tujuan pertemuan dengan klien.

b. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta

kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya.

c. Diskusikan kebutuhan / harapan yang belum dapat dipenuhi serta

kejadian – kejadian traumatik.

d. Diskusikan dengan klien antara keinginan yang klien ingin capai saat

ini.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Orientasi

Selamat pagi ibu, apa kabar hari ini, masih ingat dengan saya?

Bagus ibu masih ingat dengan saya. apa yang ibu rasakan hari ini?

Seperti janji saya kemarin, sekarang kita akan mengobrol tentang apa yang

ibu pikirkan / rasakan. ya seperti janji kita kemarin kita bicara 15 menit dari

pukul 15.00 – 15.15 WITA Bagaimana kalau kita ngobrolnya disini saja?

2. Kerja

Apa yang pikirkan saat ini,Mbok bisa ceritakan kepada saya tentang

pikiran/perasaan Mbok yang muncul secara berulang–ulang itu apa yang

Mbok bisa ceritakan kepada saya tentang kepercayaan dan pikiran-pikiran

Mbok tersebut? Apa yang menyebabkan Ibu memiliki perasaan/pikiran

seperti itu? Apa yang Mbok rasakan ketika Mbok mempercayai pikiran–

pikiran itu? Wah menarik sekali, terima kasih sudah mau mengungkapkan

perasaannya kepada saya.

ciii
3. Fase terminasi

Setelah ngobrol tadi, apa yang Mbok rasakan setelah kita bicara? Mbok

masih ingat apa yang kita bicarakan tadi? klien mau menjawab setiap

pertanyaan yang diberikan tapi kontak mata kurang ibu, sudah 15 menit kita

ngobrol–ngobrolnya, sekarang ibu bisa beristirahat, nanti kita ngobrol lagi.

Terima kasih.Bagaimana kalau besok kita membicarakan pengalaman ibu

yang lain. Kita nanti ngobrol–ngobrolnya 15 menit ya ibu?.................. Kita

betemu disini saja ya ? Di ruang tamu . kalau begitu sampai bertemu besok

ya, mbok. Terima kasih.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-4

Pasien : Waham

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Keadaan umum klien tenang, klien sering mengatakan dirinya adalah

presiden, baju yang dipakai tampak kurang rapi, kontak mata bagus saat

diajak bicara.

2. Diagnosa Keperawatan: Waham Kebesaran

3. Tujuan khusus:

Klien dapat mengidentifikasi wahamnya

civ
4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, ajak

berjabat tangan, ciptakan lingkungan yang terapeutik, jelaskan tujuan.

b. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi.

c. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan

klien.

d. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.

e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang

dipersepsikan salah oleh klien.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya. bagaimana kabar ibu

sekarang? Sesuai dengan janji saya ke ibu kemarin, sekarang kita ngobrol

tentang pengalaman–pengalaman yang ibu alami. Kita ngobrolnya 15

menit saja ya ibu hari ini. Apakah ibu bersedia? ibu kita ngobrolnya

seperti biasa ya ibu, ditempat ini saja.

2. Kerja

Ibu, bisa tidak ibu menceritakan kembali tentang pengalaman-

pengalaman ibu yang lain seperti yang ibu ceritakan kemarin?

Bagaimana perasaan ibu saat menghadapi pengalaman itu? Pengalaman

apa saja yang paling sering ibu alami? ibu, saya kurang yakin kalau ibu

adalah seorang presiden, karena seorang presiden yang sekarang adalah

bapak Jokowidodo. Sekarang coba ibu tanyakan kepada perawat lain,

cv
atau teman di ruangan ini, apakah mereka setuju dengan apa yang ibu

katakan tadi.

3. Terminasi

Ibu, setelah ngobrol–ngobrol tadi bagaimana perasaan ibu sekarang?

Klien dapat mengidentifikasi wahamnya, kontak mata ada. Sepertinya

pertemuan kita hari ini sudah cukup, sekarang Ibu bisa beristirahat, kalau

ibu mau bercerita lagi/hal lain yang ingin disampaikan, ibu bisa cari saya,

atau mencari perawat yang lainnya. ibu nanti sore bagaimana kalau kita

ngobrol lagi, tentang masalah yang Ibu hadapi selama disini. ibu nanti

sore kita ngobrolnya berapa lama? ibu, dimana nanti kita ngobrolnya? ibu

mau di ruangan ini lagi?

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian

Prilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis

(Berkowitz, 1993).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan

perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

cvi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan

perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

2. Etiologi

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga

diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana

gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri

sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai

tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia

merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu

dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya

misalnya dengan kekerasan.

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan

1) Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan 

menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang

dijelaskan  oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:

a. Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh

terhadap perilaku:

b. Neurobiologik

cvii
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls 

agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.

Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau

menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem

informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan

pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial

perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka

individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada

penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari

sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan

menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam

menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara

konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

c. Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,

asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau

menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight

atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang

respons terhadap stress.

d. Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku

agresif dengan genetik karyotype XYY.

e. Gangguan Otak

cviii
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku

agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang

menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang 

menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis,

dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh

terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali

berkaitan  dengan (Yosep, 2009):

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat

dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap

cix
perkembangan keluarga.

4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;

a. Muka merah dan tegang

b. Pandangan tajam

c. Mengatupkan rahang dengan kuat

d. Mengepalkan tangan

e. Jalan mondar-mandir

f. Bicara kasar

g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

h. Mengancam secara verbal atau fisik

i. Melempar atau memukul benda/orang lain

j. Merusak barang atau benda

k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku

kekerasan

5. Pohon Masalah

Effect Resiko tinggi mencederai orang lain, diri sendiri,dan lingkungan

Core problem Perilaku kekerasan

cx
Causa Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

6. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Prilaku kekerasan

2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

4. Harga diri rendah kronis

5. Isolasi social

6. Berduka disfungsional

7. Penaktalaksanaan regimen terapeutik inefektif

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara

lain sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah

2. Stimulus lingkungan

3. Konflik interpersonal

4. Status mental

5. Putus obat

6. Penyalahgunaan narkoba

Intervensi Keperawatan : Perilaku Kekerasan (PK)

No Diagnosa Perencanaan

Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

cxi
1. Perilaku TUM: klien Setelah 3x 1. Bina hubungan saling

Kekerasan dapat intervensi: percaya dengan:

mengontrol 4. Klien  Beri salam setiap

atau menunjukkan berinteraksi.

mengendalik tanda-tanda  Perkenalkan nama,

an perilaku percaya kepada nama panggilan

kekerasan perawat: perawat dan tujuan

 Wajah cerah, perawat berkenalan


TUK: tersenyum  Tanyakan dan panggil
1. Klien
 Mau nama kesukaan klien
dapat
berkenalan  Tunjukkan sikap
membina
 Ada kontak empati, jujur dan
hubungan
mata menepati janji setiap
saling
 Bersedia kali berinteraksi
percaya
menceritakan  Tanyakan perasaan

perasaan klien dan masalah

yang dihadapi klien

 Buat kontrak interaksi

yang jelas

 Dengarkan dengan

penuh perhatian

ungkapan perasaan

klien

2. Klien Setelah 3x 1. Bantu klien

cxii
dapat intervensi mengungkapkan

mengidenti Klien menceritakan perasaan marahnya:

fikasi penyebab perilaku  Motivasi klien untuk

penyebab kekerasan yang menceritakan

perilaku dilakukannya: penyebab rasa kesal

kekerasan  Menceritakan atau jengkelnya

yang penyebab  Dengarkan tanpa

dilakukann perasaan menyela atau

ya jengkel/kesal memberi penilaian

baik dari diri setiap ungkapan

sendiri perasaan klien

maupun

lingkungannya

3. Klien Setelah 3x 3. Bantu klien

dapat intervensi Klien mengungkapkan tanda-

mengidenti menceritakan tanda perilaku kekerasan

fikasi keadaan yang dialaminya:

tanda-  Fisik : mata  Motivasi klien

tanda merah, tangan menceritakan kondisi

perilaku mengepal, fisik saat perilaku

kekerasan ekspresi kekerasan terjadi

tegang, dan  Motivasi klien

lain-lain. menceritakan kondisi

 Emosional : emosinya saat terjadi

cxiii
perasaan perilaku kekerasan

marah,  Motivasi klien

jengkel, bicara menceritakan kondisi

kasar. psikologis saat terjadi

 Sosial : perilaku kekerasan

bermusuhan  Motivasi klien

 yang dialami menceritakan kondisi

saat terjadi hubungan dengan

perilaku orang lainh saat terjadi

kekerasan. perilaku kekerasan

4. Klien Setelah 3x 4. Diskusikan dengan klien

dapat intervensi perilaku kekerasan yang

mengidenti 4. Klien dilakukannya selama ini:

fikasi jenis menjelaskan:  Motivasi klien

perilaku  Jenis-jenis menceritakan jenis-

kekerasan ekspresi jenis tindak kekerasan

yang kemarahan yang selama ini

pernah yang selama permah dilakukannya.

dilakukann ini telah  Motivasi klien

ya dilakukannya menceritakan

 Perasaannya perasaan klien setelah

saat tindak kekerasan

melakukan tersebut terjadi

kekerasan  Diskusikan apakah

cxiv
 Efektivitas dengan tindak

cara yang kekerasan yang

dipakai dalam dilakukannya masalah

menyelesaikan yang dialami teratasi.

masalah

5. Klien Setelah 3x j. Diskusikan dengan klien

dapat intervensi Klien akibat negatif (kerugian)

mengidenti menjelaskan akibat cara yang dilakukan

fikasi tindak kekerasan pada:

akibat yang dilakukannya a. Diri sendiri

perilaku  Diri sendiri : b. Orang lain/keluarga

kekerasan luka, dijauhi c. Lingkungan

teman, dll

 Orang

lain/keluarga

: luka,

tersinggung,

ketakutan, dll

 Lingkungan :

barang atau

benda rusak

dll

6. Klien Setelah 3x

dapat intervensi Klien : Diskusikan dengan klien:

cxv
mengidenti  Menjelaskan 1. Apakah klien mau

fikasi cara cara-cara mempelajari cara baru

konstruktif sehat mengungkapkan marah

dalam mengungkap yang sehat

mengungk kan marah 2. Jelaskan berbagai

apkan alternatif pilihan untuk

kemarahan mengungkapkan marah

selain perilaku

kekerasan yang

diketahui klien.

3. Jelaskan cara-cara

sehat untuk

mengungkapkan

marah:

 Cara fisik: nafas

dalam, pukul bantal

atau kasur, olah

raga.

 Verbal:

mengungkapkan

bahwa dirinya

sedang kesal

kepada orang lain.

 Sosial: latihan

cxvi
asertif dengan

orang lain.

 Spiritual:

sembahyang/doa,

zikir, meditasi, dsb

sesuai keyakinan

agamanya masing-

masing

7. Klien Setelah 3x 1. Diskusikan cara yang

dapat intervensi Klien mungkin dipilih dan

mendemon memperagakan anjurkan klien memilih

strasikan cara mengontrol cara yang mungkin

cara perilaku kekerasan: untuk mengungkapkan

mengontro  Fisik: tarik kemarahan.

l perilaku nafas dalam, 2. Latih klien

kekerasan memukul memperagakan cara

bantal/kasur yang dipilih:

 Verbal: a. Peragakan cara

mengungkapk melaksanakan cara

an perasaan yang dipilih.

kesal/jengkel b. Jelaskan manfaat

pada orang cara tersebut

lain tanpa c. Anjurkan klien

menyakiti menirukan peragaan

cxvii
 Spiritual: yang sudah

zikir/doa, dilakukan.

meditasi d. Beri penguatan pada

sesuai klien, perbaiki cara

agamanya yang masih belum

sempurna

3. Anjurkan klien

menggunakan cara yang

sudah dilatih saat

marah/jengkel

8. Klien Setelah 3x 1. Diskusikan pentingnya

mendapat intervensi peran serta keluarga

dukungan Keluarga: sebagai pendukung klien

keluarga  Menjelaskan untuk mengatasi perilaku

untuk cara merawat kekerasan.

mengontro klien dengan 2. Diskusikan potensi

l perilaku perilaku keluarga untuk

kekerasan kekerasan membantu klien

 Mengungkapk mengatasi perilaku

an rasa puas kekerasan

dalam 3. Jelaskan pengertian,

merawat klien penyebab, akibat dan

cara merawat klien

perilaku kekerasan yang

cxviii
dapat dilaksanakan oleh

keluarga.

4. Peragakan cara merawat

klien (menangani PK )

5. Beri kesempatan

keluarga untuk

memperagakan ulang

6. Beri pujian kepada

keluarga setelah

peragaan

7. Tanyakan perasaan

keluarga setelah

mencoba cara yang

dilatihkan

9. Klien Setelah 3x 1. Jelaskan manfaat

mengguna intervensi Klien menggunakan obat

kan obat menjelaskan: secara teratur dan

sesuai  Manfaat kerugian jika tidak

program minum obat menggunakan obat

yang telah  Kerugian 2. Jelaskan kepada klien:

ditetapkan tidak minum a. Jenis obat (nama,

obat wanrna dan bentuk

 Nama obat obat)

 Bentuk dan b. Dosis yang tepat

cxix
warna obat untuk klien

 Dosis yang c. Waktu pemakaian

diberikan d. Cara pemakaian

kepadanya e. Efek yang akan

 Waktu dirasakan klien

pemakaian 3. Anjurkan klien:

 Cara a. Minta dan

pemakaian menggunakan obat

 Efek yang tepat waktu

dirasakan b. Lapor ke

Klien perawat/dokter jika

menggunakan obat mengalami efek

sesuai program yang tidak biasa

c. Beri pujian terhadap

kedisplinan klien

menggunakan obat.

cxx
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SP-1

Pasien : Perilaku Kekerasan (PK)

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DS : klien mengatakan ingin memukur seseorang

DO : Klien terlihat berjalan mondar – mandir diruangan

2. Diagnose keperawatan : Perilaku kekerasan

3. Tujuan keperawatan

a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

cxxi
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya

d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya

e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya

f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,

spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

B. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya

1. Orientasi:

“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama sayaputri paputungan, panggil saya

putri saya mahasiswa Keperawatan dari STIKES Graha Medika Kotamobagu

yang akan praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl.

07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini.

Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana perasaan bapak

saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah “Baiklah kita akan

berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak “Berapa lama

bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “Dimana

enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di

ruang tamu?”

2. Kerja :

“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah

marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? “Pada saat

cxxii
penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum

menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak

rasakan? “Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-

debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? “Setelah

itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?

Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa

menimbulkan kerugian? ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan,

pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik

disalurkanrasa marah.”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu

cara dulu?”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan

maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu

keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan

kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui

mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya.

Bagaimana perasaannya? “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara

rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah

terbiasa melakukannya”

3. Terminasi :

“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau

dilanjutkan? “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang

kemarahan bapak? ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ... (sebutkan) dan

yang bapak rasakan ....(sebutkan) dan yang bapak lakukan ...(sebutkan) serta

akibatnya ....(sebutkan) ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi

penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang

cxxiii
belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang

kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas

dalam?, jam berapa saja pak? ”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang

dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah.

Tempatnya disini saja ya pak”

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam

b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

1. Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya

datang lagi “Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang

menyebabkan bapak marah? “Baik, sekarang kita akan belajar cara

mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua

“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit? ”Dimana kita bicara?

Bagaimana kalau di ruang tamu?”

cxxiv
2. Kerja :

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,

berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan

pukul kasur dan bantal” “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan

bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah,

langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul

kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus

sekali bapak melakukannya” “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.

Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

3. Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus!”

“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur

bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam

05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-

waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak,

mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik

nafas dalam ini?” “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara

mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak?

Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

cxxv
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

1. Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu

lagi”, “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul

kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”,

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau tarik nafas

dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster

baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak

dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan “Bagaimana kalau sekarang

kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita

berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama

bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

2. Kerja :

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau

marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan

bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat

kita marah. Ada tiga caranya pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan

nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin

Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi.

Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli

rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-

lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.” Menolak dengan baik, jika ada

cxxvi
yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya

tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan.

Bagus pak” Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain

yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena

perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

3. Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara

mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara

bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekal, sekarang mari kita

masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang

baik?, bisa kita buat jadwalnya?” Coba masukkan dalam jadual latihan

sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan

membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara

ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan

sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa

c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

cxxvii
1. Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya

datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan

apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan

secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau

sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan

ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di

tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 15 menit?

2. Kerja :

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik,

yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak

langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya

rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian

sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan

kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang

mana?Coba sebutkan caranya”

3. Terminasi :

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang

ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?

Bagus”. “Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak.

Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....dan ....(sesuai

kesepakatan pasien) “Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak

lakukan bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadual

cxxviii
sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi” “Besok kita ketemu lagi ya

pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan

patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang

sudah dilatih.

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar

nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu

minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat

berhenti minum obat.

c. Susun jadual minum obat secara teratur

1. Orientasi

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur

bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan

latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau

sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk

mengontrol rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?

Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita

berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit

2. Kerja :

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak

minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!

cxxix
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ

gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan

tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan

rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7

pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut

bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-

isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat

dan jangan beraktivitas dulu” “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak

lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa

dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah

nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek

lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat

sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi

kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam

jadual ya pak.”

3. Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum

obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum!

Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa cara

mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan

jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua

dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat

sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah

rasa marah. Sampai jumpa”

cxxx
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.

Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan

perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 1998).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di

ekspresikan.

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga

dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan

Sundeen, 2005).

Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan

kemampuan yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung

(Bawlis,2002).

B. Konsep diri

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :

1. Citra tubuh (Body Image)

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang

disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa

lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan

cxxxi
potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi

dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).

2. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal

tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri

sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

3. Identitas Diri (Self Identifity)

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang

bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan

keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998). Pembentukan identitas

dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi

merupakan tugas utama pada masa remaja

4. Peran Diri (Self Role)

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran

yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai

pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh

individu (Stuart & Sundeen, 1998).

5. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan

cxxxii
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam

penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,

tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart &

Sundeen, 1998.

C. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal

yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai

dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam

penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan

kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang

penting dan berharga.

Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan

diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai

berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri yang negative membenci diri

sendiri dan menolak diri sendiri.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada

pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang

kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan

alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang

tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak

menghargai.

cxxxiii
2. Kronik

Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.

Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap

dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini

dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien

gangguan jiwa.

D. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan

ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada

anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah

a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,

harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,

kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada

orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,

tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak

percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam

stuktural sosial

cxxxiv
2 Faktor Presipitasi

a. Ketegangan peran seks yang berhubungan dengan frustasi yang

dialami peran atau posisi.

b. Konflik peran ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan

c. Peran yang tidak jelas kurangnya pengetahuan individu tentang peran.

d. Peran yang berlebihan menampilkan seperangkat peran yang

konpleks.

e. Perkembangn transisi perubahan norma dengan nilai yang taksesuai

dengan diri.

f. Situasi transisi peran bertambah/berkurangnya orang penting dalam

kehidupan individu.

g. Transisi peran sehat-sakit kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran

fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.

E. Manifestasi klinis (Gejala dan Tanda)

Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap

tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok

(botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.

1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak ke

RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.

2. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu,

saya memang bodoh dan tidak tahu apa–apa.

3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu

orang lain, lebih suka menyendiri.

cxxxv
4. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram

mungkin memilih alternatif tindakan.

5. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram

mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.

F. Pohon masalah

Isolasi Sosial
Effect

Harga Diri Rendah


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Causa

G. Penatalaksanaan Medis

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini

sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi

bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang

dimaksud meliputi :

1 Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai

berikut :

cxxxvi
a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.

b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.

c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk

gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.

d. Tidak menyebabkan kantuk

e. Memperbaiki pola tidur

f. Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya

diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu

golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).

cxxxvii
Intervensi Keperawatan : Harga Diri Rendah

No Dx Perencanaan

Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM: Setelah 1 kali interaksi, Bina hubungan saling

konsep diri: Klien klien menunjukkan percaya dengan meng-

harga diri memiliki eskpresi wajah gunakan prinsip

rendah. konsep diri bersahabat, menun- komunikasi terapeutik :

yang positif jukkan rasa senang, ada  Sapa klien dengan

kontak mata, mau ramah baik verbal

TUK: berjabat tangan, mau maupun non verbal.

1. Klien menyebutkan nama,  Perkenalkan diri

dapat mau menjawab salam, dengan sopan.

membina klien mau duduk  Tanyakan nama

hubungan berdampingan dengan lengkap dan nama

saling perawat, mau panggilan yang

percaya mengutarakan masalah disukai klien.

dengan yang dihadapi.  Jelaskan tujuan

perawat. pertemuan.

 Jujur dan menepati

janji.

 Tunjukan sikap empati

dan menerima klien

apa adanya.

 Beri perhatian dan

cxxxviii
perhatikan kebutuhan

dasar klien.

2. Klien Setelah 1 kali interaksi 2.1. Diskusikan dengan

dapat klien menyebutkan: klien tentang:

mengidenti o Aspek positif dan  Aspek positif yang

fikasi kemampuan yang dimiliki klien,

aspek dimiliki klien. keluarga,

positif dan o Aspek positif lingkungan.

kemampua keluarga.  Kemampuan yang

n yang o Aspek positif dimiliki klien.

dimiliki. lingkung-an 2.2 Bersama klien buat

klien. daftar tentang:

 Aspek positif klien,

keluarga,

lingkungan.

 Kemampuan yang

dimiliki klien.

2.3..................................................

realistis, hindarkan

memberi penilaian

negatif.

3. Klien Setelah1 kali interaksi 3.1. Diskusikan dengan

dapat me- klien menyebutkan klien kemampuan

cxxxix
nilai kemampuan yang dapat yang dapat

kemampua dilaksanakan. dilaksanakan.

n yang 3.2. Diskusikan

dimiliki kemampuan yang

un-tuk dapat dilanjutkan

dilaksanak pelaksanaannya.

an

4. Klien Setelah 1 kali interaksi 4.1. Rencanakan bersama

dapat klien membuat rencana klien aktivitas yang

merencana kegiatan harian dapat dilakukan setiap

kan hari sesuai

kegiatan kemampuan klien:

sesuai  kegiatan mandiri.

dengan  kegiatan dengan

kemampua bantuan.

n yang 4.2. Tingkatkan kegiatan

dimiliki sesuai kondisi klien.

4.3. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan

yang dapat klien

lakukan.

cxl
5. Klien Setelah1 kali interaksi Anjurkan klien untuk

dapat klien melakukan melaksanakan kegiatan

melakukan kegiatan sesuai jadual yang telah direncanakan.

kegiatan yang dibuat. Pantau kegiatan yang

sesuai dilaksanakan klien.

rencana Beri pujian atas usaha

yang yang dilakukan klien.

dibuat. Diskusikan kemungkinan

pelaksanaan kegiatan

setelah pulang.

6. Klien Setelah 1 kali interaksi 6.1. Beri pendidikan

dapat klien memanfaatkan kesehatan pada

memanfaat sistem pendukung yang keluarga tentang cara

kan sistem ada di keluarga. merawat klien dengan

pendu- harga diri rendah.

kung yang 6.2. Bantu keluarga

ada. memberikan

dukungan selama

klien di rawat.

6.3. Bantu keluarga

menyiapkan

lingkungan di rumah.

cxli
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1

Pertemuan ke 1 (satu)

A. Proses keperawatan

1. Kondisi

DS : Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.

DO : Klien tampak kurang bergairah

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

Selamat pagi Bu, saya Putri paputungan , saya mahasiswa STIKES Graha

Medika Kotamobagu yang sedang praktek di rumah sakit ini, Ibu bisa panggil

saya suster Evita, Nama ibu siapa? Ibu lebih senang dipanggil siapa? ibu siti

saya akan menemani ibu selama 2 minggu, jadi kalau ada yang mengganggu

pikiran ibu bisa bilang ke saya, siapa tahu saya bisa bantu? Bagaimana

perasaan ibu saat ini? Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan dirumah,

hingga dibawah ke RSJ? Maukah ibu bsiti bercakap–cakap dengan

cxlii
kemampuan yang dimiliki serta hobi yang sering dilakukan dirumah? Ibu Sti

lebih suka bercakap–cakap dimana,Bagaimana kalau ditaman saja? kita mau

becakap–cakap berapa lama, Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Kerja

Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah? memasak,

mencuci pakaian, bagus itu bu. Terus kegiatan apalagi yang ibu lakukan?

kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya?

Bagaimana kalau ibu siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang

dimiliki? kemudian apa lagi,Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah

mereka menyenangi apa yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka

sering mengejek hasil kerja ibu?

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu siti selama kita bercakap–cakap?

Senang terima kasih?

Tolong ibu siti ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang sering ibu

lakukan?

Bagus, terus bagaimana tanggapan keluarga ibu terhadap kemampuan dan

kegiatan yang ibu lakukan?

baiklah Bu siti, nanti ibu ingat ingat ya, kemampuan ibu yang lain dan belum

sempat ibu ceritakan kepada saya? besok bisa kita bicara lagi, Bagaimana

kalau besok kita bicarakan kembali kemampuan yang dapat ibu siti lakukan di

rumah dan di RSJ? Tempatnya mau dimana Bu, Bagaimana kalau di ruangan

tamu saja? Berapa lama kita akan bercakap–cakap, Bagaimana kalau 15 menit

saja? Sampai bertemu lagi besok ya, Bu siti?

cxliii
STRATEGI PELAKSANAAN 2

A. Proses keperawatan

1. Kondisi

DS : Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.

DO : Klien telah mengetahui dan mengenal beberapa kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Orientasi

Selamat pagi Bu Siti, Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang? ya bagaimana,

apakah ada kemampuan lain yang belum ibu siti ceritakan kemarin? Apakah

ibu siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang? Kalau tidak salah,

kemrin kita sudah sepakat akan bercakap–cakap di taman benar kan? Kita

akan bercakap–cakap selama 15 menit, atau mungkin bu siti ingin bercakap–

cakap lebih lama lagi.

cxliv
2. Kerja

Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah? memasak,

mencuci pakaian, bagus itu bu. Terus kegiatan apalagi yang ibu lakukan?

kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya? Bagaimana kalau ibu siti

menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki,kemudian apa

lagi? Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka menyenangi apa

yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja

ibu?

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang

dapat dilakukan di rumah sakit coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan

yang telah dibuat tadi. BagusIbu siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan

yang telah ibu buat tadi! nah nanti kegiatan–kegiatan yang telah dilakukan

bersama sama dengan teman–teman yang lain ya. Bagaimana kalau nanti

siang? Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap–cakap

tentang kegiatan yang dapat dilakukan di rumah? Bagaimana menurut ibu

siti? Ibu ingin bercakap–cakap dimana besok, Bagaimana kalau diruangan

tamu saja? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap 10 menit? Baiklah sampai

ketemu besok ibu.

cxlv
STRATEGI PELAKSANAAN 3

A. Proses keperawatan

1. Kondisi

DS : Klien tampak tenang.

DO : Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

a. Tujuan Khusus

a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.

b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai

kemampuan di rumah.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Orientasi

Selamat pagi, Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang? Apakah ibu siti sudah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwalyang telah dinuat kemarin?

Bagus ibu sudah dapat membantu membersihkan lingkungan Coba saya lihat

jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda semua. Nanti

dikerjakan lagi ya bu!Nah bagaimana kalau kita bercakap–cakap tentang

kegiatan yang dapat dilakukan di rumah? Kalau tidak salah, kemrin kita

sudah sepakat akan bercakap–cakap di taman benar kan, Mau berapa lama,

Bagaimana kalau 15 menit lagi.

cxlvi
2. Kerja

Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita

buat jadwal kegiatan dirumah ya! Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir

nanti saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana kalau kita mulai? Ibu mulai

dari jam 05.00 WIB?ya, tidak apa-apa, bangun tidur terus ya sholat shubuh,

terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa minum obatnya,

ya Bu!

3. Terminasi

Bagaimana perasaan ibu siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di

rumah? Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat

dilakukan di rumah? Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari

apa yang dapat dilakukan di rumah? Nah, bagaimana besok kita bercakap–

cakap tentang perlunya dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti?

Bagaimana kalau kita bercakap–cakap di teras, setuju! atau mungkin ibu ingin

di tempat lain? Kita mau bercakap–cakap berapa lama, bagaimana kalau 10

menit?

cxlvii
STRATEGI PELAKSANAAN 4

A. Proses keperawatan

1. Kondisi

Klien tampak tenang, Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai

kemampuan yang dapat dilakukan di rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Tujuan Khusus : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki

di rumah.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Orientasi

Selamat pagi, Bu. Bagaimana perasan Ibu Siti hari ini, baik baik saja?

Syukurlah,Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin?

Hari ini kita akan bercakap–cakap tentang sistem pendukung yang dapat

membantu ibu siti di rumah? Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap–

cakap di teras ya? Kita bercakap–cakap berapa lama, Bagaimana kalau 10

menit saja ya boleh!

2. Kerja

Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung? Baiklah akan saya jelaskan,

sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah dalam

mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana, keluarga, teman/tetangga

yang mau menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang dapat dikunjungi

saat obat habis? Ibu di rumah tinggal dengan siapa,terus siapa lagi? Apakah

148
mereka sayang dan memperhatikan kesehatan ibu siti? Siapa selama ini yang

mengingatkan ibu minum obat dan mengantarkan kontrol/periksa ke

dokter,wah bagus! Terus selama ini yang mencari nafkah dan mencari biaya

pengobatan untuk ibu siapa? Apakah punya teman atau tetangga yang dekat

dengan ibu siti? Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan ibu siti? Oooo

pengajian. Bagus itu, kalau kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu!

selama ini bu siti sudah berobat kemana saja, apakah ada rumah sakit yang

paling dekat dengan rumah ibu?

3. Terminasi

Bagaimana perasaannya setelah bercakap–cakap tentang sistem pendukung

yang ibu siti miliki? Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah

sakit. Bagaimana besok kita bercakap–cakap lagi, tentang obat-obatan yang

ibu siti minum setiap hari? Sebaiknya kita bercakap–cakap di mana

bu,Maunya kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau di ruangan tamu saja,Mau

berapa lama bu, Bagaimana kalau 15 menit, saja? Baiklah sampai ketemu lagi

bu.

149
LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk

menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa.(Stuart dan

Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk

mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk

mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-

isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,

luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah

pada kematian.(Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.)

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien

untuk mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan

Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:

1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi

3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung

(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan

kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

150
B. Etiologi

1. Faktor predisposisi

Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif

diri sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):

a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri

hidupnya dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif,

penyalagunaan zat, dan skizofrenia).

b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko

bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.

c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan,

kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup,

penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.

d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri

merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan

tinfdakan bunuh diri.

e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko

bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak

seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.

2. Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang

dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang

memalukan, melihat atau membaca melalui media tentang orang yang

melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

151
C. Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4. Impulsif.

5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat

patuh).

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang

obat dosis mematikan).

8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah

dan mengasingkan diri).

9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang

depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).

10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau

terminal).

11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami

kegagalan dalam karier).

12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14. Pekerjaan.

15. Konflik interpersonal.

16. Latar belakang keluarga.

152
D. Akibat

Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,

seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.

E. Pohon Masalah

Risiko Cedera/Kematian
Effect

Core Problem
Risiko Bunuh Diri

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

153
Intervensi Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

No Diagnosa Perencanaan

Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Resiko Bunuh TUM : Klien Setelah diberikan Bina hubungan saling

Diri tidak tindakan keperawatan percaya dengan

menciderai selama 3× sehari menggunakan prinsip

dirinya sendiri Ekspresi wajah komunikasi terapeutik :

TUK 1 : Klien bersahabat, menunjukkan a. Sapa klien dengan

dapat membina rasa senang, ada kontak nama baik verbal

hubungan mata, mau berjabat maupun non verbal.

saling percaya tangan,mau menyebutkan b. Perkenalkan diri

nama, mau menjawab dengan sopan.

salam, mau duduk c. Tanyakan nama

berdampingan dengan lengkap klien dan

perawat, mau nama panggilan

mengutarakan masalah yang disukai klien.

yang dihadapi. d. Jelaskan tujuan

pertemuan.

e. Jujur dan menepati

janji.

f. Tunjukkan sikap

empati dan

menerima klien apa

adanya.

154
g. Berikan perhatian

kepada klien dan

perhatikan

kebutuhan dasar

TUK 2 : Setelah dilakukan 1. Jauhkan klien dari

Klien dapat tindakan keperawatan benda-benda yang

terlindung dari selama 3×24 jam dapat

perlaku bunuh diharapkan klien dapat membahayakan.

diri terlindung dari perilaku 2. Tempatkan klien

bunuh diri diruangan yang

tenang dan selalu

terlihat oleh

perawat.

3. Awasi klien secara

ketat setiap saa

TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Bantu untuk

Klien dapat tindakan keperawatan memahami bahwa

meningkatkan selama 3×24 jam klien dapat

harga diri, diharapkan Klien dapat mengatasi

meningkatkan harga keputusasaannya.

dirinya 2. Kaji dan kerahkan

sumber-sumber

155
internal individu.

3. Bantu

mengidentifikasi

sumber-sumber

harapan (misal :

hubungan antar

sesama, keyakinan,

hal-hal untuk

diselesaikan)

TUK 4 : Setelah dilakukan 1. Ajarkan

Klien dapat tindakan keperawatan mengidentifikasi

menggunakan selama 3×24 jam pengalaman-

koping yang diharapkan Klien dapat pengalaman yang

adaptif, menggunakan koping menyenangkan.

yang adaptif 2. Bantu untuk

mengenali hal-hal

yang ia cintai dan

yang ia sayangi dan

pentingnya terhadap

kehidupan orang

lain.

3. Beri dorongan

untuk berbagi

156
keprihatinan pada

orang lain.

TUK 5 : Setelah dilakukan 1. Kaji dan

Klien dapat tindakan keperawatan manfaatkan sumber-

menggunakan selama 3×24 jam sumber eksternal

dukungan diharapkan Klien dapat individu.

sosial menggunakan dukungan 2. Kaji sistem

sosial. pendukung

keyakinan yang

dimiliki klien

3. Lakukan rujukan

sesuai indikasi

(pemuka agama).

157
STRATEGI PELAKSANAAN

RISIKO BUNUH DIRI

Pertemuan ke I (satu)

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DS : Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri.

DO :Ekspresi murung.

2. Diagnosa keperawatan

Resiko bunuh diri.

3. Tujuan Khusus

Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri.

4. Tindakan Keperawatan

a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.

b. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien.

c. Melakukan kontrak treatment.

d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

e. Melatih cara mengendalikan bunuh diri.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase Orientasi

Assalamualaikum perkenalkan nama saya putri, saya mahasiswa STIKES

GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU. Nama bapak siapa senang dipanggil

apa? Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini? bagaimana tidur bapak

semalam? Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang

158
benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri bapak, serta bagaimana

cara mengendalikan dorongan bunuh diri. dimana kita akan bicara, berapa

lama kita akan berbincang-bincang? bagaimana kalau waktu berbimcang-

bincang kita selama 15 menit.

2. Fase kerja

Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri

bapak? coba sebutkan apa saja benda-benda tersebut! Bagus sekali sekali

bapak, bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak

Apakah salah satu benda tersebut ada dikamar bapak? kalau ada benda

tersebut jangan bapak dekati atau pegang ya pak. Apa bapak sering

mendengar bisikan yang mendorong bapak untuk melakukan bunuh diri? apa

yang bapak lakukan ketika suara-suara itu datang? Bapak, bagaimana kalau

saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-suara itu, apakah bapak

mau? pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga rapat-rapat,

seperti ini pak, dan katakan dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI KAMU.

KAMU PALSU. Coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi, iya pak

seperti itu, bagus?

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-benda yang

dapat membahayakan diri bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara

yang menyuruh bapak melakukan bunuh diri? Baiklah sekarang bapak saya

tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak,bagaimana kalau besok?baiklah

besok kita akan membahas tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri

dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga.maunya dimana pak,

159
STRATEGI PELAKSANAAN 2

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DS :Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri.

DO : Ekspresi murung.

2. Diagnosa keperawatan

Resiko bunuh diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri.

4. Tindakan Keperawatan

a. Mengidentifikasi aspek positif pasien.

b. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri.

c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu yang

berharga.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Fase orientasi

Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan bapak

hari ini? bagaimana dengan tidur bapak semalam? kita akan berbincang-

bincang tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri

sebagai individu yang berharga, bagaimana kalau kita berbincang-bincang

ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin. berapa lama kita akan berbicara?

bagaimana kalau 15 menit saja,apakah bapak setuju? Bapak maunya di mana?

Bagaimana kalau diruangan tamu saja?

160
2. Fase kerja

Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak? bisa bapak jelaskan

alasan bapak tidak suka dengan bagian anggota tubuh tersebut? jadi kalau

bapak merasa anggota tubuh tersebut tidak bapak sukai, coabalah dari

sekarang bapak mulai mencoba menyukainya, contoh: bapak bisa menulis

dengan tekhnik yang berbeda, lihat pak seperti saya! coba bapak lakukan

seperti saya tadi, ya begitu pak. Bagus.

3. Fase Terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?saya senang

jika bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang

bapak anggap tidak suka? Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa

melakukan tekhnik menulis yang seperti saya ajarkan tadi? baiklah besok kita

akan membahas tentang cara melakukan hal yang baik ketika sedang

mengalami masalah? Maunya ngobrol dimana? Bagaimana kalau di taman

lagi pak? baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?

baiklah pak selamat beristirahat”.

161
STRATEGI PELAKSANAAN 3

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

DS :Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri.

DO :Tak bergairah.

2. Diagnosa keperawatan

Resiko bunuh diri.

3. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi pola koping pasien.

4. Tindakan Keperawatan

a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien.

b. Menilai pola koping yang bisa dilakukan.

c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif.

d. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam

kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi

Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya, Bagaimana perasaan bapak

hari ini? bagaimana dengan tidur bapak semalam? kita akan berbincang-

bincang tentang bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika

sedang mengalami masalah. bagaimana kalau kita berbincang-bincang

ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin? berapa lama kita akan

162
berbicara? bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga yang

telah di tentukan?

2. Fase Kerja

Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa yang bapak lakukan?

apalagi pak? bagus sekali bapak ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami

masalah seperti itu, bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat bapak

sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang bapak katakana

tadi, misalnya : main bola, menyapu halaman dan shalat Coba bapak sebutkan

lagi kegiatan-kegiatannya!

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi? saya senang

jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan? baiklah

besok kita akan membahas tentang membuat rencana untuk masa

depan.Maunya di mana? Bagaimana kalau di taman lagi pak? baik besok kita

dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju? baiklah pak selamat

beristirahat. 

163
STRATEGI PELAKSANAAN 4

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

DS :Klien mengatakan sudah bosan hidup.

DO : Ada bekas percobaan bunuh diri.

2. Diagnosa keperawatan

Resiko bunuh diri.

3. Tujuan Khusus

Klien tidak dapat mencapai masa dpan yang realistis.

4. Tindakan Keperawatan

a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien.

b. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis.

c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih

masa depan yang realistis.

B. Strategi pelaksanaan tindakan

1. Fase orientasi

Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan bapak

hari ini? bagaimana dengan tidur bapak semalam? bagaimana cara bapak

melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana?

Manunya kita bebincang di mana? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang

ditaman saja? berapa lama kita akan berbicara? bagaimana kalau 15 menit

saja apakah bapak setuju?

164
2. Fase Kerja

Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai sekarang? apalagi pak? apakah

masih ada? Sampai saat ini sudah ada keinginan bapak yang sudah tercapai?

wah hebat. yang belum tercapainya pak? Harapan bapak sangat bagus sekali,

bapak bisa berusaha semampu bapak dengan cara yang sabar, lebih giat,

ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan pak, namun

cobaan yang nantinya akan membawa bapak ke arah yang bapak harapkan

selama ini. Jadi, selalu berusaha menjadi yang terbaik ya pak, kejar cita-cita

bapak sampai dapat dan ingat, kejar harapan itu sesuai kemampuan bapak?

3. Fase terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi? saya senang

jika bapak   melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan? bapak bisa

melakukan hal seperti tadi untuk mencapai keinginan bapak yang nyata,

bapak mesti lebih sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai

menyerah ya pak. Samapi ketemu lagi pak.

165
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan

Proses keperawatan pada klien dengan maslah kesehatan jiwa merupakan

tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat

dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan

bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal.

Hubungan saling percaya klien dan perawat merupakan dasar utama dalam

melakukan asuhan keperawatan klien dengan ganguan jiwa.

C. Saran

Diharapkan pembaca dapat menerapkan dalam melaksanakan proses

keperawatan sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

166
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta:EGC

Stuart dan sunden 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa Jakarta:EGC

https://www.academia.edu/30128967/LP_dan_ASKEP_Halusinasi

https://www.academia.edu/6390962/

ASUHAN_KEPERAWATAN_ISOLASI_SOSIAL

https://www.academia.edu/7566434/

RENCANA_TINDAKAN_KEPERAWATAN_KLIEN_DENGAN_PERILAKU_

KEKERASAN

https://www.academia.edu/15491884/LP_WAHAM_CLOP_2015

https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP

https://www.academia.edu/23897284/Resiko_bunuh_diri

https://www.academia.edu/29612868/LP_SP_HDR_NEW

167
168

Anda mungkin juga menyukai